Home , � Sekilas Seni dan Budaya 2010

Sekilas Seni dan Budaya 2010

   

The Hurt Locker








Puncak apresiasi film dunia yang diberikan Academy of Motion Picture Arts and Sciences, Amerika Serikat, pada Mei lalu diwarnai riak kekecewaan kecil. Pasalnya, dugaan banyak orang tentang pemenang terbaik piala Oscar meleset. Film terbaik tidak jatuh di tangan Avatar yang disebut-sebut sebagai nominator unggulan. Film garapan James Cameron ini hanya menyabet tiga piala yang dikalahkan oleh film tidak diunggulkan, The Hurt Locker.

Film tentang perang Irak "The Hurt Locker," mendominasi perolehan Oscar setelah memenangkan enam anugerah utama Oscar, termasuk film terbaik dan sutradara terbaik untuk Kathryn Bigelow yang menjadi perempuan pertama yang memenangkan penghargaan itu.

Film drama yang berkisah tentang satuan spesialis penjinak bom ini juga menempatkan Mark Boal sebagai penulis naskah terbaik. Selain itu film ini menggondol penghargaan editing film dan tata suara terbaik menggeser film berbiaya besar Avatar. Film garapan James Cameron itu hanya menyabet 3 Oscar, untuk kategori teknis, yaitu efek visual, sinematografi dan art direction.

Sejatinya, apa yang menjadikan film The Hurt Locker sebagai film terbaik dalam acara Oscar kali ini? Mengapa film yang tidak begitu mendapat sambutan penonton ini layak mendapatkan enam penghargaan Oscar?

Sebuah tim ahli penjinak bom dari militer AS kehilangan pemimpin mereka dalam sebuah ledakan. Pemimpin baru tim ini sangat berbeda dengan pendahulunya. Ulah pemimpin baru ini menimbulkan friksi, hingga salah seorang dari tentara ini berniat membunuhnya. Kemudian, sebuah peristiwa terjadi dan berujung redanya friksi internal tersebut. Namun masalah di Irak sangat banyak. Potongan akhir film ini menampilkan gambar seorang penjinak bom dengan pakaian khususnya dari jarak jauh yang ingin memperlihatkan bahwa mereka siap berkorban untuk menyelamatkan orang lain, bahkan berani mengorbankan nyawanya sendiri.

Film The Hurt Locker terbagi tiga bagian utama. Pertama, memperkenalkan karakter umum tentara AS lewat karakter internal anggota tim. Karakter yang mayoritas hanya memikirkan bagaimana menyelamatkan diri dalam perang. Bagian kedua film ini mempertontonkan pemimpin tim penjinak bom yang dengan rasa takut mengatakan ingin bersama keluarganya. Potongan film ini mengaduk-aduk perasaan penonton, dan berupaya mengarahkan sentimen penonton sehati dengan tentara ini. Bagian ketiga film ini memperlihatkan karakter asli tokoh-tokoh dalam film tersebut. Dengan berat hati mereka harus menunaikan tugas kembali ke Irak. Sutradara film ini berupaya menggiring penonton untuk meyakini bahwa mereka kembali ke Irak untuk menunaikan tugasnya menjinakkan bom demi menyelamatkan nyawa umat manusia.

Kathryn Bigelow, sebagai sutradara film The Hurt Locker, menyakini film ini anti perang. Bigelow berupaya memfokuskan film mengenai kehidupan tentara AS dan kepahlawanan mereka. Namun jika kita menyaksikan langsung film ini, tampak jelas film The Hurt Locker bukan film antiperang. Karena dampak antiperang memiliki karakter istimewa yaitu kejujuran dalam bertutur. Namun sebaliknya, film The Hurt Locker sangat jauh dari realitas sebenarnya. Justru film ini malah berupaya untuk menggiring penonton agar mengamini tentara AS.

Kebanyakan potongan film ini hendak menampilkan tentara AS sebagai hero yang mengorbankan dirinya demi menyelamatkan nyawa rakyat Irak, dan orang Irak sendiri seperti penonton lainnya berdiri di atap rumah masing-masing. Bahkan, di sepanjang jalan warga Irak ini meledakkan bom. Sutradara film ini menonjolkan Islamphobia, dengan mengumandangkan suara azan menjelang penjinakan bom ini.

Sejumlah kalangan menyebut film The Hurt Locker sebagai sinema independen, karena biaya produksi film ini relatif kecil dan tidak merekrut aktor dan aktris terkemuka dunia. Namun realitasnya, film ini tidak termasuk sinema independen. Seperti film Hollywood lainnya, film garapan Bigelow ini kerap menjustifikasi invasi AS di Irak yang tidak sesuai dengan slogan yang digemakan sutradaranya. Slogan inilah yang membuat sejumlah festival film Eropa mengapresiasi film ini habis-habisan.

The Hurt Locker termasuk film kadaluarsa. Film ini hanya mengajak penonton mengenang film propaganda masa perang Vietnam. Film klise yang senantiasa menjustifikasi intervensi militer AS di negara lain. Sejatinya ketergantungan politik Academy of Motion Picture Arts and Sciences, terhadap Pentagon dan kebijakan perang AS adalah penyebab terpilihnya The Hurt Locker.

Jeff Angel Heart, salah seorang perwira AS yang bertugas di Irak sejak tahun 2001 mengecam keras kebohongan Hollywood soal perang Irak, seraya mengatakan,"Seandainya masyarakat mengetahui kejadian sebenarnya di Irak, mereka mengakui kebohongan film-film perang yang mengatasnamakan kebebasan dan pembelaan terhadap hak asasi manusia. Jangan lupa, Irak hanya contoh kecil dari arogansi besar Gedung Putih dan mitra-mitra Zionis yang mendominasi AS." Hollywood berupaya memanipulasi tragedi yang dilakukan pemerintah AS, namun kali ini opini publik dunia tidak lagi bisa dibohongi.

Tampaknya, The Hurt Locker bukan satu-satunya film yang mengangkat masalah perang Irak. Dalam beberapa tahun terakhir sekitar 30 film telah digarap di Hollywood yang mengangkat tema serupa. Film The Messenger garapan Oren Moverman termasuk film Hollywood yang menonjol tentang perang Irak. Film ini menyoroti isu paling hangat di tengah masyarakat AS mengenai dampak perang terhadap keluarga AS. Film The Messenger berkutat pada dampak perang terhadap keluarga tentara AS, tanpa menyinggung masalah perang itu sendiri. Sepanjang film, penonton disuguhi suara-suara ledakan yang mengguncang kejiwaannya, ledakan yang serpihannya mengena dan bersarang di jantung mereka yang berada ribuan mil dari Irak.

Selain The Messenger, Film Green Zone garapan Paul Greengrass layak diapresiasi. Film ini mengangkat masalah yang dipertanyakan oleh kebanyakan masyarakat dunia tentang keberadaan senjata pemusnah massal yang dijadikan alasan oleh AS untuk menyerang Irak. Film ini menceritakan tentang seorang perwira intelijen AS di Baghdad yang berhasil memperoleh informasi akurat tentang kebohongan klaim pemerintah AS soal keberadaan senjata pemusnah massal di Irak.

Film Green Zone mengangkat kisah seorang perwira AS yang berani, jujur dan obyektif, namun Miller tetap mengkhawatirkan memburuknya citra AS di mata masyarakat dunia. Meski demikian, film ini tidak menyinggung dampak agresi pasukan asing terhadap warga Irak yang menderita akibat perang.

Meskipun berbagai upaya dilakukan industriawan film untuk menggenjot penjualan, namun data statistik penjualan film di Amerika menunjukkan terjadinya penurunan tajam pada tahun 2010. Kantor berita AP melaporkan anjloknya penjualan film di tahun 2010, padahal sejak tahun 2005 terjadi lonjakan penjualan yang spektakuler.

Berbagai cara telah dilakukan untuk mendongkrak penjualan film. Para analis sinema menilai peningkatan kualitas dan kuantitas film dan teknologi modern bisa mendorong kenaikan penjualan film. Selain itu, meningkatnya perhatian terhadap film tiga dimensi, maraknya penjualan televisi tiga dimensi dan menjamurnya jaringan parabola bisa memberikan optimisme meningkatnya penjualan film. Namun realitas berkata lain, dan penjualan film tetap menurun.

Meski industriawan sinema telah menjalankan berbagai formula seperti penambahan dubbing bagi film-film best seller, namun tetap saja upaya tersebut tidak membuahkan hasil yang menggembirakan. Formula ini hanya berhasil mendongkrak penjualan sebuah animasi "Toy Story 3" dan menempatkan film ini sebagai animasi best seller dalam sejarah animasi dunia.

Pameran Karya seni Islam di Benua Eropa dengan tema "Seni Islam Sejak Tahun 1910 hingga Kini" digelar di kota Munich, Jerman. Pameran ini memajang lebih dari 3500 karya seni yang disebut-sebut terbesar dalam koleksi budaya Eropa.
Tujuan dari penyelenggaraan pameran ini untuk menampilkan perubahan yang terjadi dalam seni Islam selama seratus tahun terakhir. Pameran ini menampilkan karya seni dari negara-negara Islam. Berbagai kerajinan tangan di atas kertas, keramik, logam, batu, kayu, kulit dan tekstil karya para seniman muslim membuat para pengunjung pameran terpesona.

Perkembangan seni dan budaya di tahun 2010 juga diramaikan dengan adanya tiga buku termahal di tahun ini. Manuskrip tulisan tangan mengenai kehidupan Rasulullah Saw senilai $45 ribu ditetapkan sebagai buku termahal tahun 2010. Buku yang membahas kehidupan dan perkataan Rasulullah itu untuk pertama kalinya terbit pada permulaan abad 13 H di Damaskus.

Buku termahal kedua direbut oleh karya tulis berisi surat dan dokumen pribadi seorang penulis Italia abad ke-20 yang dijual dengan harga $28,998. Adapun buku Termahal ketiga di tahun 2010 ditempati oleh Herman Melville dengan bukunya, Moby Dick. Buku ini dijual seharga $28 ribu. (IRIB/PH/4/1/2011)

Tags: ,

0 comments to "Sekilas Seni dan Budaya 2010"

Leave a comment