Home � Tafsir Surat Ali Imran Ayat 77-80,Ayat 73-76,Ayat 65-72 ,Ayat 59-64,Ayat 50-58 ,Ayat 45-49

Tafsir Surat Ali Imran Ayat 77-80,Ayat 73-76,Ayat 65-72 ,Ayat 59-64,Ayat 50-58 ,Ayat 45-49

Tafsir Surat Ali Imran Ayat 77-80

Ayat ke 77

Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih.

Bagi kesejahteraan umat manusia, Allah Swt memberinya petunjuk dari dua jalan. Salah satu dari jalan fitrah yang menggelegak dari dalam dan menunjukkan kebaikan dan keburukan kepada manusia. Yang kedua adalah wahyu yang bermuara dari ilmu Allah yang tidak terbatas dan di bawah nama agama serta perintah-perintah agama; membimbing manusia langkah demi langkah menuju tujuan sempurna.

Sekumpulan anjuran-anjuran fitrah dan agama adalah janji-janji ilahi yang telah ditandatangani oleh akal dan mewajibkan manusia melaksanakan hal itu. Namun sayangnya, sekelompok manusia telah melanggar janji dan untuk sampai kepada dunia mereka lebih mengutamakan hawa nafsu daripada kehendak Tuhan. Jelas prilaku tidak patut ini akan disusuli oleh pengaruh-pengaruh kemurkaan sebanding dengan keingkarannya dan yang terpenting ialah jauh dari kemurahan tuhan di hari dimana semuanya memerlukan kemurahan-Nya.

Dari ayat ini kita dapat petik beberapa pelajaran:
1. Melanggar perjanjian dan sumpah menyebabkan keluar dari agama dan masuk ke dalam api neraka.
2. Menjaga amanah adalah perjanjian Tuhan. Dalam ayat-ayat sebelumnya, pembicaraan soal amanah rakyat, ayat ini melihat penjagaan amanah sebagai salah satu dari perjanjian-perjanjian Tuhan yang semuanya harus dipelihara.

Ayat ke 78

Artinya:
Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui.

Sebagaimana dalam ayat-ayat sebelumnya, telah dikatakan bahwa salah satu sebab penyelewengan dan tersesatnya masyarakat di sepanjang sejarah adalah para cendekiawan (ulama) agama yang adakalanya untuk memelihara status sosial atau agamanya, dan seringkali juga karena dengki dan keras kepala mereka tidak bersedia memberitahukan masyarakat tentang hakikat yang sebenar dan bahkan lebih dari sekedar menyembunyikan, mereka menyelewengkan kebenaran dan mengemukakan akidah dan pemikirannya atas nama agama.

Al-Quran memperingatkan bahaya orang-orang seperti ini kepada kaum Muslimin, agar mereka tidak tertipu oleh lahiriyah orang-orang itu ataupun omongan menarik mereka, dan hendaklah mereka tahu betapa banyak orang mengatakan kebohongan yang paling besar di bawah nama agama serta menisbatkannya kepada Tuhan.

Dari ayat ini kita petik beberapa pelajaran:
1. Janganlah kita dengarkan segala omongan. Betapa sering perkataan indah yang dikira oleh manusia sebagai al-Quran, ternyata kontra dengan Quran. Hendaknya kita waspada karena terdapat beberapa orang yang menghancurkan agama atas nama agama.
2. Janganlah kita lalai terhadap bahaya para cendekiawan yang tidak bertakwa. Mereka mecampakkan rakyat ke jurang kesalahan dan kesesatan, juga berbohong atas nama tuhan dan menisbatkan perkataannya kepada Tuhan.

Ayat ke 79-80

Artinya:
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah". Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.

dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai tuhan. Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam?".

Melanjuti ayat sebelumnya yang menjelaskan soal bahaya para cendikiawan agama yang menyesatkan, dua ayat ini ditujukan kepada mereka mengatakan bahwa bahkan para Nabi yang membawa kitab dari Allah dan berpijak pada kebijaksanaan serta mempunyai hak untuk memerintah, mereka tidak dapat mengajak manusia untuk menyembah diri mereka (nabi) melainkan mereka harus mengajak masyarakat untuk menyembah Allah. Lalu, bagaimana kalian yang hanya pengikut para Nabi dan guru kitab-kitab Samawi mengijinkan diri kalian campur tangan dalam perintah-perintah Tuhan, itupun seakan-akan kalian adalah Tuhan masyarakat?

Diharapkan kalian yang lebih banyak tahu soal kitab-kitab Samawi dan senantiasa mempelajari dan mengajarnya lebih dari orangl lain akan konsekwen kepada perintah-perintah-Nya dan jadilah ulama rabbani. Selain itu, menerima setiap bentuk rububiyah bagi manusia dan campur tangan dalam menetapkan hukum atau menukarnya, identik dengan kufur dan tidak seorang pun Rasul maupun rasul-rasul yang lain, atau bahkan para malaikat Ilahi yang merasa punya hak semacam ini. Lantas bagaimana kalian para cendikiawan (ulama) ahlul-kitab mengklaim diri sebagai Tuhan dan mendoktrin ideologi kalian kepada rakyat ataupun merubah perintah-perintah agama atas nama agama?

Dari ayat ini kita petik beberapa pelajaran:
1. Segala bentuk penyalahgunaan status, popularitas dan tanggung jawab adalah perbuatan terlarang. Bahkan para Nabi pun tidak berhak menyalahgunakan status dan kedudukannya yang tinggi.
2. Hanya ulam rabbani yang berhak menafsirkan al-Quran, sebagaimana halnya jalan untuk menjadi rabbani adalah akrab dengan al-Quran, belajar dan mengajarkannya.
3. Segala bentuk berlebih-lebihan, memiliki ideologi yang ekstrim mengenai para nabi dan auliya adalah terlarang. Mereka adalah hamba-hamba tuhan yang sampai pada derajat tinggi berkat ibadah dan ubudiyah, namun mereka tidak sekali-kali dianggap sebagai Tuhan.
4. Kufur bukan hanya mengingkari Tuhan, bahkan menerima segala peran manusia dalam peletakan undang-undang yang bertentangan dengan undang-undang Tuhan juga berarti ingkar terhadap rubbubiyah Tuhan dan kufur kepadanya. (IRIB/9/1/2011)

Tafsir Surat Ali Imran Ayat 73-76

Tafsir Surat Ali Imran Ayat 73-76

Ayat ke 73-74

Artinya:
Dan janganlah kamu percaya melainkan kepada orang yang mengikuti agamamu. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah, dan (janganlah kamu percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu, dan (jangan pula kamu percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujjahmu di sisi Tuhanmu". Katakanlah: "Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Luas karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui";

Allah menentukan rahmat-Nya (kenabian) kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah mempunyai karunia yang besar.

Dalam mengkaji ayat sebelum ini, kita dapati bahwa para pemuka Yahudi telah merancang taktik untuk melemahkan iman Muslimin; awalnya mereka beriman kepada Rasul dan kemudian menjadi kufur. Ayat ini menjelaskan kelanjutan konspirasi mereka. Mereka saling mengingatkan bahwa taktik ini bersifat rahasia dan tidak boleh dipercayakan kecuali terhdap orang-orang yang seagama, sekalipun terhadap Musyrikin agar rahasia ini tidak terbongkar.

Namun Allah Swt dalam ayat ini menyingkap niat buruk mereka dan memerintahkan Rasul-Nya berkata kepada mereka bahwa hidayah adalah dari Tuhan dan bukan untuk sesuatu etnik dan kaum tertentu. Di samping itu, konspirasi ini tidak berpengaruh sama sekali terhadap orang-orang yang telah mendapat petunjuk ilahi, maka janganlah kalian berusaha keras dengan sia-sia.

Kelanjutan ayat menukil ucapan para pemuka Yahudi yang mengatakan, "Janganlah kalian pikir bahwa ada orang yang dapat memperoleh kebanggaan-kebanggaan dan kitab Samawi yang anda telah dapatkan ataupun pada hari Kiamat nanti di sisi Tuhan mereka dapat berdebat dengan kalian dan menang atas kalian. Kalian adalah kaum yang terbaik di dunia dan Nubuwwah (kenabian) serta akal yang lebih unggul hanyalah milik kalian."

Allah Swt berfirman, "Semua anugerah dan nikmat, baik itu kedudukan Nubuwwah, maupun argumentasi, semuanya dari Allah, dan Dia memberikan kepada siapa yang layak. Pemberian-Nya begitu luas, karena Dia mengetahui siapa yang berhak dan layak. Sesungguhnya kalian menunjukkan fanatisme tanpa dasar dan janganlah kalian anggap tuhan itu hanya milik kalian."

Dari ayat ini kita peroleh beberapa pelajaran:
1. Kemurahan Tuhan tidak terbatas pada golongan tertentu. Siapa saja yang menginginkannya dan layak, ia akan memperolehnya.
2. Para pembesar (tokoh) Ahlul Kitab cemas atas kecenderungan para pengikutnya kepada Islam. Oleh karenanya mereka senantiasa menyusun program untuk membendungnya.

Ayat ke 75-76

Artinya:
Di antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: "tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui.

(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.

Sebagai lanjutan ayat-ayat sebelumnya, ayat ini mengajar Muslimin bagaimana bersikap obyektif dalam menyikapi para penentang dan mengatakan bahwa di tengah-tengah Ahlul Kitab juga dapat ditemukan orang-orang yang bersih dan jujur. Mereka akan mengembalikan apa saja yang diamanahkan (dititipkan) kepada mereka, namun pandangan rasialisme dan fanatisme telah menyebabkan sebagian mengira bahwa harta-harta milik selain Yahudi tidak perlu dihormati dan orang-orang Yahudi berhak mengambil amanat orang lain.

Herannya, pandangan menyeleweng ini diwarnai masalah keagamaan oleh mereka. Mereka berkata bahwa Tuhan telah mengizinkan mereka untuk merampas harta-harta selain milik orang Yahudi.

Dengan ini orang-orang Yahudi rasialis yang telah menduduki bumi Palestina dan mendirikan negara Israel, sama sekali tidak memelihara dasar-dasar kemanusiaan dan ketetapan internasional. Setiap hari mereka berupaya menguasai wilayah baru di negara-negara Islam. Maka Muslimin haruslah bangkit mengambil dan merampas haknya sendiri dan menempati kedudukan yang selayaknya.

Dari ayat ini kita petik beberapa pelajaran:
1. Muslimin hendaknya bersikap obyektif biarpun terhadap musuh dan jangan menganggap semuanya pengkhianat.
2. Menjaga amanah adalah tindakan terpuji biar siapapun yang melakukannya, dan khianat adalah buruk sekalipun terhadap musuh.
3. Menjustifikasi dosa lebih buruk dari melakukan dosa. Orang-orang Yahudi telah merampas harta orang lain dengan cara yang tidak benar dan menjustifikasi perbuatan buruknya dengan menisbatkannya kepada Tuhan.
4. Menjaga amanah dan menghormati perjanjian secara individu dan masyarakat menunjukkan takwa yang menyebabkan manusia dicintai oleh Allah Swt. (IRIB)

Tafsir Surat Ali Imran Ayat 65-72

Ayat ke 65-66

Artinya:
Hai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir?

Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah membantah tentang hal yang kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui? Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.

Di sepanjang sejarah, antara para pemeluk agama, terjadi perseteruan karena masing-masing mengaku yang paling benar. Padahal, semua para nabi diutus oleh satu Tuhan dan kitab-kitab mereka adalah seirama. Namun sayangnya, sikap fanatisme etnik atau agama yang tidak pada tempatnya telah mendorong sebagian kaum Muslimin mengajak orang lain supaya memeluk Islam tanpa argumentasi dan logika. Mereka menyulut peperangan lantaran persoalan-persoalan yang tak penting.

Dengan kedatangan Nabi Isa, para pengikut nabi Musa diwajibkan untuk mematuhi Isa as, namun kesombongan dan fanatisme tidak mengijinkan mereka melakukan hal itu dan bahkan nabi Ibrahim as yang berada di zaman sebelum Nabi Musa diklaim sebagai pengikut agamanya. Padahal ucapan ini sama sekali tidak dapat diterima dari aspek sejarah. Oleh karenanya, Allah Swt berfirman kepada kaum Kristen dan Yahudi, "Sumber semua perselisihan agama ini adalah fanatisme dan kedegilan kalian. Mengapa kalian mempersoalkan Nabi Isa as, padahal kalian telah melihat sendiri kehadirannya. Kini kalian memperdebatkan perihal Nabi Ibrahim, sementara kalian sama sekali tidak tahu soal agama dan ajarannya, lalu kalian menganggapnya sebagai pengikut agama kalian. Kalian yang berselisih pikiran hatta dalam hal-hal yang jelas dan nyata, kenapa kalian memperdebatkan persoalan yang kalian buta tentangnya."

Dari ayat ini, kita petik beberapa pelajaran:
1. Kebenaran agama haruslah dibuktikan berdasakan argumentasi dan logika, bukannya karena hubungan agama itu dengan seorang figur atau dengan alasan agama itu lebih dahulu dari agama-agama lainnya.
2. Pembahasan dan dialog akan bernilai apabila ditujukan untuk menemukan suatu kebenaran, namun jika tidak, ia hanya membangkitkan perselisihan dan perpecahan.

Ayat ke 67-68

Artinya:
Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.

Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman.

Melanjuti ayat sebelumnya, ayat ini memperkenalkan Ibrahim sebagai pencari kebenaran dan jauh dari segala bentuk syirik dan penyembahan berhala serta hanya pasrah kepada Tuhan. Ibrahim menasihatkan, "Wahai pengikut Musa dan Isa, dari pada kalian bersikap fanatik terhadap agama kalian. Sebaiknya kalian mencari kebenaran dan pasrah kepada Tuhan. Puncak atau Sumber perpecahan dan perselisihan kalian adalah egoisme bukannya penyembahan Tuhan yang Esa, ketahuilah bahwa penyembahan diri adalah perbuatan syirik yang paling parah di mata Allah Swt.

Jika kalian ingin dekat dengan Nabi Ibrahim as dengan tujuan menyalahgunakan popularitas beliau, maka ketahuilah bahwa kesetiaan pada agama tidak dapat dibuktikan hanya dengan lisan dan pengakuan, orang yang terdekat dengan Nabi Ibrahim as adalah orang yang mengikuti jalan beliau yang terpuji dan menunjukkan kesetiannya itu dalam praktik .

Dari ayat ini, kita dapatkan beberapa pelajaran:
1. Ikatan pikiran dan ideologi lebih utama dari ikatan kaum dan kekeluargaan. Orang-orang yang satu pemikiran dan satu ideologi, meskipun tidak ada hubungannnya antara satu dengan lainnya. Namun lebih dekat dengan kerabat yang tidak sepemikiran dan seideologi.
2. Tidak semestinya pemimpin dan pengikut dari satu etnik. Pondasi iman, adalah ideologi atau ajaran, bukannya bahasa dan etnik. Sebagaimana Rasul Saw ditujukan kepada Salman Farisi yang bukan beasal dari Arab, "Salman adalah dari kami."

Ayat ke 69-70-71

Artinya:
Segolongan dari Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu, padahal mereka (sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak menyadarinya.

Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah, padahal kamu mengetahui (kebenarannya).

Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahuinya?

Ayat-ayat ini menyingkap tabir dari dalam perut agama dan jalan kebenaran dan menyatakan bahwa sekelompok orang yang mengklaim diri sebagai orang yang bertauhid dan Ahlul Kitab. Mereka berharap kalian yang Muslimin juga bergabung dengan agama mereka yang sesat. Meskipun mereka mengetahui bahwa dengan kedatangan Rasul yang mereka baca tanda-tandanya dalam Taurat dan Injil, mereka harus beriman kepadanya dan menerima Islam, namun kebodohan dan fanatisme telah menyebabkan selain mereka tetap berada dalam kebatilan. Mereka menutupi-nutupi segala hakikat yang mereka ketahui, ataupun sedemikian rupa mereka mengemukakan persoalan, sehingga orang lainpun terseret ke ajaran yang batil. Dari itu ayat-ayat ini merupakan genderang ancaman terhadap kaum Muslimin agar dalam melakukan interaksi sosial. Mereka harus waspada agar tidak tersedot kepada para pengikut agama lain dan hendaknya mereka tahu tentang program-program serta tujuan-tujuan musuh untuk menyesatkan Muslimin.

Dari ayat ini, kita dapatkan beberapa pelajaran:
1. Kaum Muslimin perlu mengenali musuh dan bentuk kosnpirasinya supaya mereka selamat dari adanya kerugian-kerugian yang mungkin menerjang. Mereka harus waspada agar para pemuda tidak tertarik kepada agama lain.
2. Orang-orang yang bertujuan menyelewengkan orang lain, pada tahap pertama, mereka semakin menenggelamkan diri ke lembah kesesatan, karena tipuan dan nifaq serta dengki tidak akan dikuti kecuali kesesatan.
3. Manusia mukmin senantiasa harus memilah mana yang benar dan mana yang salah, sehingga musuh tidak dapat mengelabuinya.

Ayat ke 72

Artinya:
Segolongan (lain) dari Ahli Kitab berkata (kepada sesamanya): "Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman (sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka (orang-orang mukmin) kembali (kepada kekafiran).

Pada ayat sebelum ini telah dikatakan bahwa orang-orang kafir merancang berbagai program untuk melemahkan iman orang-orang Muslim. Yang terpenting darinya adalah mengaburkan kebenaran dengan kebatilan. Ayat ini menyingkap salah satu dari konspirasi musuh dan menjelaskan bahwa para pemuka kuffar menginstruksi orang-orang bawahannya untuk berpura-pura berlagak seperti pengikut al-Quran dan Rasul. Namun tak lama kemudian mereka meninggalkan Islam dan kemudian berkata kepada Muslimin, "Kami telah berbuat kesalahan dan agama kami lebih baik, maka kami kembali kepada agama asal kami."

Jelas tindakan mereka ini membuat lemat semangat Muslimin dan mereka jatuh kepada keraguan tentang kebenaran agama Islam. Selain itu, orang-orang kafir tidka punya alasan lagi untuk masuk Islam.

Dari ayat ini, kita petik beberapa pelajaran:

1. Umat Muslimin tidak boleh berpikiran polos dan mudah percaya melainkan harus pandai dan waspada serta tidak termakan oleh tipuan orang-orang Munafik.
2. Pihak musuh bukan hanya berharap agar Muslimin jadi kafir, melainkan untuk sampai pada tujuan-tujuannya, mereka senantiasa merancang makar dan konspirasi. (IRIB)

Tafsir Surat Ali Imran Ayat 59-64

Tafsir Surat Ali Imran Ayat 59-64

Ayat ke 59-60

Artinya:
Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia.

(Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu.

Sekelompok umat Kristen kota Madinah mendatangi Rasul. Mereka terlibat dialog dengan Rasul Saw. Dalam dialognya itu, mereka berasalan, bahwa kelahiran Nabi Isa tanpa ayah, sebagai bukti Isa adalah anak Tuhan (Tuhan anak). Ayat ini diturunkan untuk menjawab mereka bahwa kelahiran seorang anak tanpa ayah, tidak dapat dijadikan alasan sebagai bukti bahwa anak itu adalah Tuhan. Penciptaaan Adam AS adalah lebih dasyhat dari itu. Karena ia tidak punya ayah dan juga ibu, lalu mengapa kalian tidak menyebutnya Tuhan atau anak Tuhan?

Ketika itu, Tuhan menjelaskan kepada Rasul dan Muslimin lainnya: "Ucapan yang benar dan langgeng adalah ucapan Tuhan yang mengetahui segala hakikat alam dengan sempurna. Berbeda dengan perkataan manusia yang adakalanya berdasarkan hawa nafsu, kebodohan atau fanatisme. Maka, dengarkan dan patuhilah ucapan Tuhan dan jangan keraguan-keraguan yang dibuat oleh makhluk membuat anda ragu terhadap kalam ilahi.

Dari ayat ini kita petik beberapa pelajaran:
1. Mukjizat yang terjadi dalam penciptaan para nabi atau dilakukan oleh mereka menunjukkan kekuasaan Tuhan, bukannya mereka itu Tuhan.
2. Hakikat dan kebenaran hanya dapat dijumpai dalam peraturan Tuhan. Jika kita mencari kebenaran, maka hendaklah kita mengikuti peraturan Tuhan.

Ayat ke 61

Artinya:
Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta."

Dalam sejarah disebutkan pada tahun kesepuluh Hijriah, Rasul Saw mengutus satu tim ke Madinah dengan misi menyampaikan Islam ke daerah Najran. Mereka bermujadalah mengenai Isa as, dan tak bersedia menerima kebenaran, sehingga Tuhan memerintahkan rasul untuk melakukan mubahalah (sumpah), dan oleh karena itulah Rasul berkata kepada kumpulan Kristen itu, "Kalian bawalah anak-anak, wanita-wanita dan kerabat kalian, kamipun akan membawa anak-anak serta wanita-wanita dan kerabat kami, lalu kita berkumpul di suatu tempat, bersimpuh dan bermunajat ke hadirat Tuhan, kita pohon darinya, siapa diantara kita yang sesat, hendaknya dijauhkan dari rahmat-Nya dan dikenakan siksa atau hukuman.

Kaum Kristen Najran yang mendengar usulan ini meminta waktu untuk bermusyawarah tentang tawaran ini. Para pemuka dan tokoh Kristen berkata: "Terimalah usulan itu, namun jika kalian saksikan nanti Muhammad tidak membawa orang-orang banyak, melainkan disertai beberapa orang saja dari orang-orang yang dicintainya, maka jangan diteruskan dan berkompromilah dengan Muhammad."

Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Kelompok Kristen melihat rasul hanya membawa empat orang; Putrinya Fatimah as, menantunya Ali Bin Abi Thalib, dan dua cucunya al-Hasan dan al-Husein as. Aku menyaksikan wajah-wajah yang apabila mengangkat tangan berdoa, gunung akan tercabut dan jika mereka mengutuk kami, maka tak seorangpun dari kami yang akan selamat, dari itulah, kami mundur dari mubahalah.

Dari ayat ini, kita dapatkan beberapa pelajaran:
1. Pertanyaan harus dijawab dengan argumentatif dan logis, namun jiwa membangkang dan kedegilan tidak akan punya jawaban melainkan kemurkaan dan laknat. Orang-orang yang selalu mencari alasan, artinya mereka sedang menunggu hukuman Tuhan.
2. Jika kita meyakini agama Tuhan, maka kita harus berdiri tegak dan hendaknya kita ketahui bahwa pihak musuh akan mundur karena kebatilannya.
3. Ahlul Bait Rasul tak ubahnya seperti beliau, doa mereka mustajab. Rasul dengan amalannya mengenalkan Hasan dan Husein sebagai anak-anaknya dan Ali Bin Abi Thalib sebagai dirinya.
4. Meminta bantuan dari ghaib saatnya adalah setelah memanfaatkan potensi-potensi atau kekuatan-kekuatan normal. Rasul pada awalnya melakukan tabligh dan dialog, dan baru setelah itu memasuki tahap doa dan mubahalah.

Ayat ke 62-63

Artinya:
Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Kemudian jika mereka berpaling (dari kebenaran), maka sesunguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan.

Setelah kejadian mubahalah, Allah Swt berfirman kepada Nabi-Nya,: "Apa yang telah Kami turunkan berkenaan dengan Isa al-Masih kepadamu, merupakan kisah benar kehidupan beliau yang hanya diketahui oleh Allah Swt. Dan apa yang dikira oleh masyarakat bahwasanya beliau adalah anak Allah, tidak lebih dari sekedar kebohongan. Karena Tuhan adalah satu dan tidak ada sesembahan selain-Nya. Maka orang yang menolak kebenaran, hendaklah mengetahui bahwa Tuhan mengetahui perbuatan mereka dan berkuasa untuk menghukum mereka.

Pada prinsipnya, kisah-kisah yang populer di kalangan masyarakat tidaklah keluar dari dua keadaan. Boleh jadi roman dan cerita fiktif yang sama sekali tidak benar dan produk imajinasi seorang penulis cerita atau ditulis berdasarkan sejarah kaum-kaum silam, namun kebenaran dan kebohongan telah diaduk dan telah dimasuki khurafat.

Dari ayat ini, kita dapatkan beberapa pelajaran:
1. Sekiranya al-Quran tidak ada, niscaya sosok Isa Al Masih dan banyak lagi nabi serta kaum terdahulu tidak jelas bagi kita.
2. Menentang kebenaran merupakan contoh dari kerusakan yang menyeret seseorang dan juga masyarakat kepada kesesatan.
3. Jika kita perhatikan, semua tindak-tanduk kita diawasi oleh Tuhan , maka hendaknya kita waspada akan tindak-tanduk kita sendiri.

Ayat ke 64

Artinya:
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".

Al-Quran dalam ayat-ayat sebelumnya, pertama mengajak kaum Kristen untuk menerima Islam berdasarkan argumentasi dan logika. Namun karena mereka menolak, mereka ditantang mubahalah, tetapi mereka tidak bersedia. Dalam ayat ini, Allah Swt berfirman kepada Rasul-Nya, "Katakanlah kepada mereka, jika mereka tidak bersedia menerima Islam, paling tidak datanglah dan kita bersatu atas dasar ideologi dan pemikiran yang sama antara satu dengan lain dan kita tegak berdiri di hadapan syirik dan kekufuran. Meskipun kalian meyakini trinitas atau Tuhan tiga rupa, namun di dalamnya, kalian tidak menyaksikan adanya perbedaan dengan tauhid, dari itulah, kalian meyakini keesaan atau kesatuan dalam taslist( tiga), maka datanglah, kita temukan persatuan atas tauhid sebagai satu dasar kolektif dan kita murnikan hal itu dari penafsiran-penafsiran yang salah yang hasilnya adalah kesyirikan.

Sebagian cendikiawan Kristen menukar halal dan haram dari pikirannya sendiri, padahal perbuatan ini hanyalah hak Allah. Oleh karenanya al-Quran menyebutkan, "Janganlah kalian mengikuti orang-orang semacam ini, dimana mereka memandang diri mereka sebagai sekutu Allah dalam menetapkan peraturan."

Akhir atau penutupan ayat ditujukan kepada Muslimin, Allah Swt berfirman, "Jika kalian menyeru Ahlul Kitab untuk bersatu, namun mereka membantah, maka janganlah kalian ngeri dan lemah untuk melanjutkan jalan itu dan nyatakanlah dengan tegas, bahwa kami hanya tunduk kepada Allah, berpalingnya kalian dari agama sama sekali tidak ada pengaruhnya kepada Kami.

Dari ayat ini, kita dapatkan beberapa pelajaran:
1. Al-Quran mengajak kita kepada persatuan dengan Ahlul Kitab dengan memandang sisi kesamaan. Maka setiap perbedaan yang memecahbelah di kalangan Muslimin, adalah suatu hal yang bertentangan dengan al-Quran dan Islam.
2. Semua manusia adalah setara dengan lainnya dan tak seorangpun yang berhak menguasai lainnya, melainkan dengan perintah Tuhan.
3. Kaum Muslimin harus mengajak kaum Kristen agar masuk Islam dan kalau mereka tidak dapat mencapai semua tujuan di jalan ini, hendaknya mereka tidak berpendek tangan dalam usaha untuk menggapai sebagian dari tujuan itu. (IRIB)

Tafsir Surat Ali Imran Ayat 50-58

Tafsir Surat Ali Imran Ayat 50-58

Ayat ke 50-51

Artinya:
Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) daripada Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.

Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus".

Dengan memperhatikan bahwa nabi Musa merupakan Nabi Bani Israel, dan membawa Taurat sebagai kitab Samawi untuk mereka. Dalam ayat ini, Nabi Isa menyatakan kepada masyarakat bahwa aku juga utusan Tuhannya Musa dan aku juga mempercayai kitab-Nya. Aku akan mencabut sebagian perintah Taurat yang telah ditetapkan sebagai hukuman dan sanksi atas dosa-dosa kalian, akan tetapi dengan syarat kalian bertakwa dan mengikuti agamaku yang merupakan agama Tuhan.

Kemudian Nabi Isa memperkenalkan dirinya sebagai hamba Tuhan dan berkata: "Allah Swt adalah Tuhanku dan Tuhan kalian, maka kita semua harus menyembah-Nya dan melangkah di jalan yang lurus dan pertengahan.

Dari ayat ini kita dapat beberapa pelajaran:
1. Para utusan Allah, kesemuanya saling menerima kenabian dan kerasulan antara satu dengan lainnya, dan setiap Nabi membenarkan kitab dan agama Nabi sebelumnya dan meyakininya.
2. Pengutusan para Nabi merupakan peristiwa Ilahi di sepanjang sejarah, bukannya suatu ledakan di suatu tempat atau masa tertentu.
3. Para Nabi sebagaimana halnya memiliki wilayah takwini dan kekuasaan untuk menguasai alam semesta, juga memiliki wiliyah tasyri'i dan menetapkan undang-undang. Walaupun demikian, kedua perkara itu harus dengan izin Tuhan.

Ayat ke 52-53

Artinya:
Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri.

Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)".

Dengan semua tanda-tanda yang telah disaksikan oleh Bani Israel sehubungan dengan kenabian Isa as, namun sebagian besar mereka tidak beriman, dan hanya sedikit yang beriman dan mendukung beliau. Para pendukung Nabi Isa as ini oleh al-Quran disebut dengan nama Hawariy yang artinya golongan yang melepaskan jalan yang sesat dan bergabung dengan jalan kebenaran.

Dari ayat ini, bisa dipetik beberapa pelajaran:
1. Mengenali golongan yang Mukmin dan setia kepada agama serta mengorganisasi dan mengumpulkan mereka merupakan salah satu dari tugas para pemimpin agama.
2. Para Nabi menghendaki rakyat untuk Tuhan bukan untuk diri mereka sendiri, sebagaimana Nabi Isa as berkata: "Siapakah para penolong agama Allah?"
3. Setelah iman, peringkat atau tahap selanjutnya adalah tahap pasrah atau taslim, artinya orang yang beriman kepada Allah harus taat kepada perintah-perintah Allah.

Ayat ke 54-55

Artinya:
Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.

(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya".

Telah disebutkan sebelumnya bahwa banyaknya mukjizat yang telah ditunjukkan oleh Nabi Isa as, namun tetap saja sebagian orang kafir dan menolak ucapan-ucapan nabi Isa as. Ayat ini memberitakan konspirasi mereka untuk membunuh Nabi Isa as dan disebutkan bahwa para pemuka kaum kafir telah merekayasa untuk membunuh suara Nabi Allah ini serta menyusun strategi.Dalam usaha menangkap Nabi Isa as dan sahabatnya, mereka menyediakan hadiah yang besar dan mempersiapkan pendahuluan-pendahuluan eksekusi buat Nabi Isa as.

Namun, Allah Swt menggagalkan rencana kotor mereka dan menyelamatkan Nabi Isa dengan kuasa-Nya. Menurut keyakinan kaum Kristen, kaum Yahudi telah menyalib Nabi Isa sampai beliau meninggal, dan kemudian, mereka mengkuburkan beliau. Pada waktu itu, Allah Swt membangkitkan Nabi Isa dan mengangkatnya ke langit. Tapi dari ayat-ayat al-Quran, khususnya ayat 157, surah an-Nisa', disimpulkan bahwa seorang yang menyerupai Nabi Isa as yang disalib dan dibunuh, sementara Nabi Isa as dikeluarkan dari lingkungan kufur dan diangkat ke langit. Sebagaimana halnya Nabi Muhammad untuk waktu yang pendek melakukan perjalanan mikraj dan diberitahu tentang hal-hal yang terjadi di langit.

Selanjutnya ayat ini memberitakan kabar gembira bahwa pengikut Isa al-Masih senantiasa akan lebih unggul dari para pemungkir Nabi Isa. Hal ini telah jauh sebelumnya diramalkan oleh al-Quran pada 1400 tahun silam dan terjadi dewasa ini.

Dari ayat ini, kita petik beberapa pelajaran:
1. Kehendak dan kemauan Tuhan di atas segala bentuk upaya dan kebijaksanaan manusia. Janganlah kita coba-coba membuat makar dan tipuan terhadap kehendak Tuhan.
2. Mengikuti jejak Nabi menyebabkan kemenangan dan keunggulan, sebaliknya kekafiran merupakan faktor kebinasaan dan kemusnahan.

Ayat ke 56-57-58

Artinya:
Adapun orang-orang yang kafir, maka akan Ku-siksa mereka dengan siksa yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh penolong.

Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.

Demikianlah (kisah Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebagian dari bukti-bukti (kerasulannya) dan (membacakan) Al Quran yang penuh hikmah.

Makar Bani Israel untuk membunuh Nabi Isa as telah menyebabkan Tuhan menjatuhi sanksi berat ke atas mereka. Berdasarkan riwayat -riwayat sejarah, kira-kira 40 tahun, salah seorang dari kaisar Romawi menguasai mereka dan ribuan dari mereka dibunuh ataupun ditawan dan bahkan sebagian dari tawanan itu dijadikan makanan binatang buas. Namun demikian, Tuhan tidak melakukan kezaliman kepada siapapun, dan hukuman-hukuman itu disebabkan perbuataan mereka sendiri. Kekafiran, keras kepala, dan permusuhan tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali kehancuran, sementara amal saleh, dan iman pasti akan diikuti oleh nikmat-nikmat duniawi dan ukhrawi.

Dari ayat ini, kita dapat petik beberapa pelajaran:
1. Meskipun sunnah Allah Swt adalah menunda siksa atau pahala hingga Hari Kiamat, namun adakalanya, dibalasi di dunia ini juga .
2. Di depan kemurkaan Tuhan, tidak satupun kekuatan yang dapat menghalanginya, maka sebaiknya kita memikirkan akibat perbuatan-perbuatan kita sendiri. (IRIB)

Tafsir Surat Ali Imran Ayat 45-49

Tafsir Surat Ali Imran Ayat 45-49

Ayat ke 45

Artinya:
(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).

Sayidah Maryam adalah seorang gadis yang atas nazar ibunya, telah menjadi pelayan masjid dan melewatkan usianya dengan ibadah dan penghambaan kepada Allah Swt. Makanannya dibawakan oleh para Malaikat dan beliau memiliki kelayakan sehingga Allah menganugerahkan kepadanya seorang anak laki-laki yang nantinya punya posisi tinggi di sisi masyarakat.

Berbeda dengan keyakinan umat Kristen, al-Quran menilai Isa bukanlah Tuhan dan juga bukan anak Tuhan. Ia adalah putera Maryam dan makhluk Allah. Akan tetapi makhluk yang keberadaannya menjadi tanda kekuasaan dan keagungan penciptaan Tuhan. Oleh karenanya, Allah Swt mengenalkannya sebagai kalimat, sebagaimana dalam ayat 109, surah Kaf dan semua makhluk Tuhan dinamakan dengan kalimat-Nya.

Dari ayat ini kita dapat petik beberapa pelajaran:
1. Selain dengan para nabi, para malaikat juga berbicara dengan manusia-manusia saleh, baik laki-laki maupun wanita.
2. Walaupun Nabi Isa as dilahirkan tanpa ayah, namun bukanlah anak Tuhan tetapi anak Maryam karena ia melewati usia janin di rahim ibunya.

Ayat ke 46

Artinya:
Dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia adalah termasuk orang-orang yang saleh.

Sayidah Maryam tatkala mendengar berita akan dianugerahi seorang bayi, ia jatuh cemas sekiranya asyarakat sekitar menuduhnya yang bukan-bukan. Semua itu karena beliau tidak bersuami. Oleh karenanya para malaikat berkata kepadanya: "Allah SWT guna membela kesucianmu, akan membuat bayi itu dapat berbicara dan bayi itu akan membantah semua tuduhan yang dilemparkan kepada ibunya. Bayi itu seperti halnya orang dewasa, sedemikian jelas dan indah berbicara sehingga semua menjadi takjub. Dalam penciptaannya begitu terlihat tangan-tangan mukjizat.

Dari ayat ini kita ambil beberapa pelajaran:
1. Janganlah kita ragu dengan kekuasaan Tuhan. Dzat yang dapat menganugerahkan seorang anak kepada aryam tanpa suami dapat membuat bayi yang ada dibuaian berbicara. 2. Jika ibu adalah seorang yang salihah, maka kesalehan dan kelayakan akan tampak pada diri anaknya juga.

Ayat ke 47

Artinya:
Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun". Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia.

Ketika mendapat kabar bahwa dirinya akan dianugerahkan seorang bayi, Sayidah Maryam bertanya-tanya, bagaimana mungkin ia dapat melahirkan seorang bayi, sementara ia tidak pernah disentuh seorang lelaki. Karena dunia tidak lepas dari hukum sebab akibat dan setiap makhluk memerlukan serantaian penyebab.
Untuk menjawab pertanyaan ini, Allah Swt melalui para malaikat-Nya mengkabarkan bahwa tatanan alam adalah ciptaan Tuhan dan tunduk pada perintah-Nya. Kekuasaan-Nya yang bijak sedemikian tingginya sehingga setiap saat Ia berkehendak, maka Ia dapat menciptakan makhluk apapun terlepas dari sebab-sebab alamiah.

Penutupan ayat menyingung soal penciptaan Tuhan secara global dan berfirman: "Setiap kali Tuhan menghendaki sesuatu, maka secara spontan, sesuatu itu akan terjadi tanpa memerlukan berlalunya masa sebagaimana proses biasanya. Persis seperti orang yang hendak menciptakan sesuatu dan dengan mengatakan: "Jadilah", maka hal itu terjadi. Tangan Allah dalam penciptaan begitu terbuka. Penciptaan melalui cara-cara sarana alamiah atau non alamiah untuk Tuhan tidaklah berbeda.

Ayat ke 48-49

Artinya:
Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil.

Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.

Pada ayat sebelum ini, telah disebutkan bahwa Nabi Isa as setelah kelahirannya berbicara dengan masyarakat saat beliau dalam keadaan bayi dan beliau membela kesucian ibunya. Pada ayat ini, disebutkan keistimewaan lain Nabi Isa as. Seorang nabi yang hendak menjadi pemimpin masyarakat harus memiliki keistimewaan-keistimewaannya yang salah satunya adalah keluasan ilmu pengetahuannya. Maka dari itu, taklim atau pengajaran dan tarbiyah para Nabi langsung ditangani Tuhan. Sehingga, pertama-tama, pengetahuan dan visi mereka harus jauh dari segala bentuk kesalahan. Kedua, selain dari ilmu-ilmu zahir yang ada di tangan masyarakat, para nabi juga mengetahui ilmu ghaib dan masa akan datang. Namun bukan berarti dengan memiliki ilmu pengetahuan, itu sudah mencukupi. Setiap nabi harus menunjukkan mukjizat guna membuktikan kenabiannya sehingga masyarakat mendengarkan ucapan-ucapannya dengan keyakinan yang mantap dan menerapkan perintah-perintahnya.

Meskipun keberadaan Nabi Isa as merupakan satu mukjizat, karena Sayyidah Maryam telah mengandung Nabi Isa tanpa memiliki suami dan beliau sendiri pasca kelahirannya berbicara dengan masyarakat, namun Nabi Isa as yang telah diutus Tuhan untuk Bani Israel menunjukkan mukjizat kepada mereka agar kaumnya beriman kepada beliau. Antara Mukjizatnya ialah menciptakan burung dari tanah liat, menyembuhkan orang-orang sakit, menghidupkan orang yang telah mati dan memberitakan hal-hal yang bakal terjadi pada masa akan datang. Semua itu dengan izin Allah karena penciptaan makhluk ataupun ilmu ghaib adalah khusus milik Allah.

Adapun sebagian orang yang mempercayai Nabi Isa as, memandang Nabi Isa bukanlah manusia, bahkan di atas manusia. Lantaran Nabi Isa as menunjukkan berbagai mukjizat dan bentuk khusus kelahirannya, mereka menamai Nabi Isa sebagai anak Tuhan, padahal beliau adalah putra Maryam, bukannya anak Tuhan dan apa yang dilakukan oleh Nabi Isa adalah kekuasaan Tuhan, bukan kekuasaan Nabi Isa sendiri.

Dari ayat ini kita petik beberapa pelajaran:
1. Auliya Allah dapat menguasai tatanan penciptaan dengan kekuasaan dan izin Tuhan serta melakukan perubahan di dalamnya.
2. Jika hamba-hamba Allah yang saleh dapat menghidupkan orang-orang yang telah mati di dunia, maka menghidupkan kembali orang-orang mati pada hari kiamat bukanlah satu pekerjaan yang sulit dan mustahil bagi Allah.
3. Mengenai Auliya Allah, janganlah kita berlebihan meninggikan mereka sehingga kita anggap bukan manusia yang mana hal ini merupakan penyelewengan akidah. (IRIB)

Tags:

0 comments to "Tafsir Surat Ali Imran Ayat 77-80,Ayat 73-76,Ayat 65-72 ,Ayat 59-64,Ayat 50-58 ,Ayat 45-49"

Leave a comment