Ahmadinejad: Jangan Campuri Urusan Lebanon dan Tunisia!
Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad, memperingatkan Amerika Serikat, Israel, dan sejumlah negara Eropa untuk tidak mencampuri urusan Lebanon dan Tunisia, serta untuk membiarkan rakyat di kedua negara itu memutuskan sendiri nasib mereka.
IRNA melaporkan, hal itu dikemukakan hari ini (19/1) oleh Ahmadinejad dalam pidatonya di depan warga Propinsi Yazd. Ahmadinejad juga mengimbau para pejabat Lebanon dan Tunisia untuk selalu mewaspadai pihak asing.
Menyinggung kemenangan Revolusi Islam Iran 32 tahun lalu, Ahmadinejad mengatakan, "Dewasa ini Bangsa Iran, bersinar terang, bergerak maju, dan selalu merendahkan musuh-musuhnya."
"Kondisi sudah sedemikian rupa sehingga, di mana pun para arogan terlibat, dan jika Iran juga terlibat dalam masalah tersebut, maka yang kalah adalah musuh bangsa Iran."
Menurut Ahmadinejad, rezim Zionis Israel dan Amerika Serikat berusaha merusak Lebanon karena resistensi bangsa ini telah meruntuhkan kedigdayaan rezim Zionis.
Lebih lanjut Ahmadinejad menjelaskan, "Mereka tidak senang dengan kemuliaan, kehormatan, dan perlawanan bangsa Lebanon. Untuk itu mereka selalu melancarkan propaganda. (IRIB/MZ/SL/19/1/2011)
Partai Islam Terbesar Tunisia Boikot Pilpres
Partai Islam Tunisia Ennahdha menyatakan tidak berniat mencalonkan anggotanya pada pemilihan presiden mendatang di negara ini. Pernyataan tersebut muncul di saat ketidakpuasan publik terhadap susunan kabinet baru pemerintahan interim saat ini terus meningkat.
Jubir Partai Ennahdha Houcine Jaziri, kepada AFP hari ini (18/1) mengatakan bahwa pihaknya mengecam para pemimpin interim yang menggantikan pemerintahan terguling Ben Ali. Jaziri menambahkan bahwa partainya tidak akan ambil bagian dalam pemilihan presiden yang akan diadakan enam bulan mendatang.
Menurutnya, tidak akan ada transisi demokrasi tanpa kehadiran Ennahdha. Namun ia juga menegaskan bahwa partai Islam ini akan berpartisipasi dalam pemilihan legislatif.
Ghannouchi menahan beberapa menteri era pemerintah Ben Ali, namun hari ini (18/1) ia menyatakan bahwa mereka semua "bersih."
Pemerintah interim baru masih merekrut beberapa politisi era pemerintahan Ben Ali. Jabatan perdana menteri, menlu, mendagri, dan menhan masih dipegang oleh para menteri sebelumnya.
Perdana Menteri Tunisia Mohammed Ghannouchi, maupun luar negeri, interior dan menteri pertahanan adalah untuk mempertahankan jabatan mereka. Hanya ada tiga tokoh oposisi yang dilibatkan. (IRIB/MZ/SL/18/1/2011)
Partai Ennahdha Tunisia Tolak Pencalonan Mohammed Ghannouchi
Partai Islam Ennahdha Tunisia menentang pencalonan Mohamed Ghannouchi sebagai Perdana Menteri. Ali bin Arafah, salah satu pemimpin Partai Ennahdha hari Rabu (19/1) memperingatkan adanya upaya untuk menyelewengkan misi utama revolusi rakyat di negara ini. Ia menolak pencalonan Mohamed Ghannouchi sebagai Perdana Menteri Tunisia dan menekankan kandidat independen untuk menempati posisi ini.
Ben Arafah menandaskan, Penjabat presiden Tunisia, Fouad Mebazaa lebih codong untuk meneruskan gaya kepimimpinan sistem lama. Sikap ini ditakutkan akan menjauhkan revolusi rakyat yang seharusnya mencapai tujuan finalnya.
Ben Arafah menekankan, pemerintahan baru tidak boleh dibentuk dengan melibatkan wajah-wajah lama yang pernah duduk dipemerintahan Presiden terguling Zein al-Abidine Ben Ali. "Saat ini kita menyaksikan sandiwara menggelikan untuk merusak cita-cita luhur revormasi rakyat Tunisia dan rakyat sangat sadar dengan kondisi ini," ungkap Ben Arafah
Selama wajah lama ini masih bercokol di pemerintahan maka reformasi di Tunisia tidak bakal terwujud, tegas Ben Arafah. Ia menambahkan, jika kita menghendaki pemerintahan persatuan nasional maka harus dilakukan perubahan total dan kita harus memilih seorang tokoh independen untuk memimpin negara. (IRIB/al-Alam/MF/19/1/2011)Perkembangan Terbaru Tunisia, Ratusan Tahanan Politik Bebas
Pemerintah sementara di Tunisia mengeluarkan instruksi pembebasan 1800 tahanan. Seperti dilaporkan, kantor berita Jerman, perintah pembebasan 1800 tahanan itu dirilis pemerintah hari Rabu (19/1). Pemerintah juga menjanjikan akan membebaskan seluruh tahanan politik. Berdasarkan laporan ini, keseluruhan tahanan yang dibebaskan adalah tahanan politik dengan masa hukuman kurang dari enam bulan.
Pemerintah sementara sedang merumuskan undang-undang baru yang memberinya kewenangan lebih besar untuk membebaskan para tahanan politik di negara itu.
Sementara itu, Komisaris Tinggi PBB urusan Hak Asasi Manusia bersama rombongan bertolak ke Tunisia pekan depan untuk meninjau langsung kondisi HAM di negara itu. Komisaris Tinggi HAM PBB mengimbau masyarakat internasional untuk mendukung upaya mengembalikan keamanan dan stabilitas di Tunisia. (IRIB/AHF/20/1/2011)Perkembangan di Tunisia, Bukan Kudeta Tapi Revolusi
Sekjen Liga Arab Amr Moussa menyebut apa yang terjadi di Tunisia sebagai revolusi seraya mengatakan, "Revolusi ini terjadi karena kemiskinan, pengangguran dan keterbelakangan."
Seperti dilaporkan AFP, Moussa pada pertemuan ekonomi para pemimpin Liga Arab di Sharm El-Sheikh Mesir mengungkapkan, revolusi yang terjadi di Tunisia sangat berkaitan dengan tema yang sedang dibicarakan di forum ini yaitu pembangunan ekonomi dan sosial."
Sekjen Liga Arab menambahkan, sebagian besar masyarakat di negara-negara Arab bergelut dengan kemiskinan, pengangguran dan keterbelakangan. Untuk itu, Amr Moussa berharap akan ada tindakan konkret untuk memperbaiki taraf kesejahteraan rakyat di negara-negara Arab. (IRIB/AHF/20/1/2011)Jejak-Jejak Israel di Tunisia
Televisi Aljazeera mengutip pengamat politik Tunisia melaporkan masuknya sejumlah warga Zionis Israel untuk membantai warga Tunisia dan ditemukannya sejumlah peluru bertulisan bahasa Ibrani.
Hadi Ghaberi, pengamat masalah politik Tunisia dalam wawancaranya dengan televisi Aljazeera memperingatkan pengaruh Rezim Zionis ke revolusi rakyat Tunisia. Ia juga membongkar misteri kematian sejumlah warga Tunisia akibat terjangan peluru bikinan Israel. Ditambahkannya, sejumlah peluru yang ditembakkan ke arah demonstran bertuliskan huruf Ibrani.
Sebelumnya, Menteri Pembangunan Israel, Silvan Shalom menyatakan kekhawatirannya atas kemungkinan munculnya pemerintahan Islam di Tunisia pasca runtuhnya kekuasaan Zine El Abidine Ben Ali pro Barat.
Seraya mengisyaratkan pengunduran sejumlah anggota oposisi dari kabinet Mohamed Ghannouchi, Ghaberi menambahkan, Partai Attajdid yang berpartisipasi dalam kabinet pemerintahan interim adalah partai yang mencurigakan karena banyak pemimpinya yang diketahui memiliki hubungan dengan Israel.
Ia memperingatkan permainan busuk ini dan pengaruh Israel di revolusi rakyat serta kemungkinan perampasan revolusi rakyat ini di negara yang tengah dilanda krisis. "Untuk membalas dendam kepada rakyat Tunisia, Israel tak segan-segan masuk dalam permainan busuk ini," ungkap Ghaberi. Rakyat Tunisia dikenal membela mati-matian perjuangan rakyat Palestina baik dengan harta maupun darah. Hal inilah yang membuat Israel menaruh dendam mendalam kepada rakyat Tunisia.
Ia menegaskan, sejumlah penembak terhadap warga Tunisia berdialog dengan bahasa Ibrani." Pemerintahan Ghannouchi tidak akan mampu bertahan dari penentangan rakyat," tandas Ghaberi. (IRIB/Fars/MF/19/1/2011)Obama Peringatkan Mubarak: Awas ! Nasibmu Akan Seperti Ben Ali
Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama mengkhawatirkan mitra dekatnya di kawasan, Hosni Mubarak, Presiden Mesir akan bernasib sama dengan Presiden terguling Tunisia Zine El Abidine Ben Ali. Kepada Mubarak, Obama berkata, tidak ada jaminan jika revolusi rakyat Tunisia tidak akan merembet ke Mesir.
Berbeda dengan statemen Gedung Putih terkait dialog telepon antara Obama dan Mubarak, sebuah sumber terpercaya AS menyatakan bahwa tujuan Obama menghubungi sejawatnya dari Mesir adalah menegur Mubarak karena lalai menjalankan program reformasi dan memerangi korupsi di negaranya. Obama menyebut hasil pemilu terbaru di Mesir dibarengi dengan meningkatkan pesimisme kalangan muda terkait kecurangan di pemilu legislatif.
Sementara itu, statemen Gedung Putih menyebutkan dialog antara Obama dan Mubarak seputar kondisi Tunisia dan vonis pertama Pengadilan Khusus Lebanon (STL). Obama mengharap pemerintahan transisi Tunisia mampu menerapkan prinsip-prinsip utama Hak Asasi Manusia serta menggelar pemilu yang bebas dan bersih.
Menurut sumber ini, Gedung Putih serius memonitoring perkembangan di Kairo mengingat Mesir mitra utama Washington di Timur Tengah. Berbagai berita dari Mesir khususnya aksi membakar diri empat warga negara ini dalam dua hari lalu dan seruan kubu penentang pemerintah Kairo untuk menggelar aksi demo besar-besaran pada 25 Januari membuat Washington khawatir. Apalagi kini juga merebak tuntutan pengunduran diri Mubarak.
Sumber ini menambahkan, menyusul revolusi rakyat Tunisia yang berhasil menggulingkan pemerintahan berkuasa Ben Ali, Washington kian khawatir masa depan mitra-mitranya di kawasan. Kekhawatiran ini dipicu oleh cepatnya proses runtuhnya pemerintahan Zine El Abidine Ben Ali yang tidak disangka-sangka Barat. (IRIB/Fars/MF/19/1/2011)
0 comments to "Obama Peringatkan Mesir ( Mubarak ) Nasibmu akan seperti Tunisia ( Ben Ali ) ???!!!!???"