Home , , , � Penyebarluasan aliran Wahhabisme di Malaysia

Penyebarluasan aliran Wahhabisme di Malaysia





















Dinamika Asia Tenggara (8 Januari 2011)

Malaysia mulai menjalankan kebijakan subsidi terarah. Untuk mencegah melambungnya harga bahan-bahan kebutuhan utama masyarakat, pemerintah mengucurkan dana bantuan langsung. Dengan dijalankannya kebijakan ini, komoditas yang selama ini dikemas dengan subsidi perlahan-lahan akan dijual dengan harga bebas. Di Malaysia selama ini barang-barang kebutuhan seperti minyak goreng, bensin, gandum, gula, roti, besar dan berbagai komoditas kebutuhan lainnya diperjualbelikan dengan harga di bawah harga yang sesungguhnya. Pemerintah Malaysia berharap bisa menekan pengeluaran negara dengan menjalankan kebijakan subsidi terarah.

Mengenai keberhasilan program subsidi terarah di Malaysia, pengamat Asia Majid Vaqari mengatakan, "Pemerintah Malaysia tentunya akan melangkah dengan hati-hati dalam menjalankan program ini untuk menghindari munculnya krisis sosial. Apalagi, pemerintah sedang menjadi sasaran berbagai kritik tajam yang dilayangkan oleh partai-partai oposisi. Dari sisi lain, PM punya kekhawatiran akan keutuhan koalisi yang menuntut kehati-hatian dari pemerintah dalam melangkah. PM sangat optimis kebijakan dan program ini bisa membantu pemerintah dalam memperbaiki kondisi ekonomi. Tentunya diperlukan penjelasan kepada publik umum Malaysia akan keuntungan yang didapat dari program pencabutan subsidi.

Masih dari Malaysia, kalangan kampus di Malaysia menyatakan khawatir dengan aktivitas penyebarluasan aliran Wahhabisme di negara itu. Di sisi lain, penangkapan sekitar 200 pengikut Syiah yang menghadiri acara berkabung mengenang syahidnya Imam Husain (as) di Gombak sampai saat ini masih ramai dibicarakan. Menurut pengakuan pajabat agama, penangkapan ini adalah yang terbesar di Malaysia. Tentang aktivitas kelompok Wahhabi, Mat Zain Deputi Yayasan Pendidikan Islam Negara dalam seminar yang dihadiri oleh ratusan rektor dan dekan Malaysia menyebut Wahhabi sebagai kelompok yang lekat dengan aktivitas terorisme. Menurutnya, terorisme di Malaysia adalah buah dari pendidikan ideologis ekstrim yang diusung oleh Wahhabisme.

Menyusul tersiarnya berita mengenai aktivitas luas Wahhabisme, pihak keamanan Malaysia meningkatkan tingkat keamanan dan antisipasi dengan menggelar berbagai seminar keamanan yang menghadirkan para tokoh cendekiawan dan aktivis kampus. Seminar ini ditujukan untuk mengenalkan esensi ajaran Wahhabisme dan bahaya terorisme kelompok tersebut.

Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Muhammad mengkritik kebijakan militerisme AS yang berakibat pada kian meluasnya ketidakamanan di dunia. Menurutnya, AS tidak berhasil mencapai satupun targetnya di semua medan perang yang disulutnya sendiri. Dalam artikel yang ia tulis di situs pribadinya Mahathir menyatakan, AS telah mengucurkan dana sebesar satu triliun USD untuk membiayai perang. Namun kini yang didapat oleh negara itu adalah kondisi yang membuatnya harus berpikir keras untuk keluar dari lumpur air yang menjebaknya di Afghanistan.

Ditambahkannya, setelah mengorbankan nyawa ribuan pemuda AS di medan perang, Washington bahkan tak bisa keluar dari bayang-bayang ancaman Taliban sehingga terpaksa menyetujui tawaran berdamai dengan kelompok bersenjata itu. Mahathir mempertanyakan sikap negara yang telah mengucurkan dana miliar dolar untuk mendanai riset, pengembangan dan pembuatan senjata pemusnah massal, namun tampil dengan mengesankan diri sebagai pembela HAM. Menurut Mahathir, ada kontradiksi antara pengakuan dan tindakan.

Di Tehran, Ketua Majlis Shura Islami atau Parlemen Iran Ali Larijani dalam pertemuan dengan Duta Besar Malaysia menyinggung tipu daya dan konspirasi musuh-musuh Islam seraya mengatakan, garis besar kebijakan Republik Islam Iran berlandaskan asas persatuan Dunia Islam. Katanya lagi, gerakan kebangkitan Islam di berbagai penjuru dunia telah meningkat sementara perimbangan kekuatan di kawasan sedang mengalami pergeseran yang fundamental. Mengenai hubungan bilateral Iran dan Malaysia yang cukup baik, Larijani mengatakan, kedua negara perlu meningkatkan kerjasama antar parlemen sementara kerjasama di sektor swasta juga sangat mendesak dan tak bisa dihindari. Kedua negara harus memanfaatkan semua kapasitas ekonomi dan industri untuk meningkatkan kerjasama.

Dari Indonesia dilaporkan, Lembaga Survey Indonesia (LSI) dalam laporan terbarunya menyebutkan bahwa tingkat kepuasan rakyat Indonesia terhadap kinerja pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono kian menurun. Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Dodi Ambardi mengatakan, di pertangahan tahun 2009 tingkat kepuasan rakyat kepada pemerintahan SBY masih berada di level 85 persen dan menurun sampai 63 persen di awal tahun 2011. Menurutnya, turunnya popularitas SBY ini dipicu oleh kondisi ekonomi, politik, sosial, dan budaya yang melahirkan ketidakpuasan.

Masih mengenai Indonesia, laporan yang berkenaan dengan negara ini menunjukkan bahwa industri pariwisata di Indonesia tahun ini akan diprediksikan akan mengalami peningkatan 10 persen dibanding tahun lalu. Dengan asumsi terburuk, industri ini bakal menyedot minimal 7,3 juta wisatawan. Jika kondisinya memungkinkan, tahun ini industri pariwisata Indonesia akan mendatangkan lebih dari 7,7 juta wisatawan.

Majid Vaqari mengenai industri pariwisata di Indonesia mengatakan, "Sebagian income Indonesia memang diperoleh dari sektor pariwisata, dan bisa dikata bahwa industri pariwisata menjadi salah satu tiang penyangga perekonomian negara ini. Tak heran jika pemerintah Indonesia berpikir untuk mengembangkan industri ini yang salah satunya dengan memperkuat persatuan nasional di antara berbagai suku di negara ini. Sebab, dengan tegaknya keamanan dan perdamaian industri pariwisata akan tumbuh dan berkembang. Sebaliknya, dengan semakin memahami makna penting dari industri pariwisata, rakyat Indonesia akan semakin mendalami makna pentingnya persatuan dan perdamaian. Dengan demikian diharapkan roda perekonomian akan berputar dengan pesat dan pendapatan negarapun meningkat."

Di Filipina, Presiden Benigno S. Aquino menjelang Natal menandatangani kesepakatan gencatan senjata 19 hari dengan kelompok pemberontak Komunis, Tentara Rakyat Baru (NPA). Gencatan senjata diupayakan pemerintah untuk menghindari jatuhnya korban tewas di hari-hari menjelang dan setelah Natal. Bentrokan dan jatuhnya korban akan menimbulkan guncangan di tengah rakyat yang imbasnya bisa menurunkan popularitas pemerintah.

Dengan berakhirnya masa 19 hari, tentara dan polisi Filipina kembali terlibat bentrok dengan pemberontak Komunis. Dalam bentrokan terkini, tentara berhasil menangkap salah seorang komandan lapangan Komunis yang bernama Tirso Alcantara. Dalam bentrokan itu, Alcantara yang berusaha merebut posisi tentara pemerintah terkena tembakan dan tertangkap dalam keadaan luka-luka. Sejak empat dekade lalu, pemerintah Manila terlibat bentrokan bersenjata dengan pemberontak Komunis. (IRIB/AHF/SL/9/1/2011)

0 comments to "Penyebarluasan aliran Wahhabisme di Malaysia"

Leave a comment