Home , � Keen Sword ( Pedang Tajam ) , sandi perang Amerika, Asia Timur memanas!!!!!

Keen Sword ( Pedang Tajam ) , sandi perang Amerika, Asia Timur memanas!!!!!

Inilah Ulah Baru AS di Asia Timur -

Belum juga reda ketegangan di Semenanjung Korea, AS kini berulah lagi menambah ketegangan di kawasan Asia Timur. Washington dan Tokyo mulai Jumat (3/12) ini menggelar latihan militer besar-besaran bersandikan Keen Sword (Pedang Tajam) di perairan selatan Jepang, dekat kepulauan Okinawa hingga 10 Desember nanti. Sekitar 60 kapal perang dan 400 pesawat tempur dari angkatan bersenjata kedua negara ikut dilibatkan termasuk kapal induk bertenaga nuklir AS USS George Washington.

Bila tak ada aral melintang, departemen pertahanan Korea Selatan untuk pertama kalinya juga turut diundang sebagai pemantau. Namun upaya tersebut mendapat penentangan keras dari China dan Korea Utara yang meyakini bahwa manuver militer AS itu sebagai provokasi.

Karuan saja, latihan militer AS kali ini memantik banyak kritikan. Apalagi manuver tersebut digelar hanya selang beberapa hari setelah AS bersama Korea Selatan unjuk kekuatan militer di perairan Laut Kuning pasca meletusnya insiden Pulau Yeonpyeong. Beijing menyebut trik semacam itu sebagai bentuk lain ancaman militer AS terhadap negara-negara regional. China juga mengungkapkan kekecewannya terhadap Gedung Putih lantaran menolak prakarsa Beijing untuk segera menggelar pertemuan darurat guna menyelesaikan krisis di Semenanjung Korea.

Ketegangan pun kian bertambah lagi lantaran China dan Jepang juga terlibat sengketa wilayah menyangkut keberadaan pulau Diaoyu atau Senkaku dalam versi Jepang. Tak heran jika Beijing menyebut-nyebut latihan militer AS dan Jepang itu sebagai bentuk ancaman terhadap China. Sebelumnya pun, Beijing telah memperingatkan Washington untuk tidak mencampuri friksi China dengan negara-negara tetangga.

Melihat gencarnya manuver militer AS di kawasan Asia Pasifik, banyak pengamat menilai bahwa Washington sengaja memanfaatkan ketegangan akhir di Semenanjung Korea dan Laut China Selatan sebagai upaya untuk memecah-belah solidaritas regional dan memperkokoh kembali kerjasama militer dengan sekutu-sekutunya di Pasifik sebagaimana di era Perang Dingin. AS sengaja memunculkan dan mempertahankan situasi panas di Asia Pasifik untuk menyukseskan ambisi militernya di kawasan.

Sudah sejak lama, Pentagon mencita-citakan penempatan sistem pertahanan anti-rudal AS di kawasan Timur Jauh. Namun, Korea Selatan dan Jepang selaku sekutu dekat AS menolak realisasi rencana tersebut akibat tekanan dari publik dalam negeri. Karenanya, AS lantas berupaya menciptakan ketegangan baru di kawasan untuk bisa memperoleh justifikasi atas rencananya tersebut. Di mata Washington, ancaman nuklir Korea Utara dan kedigdayaan China merupakan isu yang paling tepat untuk menebar kekhawatiran di kawasan sehingga Jepang dan Korea Selatan pun pada akhirnya terpaksa menerima realisasi penempatan sistem anti-rudal AS di kawasan. (IRIB/LV/3/12/2010)

Afghanistan Kelici Percobaan Senjata Modern Amerika -

Senjata XM25

Sejak sembilan tahun menyerang dan menduduki Afghanistan, belum ada tanda-tanda militer Amerika akan memenangkan perang ini. Sebaliknya, fakta-fakta menunjukkan korban yang berjatuhan di pihak militer semakin tinggi, sementara tujuan pertama perang Afghanistan untuk memerangi teroris tidak pernah tercapai. Kini untuk menutupi kegagalannya selama ini, militer Amerika akan mempergunakan senjata barunya.

Sebenarnya apa yang dilakukan militer Amerika bukan hal yang baru. Karena selama perang Afghanistan dan Irak, militer negara ini telah mengujicobakan segala bom cluster yang mengakibatkan jatuhnya banyak korban dari masyarakat sipil.

Senapan baru yang futuristik ini bernama XM25. Senapan ini menggunakan peluru yang diprogram untuk meledak pada jarak tertentu, sehingga musuh yang bersembunyi tidak bisa luput dari hantamannya. Senapan tersebut memiliki jangkauan 2.300 kaki sehingga memungkinkan untuk mencapai target yang tak bisa dijangkau senapan konvensional.

Senapan itu menggunakan laser pengintai untuk menentukan jarak yang tepat, setelah itu si prajurit dapat menambah atau mengurangi jarak hingga 3 meter agar peluru dapat melewati tempat persembunyian lalu meledak di atas atau di samping sasaran. Tentara dapat menggunakannya untuk melumpuhkan penembak jitu yang tersembunyi sehingga tak perlu meminta bantuan serangan udara. Peluru ukuran 25 milimeter berisi chip yang menerima sinyal radio untuk jarak yang tepat untuk target.

Amerika sangat berharap senjata modern mereka ini dapat mengubah perang yang berlangsung di Afghanistan dan menyelamatkan pasukannya dari kegagalan dan kekalahan yang diderita selama ini.

Sebenarnya hingga saat ini telah banyak pemberitaan mengenai penggunaan senjata non konvensional oleh pasukan Amerika dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Tapi kebanyakan kasus ini tidak akan pernah dipublikasikan karena disensor. Semoga saja dengan berlalunya waktu berita-berita semacam ini dapat dipublikasikan kembali. Karena sejatinya Amerika dan NATO selama ini menjadikan Afghanistan sebagai tempat uji coba persenjataan mutakhir mereka. Mereka memanfaatkan pelbagai senjata mematikan terhadap penduduk sipil dengan alasan memerangi terorisme.

Pendudukan Afghanistan oleh Amerika dan NATO bukan hanya tidak mampu menumpas Al Qaedah dan kelompok Taliban, tapi kenyataannya kelompok-kelompok ini semakin kuat. Ketidakmampuan Amerika dan NATO ini akhirnya harus dibayar oleh orang-orang tidak berdosa. Senjata modern Amerika ini jelas-jelas akan menambah daftar jumlah korban warga sipil. Tapi pertanyaannya, apakah senjata modern ini bakal mampu menyelamatkan Amerika di Afghanistan? (IRIB/SL/NA/2/12/2010)

Indonesia: Wikileaks Urusan AS! -
Situs Wikileaks mengungkapkan bocoran ratusan ribu memo diplomatik dari berbagai kedutaan besar Amerika Serikat (AS) di mancanegara, termasuk dari Jakarta.

Dari 251.287 memo diplomatik yang bocor, TheGuardian mendata bahwa 3.059 memo berasal dari Kedutaan Besar AS di Jakarta. Dokumen itu merupakan semacam laporan diplomatik yang dikirim dari Kedubes AS di Jakarta dan Konjen AS di Surabaya. Situs Wikileaks berjanji akan mempublikasi dokumen itu secara bertahap.

Dan ternyata Wikileaks mulai menepati janjinya. Tiga buah dokumen mengenai Indonesia sudah dirilis. Dokumen itu dibuat dalam bentuk Congressional Research Service (CSR), lembaga think tank Kongres AS. Dokumen CRS ini biasanya menjadi dasar bagi Senat dan DPR AS dalam mengambil kebijakan. Dokumen-dokumen itu menyangkut beberapa isu sensitif seperti masalah Timor Timur, penghentian bantuan IMF dan Bank Dunia pada tahun 2000, pilpres 2004, dan pelatihan kopassus.

Bagaimana sikap Indonesia? Kementrian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia menegaskan bahwa pemerintah Indonesia tidak akan bersikap reaktif atas bocoran memo-memo diplomatik Amerika Serikat (AS) di laman WikiLeaks. Bila kumpulan memo tersebut ada yang menyinggung Indonesia, itu adalah masalah Amerika dan harus ditangani oleh Washington sendiri.

Demikian kata jurubicara Kementrian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia, Michael Tene. Dia mengatakan pihak Kemlu terus informasi yang mengalir dari WikiLeaks, yang mengklaim punya bocoran lebih dari 250.000 memo diplomatik berkatagori rahasia atau terbatas, hasil laporan kantor-kantor perwakilan diplomatik AS di berbagai negara.

Namun, Kemlu mengaku tidak akan menanggapi jika memang benar Indonesia disinggung dalam salah satu dokumen bocoran. "Mengenai kemungkinan adanya isi dokumen yang melibatkan Indonesia, hal ini tidak akan ditanggapi oleh pemerintah Indonesia," ujar Tene dalam jumpa pers rutin di Jakarta, Jumat, 3 Desember 2010.

Namun dia mengatakan bahwa masalah ini perlu penanganan yang serius dari pemerintah AS. "Masalah kebocoran dokumen itu perlu ditangani oleh pemerintah AS sendiri," ujar Tene.

Sejak 28 November lalu, WikiLeaks telah mengunggah lebih dari 600 dokumen dan telah dimuat di sejumlah media massa internasional. Pendiri WikiLeaks, Julian Assange, yang kini buron atas kasus perkosaan, mengatakan perlu waktu yang lama untuk mempublikasikan.

Sebelumnya, pengamat isu internasional, F.X. Baskara Wardaya berpendapat, Indonesia tak perlu reaktif.

"Bila langsung reaktif, malah bisa menjadi bahan tertawaan karena valid tidaknya dokumen perlu dibuktikan," lanjut Baskara kepada VIVAnews, Rabu 1 Desember 2010.

Menurut Baskara, belum tentu isi memo diplomatik yang bocor itu mengandung konotasi yang negatif atas Indonesia.

"Seberapa besar dampaknya bagi Indonesia itu tergantung pada siapa dan topik apa yang disinggung dalam pesan-pesan itu. Bisa saja melaporkan isu lain," kata Baskara, penulis buku "Membongkar Supersemar! Dari CIA hingga Kudeta Merangkak Melawan Bung Karno" (2007).

Sementara, Duta Besar AS untuk Indonesia, Scot Marciel mengaku tidak begitu ambil pusing dengan bocoran WikiLeaks itu, yang disebut-sebut juga memiliki bocoran memo diplomatik dari Kedutaan Besar AS di Jakarta. Otentisitas semua informasi itu juga dipandang masih diragukan.

Menanggapi pembocoran dokumen rahasia oleh Wikileaks, pemerintah Indonesia juga segera memulai analisis terhadap isi informasi yang dibocorkan Wikileaks dari dokumen Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta. Analisis itu diambil untuk menjadi rujukan dalam menentukan sikap resmi pemerintah Indonesia terkait informasi yang bocor tersebut.

"Kita analisis nanti ada keterkaitannya dengan apa yang menjadi concern kita, kan kita belum tahu sekarang, nanti kita cari," kata Menko Polhukam Djoko Suyanto di Istana Negara, Jumat (3/12). Dia menambahkan, pemerintah Indonesia sedang menelusuri isi dari informasi itu.

Djoko belum mengetahui perkembangan penelurusan yang dilakukan Menkominfo Tifatul Sembiring dan Menlu Marty Natalegawa seperti yang telah diinstruksikan sebelumnya. "Tindakan kita yang pertama, kita sudah ada data berapa banyak, yang klasifikasinya rahasia, terbatas, maupun yang terbuka," kata Djoko.

Dari informasi itu pemerintah akan mengetahui isinya apa. "Dari itu nanti kita kumpulkan isinya apa, sampai sekarang kan kita belum tahu," kata Djoko. Setelah informasi terkumpul, ujarnya, barulah analisis bisa dilakukan. Kemudian, pemerintah Indonesia bisa menyikapi dari setiap informasi.

Apakah pemerintah Indonesia berkomunikasi dengan AS? "Oh iya pasti, pasti. Ini sebenarnya kan yang dibocorkan dokumennya Amerika," kata Djoko. Dia menyadari, setiap kedutaan dan konsulat dari negara mana pun selalu membuat laporan di mana mereka bertugas.

Djoko mengatakan, pemerintah Indonesia berkomunikasi dengan AS melalui Kementerian Luar Negeri. Dia memastikan ada antisipasi yang disiapkan pemerintah Indonesia. (Republika/Antara/Vivanews/3/12/2010)

Obama Lakukan Kunjungan Dadakan ke Afghanistan -

Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama Jum'at malam tiba di pangkalan udara Begram Afghanistan dalam sebuah kunjungan tanpa pemberitahuan sebelumnya. Rencananya, Obama dalam kunjungan keduanya setelah menjabat sebagai Presiden ini akan melakukan pertemuan dengan Presiden Hamid Karzai.

Kunjungan ini dilakukan Obama di saat Gedung Putih sedang didera tekanan akibat kian memburuknya kondisi keamanan di Afghanistan. Hal itulah yang semakin mempertajam perselisihan antara Washington dan Kabul. Pekan lalu, Presiden Hamid Karzai dalam sebuah pernyataan kritisnya mendesak tentara AS untuk menghentikan operasi militer di malam hari. Menurut Presiden Afghanistan, operasi yang dilakukan di malam hari semakin menambah jumlah korban di pihak sipil.

Menurut data, tahun 2010 adalah tahun paling berdarah bagi tentara asing. AS adalah negara dengan jumlah tentara asing terbanyak di Afghanistan.(irib/4/12/2010)

Tags: ,

0 comments to "Keen Sword ( Pedang Tajam ) , sandi perang Amerika, Asia Timur memanas!!!!!"

Leave a comment