Surat az-Zumar berarti kelompok atau rombongan. Sebab penamaan surat ke-39 dari al-Quran ini dikarenakan dalam surat ini digambarkan mengenai hari kebangkitan. Pada hari itu manusia secara berkelompok-kelompok berjalan menuju tempat abadi mereka; apakah ke surga atau neraka. Ahli-ahli tafsir juga menyebut nama lain untuk surat ini, yaitu Ghuraf yang berarti kamar-kamar. Mari kita simak bersama ayat pertama dan kedua dari surat ini...
Artinya:
Kitab (Al-Quran ini) diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al-Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.
Surat az-Zumar tergolong surat-surat Makiyah dan memiliki 75 ayat. Dalam surat ini ditegaskan bahwa agama yang hanif atau suci adalah agama Islam dan dijelaskan juga bahwa kecenderungan manusia akan tauhid merupakan prinsip dan fitrah manusia. Bila manusia mengikuti tuntunan fitrahnya yang tersembunyi dalam wujudnya, niscaya semua manusia akan mendapat hidayah. Di sini ketika Allah berkehendak agar dapat mensucikan manusia, ada satu pemikiran prinsip yang disampaikan bahwa sekejap manusia memikirkan sekutu bagi Allah, saat itu juga agamanya telah bercampur dengan unsur-unsur asing. Yakni manusia telah mengotori agamanya. Oleh karenanya al-Quran dalam surat az-Zumar sangat memperhatikan masalah ini dan menyebutnya dalam beberapa ayat.
Sejumlah ayat surat ini juga mengisyaratkan tentang ilmu Allah yang tak berhingga. Dengan ini al-Quran ingin menunjukkan kepada manusia bahwa tidak ada pekerjaan; baik atau buruk yang dilakukan manusia yang tidak diketahui oleh-Nya. Selain itu, bukan hanya perbuatan, Allah juga mengetahui apa yang dipikirkan manusia.
Sebagian dari surat az-Zumar memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang mendapat hidayah. Mereka yang mendengar pelbagai informasi dan pemikiran tapi hanya memilih yang terbaik. Lapang dada merupakan karakter mereka guna menerima kebenaran. Setelah itu ayat menjelaskan mengenai turunnya hujan sebagai simbol tanda-tanda keagungan ilahi. Agar semakin jelas bahwa al-Quran adalah wahyu Allah, ayat menyamakannya dengan butiran-butiran air hujan yang jatuh ke bumi dan meresap dalam hati bumi. Di sini hanya tanah subur dan siap yang mampu memanfaatkan fitrah air hujan yang mampu menghidupkan tumbuh-tumbuhan. Begitu juga manusia, hanya hati yang berada di bawah bimbingan-Nya dan dengan melakukan pensucian diri yang siap menerima ayat-ayat ilahi. Hati manusia yang semacam ini akan tumbuh dan menemukan kebahagiaan.
Setelah memberikan penjelasan mengenai kesiapan hati manusia, ayat-ayat surat az-Zumar melakukan perbandingan antara orang mukmin dan kafir. Kita simak bersama bacaan surat az-Zumar ayat 21...
Artinya:
Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.
Surat az-Zumar menyebut al-Quran sebagai kelaziman bagi manusia bila ingin mendapat hidayah. Hal ini dijelaskan dalam beberapa ayat dengan sebutan; diturunkan dengan kebenaran, ucapan terbaik, diturunkan berbahasa Arab tanpa penyelewengan dan penggambaran indah mengenai pengaruh mendalam ayat-ayat al-Quran ke dalam hati manusia yang siap menerimanya. Kita simak bersama ayat ke-23 dari surat az-Zumar ini...
Artinya:
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Alla, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya.
Sejarah Islam penuh dengan tanda-tanda pengaruh luar biasa al-Quran kepada hati orang-orang mukmin, bahkan kepada orang-orang non-muslim yang hatinya telah siap. Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa al-Quran adalah wahyu ilahi yang sesuai dengan segala kebutuhan materi dan non-materi manusia. Al-Quran adalah petunjuk manusia di setiap masa.
Pembahasan lain yang mendapat perhatian surat az-Zumar adalah kemarahan dan kerelaan Allah akibat sikap manusia yang bersyukur atau mengingkari nikmat Allah. Contoh-contoh yang dibawakan terkait masalah ini menggambarkan cara pandang manusia akan kemurahan Allah. Ayat-ayat menjelaskan bahwa Allah telah memberikan manusia nikmat yang tak terhingga, namun kebanyakan mereka malah mengingkarinya. Sifat tidak bersyukur manusia ini bakal muncul ketika ia mengalami masalah dan musibah. Kata kafur yang disandarkan kepada manusia menunjukkan arti sangat mengingkari. Tentu saja hal ini menunjukkan bahwa manusia melupakan segala nikmat yang telah diterima dan dimanfaatkannya.
Terkadang Allah menyebut sederet nikmat-Nya yang telah diberikan kepada hamba-hamba-Nya guna mengingatkan mereka. Dengan membandingkan orang-orang yang mengingkari dan mereka yang bersyukur, Allah menyeru manusia untuk bertakwa, bertawakkal, bertaubat dan memanfaatkan rahmat-Nya. Kita simak bersama firman Allah dalam surat az-Zumar ayat ke-27...
Artinya:
Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al-Quran ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.
Ayat-ayat terakhir surat az-Zumar mengisahkan kondisi orang-orang yang berada di surga dan neraka. Itulah mengapa Allah menyifati hari kiamat dengan sifat yang jelas.
Di akhir penjelasan surat az-Zumar ini ada baiknya kita mengingat doa berikut yang artinya, "Ya Allah jadikanlah kami sebagai orang-orang yang tahu bersyukur dan jangan jadikan kami sebagai orang-orang yang lalai." (IRIB)
0 comments to "Mengenal Surat Az-Zumar"