Home , , � Bulan Safar jar urang Banjar !!!!! ( Ada apa dibalik bulan Safar ? )

Bulan Safar jar urang Banjar !!!!! ( Ada apa dibalik bulan Safar ? )




Perspektif Orang Banjar Terhadap Bulan Safar (Pendekatan Sejarah dan Budaya)

Oleh : Zulfa Jamalie

(Pengurus Lembaga Kajian Islam, Sejarah, dan Budaya Banjar)

Pengantar

Tulisan berikut ini adalah ringkasan dari hasil penelitian “mandiri” yang penulis lakukan dalam rentang beberapa masa yang lumayan panjang berkenaan dengan Perspektif Orang Banjar Terhadap Bulan Safar (Pendekatan Sejarah dan Budaya). Penelitian ini merupakan rangkaian dari penelitian sebelumnya yang juga telah penulis lakukan dan publikasikan, yakni Bagampiran dan Kepercayaan Masyarakat Banjar Terhadap Roh. Karena itu, penelitian ini penulis rasa penting untuk diekspos sebagai bahan informasi kepada para pembaca dan sharing bagi mereka yang berminat mengkaji bingkai agama, sejarah, dan budaya dalam kehidupan orang Banjar.

Mengapa penelitian ini penting untuk dilakukan? Jika kita amati, ada sesuatu yang menarik berkenaan dengan pemahaman orang Melayu (umumnya) dan orang Banjar (khususnya) tentang bulan Safar. Bagi orang Banjar, bulan Safar dianggap sebagai bulan “sial, bulan panas, bulan diturunkannya bala, dan bulan yang harus diwaspadai keberadaannya”. Karena pada bulan ini, segala penyakit, racun, dan hal-hal yang berbau magis memiliki kekuatan yang lebih dibanding pada bulan lainnya. Sehubungan dengan anggapan yang demikian ada beberapa pertanyaan menarik yang bisa kita ajukan berkenaan dengan bulan Safar. Benarkah bulan Safar bulan sial, bulan nahas, bulan panas, atau bulan bala? Apa sebab orang Banjar menganggap bulan Safar sebagai bulan sial atau bulan bala? Darimana sumber pemahaman orang Banjar terhadap bulan Safar?

Bulan Safar

Safar adalah salah satu nama bulan dari dua belas bulan dalam kalender Islam atau tahun Hijriyah. Safar berada diurutan kedua sesudah bulan Muharam. Menurut bahasa Safar berarti kosong, ada pula yang mengartikannya kuning. Sebab dinamakan Safar, karena kebiasaan orang-orang Arab zaman dulu meninggalkan tempat kediaman atau rumah mereka (sehingga kosong) untuk berperang ataupun bepergian jauh. Ada pula yang menyatakan bahwa nama Safar diambil dari nama suatu jenis penyakit sebagaimana yang diyakini oleh orang-orang Arab jahiliyah pada masa dulu, yakni penyakit safar yang bersarang di dalam perut, akibat dari adanya sejenis ulat besar yang sangat berbahaya. Itulah sebabnya mereka menganggap bulan Safar sebagai bulan yang penuh dengan kejelekan. Pendapat lain menyatakan bahwa Safar adalah sejenis angin berhawa panas yang menyerang bagian perut dan mengakibatkan orang yang terkena menjadi sakit.

Bagaimana perspektif orang Banjar terhadap bulan Safar? Ada banyak hal menarik anggapan dan kepercayaan orang Banjar terhadap bulan Safar, di antara yang terpenting dari pemahaman bulan Safar tersebut berkaitan dengan hari Rabu, terutama Rabu terakhir, yang biasa disebut dengan Arba Musta’mir dan dalam bahasa Jawa disebut Rabu Wekasan. Dalam anggapan masyarakat kesialan bulan Safar akan semakin meningkat jika ketemu dengan Rabu terakhir di bulan yang sama. Sebab, berdasarkan sebuah referensi klasik disebutkan bahwa Allah telah menurunkan 3333 jenis penyakit pada hari Rabu bulan Safar, sehingga jika keduanya bertemu maka tingkat dan efek negative (kesialan) yang menyebar pada waktu itu semakin tinggi pula. Itulah sebabnya tingkat kewaspadaan terhadap hari Rabu bulan Safar juga lebih ekstra.

Hawash Abdullah (1982) dalam bukunya Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-Tokohnya di Nusantara menulis bahwa dalam kitab-kitab Islam memang banyak yang menyebut adanya ‘bala’ yang diturunkan pada bulan Safar. Misalnya, Syekh Muhammad bin Ismail Daud al-Fathani yang menyalin perkataan ulama menyatakan dalam kitabnya Al-Bahjatul Mardhiyah, tentang turunnya bala di bulan Safar. Tersebut pula dalam kitab Al-Jawahir, diturunkan bala pada tiap-tiap tahun sebanyak 320.000 bala dan sekalian pada hari Rabu yang terakhir pada bulan Safar, maka hari itu terlebih payah daripada setahun”. Tulisan tentang bala yang diturunkan pada bulan Safar ini juga bisa ditemukan dalam kitab Jam’ul Fawaaid, tulisan Syekh Daud bin Abdullah al-Fathani.

Dalam kitab yang lain ada pula disebutkan bahwa Allah telah menurunkan 3333 jenis penyakit pada hari Rabu bulan Safar, sehingga jika keduanya bertemu maka tingkat dan efek negatif (kesialan) yang menyebar pada waktu itu semakin tinggi pula. Itulah sebabnya tingkat kewaspadaan terhadap hari Rabu bulan Safar juga lebih ekstra.

Karenanya menjadi semacam kebiasaan bagi orang Banjar untuk melakukan hal-hal tertentu untuk menghindari kesialan pada hari itu, misalnya:

1. Shalat sunnat mutlak disertai dengan pembacaan doa tolak bala

2. Selamatan kampung, biasanya disertai dengan menulis wafak di atas piring kemudian dibilas dengan air, seterusnya dicampurkan dengan air di dalam drum supaya bisa dibagi-bagikan kepada orang banyak untuk diminum

3. Mandi Safar untuk membuang sial, penyakit, dan hal-hal yang tidak baik. Menurut informasi, kebiasaan mandi Safar ini dilakukan oleh mereka yang berdiam di daerah pinggiran sungai atau batang banyu.

4. Tidak melakukan atau bepergian jauh

5. Tidak melakukan hal-hal yang menjadi pantangan atau pamali, dan sebagainya.

Bagi orang Jawa, untuk menyambut Arba Wekasan biasanya dilakukan dengan membuat kue apem dari beras, kue tersebut kemudian dibagi-bagikan dengan tetangga. Ini dimaksudkan sebagai sedekah dan tentu saja untuk menolak bala. Karena ada hadits Nabi Saw yang menyatakan bahwa “sedekah dapat menolak bala”.

Hal lain yang juga menarik untuk diamati adalah, adanya anggapan orang Banjar bahwa anak-anak yang dilahirkan pada hari Rabu bulan Safar, jika sudah agak besar akan menjadi anak yang nakal dan hyperactive, sehingga untuk mencegah anak tersebut agar tidak nakal, disyaratkan agar sesudah ia lahir ditimbang (batimbang). Seberapa berat badan anak tersebut nantinya diganti (sebagai tebusan) dengan bahan makanan untuk disedekahkan ataupun dibacakan doa selamat.

Boleh jadi, bermula dari sinilah kemudian muncul berbagai anggapan berkenaan dengan bulan Safar, yang intinya sama. Bulan Safar sebagai “bulan nahas, bulan sial, bulan panas, bulan diturunkannya bala dan penyakit, dan bulan yang harus diwaspadai keberadaannya”. Karena pada bulan ini, segala penyakit, racun, dan hal-hal yang berbau magis memiliki kekuatan yang lebih besar dan lebih kuat dibanding pada bulan lainnya. Terlebih-lebih lagi tatkala memasuki hari Rabu terakhir di bulan Safar, yang dinamakan dengan Arba Musta’mir atau dalam bahasa Jawa disebut Arba Wekasan.

Anggapan bahwa bulan Safar adalah bulan yang tidak baik, memang dipahami secara umum oleh orang-orang Melayu sebagaimana paham dari orang-orang Arab jahiliyah pada masa dulu. Khusus bagi orang Banjar, mengapa mereka beranggapan bulan Safar sebagai bulan “panas dan sial”? Ada beberapa hal yang bisa menjelaskan, sebab-musabab munculnya anggapan seperti itu:

Pertama, masa atau waktu ketika ilmu-ilmu magis masih hidup dan berada pada zamannya, konon menjadi semacam kebiasaan dalam masyarakat Banjar orang-orang tertentu yang menguasai ilmu sihir (semacam guna-guna, teluh, santet, atau parang maya) melakukan ritual khusus untuk mengirimkan ilmunya kepada orang lain dengan tujuan tertentu pada bulan Safar. Pada bulan Safar katanya ilmu yang mereka lepas tersebut lebih ampuh dibanding pada bulan yang lain, dan orang yang terkena ilmu itupun akan susah untuk disembuhkan. Jika tujuan pelepasan ilmu untuk membuat orang yang terkena sakit maka akan sakit, jika untuk membuat orang terpikat maka akan terpikat, bahkan keampuhan pikatan tersebut bisa membuat orang yang terkena tergila-gila, dan seterusnya.

Kedua, orang Banjar adalah orang yang memiliki keterikatan kuat dengan dunia gaib, karena itu pada orang Banjar (hingga sekarang) masih ditemui mereka-mereka yang memiliki hubungan khusus dengan orang gaib atau orang halus (yang terdiri dari bangsa jin atau orang-orang terkenal zaman dulu yang berpindah tempat dan menjadi orang gaib, misalnya raja-raja Banjar, orang sakti, datu-datu, dan sebagainya), melalui pengakuan sebagai keturunan (tutus) ataupun bagampiran. Hubungan dengan dunia gaib tersebut juga terjalin melalui benda-benda tertentu yang terkadang mereka warisi secara turun-temurun, misalnya keris, besi tuha, minyak, dan sebagainya. Bahkan perwujudan dari hubungan tersebut juga ada berupa “peliharaan gaib” yang menjadi sahabat mereka, misalnya berupa buaya atau ular gaib. Baik benda ataupun peliharaan gaib yang menjadi media penghubungan dan keterikatan orang Banjar dengan dunia gaib tersebut tidak semuanya membawa aroma positif, sebagian di antaranya ada pula yang membawa aroma magis negatif. Benda-benda atau peliharaan gaib tersebut biasanya minta dijaga, dipelihara, dan diberi makan melalui ritual-ritual tertentu. Apabila yang bersepakat menjaga dan memelihara dia lupa memberi makan atau menyediakan sesuatu yang sudah dipesankannya, biasanya ada salah seorang anggota keluarganya yang jatuh sakit, kesurupan, bahkan semacam terkena “kutukan”, misalnya mati tenggelam, hilang di tengah hutan, tersesat di alam gaib, di sambar buaya, dan sebagainya, sesudah sebelumnya diberi tanda. Ritual untuk “memberi makanan gaduhan” ini dilakukan satu tahun sekali, dan biasanya pada bulan Safar.

Ketiga, ada pula yang meyakini, bahwa sebagian dari benda-benda gaib tersebut tidak memiliki tuan yang menjaga, memelihara, dan memberi mereka makan sebagai gaduhan, benda-benda gaib ini bersifat liar. Akibatnya, karena tidak ada yang menggaduh dan melaksanakan ritual memberi makan kepada mereka, mereka akhirnya mencari sendiri. Bulan pelepasan dan kebebasan mereka diyakini oleh orang Banjar pada bulan Safar, itulah sebabnya pituah orang bahari kepada sanak keluarga mereka untuk selalu hati-hati dan waspada jika menghadapi atau memasuki bulan Safar.

Keempat, orang Banjar juga meyakini bahwa mereka yang memiliki gaduhan berupa racun melepaskan gaduhan (racunnya) tersebut pada bulan Safar. Karena itu dianggap pamali untuk makan atau jajan disembarang tempat, ditakutkan jika terkena racun gaduhan tersebut.

Menurut penulis, boleh jadi lahirnya pemahaman di atas karena memang banyak kasus atau kejadian yang menimpa orang Banjar dan kebetulan pas di bulan Safar. Sehingga karena seringnya terjadi apa yang ditakuti oleh orang Banjar di atas pada bulan Safar, lalu mereka menjustifikasi bulan Safar sebagai bulan yang penuh kesialan, marabahaya, dan seterusnya. Akibatnya, dalam perspektif orang Banjar, bulan Safar adalah bulan yang harus diwaspadai dan ditakuti, sehingga dianggap pamali (pantang) bagi orang Banjar untuk melakukan kegiatan-kegiatan penting di bulan Safar, misalnya:

1. Melangsungkan perkawinan,

2. Memulai pembangunan (batajak) rumah

3. Menurunkan kapal (nelayan) untuk melaut mencari ikan

4. Bepergian jauh (madam) untuk mencari penghidupan yang lebih baik

5. Memulai berusaha, memulai untuk berdagang, bercocok tanam, mendulang (emas atau intan), dan sebagainya.

Sebab, akhir dari semua kegiatan tersebut dalam pemahaman mereka adalah (kebanyakannya lebih kepada) kegagalan atau kesusahan, dan Khusus bagi mereka yang mendulang sangat rentan terkena racun atau wisa.

Berbagai ragam tradisi budaya dan ritual diberbagai daerah di Nusantara juga mewarnai anggapan terhadap bulan Safar. Di daerah Ulakan, Minangkabau (Sumatera Barat), ada pula tradisi yang dinamakan dengan Basapa atau Bersafar. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Minangkabau, Ulakan, Pariaman dan sekitarnya untuk menghormati dengan berziarah ke makam seorang ulama besar Ulakan, yakni Syekh Burhanuddin Ulakan pada hari Rabu sesudah tanggal 10 Safar. Syekh Burhanuddin Ulakan adalah khalifah tarekat Syathariyah yang wafat pada hari Rabu, 10 Safar 1111 H.

Tradisi Basapa ke makam Syekh Burhanuddin di Ulakan, mirip pula dengan tradisi Bersafar ke makam Upu Daeng Menambon di daerah Sebukit Raya, yang dilakukan oleh masyarakat Menpawah Kalimantan Barat.

Seiring dengan perkembangan zaman dan peredaran waktu, paham masyarakat Banjar terhadap bulan Safar sebagaimana dijelaskan di atas, memang sudah mulai berkurang dan mengalami perubahan, tidak seperti dulu lagi dalam memandang bulan Safar. Namun, tentu saja mereka yang menganggap Safar sebagai bulan “panas, penyakit, penuh bahaya, nahas, sial, jelek” masih ada. Untuk itulah menjadi hal yang signifikan merekonstruksi pemahaman masyarakat terhadap bulan Safar, agar Safar tidak menjadi sebuah mitos dan trauma yang menakutkan. Karena, Dalam catatan sejarah Islam sendiri banyak peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada bulan Safar, antara lain: (1) Berlangsungnya perkawinan antara Nabi Muhammad Saw dengan Khadijah binti Khuwailid (2) Peperangan pertama yang diikuti Rasulullah Saw, yakni perang ‘Wudan’ atau ‘Abwa’ untuk menentang kekufuran (3) Peperangan Zi Amin dan Bi’ru Ma’unah terjadi pada tahun ke-3 dan ke-4 Hijriyah, di bawah pimpinan Al-Munzir bin ‘Amr As Sa’idiy (4) Perang Khaibar terhadap orang-orang Yahudi, terjadi pada tahun ke-7 Hijriyah (5) Peperangan Maraj Rahit pada tahun ke-13 H di pinggiran kota Damaskus (Syria) di bawah pimpinan Khalid bin Al-Walid (6) Perlantikan ‘Abd al-Rahman al-Ghafiqiy sebagai Gubernur Andalusia (Spanyol) pada tahun 113 H (7) Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari (ulama besar Kalimantan) dilahirkan pada tanggal 15 Safar 1122 H, dan lain-lain. Dengan demikian, bulan Safar tidak selalu identik dengan bulan kejelekan, bulan sial atau tidak memiliki sejarah yang besar.

Alquran dengan tegas menyatakan: “Katakanlah (wahai Muhammad), tidak sekali-kali akan menimpa kami sesuatu pun melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung yang menyelamatkan kami dan kepada Allah jualah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal” (QS. al-Taubah 51). Pada ayat yang lain: “Jika kamu ditimpa musibah, maka katakanlah “Innalillahi wa Inna Ilaihi Raaji’uun”. Inilah sepatutnya yang menjadi pegangan bagi umat Islam dalam memaknai bulan Safar dan hal-hal yang terjadi di dalamnya; memperbanyak amal ibadah, zikir, doa, sedakah, guna lebih mendekatkan diri kepada-Nya.

(http://zuljamalie.blogdetik.com/2009/07/17/bulan-safar/)


Tahukah anda Nabi Muhammad Rasululluh meninggal dunia dibulan Safar ???!!!!!!

Persiapan Perang Tabuk

Sebanyak 30.000 pasukan Muslimin siaga dan mendirikan tenda di daerah dekat kota Madinah. Jumlah pasukan ini adalah yang terbesar dari sebelumnya. Rasulullah Saw sendiri yang menjadi panglima pasukan itu. Beliau memeriksa persiapan-persiapan pasukannya. Setelah itu, panglima Muslimin itu berpidato di depan pasukannya.
Beliau menunjuk Ali bin Abi Talib sebagai pemimpin di Madinah selama kepergiannya beserta pasukan kaum Muslimin ke Tabuk. Pasukan Muslimin tiba di padang Tabuk yang panas membara setelah menempuh perjalanan sejauh 600 kilometer. Namun mereka terkejut setibanya di tempat itu. Tidak melihat tanda-tanda pasukan Romawi. Nampaknya pihak musuh telah mengetahui gerakan pasukan Muslimin yang penuh semangat untuk mati syahid. Pemimpin Romawi memutuskan untuk menarik mundur pasukannya dari arah utara.
Pasukan Muslimin berdiam di Tabuk selama 20 hari sebelum kembali ke Madinah. Tanpa pertempuran apa pun.

Persekongkolan Orang Munafik

Sekembalinya dari Tabuk, sekelompok orang munafik memiliki niat jahat kepada Rasulullah Saw. Mereka berhajat untuk menghabisi panglima orang-orang pencinta kebenaran itu. Kaum munafik itu ikut serta dalam perjalanan ke Tabuk hanyalah didorong oleh rasa takut kepada kaum Muslimin lainnya.
Mereka ingin menakut-nakuti unta tunggangan Rasulullah Saw dengan bersembunyi di balik bukit. Bila Rasulullah Saw terjatuh, mereka mudah membunuhnya. Tapi niat keji itu tersingkap dan membuat orang-orang munafik melarikan diri. Pasukan Muslimin ingin segera menghabisi hidup kaum munafik itu, namun Rasulullah Saw meminta mereka untuk membiarkannya. Sekembalinya dari Tabuk, Rasulullah Saw memerintahkan kaum Muslimin untuk menggusur " Masjid Dhirar ". Perintah ini berasal wahyu Allah Swt.
Peperangan Tabuk adalah ungkapan dan pameran kekuatan pasukan kaum Muslimin. Seluruh kaum Muslimin mengambil bagian dalam pertempuran kali ini. Melihat kekuatan yang begitu besar, negara-negara tetangga dan orang-orang kafir menjadi enggan untuk terlibat dalam persekongkolan untuk merongrong pemerintahan Islam.

Pengakuan Orang-orang Kafir

Hingga tahun ke-9 Hijriah, orang-orang kafir masih menunaikan ibadah Haji sesuai dengan kebiasaan nenek moyang meeka. Pada tahun yang sama, surat al-Baraah atau al-Taubah diturunkan. Rasulullah Saw mempercayakan kepada Ali untuk membacakan surat itu di hadapan orang-orang kafir Makkah. Beliau memerintahkan Ali untuk menyampaikan: " Tidak diperbolehkan orang-orang kafir memasuki rumah suci Ka'bah terhitung sejak hari ini. Dan mulai hari ini, tidak diperbolehkan untuk melaksanakan ibadah di sekitar Ka'bah dengan telanjang. "
Sesuai perintah Rasulullah Saw, Ali berangkat menuju Makkah dan membacakan surat al-Baraah yang baru saja diturunkan yang ditujukan kepada orang-orang kafir itu.

Mubahalah (saling mohon kutukan Allah Swt)

Rasulullah Saw mulai mengirimkan surat kepada penguasa-penguasa yang ada di dunia. Beliau mengirimkan surat kepada keuskupan di Najran dan mengajak orang-orang Kristen yang ada di sana untuk memeluk Islam. Bila menolak, mereka diharuskan untuk membaya jiz'ah (pajak) sebagai bentuk dukungan mereka kepada pemerintahan Islam.
Sang uskup telah membaca tentang kedatangan seorang Nabi baru setelah Isa putra Maryam As. Dia juga mengetahui kedatangan Nabi baru melalui kitab suci. Kemudian dia segera mengirimkan utusan ke Madinah untuk mencari tahu kebenaran berita itu. Sesampainya di Madinah, mereka memulai diskusi dengan Rasulullah Saw. Utusan itu tidak merasa jelas dengan penjelasan Rasulullah Saw.
Malaikat Jibril As menyampaikan wahyu dan risalah dari Yang Maha Kuasa kepada Nabi saw. Dalam wahyu tersebut, Nabi dan orang-orang arif Najran diperintahkan untuk pergi ke gurun Najran sambil memohon kepada Allah swt agar mengutuk siapa yang sebenarnya berdusta.
Ketika Mubahalah tiba, Rasulullah Saw hanya membawa empat orang keluarganya dari Ahlul Bayt: Ali, Fatimah, Hasan dan Husain. Sewaktu orang-orang Nasrani itu melihat Nabi Saw beserta rombongan pilihannya, pemimpin Nasrani itu berkata: " Demi Tuhan saya meyaksikan wajah-wajah mereka yang jika mereka (orang-orang Nasrani) mengutuk Nabi Saw bersama rombongannya, maka gurun sahara itu akan menjadi neraka dan akan meluas ke wilayah Najran. Orang-orang Nasrani akan musnah terbunuh oleh siksaan dan azab ini.
Sebagai hasilnya, mereka menyetujui untuk membayar pajak. Diputuskan bahwa orang-orang Nasrani akan membayar sebanyak 2.000 Hullas (jubah dan 30 busur panah kepada kaum Muslimin).

Haji Perpisahan

Pada 25 Zulhijah tahun ke-10 Hijriah, Nabi Saw mengumumkan akan menunaikan haji tahun itu Beliau berpesan, siapa saja yang mau menyertainya hendaknya mempersiapkan diri.
Berita ini menciptakan semangat dan kegirangan di kalangan kaum Muslimin dan bersama Nabi Saw akan ikut serta ratusan kaum Muslimin. Rasulullah saw menunjuk Abu Dujana sebagai wakil beliau di Madinah. Beliau beserta sahabat-sahabat lainnya bergegas menuju Makah.
Rasulullah Saw memulai pelaksanaan rukun ibadah Haji di Zulhulaifah dan melantunkan Labaik. Dari Zulhulaifah, Rasulullah Saw bertolak menuju Makkah.
Setelah sepuluh hari tiba di Makkah, beliau memasuki Masjidil Haram dan melaksanakan rukun-rukun Haji yang lainnya. Hari berikutnya beliau menyampaikan pidato di Mina. Beliau bersabda: " Kita membutuhkan kemapanan dalam pemerintahan Islam. "

Wasiat Ghadir Khum

Pada hari Kamis, 18 Zulhijah, Nabi Saw tiba di dekat ladang Juhfa. Pada saat itu, malaikat Jibril As menyampaikan wahyu dari Tuhan yang harus beliau sampaikan. Rasulullah Saw mengumpulkan para sahabat dengan mengatakan bahwa beliau akan mengumumkan suatu pesan yang sangat penting.
Ratusan jamaah Haji berhimpun pada pelaksanaan acara pidato Rasulullah Saw. Telinga mereka dipasang baik-baik untuk mendengarkan pesan yang akan disampaikan Rasululllah Saw.
" Segala puji dan puja bagi Allah Yang Maha Kuasa. Hanya pada-Nya kita meminta pertolongan dan keimanan, Dialah tempat tumpuan hajat manusia. Aku (Muhammad Saw) bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Dan Muhammad Saw adalah hamba dan utusan-Nya. Wahai kaum Muslimin, aku (Muhammad) segera meninggalkan kalian semua dan kutinggalkan dua wasiat yang berharga kepada kalian yaitu al-Qur'an dan Ahlul Baytku. Keduanya tidak akan terserak satu sama lain sampai kalian menjumpaiku di telaga Kautsar (pada hari pengadilan). Oleh karena itu, jagalah mereka dan jangan engkau tinggalkan. Jika engkau tinggalkan wasiat ini, maka engkau akan binasa. "
Kemudian beliau menggapai tangan Ali bin Abi Talib dan mengangkatnya seraya bersabda: " Barang siapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpin kalian sepeninggalku. Ya Allah, cintailah orang-orang yang mencintai Ali dan musuhilah orang-orang yang memusuhi Ali. Tolonglah orang-orang yang menolong Ali dan binasakanlah orang-orang yang membinasakan Ali.

Wafatnya Nabi

Setelah melakukan perjalanan yang melelahkan itu, Rasulullah Saw jatuh sakit. Sekelompok orang memanfaatkan keadaan dan bermunculan nabi-nabi palsu. Setelah Rasulullah Saw mendengar berita ini, beliau memerintahkan untuk membunuh mereka.
Suatu hari dalam keadaan payah, Nabi Saw dengan dibantu oleh Imam Ali berziarah ke kuburan sahabat-sahabatnya yang telah gugur di pekuburan Baqi. Lalu setelah itu, beliau meminta Imam Ali untuk membawanya pulang.
Hari demi hari berlalu, sakit Nabi bertambah serius dan parah hingga insan kamil itu menghembuskan nafasnya yang terakhir di pangkuan Imam Ali. Manusia suci itu telah kembali menghadap kekasihnya pada hari Senin tanggal 28 Safar tahun ke-11 Hijriah. Mangkatnya beliau menyebabkan dunia Islam berkabung dan berduka.

Mutiara Hadits Rasulullah Saw

Seburuk-buruk manusia di hadapan Allah Swt adalah seorang alim yang tidak mengamalkan ilmunya dan tidak mengambil manfaat dari ilmu yang dimilikinya.

Semulia-mulia rumah adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak-anak yatim disantuni dengan kasih sayang dan cinta.

Taruhlah rasa hormat kepada manusia dan rendahkanlah diri di hadapannya karena ketawadhuan dan tambahkanlah nilai itu pada manusia.

Orang-orang yang beriman pada Allah Swt, hari akhir dan janji-janji Allah Swt hendaknya menunaikan amanah dan janjinya.

Seorang anak yang memandang orang tuanya dengan kasih sayang adalah sama dengan mengerjakan ibadah kepada Allah Swt.

Sahabat yang berbudi luhur dan mulia adalah jauh lebih berharga dari pada harta benda.




Riwayat Hidup Rasulullah Saw

Nama : Muhammad Saw
Ayah : Abdullah bin 'Abdul Muthalib
Ibu : Aminah binti Wahab
T.Tgl.Lahir: Makkah, Sabtu 17 Rabiul Awal
Wafat : Senin, 28 Safar 11 H.
Marqad : Madinah






Adab Bepergian (safar)


Bepergian suatu hal yang tak dapat dihindari oleh setiap manusia. Baik bepergian untuk mencari rizki, silaturrahim pada keluarga, atau ibadah haji dan umroh. Agar bepergian kita lebih bermana dan memiliki pahala yang mulia di sisi Allah swt, maka kita dianjurkan melakukan adab-adabnya, yaitu:

Pertama: Istikharah. Sangat dianjurkan bagi setiap muslim yang akan bepergian, terutama untuk haji atau umrah, melakukan Istikharah. Doa yang paling utama dibaca dalam Istikharah adalah:

اَسْتَخِيْرُ اللهَ بِرَحْمَتِهِ خِيَرَةً فِي عَافِيَةٍ

Astakhîrullâha bi rahmatihi khiyaratan fî ‘âfiyatin.
Aku memohon pilihan kepada Allah dengan rahmat-Nya pilihan dalam keselamatan.
dibaca 3 kali, 7 kali, 10 kali, 50 kali, 70, atau 100 kali.

Kedua: Memilih Waktu. Waktu yang baik untuk bepergian: hari Sabtu, Selasa, atau Kamis. Hari yang tidak baik untuk bepergian: Hari Senin,Rabu, dan hari Jum’at sebelum shalat Jum’at. Demikian juga tidak baik untuk bepergian pada tanggal: 3, 4, dan 5 bulan Hijriyah. Jika terpaksa harus melakukan bepergian pada hari-hari atau tanggal yang tidak baik atau na’as itu, maka hendaknya bersedekah dan membaca Surat Fatihah, Surat Falaq dan An-Nas, ayat Kursi, Surat Al-Qadar, dan Surat Ali-Imran dari kalimat: “Inna fi khalqis samawati wal ardhi, hingga akhir Surat.”

Ketiga: Washiyat. Dianjurkan untuk setiap orang yang akan bepergian, terutama untuk haji, agar menyampaikan wasiat kepada keluarganya. Wasiat itu bisa berkenaan dengan urusan yang harus dilakukan, kewajiban, atau utang piutang. Ia juga dapat menyampaikan amanat yang harus dilakukan oleh anggota keluarganya.

Keempat: Pemberitahuan. Nabi saw bersabda: “Apabila seorang muslim akan bepergian, ia harus memberitahukan saudara-saudaranya. Begitu pula wajib bagi saudara-saudaranya menemui ketika ia kembali.”

Kelima: Bersedekah. Hendaknya bersedekah sebelum bepergian untuk memperoleh keselamatan dan bersedekah lagi ketika kembali sebagai ungkapan syukur. Setelah bersedekah ucapkan doa ini:

اَللَّهُمَّ اِنِّي اِشْتَرَيْتُ بِهَذِهِ الصَّدَقَةِ سَلاَمَتِي وَسَلاَمَةَ سَفَرِي وَمَامَعِي. اَللَّهُمَّ احْفَظْنِي وَاحْفَظْ مَامَعِي، وَسَلِّمْنِي وَسَلِّمْ مَامَعِي وَبَلِّغْنِي وَبَلِّغْ مَامَعِي بِبَلاَغِكَ الْحَسَنِ الْجَمِيْل

Allâhumma innî isytaraytu bi hâdzi-hish shadaqati salâmatî wa salâmata safarî wamâ ma’î, Allâhumma wahfazhnî wahfazh mâ ma’î wa sallimnî wa sallim mâ ma’î wa ballighnî wa balligh mâ ma’î bi baghikal hasanil jamîl.

Ya Allah, aku membeli dengan sedekah ini keselamatanku dan keselamatan per-jalananku dan apa saja yang bersamaku. Selamatkan aku dan selamatkan yang bersamaku. Sampaikan aku dan yang bersamaku dengan cara penyampaianmu yang indah dan baik.

Keenam: Mandi sunnah dan lakukan shalat Safar dua rakaat. Rakaat pertama, setelah Al-Fatihah baca Surat Al-Ikhlash. Rakaat kedua setelah Al- Fatihah baca Surat Al-Qadar. Setelah shalat, sujudlah lalu baca doa berikut (100 kali):

اَسْتَخِيْرُ اللهَ بِرَحْمَتِهِ خِيَرَةً فِي عَافِيَةٍ

Astakhîrullâha bi-rahmatihi khiyara-tan fî ‘âfiyatin.
Aku memohon pilihan kepada Allah dengan rahmat-Nya pilihan dalam keselamatan.

Kemudian membaca: Ayat Kursi, tahmid, dan shalawat kepada Nabi saw
dan keluarganya. Kemudian membaca doa ini:

اَللَّهُمَّ اِنِّي اَسْتَوْدِعُكَ نَفْسِي وَاَهْلِي وَمَالِي وَذُرِّيَّتِي وَدُنْيَايَ وَآخِرَتِي وَاَمَانَتِي وَخَاتِمَةَ اَعْمَالِي

Allâhumma innî astauwdi`uka nafsî wa ahlî wa mâlî wa dzurriyyatî wa dun-yâya wa âkhiratî wa amânatî wa khâtimata a`malî.

Ya Allah, aku titipkan kepadamu diriku, keluargaku, hartaku, keturunanku, duniaku dan hartaku, amanatku, dan penutup amalku.

Baca juga Surat Al-Fatihah, Al-Falaq, Al-Nas, AL-Qadar, ayat kursi dan akhir surat Ali-Imran dimulai dari Inna fi Khalqis samawati wal ardhi .

Ketujuh: Ketika keluar rumah bacalah: Tasbih Az-Zahra’, Surat Fatihah, ayat Kursi, kemudian baca doa ini:

اَللَّهُمَّ اِلَيْكَ وَجَّهْتُ وَجْهِي، وَعَلَيْكَ خَلَّفْتُ اَهْلِي وَمَالِي وَمَاخَوَّلْتَنِي، وَقَدْ وَثِقْتُ بِكَ فَلاَتُخَيِّبْنِي يَا مَنْ لاَيُخَيِّبُ مَنْ اَرَادَهُ وَلاَيُضَيِّعُ مَنْ حَفِظَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَاحْفَظْنِي فِيْمَا غِبْتُ عَنْهُ وَلاَتَكِلْنِي اِلَى نَفْسِي يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Allâhumma ilayka wajjahtu wajhî, wa ‘alayka khallaftu ahlî wa mâli wamâ khawwaltanî, wa qad wa-tsiqtu bika falâ tukhayyibnî yâ man lâ yukhayyibu man arâdahu walâ yudhayyi’u man hafizhahu. Allâhumma shalli `alâ Muhammadin wa âlihi wahfazhnî fîmâ ghibtu`anhu walâ takilnî ilâ
nafsî yâ Arhamar râhimîn.

Ya Allah, kepada-Mu kuhadapkan wajahku; kepada-Mu kutinggalkan keluargaku, hartaku, dan apa yang telah Kau anugerahkan kepadaku. Sungguh aku mempercayai-Mu, maka jangan kecewakan aku wahai Yang Tidak Mengecewakan orang yang berkendak kepada-Nya, dan Yang Tidak Menyia-nyiakan orang yang dipelihara-Nya. Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya, dan peliharalah aku selama pepergianku serta jangan serahkan aku kepada diriku wahai Yang Mahakasih dari segala yang mengasihi.

Kedelapan: Ketika mengendarai kendaraan, bacalah doa berikut ini:

سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَاكُنَّالَهُ مُقْرِنِيْنَ

Subhânalladzî sakhkhara lanâ hâdzâ wamâ kunnâ lahu muqrinîn.
Mahasuci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. (Az-Zukhruf: 13).

Kemudian membaca zikir ini:

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ وَلاَ اِلَهَاِلاَّ اللهُ

Subhânallâh wal-hamdulillâh wa lâ ilâha illâh

Kesembilan: Sepanjang perjalanan perbanyaklah Zikir
(kitab Mafatihul Jinan, bab 2, halaman 303)

Wassalam
Syamsuri Rifai

Macam2 shalat sunnah, doa-doa pilihan, dan artikel2 Islami:
http://syamsuri149.wordpress.com
http://shalatdoa.blogspot.com
Amalan praktis dan Doa2 harian dan bulanan secara lengkap:
http://islampraktis.wordpress.com
Tafsir tematik, keutamaan surat2 Al-Qur’an:
http://tafsirtematis.wordpress.com
Adab2 dan doa2 haji dan umroh:
http://almushthafa.blogspot.com
Milis:
http://groups.google.com/group/keluarga-bahagia
http://groups.yahoo.com/group/Shalat-Doa
http://groups.google.co.id/group/feng-shui-islami
Syam Multiply: http://syamsuri149.multiply.com
Syam Friendster: http://profiles.friendster.com/syamrifai

sumber:Posted on by Syamsuri Rifai/http://syamsuri149.wordpress.com/2008/10/20/adab-bepergian-safar/


0 comments to "Bulan Safar jar urang Banjar !!!!! ( Ada apa dibalik bulan Safar ? )"

Leave a comment