Home , , � Menilik Persatuan Islam serta Sastra di Tahun 2010

Menilik Persatuan Islam serta Sastra di Tahun 2010

Rahbar

Persatuan Islam adalah buah yang manis dari kebersamaan dan solidaritas di antara orang-orang yang meyakini keesaan Allah dan menginginkan dunia yang aman dan adil. Tahun 2010 telah berlalu dengan berbagai peristiwa penting dan transformasi signifikan yang menunjukkan adanya upaya keras dari para cendekiawan dan ulama Islam untuk memperkuat persaudaraan di antara umat Islam sedunia. Dalam banyak kasus, upaya itu telah memperlihatkan hasilnya yang cukup menggembirakan.

Bulan Februari 2010, seiring dengan milad Nabi Muhammad Saw kaum muslimin memperingati Pekan Persatuan Islam. Seperti biasa pekan ini kembali mengingatkan akan pentingnya persatuan Islam untuk membela hak, memuliakan dan meninggikan martabat umat Islam. Kekompakan, kebersamaan dan solidaritas di antara kaum muslimin di bawah payung ajaran Nabi Muhammad Saw mementaskan kesatuan hati dan agama umat ini.

Situs Islam Online dalam sebuah ulasannya mencoba menganalisa pandangan para pakar dan laporan berita yang disuguhkan oleh media-media massa Barat termasuk majalah Times. Analisa itu membahas 10 peristiwa keagamaan yang penting di tahun 2010. Dari kesepuluh peristiwa itu fatwa Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei yang mengharamkan penghinaan terhadap keyakinan Ahlussunnah dinilai sebagai peristiwa paling penting.

Dalam fatwa itu, dalam menjawab salah satu pertanyaan, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyatakan, "Haram hukumnya menghina simbol-simbol yang dipandang sakral oleh saudara-saudara kita Ahlussunnah termasuk melontarkan tuduhan yang keji terhadap istri Nabi Saw (Aisyah). Hukum ini berlaku untuk istri seluruh Nabi terutama Nabi Besar Muhammad Saw."

Fatwa Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran ini menunjukkan ketajaman dan kedalaman pandangan beliau tentang masalah persatuan Islam. Tak ayal, fatwa ini direspon positif oleh para ulama Muslim di seluruh dunia. Sheikh Al-Azhar Sheikh Ahmad Tayyib dalam sebuah statemennya memuji fatwa Ayatollah Khamenei dan mengatakan, "Fatwa ini lahir dari pemahaman yang benar dan mendalam akan ancaman bahaya yang datang dari para penebar fitnah. Fatwa ini menunjukkan perhatian yang besar kepada masalah persatuan umat Islam."

Mirip dengan awal abad ke21, tahun 2010 juga diwarnai dengan peningkatan pesat kecenderungan masyarakat Dunia Barat kepada Islam. Akibatnya muncul kekhawatiran di kubu arogansi dunia terhadap geliat kebangkitan Islam. Islamophobia dan gerakan anti Islam yang sengaja ditumbuhsuburkan oleh arogansi dunia adalah upaya untuk melawan dan meredam kecenderungan umum kepada Islam yang kian menguat di Barat. Publikasi luas karikatur yang menghina Rasulullah Saw, pembuatan film Fitna yang menghujat Islam, dan pelecehan terhadap al-Qur'an al-Karim yang merupakan mukjizat abadi Rasulullah Saw, adalah aksi-aksi yang skenarionya disusun oleh kubu arogansi dunia.

Peringatan 11 September dijadikan alasan oleh sekelompok orang ekstrim untuk melakukan penghinaan yang tak termaafkan dengan membakar al-Qur'an. Umat Islam serentak menyuarakan penentangan dan melontarkan kecaman terhadap aksi gegabah musuh-musuh Islam itu. Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut aksi itu sebagai bukti yang terkuak akan permusuhan dunia arogansi terhadap Islam. Permusuhan ini diharapkan akan membangkitkan kesadaran umat Islam. Beliau dalam pidatonya menegaskan bahwa satu-satunya jalan untuk melawan permusuhan ini adalah dengan membentuk barisan umat Islam yang satu.

Tanggal 3 September 2010, umat Islam di berbagai penjuru dunia menggelar pawai hari al-Quds untuk menyatakan solidaritas dengan rakyat Palestina. Pawai hari al-Quds bahkan digelar di sejumlah negara non Muslim di hari Jum'at terakhir bulan Ramadhan. Hari al-Quds adalah kesempatan bagi umat Islam untuk mengumumkan dukungan kepada perjuangan pembebasan Palestina dari cengkeraman kaum Zionis. Hari al-Quds sekaligus menjadi momen bagi umat Islam untuk memamerkan kekuatan umat yang jumlah populasinya satu setengah miliar jiwa. Imam Khomeini (ra) mengenai hari al-Quds mengatakan, "Jika di hari al-Quds semua negara Islam bangkit dan mengangkat suara yang sama, bukan hanya al-Quds tapi seluruh negeri Islam di dunia ini akan menang."

Setiap tahunnya di bulan Dzulhijjah, jutaan Muslim berkumpul di tanah suci untuk menghadiri ritual besar ibadah haji. Momen haji adalah peluang emas bagi umat Islam untuk bertemu, berkenalan, saling sapa dan tukar informasi di antara jemaah haji yang datang dari berbagai negara, khususnya diantara kaum terpelajar, ulama dan cendekiawan. Ibadah haji tahun 2010 jatuh bertepatan dengan bulan November saat sekitar tiga juta orang berkumpul dalam sebuah pertemuan kolosal yang paling agung. Pertemuan itu menunjukkan kesatuan umat Muhammad ini dan kekuatannya yang bisa mengungguli kekuatan musuh-musuhnya.

Sayangnya, seiring dengan berbagai berita menarik dan menggembirakan, tahun 2010 juga diwarnai oleh berita duka ketika ribuan warga Pakistan tewas dalam sebuah bencana banjir besar. Banjir ini telah merusak sebagian besar wilayah negara itu dan menimbulkan kesengsaraan hidup bagi sekitar 20 juta warga di sana. Ratusan ribu rumah, pusat ekonomi dan infrastruktur hancur. PBB dalam laporannya menyebutkan bahwa banjir yang terjadi musim panas tahun lalu itu telah menenggelamkan sebagian besar wilayah Pakistan.

Sayangnya, di saat jutaan orang di Pakistan sedang menderita akibat bencana alam ini, reaksi dan bantuan dari masyarakat dunia terkesan sangat lamban. Lain halnya dengan umat Islam. Mereka masih mengingat sabda Nabi Saw, "Bukanlah muslim orang yang mendengar jeritan permintaan tolong dari seorang Muslim tapi tidak menggubrisnya." Bantuanpun tersalurkan dari umat Islam. Rakyat Iran yang Muslim adalah orang-orang yang pertama melangkah dalam mengulurkan bantuan kepada saudara-saudara mereka yang tertimpa musibah di Pakistan. Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Khamenei dalam pesan tertulisnya kepada bangsa Iran dan umat Islam menyeru mereka untuk segera membantu rakyat Pakistan.

Tahun 2010 masih juga diwarnai dengan konflik di tengah umat Islam yang terjadi di berbagai tempat. Pemicunya adalah ekstrimisme sebagian kelompok jumud dan reaksionir. Konflik itu terjadi di beberapa tempat di Irak, Pakistan, Afghanistan dan bahkan Iran. Korban pada umumnya adalah mereka yang bermadzhab Syiah. Di Iran, tepatnya di kota Chabahar, terjadi peristiwa teror bom yang menewaskan puluhan orang yang menghadiri upacara berkabung mengenang kesyahidan Imam Husain. Insiden serupa juga terjadi di Quetta, Pakistan saat warga sedang menggelar pawai solidaritas untuk rakyat Palestina di hari al-Quds, Jum'at terakhir bulan Ramadhan. Sementara, aksi teror bom di Baghdad tahun 2010 menelan korban sampai ratusan orang tewas dan luka-luka. Namun berkat kearifan para pemuka agama baik Sunni maupun Syiah, upaya menyulut pertikaian itu bisa diredam.

Di tahun yang sama, gelombang kebangkitan Islam semakin terasa di sejumlah negara termasuk Irak dan Afghanistan. Akibatnya, musuh-musuh Islam merasa terpojokkan dan tersisih. Di Irak, kubu Islam berhasil membentuk pemerintahan yang bertolak belakang dengan kemauan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. Di Afghanistan, kebencian rakyat kepada AS semakin meningkat menyaksikan kejahatan pasukan asing yang tak berkesudahan terhadap warga sipil. Mereka menuntut AS dan sekutu-sekutunya untuk segera mengakhiri pendudukan.(irib/10/1/2011)

Sastra di Tahun 2010

Jose Saramago

Kini, kita berada di dunia yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Pertumbuhan dan interaksi masyarakat merupakan sebuah peluang baru untuk memperkuat hubungan dan ikatan antara negara, bangsa dan budaya di tingkat dunia. Mengingat tantangan baru dunia yang semakin besar dan saling terikat, tampaknya diperlukan tujuan kolektif untuk mencapai moralitas global baru di dunia sebagai jembatan yang kokoh dan kuat sebagai penghubung antarbudaya. Inilah sebagian dari pesan penting Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan kebudayaan PBB (UNESCO) saat menamai tahun 2010 sebagai tahun mendekatkan budaya-budaya dunia.

Seni dan sastra merupakan cara hidup, sistem nilai, tradisi, adat istiadat dan keyakinan yang membangun budaya. Di sinilah seni dan sastra menemukan peran signifikan dan tanggung jawab besar.

Dunia di tahun 2010 menyaksikan persaingan ketat antarpenyair dan penulis di berbagai arena sastra internasional, festival seni-budaya dan meninggalnya para pemuka sastra dunia. Tahun 2010 diawali dengan meninggalnya penulis terkemuka dunia Jerome David Salinger. Penulis Amerika kelahiran 1 Januari 1919 ini menjulang namanya pada 1951 berkat novel "The Catcher in the Rye"(Penghampiran di Rye). Buku ini termasuk sebagai salah satu novel terbaik abad ke-20.

Sejak menempuh sekolah menengah, Salinger mulai menulis cerita pendek dan beberapa cerpennya diterbitkan awal 1940-an sebelum pecahnya Perang Dunia II. Kesuksesan novel the Catcher diikuti sejumlah cerpen terkenal seperti, Nine Stories (1953) dan Raise High the Roof Beam, Carpenters and Seymour: An Introduction (1961), dan Hapworth 16, 1924 yang muncul pertama di The New Yorker pada 19 Juni 1965. Salinger meninggal di rumahnya di Cornish, New Hampshire pada 27 Januari 2010.

Dunia sastra juga berduka atas meninggalnya Jose de Sousa Saramago di tahun 2010. Saramago adalah novelis Portugis peraih Nobel, penyair, dramawan dan wartawan. Saramago dianugerahi Hadiah Nobel untuk Sastra pada tahun 1998. Lebih dari dua juta eksemplar karya-karyanya terjual dan diterjemahkan ke dalam 25 bahasa termasuk bahasa Farsi. Pada tahun 1992, Saramago mendirikan Front Nasional untuk Pertahanan Budaya. Ia menikah dengan wartawan Spanyol Pilar del Rio, dan memiliki seorang putri dari pernikahan sebelumnya.

Novel Ensaio sobre a cegueira (kebutaan) terbit pada tahun 1995 dan melambungkan nama Saramago di tengah deretan nama penulis sastra terkemuka dunia. Buku ini bercerita tentang kisah kebutaan yang menjadi epidemi massa. Kebutaan dalam novel ini melanda hampir semua orang di sebuah kota, sekaligus menimbulkan kerusakan sosial yang begitu cepat. Berkat buku inilah, Saramago meraih penghargaan Nobel di bidang sastra pada tahun 1998.

Sembilan tahun setelah menulis buku "Kebutaan", Saramago menulis karya baru berjudul Ensaio sobre a Lucidez (Esai tentang Kejernihan). Buku ini dipublikasikan dalam bahasa Portugis pada tahun 2004. Dua tahun kemudian novel ini terbit dalam terjemahan bahasa Inggrisnya tahun 2006. Tidak sedikit para analis sastra menilai novel ini sebagai penyempurna novel Kebutaan.

Saramago adalah intelektual yang tidak bisa diam menyaksikan arogansi rezim penguasa. Dalam lawatannya ke Ramallah, Saramago menyebut rezim Zionis sejenis dengan Nazi Jerman, dengan mengatakan, "Israel menjadikan wilayah pendudukan sebagai kamp tahanan." Ketika sebuah penerbit besar Jerman membujuknya menarik pendapat mengecam Israel, Saramago lebih memilih mengganti penerbit dan tidak bersedia mengubah sikapnya.

Tahun 2010 juga menjadi tahun duka bagi para penyair Arab. Majid al-Amiri, penyair terkemuka Yordania meninggal di tahun itu. Penyair Islam-Arab ini memiliki berbagai syair yang memukau. Salah-satunya kumpulan syair berjudul Madinah Munawarah yang ditulisnya pada tahun 1976, namun hingga kini belum diterbitkan. Selain itu, karya al-Amiri lainnya berjudul "Hamzah Sayid al-Syuhada".

Selain Majid al-Amiri, deretan nama penyair terkemuka Arab lainnya meninggal dunia di tahun 2010 di antaranya penyair Suriah, Susin al-Sabaee al-Jabi, penulis Mesir Idris Ali, penyair Arab Saudi, Ahmad Salim Baatib, dan penulis terkenal Aljazair, Thahir Wathar.

Nobel sastra tahun 2010 dianugerahkan kepada Pedro Jorge Mario Vargas Llosa sastrawan kelahiran 28 Maret 1936 ini adalah seorang penulis Peru sekaligus politikus, wartawan dan eseis. Vargas Loisa saat ini menjabat sebagai profesor tamu di Universitas Princeton. Ia adalah salah satu novelis Amerika Latin yang paling signifikan, dan salah satu penulis terkemuka generasinya. Ia dianugerahi penghargaan Nobel dalam Sastra "untuk kartografi tentang struktur kekuasaan dan ketajaman dari individu resistensi, pemberontakan, dan kekalahan".

Ketenaran nama Vargas Llosa melambung tahun 1960 berkat novelnya "The Time of the Hero" (La Ciudad y los perros), Selain itu, Liosa juga memiliki karya-karya memesona di antaranya "The Green House (La casa verde, 1965/1968), dan "Conversation in the Cathedral". Kebanyakan karya Vargas Llosa dipengaruhi persepsi para penulis Peru dan pengalaman pribadinya sebagai bangsa Peru asli.

Tahun lalu, Perancis menganugerahkan penghargaan sastra kepada Michel Houellebecq. Ia lahir pada 26 Februari 1958 di pulau Reunion, Perancis. Houellebecq adalah seorang penulis kontroversial dan memenangkan penghargaan film, Perancis dan penyair.

Novel La carte et le Territoire (Peta dan Wilayah) melambungkan nama Houellebecq dan menerima Prix Goncourt, penghargaan paling bergengsi di bidang sastra Perancis, pada tahun 2010. Novel "Peta dan Wilayah adalah novel kelima Michel Houellebecq's. Judul novel ini terinspirasi oleh sebuah kutipan Korzybski Alfred, "Peta tidak berwilayah". Para pengagumnya menyebut Houellebecq sebagai penulis dalam tradisi sastra provokatif Marquis de Sade dan Baudelaire. Namun para pengkritiknya menyebut Houellebecq seorang penjual pekerjaan buruk.

Tahun 2010 dipenuhi peristiwa kontroversial di dunia Arab. Buku Kisah 1001 Malam yang sejak 150 tahun yang lalu hingga kini berulangkali naik cetak di Mesir. Sejumlah pengacara Mesir tahun lalu mengajukan gugatan ke pengadilan negara ini. Mereka mendesak pengadilan tinggi Mesir mengeluarkan perintah pelarangan buku Kisah 1001 Malam dan menyitanya. Tidak hanya itu mereka juga meminta pengadilan menindak departemen kebudayaan yang memberikan izin pencetakan buku itu. Mereka menilai buku Kisah 1001 Malam bertentangan dengan kehormatan publik dan merugikan kepentingan masyarakat Mesir.

Sebaliknya, asosiasi penulis Mesir dalam konferensi pers menyatakan dukungannya terhadap buku Kisah 1001 Malam. Mereka menilai buku ini sebagai salah satu sumber sastra Arab dan dunia. Dewan Tinggi Budaya yang bertanggung jawab mengeluarkan izin penerbitan buku ini menyebut buku Kisah 1001 Malam sebagai khazanah dunia. Untuk itu tidak boleh ada upaya menghalangi penerbitan buku ini maupun menghapus sebagian isinya.

Buku Kisah 1001 Malam merupakan kumpulan cerita rakyat Timur Tengah yang disusun dan ditulis kembali oleh berbagai penulis. Sejumlah cerita ini dipengaruhi mitos India yang masuk melalui budaya dan sastra rakyat Persia. Aladin dan Lampu Ajaib, Sinbad, Ali Baba dan 40 Penyamun Baghdad termasuk di antara cerita terkenal dalam Kisah 1001 Malam. Sejumlah cerita dalam buku ini menjelaskan percintaan dan musik yang diprotes oleh sejumlah pengacara Mesir.

Di kalangan budayawan Mesir muncul fenomena baru bernama "Budaya Minyak" atau bisa juga disebut sebagai "Pemikiran Wahabi", yaitu sebuah budaya yang datang dari Arab Saudi dan negara Arab yang kaya minyak lainnya di sekitar Teluk Persia memasuki Mesir. Para kritikus sastra Mesir menilai perdebatan mengenai buku Kisah 1001 Malam dipicu oleh sikap fanatik kelompok Wahabi dan pemahaman Islam fundamental yang mereka anut.

Di sisi lain kalangan budayawan Islam Mesir khawatir intelektual sekular negara ini menyerang prinsip utama Islam dengan alasan melawan pemikiran ekstrim Wahabi. Dunia sastra pada tahun 2010 mengalami pasang surut, dan begitu pula yang akan dialami pada tahun 2011. (IRIB/PH/SL/10/1/2011)

0 comments to "Menilik Persatuan Islam serta Sastra di Tahun 2010"

Leave a comment