Tentara Israel melanjutkan penembakan warga sipil Palestina dan kemarin (10/1) seorang petani tua di bagian utara Jalur Gaza gugur syahid akibat brutalitas rezim Zionis.
Juru Bicara Hamas, Abu Selmiya Adham, mengkonfirmasikan peristiwa tersebut seraya menjelaskan bahwa korban serangan itu bernama Shaaban al-Qarmoot, petani tua berusia 65 tahun. Ditambahkannya bahwa jenazah petani malang itu dipindahkan ke rumah sakit terdekat.
Pasukan Israel sering menembaki warga Gaza, yang memulung dan mengumpulkan logam bekas untuk dijual demi menyambung hidup di kawasan yang telah diblokade Tel Aviv.
Pada hari yang sama, pesawat tempur Israel menyerang Jalur Gaza yang mengakibatkan cederanya dua warga setempat. Serangan militer Israel ke kawasan Palestina pendudukan itu merupakan rutinitas harian.
Di akhir tahun 2009, Israel menyerang Jalur Gaza yang menewaskan lebih dari 1.400 warga Palestina. Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak.(irib/11/1/2011)Gerakan Palestina, Hamas dan Fatah mengecam tindakan rezim Zionis Israel dalam menghancurkan bangunan-bangunan bersejarah Palestina di kota suci Quds. Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) dan Fatah menilai langkah ilegal Israel dalam merobohkan sebuah hotel Palestina di timur al-Quds sebagai upaya Yahudisasi kota suci tersebut. Dalam statemennya, Hamas dan Fatah menegaskan bahwa tindakan seperti itu bertentangan dengan undang-undang internasional.
Protes dunia terhadap aksi merusak dan menghancurkan yang dilakukan Israel masih terus berlanjut. Uni Eropa yang terdiri dari negara-negara pendukung Zionis, juga berada di bawah tekanan warga Eropa hingga terpaksa mereaksi kebijakan ilegal Israel di Baitul Maqdis. Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton dalam sebuah statemen menyatakan, "Saya sangat mengecam penghancuran Hotel Shepherd dan rencana pembangunan pemukiman ilegal baru."
Dia menyebut pemukiman Zionis "ilegal" menurut ketentuan internasional, dan menambahkan bahwa langkah terbaru itu merusak kepercayaan antarpihak terkait dan menghambat perundingan damai. Ashton menegaskan bahwa "Uni Eropa tidak mengakui" aneksasi ke Baitul Maqdis oleh Israel dan menyatakan keprihatinan atas kekerasan terbaru di Tepi Barat, di tengah meningkatnya ketegangan antara Israel dan Palestina."
Sekjen Organisasi Konferensi Islam (OKI), Ekmeleddin Ihsanoglu dalam sebuah keterangannya juga menyatakan bahwa penghancuran sebuah kompleks hotel di kawasan Sheikh Jarrah di timur al-Quds, merupakan pelanggaran nyata undang-undang internasional dan kesepakatan Jenewa keempat. Dalam keterangannya itu, OKI mendesak lembaga-lembaga internasional untuk mengambil sikap tegas guna menghentikan proyek pemukiman Zionis dan kebijakan rasisme Israel di wilayah Palestina.
Pengrusakan luas tempat-tempat dan bangunan milik bangsa Palestina di Baitul Maqdis, mengindikasikan eskalasi gerakan Zionis untuk mengincar ambisi-ambisi ekspansionisnya di kawasan pada tahun 2011. Data-data yang dipublikasikan terkait tingkat penghancuran yang dilakukan Israel, menunjukkan adanya peningkatan drastis aksi ilegal ini dalam beberapa tahun terakhir.
Pada tahun 2010, Tel Aviv telah menghancurkan sekitar 130 rumah dan toko milik warga Palestina di timur Baitul Maqdis. Tak heran jika tindakan itu terus meningkat, karena Israel dibangun atas landasan pengrusakan, penghancuran, dan penjajahan.
Baitul Maqdis punya tempat istimewa di tengah para pemeluk agama langit, terutama umat Islam. Mereka tentu saja tidak akan menerima kebijakan-kebijakan ekspansionis Israel di Palestina. Dalam kondisi seperti ini, opini publik dunia berharap lembaga-lembaga internasional tidak hanya sebatas mengeluarkan kecaman dan keprihatinan, tapi segera mengambil langkah-langkah serius dan tegas untuk menghentikan brutalitas Israel di wilayah Palestina, khususnya Baitul Maqdis. (IRIB/RM/SL/10/1/2011)Uni Eropa mengecam penghancuran sebuah hotel bersejarah di Timur Baitul Maqdis oleh Israel untuk membuat jalan menghubungkan pemukiman Zionis ilegal.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, dalam sebuah pernyataan kemarin (9/1) menyatakan, "Saya sangat mengecam penghancuran Hotel Shepherd dan rencana pembangunan pemukiman ilegal baru."
Dia menyebut pemukiman Zionis "ilegal" menurut ketentuan internasional, dan menambahkan bahwa langkah terbaru itu merusak kepercayaan antarpihak terkait dan menghambat perundingan damai."
Buldoser Israel menghancurkan hotel di Timur Baitul Maqdis untuk membangun 20 unit permukiman baru di kawasan Palestina pendudukan, dan mengabaikan seruan masyarakat internasional untuk mengakhiri penghancuran yang dilakukan Tel Aviv.
Aksi penghancuran hotel itu dilakukan setelah Pemimpin Otorita Ramallah Mahmoud Abbas, menyatakan tidak akan kembali ke perundingan langsung kecuali jika Israel menghentikan seluruh pembangunan pemukimannya.
Abbas juga berencana untuk menyerahkan masalah ini kepada Dewan Keamanan PBB untuk merilis resolusi mengecam apa yang disebut sebagai perampasan kawasan secara gradual.
Tel Aviv berencana untuk membangun pemukiman Zionis baru di sekitar kawasan Sheikh Jarrah.
Ashton menegaskan bahwa "Uni Eropa tidak mengakui" aneksasi ke Baitul Maqdis oleh Israel dan menyatakan keprihatinan atas kekerasan terbaru di Tepi Barat, di tengah meningkatnya ketegangan antara Israel dan Palestina. "
Di lain pihak, Menteri Luar Negeri Inggris Alistair Burt juga ikut berkomentar terkait masalah ini. Dikatakannya, "Pemerintah Inggris menegaskan kembali penentangannya atas upaya pembangunan pemukiman ilegal baru di Baitul Maqdis Timur dan mengecam penghancuran hari ini (Ahad, 9/1) di Sheikh Jarrah."
Menurut Burt, pembangunan dan perluasan permukiman Zionis di wilayah-wilayah Palestina pendudukan adalah aksi "ilegal".
Adapun pejabat Palestina urusan Baitul Maqdis, Hatem Abdul Qadir mengatakan, "Kami menilai aksi ini sangat berbahaya."(irib/10/1/2011)Wall Street Journal menulis warga Turki meyakini Amerika Serikat (AS) dan Rezim Zionis Israel sebagai ancaman terbesar bagi mereka.
Koran Mehr, cetakan Iran melaporkan, Wall Street Journal edisi kemarin (Ahad 9/1) menulis, meski Turki berbatasan dengan sejumlah negara yang dilanda krisis seperti Irak di sebelah selatan, wilayah Kaukasus dan Rusia di timur, dan negara Balkan, namun AS serta Israel yang secara geografis jauh dari Turki malah menjadi ancaman serius bagi Ankara.
Berdasarkan jajak pendapat lembaga survei Metropol Turki yang digelar di 31 provinsi pada bulan Desember 2010 menunjukkan, 43 persen warga Turki menyebut AS sebagai ancaman terbeser bagi mereka.
Hasil polling ini juga menunjukkan 63 persen rakyat Turki menuntut pemutusan hubungan diplomatik dengan Israel dan AS. Hubungan Turki dan Israel terus renggang pasca aksi brutal serdadu Israel terhadap konvoi kapal Mavi Marmara untuk warga Gaza. (IRIB/Mehr/MF/PH/10/1/2011)Mantan anggota Kongres AS, Cynthia McKinney menyatakan bahwa penggunaan ancaman oleh pemerintah Amerika telah berdampak pada munculnya aksi-aksi ekstrim di negara ini.
Hal itu dikemukakannya dalam wawancaranya dengan Press TV kemarin (10/1) ketika mengomentari tentang insiden penembakan terhadap anggota Kongres Gabrielle Giffords yang terjadi di kota Tuscon. Insiden tersebut menewaskan enam orang termasuk di antaranya seorang anak berusia sembilan tahun dan seorang hakim federal. 18 orang lainnya juga cedera.
McKinney mengatakan, "Motivasi di balik penembakan Giffords itu belum jelas, namun muncul sebuah fokus baru yang luar biasa besar menyangkut retorika politik kekerasan di AS dan hal tersebut memotivasi masyarakat untuk melakukan tindakan anarkis dalam melawan rival politisi favorit mereka.
"Mereka ingin didengar dan mereka tidak didengar ... pada kenyataannya masyarakat terintimidasi, terancam," tegas McKinney.
"Yang jelas, saya sebagai mantan anggota Kongres yang menerima banyak ancaman teror dan bom, ini adalah sesuatu yang telah berubah menjadi ekstrim," kata McKinney.
"Tindakan ini penembakan Giffords] jelas ekstrim dan itu pasti dianggap sebagai terorisme".(irib/11/1/2011)Departemen Intelijen Republik Islam Iran mengumumkan bahwa Dinas Intelijen Zionis Israel (Mossad) adalah pihak yang terlibat dalam aksi teror terhadap dosen fisika Universitas Tehran, Shahid Ali Mohammadi.
Kantor berita IRNA melaporkan pernyataan tertulis yang dirilis Departemen Intelijen Republik Islam Iran. Statemen resmi itu menyebutkan, "Bersamaan dengan peringatan hari syahidnya guru besar dan ilmuwan Iran Doktor Masoud Ali Mohammadi, agen-agen rahasia Iran (Sohibu Al-Zaman af) berhasil mengidentifikasi dan menangkap para pelaku utama aksi teror, serta menghancurkan sebuah jaringan yang melibatkan mata-mata dan sekelompok teroris yang berafiliasi dengan Rezim Zionis Israel. Hal itu dilakukan setelah pasukan ini melakukan operasi keamanan dalam skala luas."
Lebih lanjut statemen itu menjelaskan, operasi skala luas dan penangkapan para mata dan sekelompok teroris dimulai dengan berkonsentrasi pada informasi keamanan yang mengidentifikasi benang merah jaringan teroris tersebut. Setelah berusaha keras selama berbulan-bulan, jaringan yang berafiliasi dengan Israel berhasil terkuak. Ini adalah pukulan telak atas infrastruktur intelijen dan keamanan Rezim Zionis Israel.
Statemen Departemen Intelijen itu juga menyebut, "Informasi yang ada mencerminkan bahwa Mossad memanfaatkan pangkalan-pangkalan di sejumlah negara Eropa dan negara tetangga untuk mewujudkan ambisi anti-humanisme, anti-Islam dan anti-Iran." Menurut keterangan data intelijen tersebut, aksi teror atas Shahid Doktor Masoud Ali Mohammadi memanfaatkan pangkalan-pangkalan tersebut."
Anggota parlemen Iran Esmail Kowsari (10/1) menyatakan, pelaku teror ilmuwan nuklir Iran mengaku didukung oleh Dinas Intelijen Israel (Mossad).
Juli 2010, seorang pakar nuklir fisika Iran, Massoud Ali-Mohammadi tewas ketika sebuah bom yang dikendalikan jarak jauh diledakkan di dekat rumahnya di utara ibukota Iran, Tehran.
Departemen Intelijen Iran kemarin mengumumkan, berkat operasi keamanan komprehensif, Iran akhirnya berhasil menangkap para pelaku utama di balik insiden teror tersebut dan membongkar jaringan yang terdiri dari para mata-mata serta teroris yang ditugaskan oleh Israel.
Kowsari menegaskan, "Jauh sebelum teror Ali-Mohammadi, pejabat intelijen dari Israel, Inggris dan Amerika Serikat secara terbuka mengancam akan meneror para ilmuwan nuklir Iran."
"Para oknum yang tertangkap itu mengaku mereka menerima pelatihan teror dari Mossad, dan lembaga itu memberikan semua peralatan kepada mereka," ungkap Kowsari sebagaimana dikutip Kantor berita Fars.
Kowsari selaku wakil Ketua Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran itu menambahkan bahwa pengakuan dari para oknum itu dapat membantu proses pengejaran para pelaku teror Dr Majid Shahriari.
29 November tahun lalu, teroris meledakkan bom yang dipasang di kendaraan profesor Majid Shahriari dan Fereydoun Abbasi. Keduanya dosen Universitas Shahid Beheshti Tehran. Shahriari tewas di lokasi namun Abbasi dan istrinya menderita luka ringan dan dirawat di rumah sakit.
Kowsari menyatakan bahwa para oknum yang tertangkap itu bukan pelaku teror atas Dr. Shahriari namun mengingat fakta bahwa mereka semua menerima perintah dari Mossad, maka pengakuan dari mereka dapat membantu mengejar para pelaku teror Dr. Shahriari dan Dr. Abbasi."
Kementerian Intelijen Iran menyatakan bahwa Mossad menggunakan pangkalan di negara-negara Eropa dan non-Eropa serta beberapa negara tetangga Iran dalam merancang tujuan tidak manusiawinya di Iran. (irib/11/1/2011)
0 comments to "Petani Tua pun Tidak Selamat dari Brutalitas Rezim Zionis"