Serangan Zionis Israel atas konvoi kapal-kapal bantuan Gaza dapat dikatakan sebagai puncak brutalitas Zionis Israel. Dalam serangan yang terjadi pada tanggal 31 Mei 2010, sembilan aktivis gugur syahid setelah berupaya melawan arogansi tentara Israel di atas kapal bantuan Gaza. Konvoi pertama bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza dimulai sejak 22 Mei 2010 dengan mengusung nama Freedom Flotilla. Armada misi kemanusiaan itu diikuti sejumlah kapal yang mengangkut para aktivis perdamaian dan bantuan kemanusiaan dari berbagai negara seperti Turki, Yunani, Perancis, Italia, Venezuela, dan Indonesia dari pelabuhan Anatolia, Turki. Namun saat mereka bergerak menuju Gaza melalui jalur laut sekitar 50 mil dari lepas pantai Gaza, militer rezim zionis Israel menyerbu kapal Mavi Marmara yang mengangkut para aktifis Feedom Flotilla. Arogansi Zionis Israel malah membuat masyarakat dunia kian membela bangsa Palestina dan menolak Israel. Kali ini, dukungan tidak hanya datang dari negara-negara tertentu, bahkan dari berbagai benua, termasuk Eropa. Bahkan konvoi kapal bantuan Gaza terbaru bernama Karavan Asia untuk Gaza. Konvoi Asia untuk Gaza ini melibatkan sejumlah aktivis asal Indonesia dan beberapa negara lain seperti Iran, India, Pakistan, Kashmir, Malaysia, Jepang, dan Azerbaijan. Sebelum memasuki Gaza, beberapa negara dilewati konvoi Gaza dari Asia ini. Negara-negara yang dilalui sebelum memasuki Gaza dari perlintasan Rafah adalah Iran, Turki, Syria, Lebanon, dan Mesir. Konvoi ini menempuh perjalanan lebih dari 4000 km. Konvoi ini secara resmi telah berangkat dari New Delhi, India, pada 2 Desember 2010. Pada tahun 2010, Rezim Zionis Israel kian brutal menistakan kiblat pertama muslimin, Masjid Al-Aqsa. Rezim ini bahkan melakukan penggalian di tempat bersejarah itu dan membangun sinagog besar di sebelah masjid itu. Pengrusakan dan pembangunan itu sengaja dilakukan untuk membongkar Masjid Al-Aqsa dan membangun kuil Suleiman sebagai penggantinya. Lebih dari itu, Zionis Israel terus membangun tempat-tempat permukiman Zionis Israel dan merusak demografi kawasan Palestina. Hal itu terus dilakukan meski sudah ditentang masyarakat dunia. Tahun lalu, Menteri Perumahan Israel juga menyatakan bahwa Tel Aviv berniat membangun 4000 permukiman baru termasuk 240 di Zona Hijau, lebih dari 1100 di Natanya, 480 di Ashdod dan 450 di Tel Aviv. Selama beberapa dekade terakhir, Tel Aviv memang berusaha keras mengubah struktur demografi Palestina, khususnya pasca perang tahun 1967. Pembangunan distrik Zionis di kawasan Palestina di Tepi Barat dan Baitul Maqdis telah berjalan bertahun-tahun dan dilakukan dengan cepat. Pada tahun 2010, Irak dan Afghanistan masih menjadi wilayah di bawah cengkeraman militer AS. Meski demikian, tentara AS setelah ditekan opini umum, terpaksa menarik pasukannya dari kota dan desa-desa Irak berlandaskan kesepakatan Washington dengan pemerintah Nouri Maliki. Untuk itu, penarikan mundur itu menyebabkan berkurangnya ledakan bom-bom dan aksi teror di Negeri Kisah 1001 Malam ini. Afghanistan juga masih bernasib malang. Sebab, negara ini dari satu sisi diserang pasukan militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang mempunyai lebih dari 150 ribu pasukan di bawah komando AS, dan dari sisi lain, bangsa ini menjadi korban serangan kelompok-kelompok teroris Taliban. Dalam berbagai serangan baik dari NATO maupun Taliban, masyarakat sipil menjadi korban. Pada saat yang sama, produksi narkotika di Afghanistan kian bertambah semenjak bercokolnya AS di negara ini. Ini membuktikan bahwa AS bukan bertujuan memerangi teroris di negeri ini. Lebih dari itu, kelompok-kelompok Al-Qaeda yang bertebaran di Pakistan kembali melancarkan aksi-aksi teror dan peledakan bom di negara ini. Tidak sedikit warga sipil yang juga menjadi korban serangan teroris. Serangan AS ke wilayah tertentu Pakistan kian memperkeruh kondisi di negara ini. Di Irak, pemilu parlemen pada tanggal 7 Maret 2010 dapat dilaksanakan dengan lancar. Dalam pemilu itu, kelompok-kelompok Islam berhasil meraih suara mayoritas. Akan tetapi karena intervensi AS, proses pembentukan pemerintah di Irak menghadapi kendala. Intervensi AS itu menyebabkan pembentukan pemerintah tidak dapat dibentuk langsung dan molor hingga berbulan-bulan. Kondisi yang hampir sama juga terjadi di Afghanistan. Pemilu Afghanistan digelar pada tanggal 18 September 2010. Akan tetapi hasil pemilu parlemen tidak cepat diumumkan. Bahkan hingga kini, Afghanistan masih disibukkan dengan keabsahan pemilu parlemen tersebut. Mahkamah Agung dan instansi-instansi eksekutif Afghanistan hingga kini masih mempersalahkan keabsahan hasil pemilu tersebut. Pada tahun 2010, Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara Eropa telah menjadikan perang dan propaganda anti-Islam sebagai kebijakannya selama bertahun-tahun. Namun beberapa tahun terakhir, khususnya pasca peristiwa 11 September 2001 propaganda anti-Islam dikemas dalam bentuk baru berupa Islamphobia. Sejak tahun 2001 para arsitek Islamphobia memaksimalkan upayanya untuk mencitrakan Islam sebagai agama kekerasan. Mereka juga tak segan-segan menampilkan umat Islam sebagai teroris dan kelompok radikal. Pada peringatan Peristiwa 11 September 2010, pihak-pihak anti-Islam di Barat membakar Al-Quran. Sebelumnya, rencana pembangunan masjid di New York dinilai sebagai penghinaan atas para keluarga korban Serangan 11 September. Apalagi masjid itu dibangun dekat tempat Peristiwa 11 September. Masih mengenai fenomena Islamphobia, Council on American-Islamic Relations (CAIR) telah mengirim surat kepada Jaksa Agung Eric Holder yang berisi kritik terhadap Departemen Kehakiman AS karena mempekerjakan instruktur anti-Muslim dalam program pelatihan polisi kota dan negara bagian tentang metode menangani komunitas Muslim. Di Dunia Barat, gerakan anti Islam bukanlah fenomena baru. Tak salah jika ada yang menyebutnya sebagai andapan emosi yang disisakan oleh perang Salib. Namun yang terjadi saat ini adalah gerakan anti Islam yang terprogram dengan menggunakan berbagai modus, taktik dan sarana yang canggih serta medan yang luas. Gelombang pertama program ini mulai terlihat pada akhir dekade 1980-an. Penyebabnya adalah keterkejutan Dunia Barat ditambah ketidakmampuannya melumpuhkan revolusi Islam di Iran. Bagaimanapun juga revolusi ini telah menyusahkan Barat karena menggugah bangsa-bangsa Muslim untuk sadar dan kembali kepada identitas mereka sebagai umat Islam. Akibatnya, generasi muda Muslim terpanggil dan gerakan kesadaran Islam bergerak dengan cepat di seluruh penjuru Dunia Islam. Kebangkitan bahkan merambah Eropa tepatnya ke kawasan Balkan dan Eropa Timur. (irib/4/1/2011) |
0 comments to "Dunia Islam Di Tahun 2010"