Setelah Kasus Ahmadiyah dan Temanggung, Giliran Syiah Ditarget
Setelah kasus Ahmadiyah di Cikeusik, Pandenglang, Banten, dan kasus Temanggung, giliran Yayasan Pondok Pesantren Islam (Yapi) di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur menjadi sasaran konflik.
Muncul sebuah pertanyaan? Apakah semua konflik ini sengaja dimunculkan untuk mengalihkan opini umum pada isu-isu yang tengah diarahkan ke pertikaian agama? Apalagi masyarakat saat ini dapat dikatakan tidak mempunyai kendala khusus atas keragaman agama. Namun tiba-tiba sensitifitas itu dimunculkan dengan memanfaatkan perselisihan antarkelompok yang tentunya mempunyai tendensi tertentu. Apalagi konflik-konflik akhir-akhir ini tampak terorganisir dalam skala nasional.
Ada sebuah analisa yang menyebutkan, isu ini sengaja dimunculkan supaya isu pengumpulan koin menyusul pernyataan Presiden SBY terkait gajinya yang kemudian menjadi langkah kontrapoduktif. Pengumpulan koin dalam skala luas tentunya mengkhawatirkan pemerintah dan kredibilitas SBY yang kini menjadi bahan kritikan dari berbagai pihak.
Selain itu, aksi demo di Tunisia dan Mesir juga menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi semua rezim yang kurang mempedulikan nasib rakyat. Rapor pemerintah SBY selama ini dinilai buruk oleh masyarakat. Apalagi banyak kasus yang hingga kini mengambang seperti kasus Bank Century yang juga dihubungkan dengan dana pemilu SBY, kasus Lapindo yang banyak menelantarkan nasib rakyat dan kasus-kasus lainnya yang terus silih berganti mendera pemerintah SBY.
Terkait kasus Ahmadiyah, situs Detik belum lama ini mengungkap bahwa para penganiaya pengikut Ahmadiyah dibayar oleh pihak-pihak tertentu. Kasus Ahmadiyah berhasil menutup isu pengumpulan koin yang tengah memojokkan kredibilitas SBY.
Kasus Ahmadiyah dan Temanggung belum tuntas, YAPI di Pasuruan menjadi sasaran serangan. Menurut keterangan yang diterima IRIB, sejumlah aparat polisi berpakaian preman juga berada di lokasi, sejak awal terjadinya bentrokan. Namun mereka tidak segera bertindak mencegah bentrokan. Setelah para penyerang terdesak ke luar Ponpes dan para santri mulai mengejar mereka, aparat baru menembakkan peluru ke udara.
Keterangan dari lapangan tersebut kian mengindikasikan analisa bahwa konflik dan pertikaian antarpenganut agama sengaja dimunculkan untuk mengalihkan isu tertentu.
Kronologi Penyerangan
Ratusan orang tiba-tiba menyerang Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ma'hadul Islam Yayasan Pesantren Islam (YAPI) di Desa Kenep Kecamatan Beji, Pasuruan, Selasa siang (15/2).
Menurut keterangan seorang tenaga pengajar Ponpes YAPI, saat diwawancarai IRIB, massa yang berjumlah ratusan dengan mengenakan sarung dan naik motor itu menyerang Ponpes YAPI dan menyusup masuk ke dalam pondok. Perusuh yang diperkirakan mencapai 300 orang itu secara brutal melemparkan batu ke arah Ponpes YAPI dan para santri. Serangan terjadi pukul 15:00, saat para santri Ponpes menyelenggarakan pertandingan futsal.
Serangan tersebut mendapat perlawanan dari para santri. Bentrokan pun tidak dapat dihindari. Perlawanan para santri YAPI berlangsung selama 20 menit dan berhasil mengusir para penyerang hingga 20 meter di luar pintu gerbang.
Sejak awal terjadinya bentrokan, sejumlah aparat polisi berpakaian preman juga berada di lokasi. Namun mereka tidak segera bertindak mencegah bentrokan. Setelah para penyerang terdesak ke luar Ponpes dan para santri mulai mengejar mereka, aparat baru menembakkan peluru ke udara.
Sedikitnya empat santri Yapi di Desa Kenep, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, mengalami luka di bagian kepala akibat serangan kelompok tak dikenal.
"Pada saat kejadian, keempat korban sedang bermain bola di halaman pondok pesantren tersebut, kemudian sekelompok massa mengendarai sepeda motor secara tiba-tiba memasuki halaman pondok," kata Ketua Yapi Ustadz Ali Mukhsin Assegaf.
Selain empat santri, dua penjaga kompleks Yapi turut menjadi korban dalam insiden tersebut. Mereka adalah Sya'roni dan Shoir yang mengalami luka pada bagian kepala.
Penyerangan tersebut juga mengakibatkan kaca ruang penjagaan pondok pesantren yang berlokasi di Jalan Raya Bangil-Pandaan, Kabupaten Pasuruan, itu hancur berkeping-keping.
Ia menuturkan, para pelaku beramai-ramai menggunakan sepeda motor dari arah Pandaan lalu masuk ke areal pondok pesantren. Setelah menyerang sejumlah santri, para pelaku keluar pondok dan berkendara menuju arah Bangil. "Setelah itu kembali lagi ke arah Pandaan," katanya.
Mazhab Jaafari
Penyerangan sekitar 100 orang terhadap Yayasan Pondok Pesantren Islam (Yapi) di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Selasa, hanya karena masalah perbedaan mazhab, disayangkan para pengurus Yapi. Demikian dilaporkan ANTARA ketika melaporkan isu YAPI.
Dewan Pembina Yapi, Habib Ali bin Umar yang dihubungi ANTARA dari Jakarta, Selasa, mengaku bahwa pondoknya juga mengajarkan mazhab Jaafari yang juga dikenal dengan istilah mazhab Ahlul Bait. Dikatakannya, "Perbedaan madzhab dalam Islam tidak pernah jadi masalah. Mazhab kami juga tidak pernah dipermasalahkan di dunia internasional, makanya ini aneh sekali."
Habib Ali Al-Habsyi dalam keterangannya kepada Kompas menduga insiden yang terjadi pada pukul 14.30 WIB itu dilakukan pihak-pihak yang ingin membentur-benturkan ajaran Islam. Dikatakannya,"Hubungan kami dengan NU dan Muhammadiyah sangat baik. Begitu juga dengan para habib di Pasuruan juga berlangsung harmonis."
"Memang ada yang berbeda materi pelajaran kami dengan yang diajarkan di pondok-pondok pesantren lain di Pasuruan," kata Habib Ali.
Namun, perbedaan itu tidak mencolok. YAPI tetap memegang teguh ajaran Ahlussunnah wal Jama'ah dengan menganut empat mazhab, yakni Imam Syafi'i, Imam Hambali, Imam Maliki, dan Imam Hanafi, sebagaimana pedoman umum kaum Muslim di Indonesia.
"Kami hanya memberikan pelajaran tentang perbandingan mazhab. Di situ kami membandingkan empat mazhab itu dengan mazhab Imam Ja'far," katanya menjelaskan.
Imam Ja'far yang dimaksud Habib Ali itu adalah Ja'far bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abu Thalib dan bagian dari Ahlulbait. Hal inilah yang menimbulkan tudingan bahwa YAPI menganut faham Syiah. "Padahal, Imam Ja'far itu merupakan guru dari Imam Hanafi dan Imam Maliki (dua dari empat mazhab)," katanya.
YAPI didirikan oleh Habib Husain bin Abu Bakar Alhabsyi pada 1976. YAPI dibangun di atas lahan di pinggir Jalan Raya Bangil-Pandaan, Kabupaten Pasuruan. Sepeninggal Habib Husein 15 tahun silam, perkembangan YAPI makin pesat. Santrinya berasal dari berabagai daerah di pelosok Tanah Air dengan didominasi warga keturunan Arab atau dari trah habib.
Dalam perkembangannya, Yapi mendirikan pendidikan umum SMP dan SMA selain madrasah diniah yang dinamainya dengan Hauzah.
Siapakah Dalang Penyerangan?
Yayasan Pondok Pesantren Islam di Desa Kenep, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, sering kali menjadi sasaran teror pihak-pihak yang sengaja ingin membenturkannya dengan organisasi Islam lain.
"Sudah beberapa kali kami mengalami teror, tetapi untuk yang penyerangan langsung ke pondok baru kali ini terjadi," kata salah satu pemimpin Yayasan Pondok Pesantren Islam (Yapi), Habib Ali bin Umar, saat dihubungi dari Surabaya, Selasa malam.
Ia mengungkapkan, biasanya teror yang diterima santri sering kali terjadi pada tengah malam. "Baru kali ini ada penyerangan langsung pada siang hari," katanya menambahkan.
Habib Ali kepada ANTARA mengaku mengenal para penyerang ini yang merupakan suatu jemaah kelompok pengajian kecil yang setiap habis pengajian dilanjutkan dengan konvoi.
"Mereka menggunakan baju taqwa dan sarung. Sayangnya saat berkonvoi kali ini mereka sengaja melewati pondok kami sambil berteriak-teriak lalu menyerang," kata Habib Ali.
Peristiwa yang terjadi pada Selasa pukul 14.00 WIB ini, lanjut dia, merupakan penyerangan yang kedua kalinya setelah tahun 2007. Namun sepanjang 2007 hingga 2011 ada beberapa kali letupan seperti pelemparan batu ke arah pesantren.
"Mereka bukan NU (Nahdlatul Ulama) ataupun Muhammadiyah. Karena ormas-ormas Islam besar ini sudah menampik. Polisi terus menyelidiki," katanya sambil manambahkan bahwa penyerang juga bukan dari FPI (Front Pembela Islam).
Ali berharap massa penyerang tidak lagi melakukan kekerasan terhadap YAPI dan lebih mengedepankan dialog, karena tindakan kekerasan tidak pernah memecahkan masalah.
Sementara itu, Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Timur Irjen Pol Badrodin Haiti menyatakan, tiga pelaku penyerangan santri YAPI di Desa Kenep, Kecamatan Beji, Pasuruan, sudah ditangkap.
"Pelakunya tiga orang dan sudah ditetapkan sebagai tersangka," katanya saat mengunjungi kompleks Yapi, Pasuruan, Selasa sore.
Insiden penyerangan di pondok pesantren yang berlokasi di pinggir Jalan Raya Bangil-Pandaan itu mengakibatkan empat santri mengalami luka serius pada bagian kepala. Korban lainnya yang sama-sama mengalami luka serius pada bagian kepala adalah dua orang penjaga YAPI.
Apa Kata Masyarakat dan MUI?
Seluruh komponen masyarakat menyatakan sangat menyesalkan dan prihatin atas insiden di Pesantren YAPI (Yayasan Pesantren Islam) di Kenep, Beji, Bangil, Pasuruan, Jawa Timur. Demikian dilaporkan Situs Detik hari ini.
Sikap tersebut merupakan hasil kesepakatan bersama antara tokoh agama, pimpinan DPRD, serta Muspida Kabupaten Pasuruan setelah mengadakan pertemuan secara tertutup di Pendapa Kabupaten Pasuruan, Selasa (15/2) malam.
Kesepakatan bersama yang disampaikan Wakil Bupati Pasuruan, Eddy Paripurna pada Rabu dini hari itu terdiri atas beberapa poin;
Pertama, menyesalkan dan prihatin atas kejadian di Pesantren YAPI di Desa Kenep, Kecamatan Beji.
Kedua, meminta kepada aparat penegak hukum untuk memroses kasus tersebut secara obyektif dan adil sesuai dengan hokum yang berlaku, serta memerhatikan akar persoalannya.
Ketiga, sepakat menjaga ketenangan dan kondusifnya keamanan dan ketertiban di wilayah Kabupaten Pasuruan, demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Keempat, meminta kepada para tokoh untuk saling mengendalikan umatnya agar tidak mudah terpancing oleh isu-isu yang tidak bertanggung jawab.
Kelima, atas kejadian ini media massa, baik cetak maupun elektronika diminta ikut serta meredam dan menyejukkan suasana di Kabupaten Pasuruan.
Wakil Bupati menjelaskan, kesepakatan bersama yang telah disepakati dan ditandatangani para tokoh agama, pimpinan DPRD, serta Muspida Kabupaten Pasuruan akan ditindaklanjuti dengan pertemuan lanjutan khusus bagi warga dan tokoh masyarakat di Bangil.
Pertemuan tertutup yang dipimpin Wakil Bupati Pasuruan Eddy Paripurna itu juga dihadiri Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Badrodin Haiti, Kapolres Pasuruan, AKBP Syahardiantono, Dandim Pasuruan, Letkol (Inf) Abu Bakar, Kajari Bangil Widyantioro, dan Ketua PN Bangil, Bagus Irawan.
Sedangkan tokoh agama yang hadir di antaranya Rois Syuriah PCNU Pasuruan KH AD RachmanSyakur, Ketua PCNU Pasuruan Sonhaji Abdussomad, Rois Syuriah PCNU Bangil KH MA Fuady, Ketua PCNU Bangil, H Syamsul Maarif, serta Ketua PDM Muhammadiyah Kabupaten Pasuruan, H Imam Suladi sedangkan dari YAPI diwakili oleh salah seorang pimpinannya yakni Habib Ali bin Umar.
Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia KH Ma'ruf Amin menyesalkan tindak kekerasan berupa penyerangan terhadap Yayasan Pondok Pesantren Islam (Yapi) di Pasuruan, Jawa Timur.
"Jangan ada kekerasan, perbedaan harus dipecahkan melalui dialog, bukan dengan saling serang, apalagi perbedaan di antara sesama Muslim," katanya ketika dihubungi di Jakarta, Selasa kemarin.
Ia menegaskan, Islam tidak menoleransi segala bentuk kekerasan yang mengatasnamakan perbedaan dalam Islam karena perbedaan dalam Islam sesungguhnya merupakan rahmat. "Segala pelanggaran ini harus diproses secara hukum," katanya.
Pasca Kerusuhan
Dampak penyerbuan Ponpes Al Ma'hadul Islami Yayasan Pesantren Indonesia (YAPI) membuat sebagian santri merasa trauma. Meski begitu mereka memilih tetap berada di komplek ponpes untuk belajar.
"Sempat takut. Sampai sekarang masih trauma karena melihat ada teman yang terluka. Tapi kami tetap di pondok untuk terus menimba ilmu," kata M Toriq Aziz(13) santri kelas I SMP YAPI asal Sulteng kepada detiksurabaya.com, Rabu (16/2/2011).
Namun bagi santri lain, kejadian tersebut malah membuat mereka semakin semangat dan tidak ada rasa keder sedikitpun. "Saya tidak takut. Saya malah sempat ikut melempar, mengejar dan memukuli yang menyerbu pesantren," ujar Mufti Abdillah (12), santri kelas 1 SMP asal Jember.
Hingga pukul 10.00 WIB, para santri terlihat masih melakukan aktivitas dan polisi masih berjaga di sekitar lokasi pondok.
Selain itu, alumni Ponpes Al Ma'hadul Islam Yayasan Pesantren Islam (YAPI) berdatangan ke pondok putra. Tujuannya untuk memantau situasi dan kondisi serta tidak menutup kemungkinan akan membantu menjaga keamanan.
"Saya datang ke sini setelah ada telepon dari alumni tentang kabar kejadian di pondok," kata Ibrahim, alumni ponpes tahun 2011 kepada detiksurabaya.com di
Ponpes Al Ma'hadul Islam Yayasan Pesantren Islam (YAPI) Jalan Pandaan Bangil, Kenep, Beji, Rabu (16/2/2011).
Ibrahim mengaku tidak menutup kemungkinan alumni dari berbagai daerah terutama yang ada di Jatim akan berdatangan ke pondok sebagai bentuk rasa solidaritas terhadap ponpes. Para alumni itu merasa prihatin atas kejadian yang terjadi Selasa (15/2/2011) kemarin.
"Bisa saja kami turut membantu mengamankan. Mudah-mudahan tidak ada lagi kejadian seperti ini karena peristiwa kemarin adalah kejadian terbesar. Sebelumnya memang pernah ada gangguan. Biasanya mereka melempar batu sepulang dari pengajian di Bangil," tambah Ibrahim.
Sementara dari pantauan detiksurabaya.com, para santri terlihat sudah mengenakan seragam sekolah untuk mengikuti pendidikan sekolah umum. Mereka terlihat saling mengobrol sesama temannya. (IRIB/Detik/Kompas/AR/16/2/2011)Oleh Budayawan Muhsin Labib
Aksi penyerbuan YAPI di dusun Kenep Kabupaten Pasuruan bermula dari ceramah seorang "habib" di sebuah pesantren di Singosari, Malang. Sekelompok massa yang tersulut mengenderai motor dan melakukan penyerbuan hingga melukai sejumlah santri.
Mengapa seseorang yang disebut "habib" bisa menjadi biang kekerasan atas nama agama, mazhab dan kelompok? Kita tidak ingin mempertanyakan proses "penghabiban" seseorang; Apakah predikat ini hanya boleh disandang oleh orang tertentu dengan kualifikasi akademik (baca : keilmuan) yang didasarkan pada standar kompetensi yang baku ataukah tidak. Mungkin perlu kajian sosiologis tentang itu.
Terlepas dari kejadian memilukan itu, "habib" berasal kata dasar al-hubb dalam bentuk kata sifat (ism fa'îl), yang memiliki arti objek (penderita), yang dicintai atau kekasih. Dalam syair-syair Arab klasik maupun dalam lirik lagu-lagu romantis Arab modern, habib berarti pacar, kekasih dan yang disayang. Dalam tadisi Islam, habib adalah gelar pujian Muslim saat memanggil dan mengucapkan nama Muhammad saw. Muhammad habibullah, kekasih Allah, begitu juga Hasan dan Husain, kedua cucu beliau. Pujian dan pemberian gelar penghormatan ini berlangsung generasi demi generasi, sebagaimana tercermin dalam kasidah-kasidah dan teks-teks maulid.
Karena penghargaan abadi kepada para tokoh Ahlul Bait itulah, setiap alawi atau yang memiliki garis keturunan kepada Ali bin Abi Thalib, yang terbukti membimbing umat juga dipanggil dengan predikat ‘habib." Ia adalah manifestasi dari harmoni dan relasi cinta yang santun yang terjalin secara natural, bukan hak paten (semacam merek dagang yang dipatenkan). namun ia adalah atribut yang disandangkan oleh masyarakat.
Secara kebahasaan, al-hubb (cinta) adalah bentuk generik dari al-habb yang berarti inti hati. Kata mahabbah berasal dari kata habbah, yang berarti "benih-benih yang jatuh di padang pasir". Ia adalah sumber kehidupan; laksana benih-benih yang ditebar di gurun pasir, lalu menyelusup ke dalam tanah kemudian menumbuhkan ilalang untuk dimakan onta dan satwa sahara lainnya. Betapa pun hujan turun mengguyur, matahari menyinari, dingin dan panas menerpa, biji-biji itu tetap lestari, tidak rusak oleh perubahan musim, malah tumbuh, mekar, berbunga, dan berbuah.
Ada yang mengatakan bahwa kata mahabbah yang berasal dari kata hubb, memiliki arti "tempayan yang berisi penuh dengan tenang." Dikatakan demikian karena cinta memenuhi relung hati dan menghapus lainnya. Kata hubb dapat pula berarti "empat keping kayu pipa air," karena pecinta dengan sukacita menerima apa saja yang dilakukan sang kekasih terhadap dirinya. Kata mahabbah dapat pula dikaitkan dengan asal kata habab, yang berarti gelembung-gelembung air yang meluap tatkala hujan lebat menyiram dedaunan dan persada, karena cinta merupakan luapan hati yang merindukan penyatuan dengan sang kekasih.
Penganiayaan dan agresi, yang dilakukan secara sengaja maupun tidak, didasari dengan tujuan mulia maupun nista, bertentangan dengan substansi yang ada di balik kata ‘Habib", yang berarrti ‘tercinta' dan ‘pecinta'. Artinya, kitan mesti memberikan atribut sejuk ini kepada yang menebar cinta, bukan menjadikan kekerasan dan represi sebagai cara berdakwah.
Menurut sosiolog dan kriminolog dari Norwegia, Johan Galtung, tindak kekerasan (penganiyaan) tidak hanya meliputi pencurian, perampokan, pelecehan dan pembunuhan, tetapi juga kebohongan, indoktrinasi, intimidasi, tekanan, hiperbola dan sejenisnya, yang dilakukan untuk menghasilkan akibat terhalangnya aktualisasi kemampuan potensial mental dan daya pikir seseorang. Dari perspektif ini, pemberi komentar ini tidak kalah zalim dari pelaku kekerasan di Monas, karena ia melakukan kekerasan (ppenganiyaan) verbal yang berarti pemberangusan rasa kemanusiaan sekaligus rasa keindonesiaan.
Hati dengan cinta selebar lapangan Senayan akan memandu kita mencegah melakukan kezaliman fisik maupun pikir. Nalar setinggi Monas akan berfungsi sebagai menara pengintai yang online 24 sehingga bisa melihat setiap persoalan secara proporsional dan paripurna.
Dengan nalar sehat dan hati yang bugar, kecerobohan sopir mikrolet yang mengakibatkan kecelakaan mesti dilihat sebagai sebuah peristiwa partikular, sebuah fragmen ketidakdisiplinan, bukan kesalahan yang mesti ditimpakan atas semua orang yang yang kebetulan memiliki kesamaan suku atau daerah dengannya. Nalar, sebagai wahyu inheren, terlalu berharga untuk diganti dengan luapan fanatisme dan kepongahan atas nama agama, suku dan himpunan himpunan artifisial lainnya.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta kepada aparat kepolisian untuk bertindak cepat mengusut penyerangan di Ponpes Al Ma'hadul Islami Yayasan Pesantren Indonesia (YAPI) Pasuruan Jawa Timur. Para pelaku diminta untuk segera ditangkap.
"Tentu Presiden telah mendengar dan meminta kepada aparat kepolisian untuk mengusut dan menangkap pelaku," kata Juru Bicara Presiden Bidang Dalam Negeri Julian Aldrin Pasha saat dihubungi detikcom, Rabu (16/2/2011).
Presiden, menurut Julian secara khusus memang belum memberi instruksi kepada Gubernur Jawa Timur untuk melakukan antisipasi-antisipasi terhadap kemungkinan kejadian serupa akan terjadi lagi di Jawa Timur. Namun Presiden telah meminta polisi untuk segera bertindak.
"Presiden belum memberi instruksi khusus kepada pihak-pihak lain seperti Pemda. Namun yang pasti kepolisian telah diminta untuk menindak, mencari dan mengusut tuntas pelaku," imbuh Julian.
Polisi terus menyelidiki penyerangan Ponpes Al Ma'hadul Islami Yayasan Pesantren Indonesia. Pagi ini Satpidum Ditreskrim Polda Jatim melakukan olah TKP. Petugas juga mengumpulkan barang bukti di lokasi seperti batu yang seukuran dua kepalan tangan orang dewasa.
Seperti yang diberitakan, massa yang tidak dikenal mengenakan sarung sambil mengendarai sepeda motor, masuk ke dalam pintu gerbang dan melempari ponpes YAPI dengan lemparan batu, sekitar pukul 14.00 WIB, Selasa (15/2/2011) kemarin. (IRIB/Detik/AR/16/2/2011)Menteri Agama Suryadharma Ali menegaskan, insiden penyerangan Pesantren YAPI di Kenep, Beji, Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, pada Selasa siang (15/2), hanya tawuran antarsantri yang disebabkan saling ejek diantara mereka.
"Saya dapat info bahwa peristiwa di Pasuruan itu hanya tawuran biasa saja yang terjadi diantara santri," ujarnya menjawab pers seusai acara peluncuran buku "Pemilihan Spekulatif: Mengungkap Fakta Seputar Pemilu 2009" di Jakarta, Rabu.
Menurut Menag, peristiwa itu dipicu oleh sejumlah santri yang melintas di depan Pesantren Yapi seusai mengikuti pengajian di Singosari. Para santri itu kemudian saling mengejek sehingga terpicu tawuran diantara mereka.
"Jadi peristiwa itu hanyalah tawuran biasa yang dilatari dengan saling ejek," ujar Menag.
Pernyataan Menag itu tentunya mengundang reaksi keras dari beberapa pihak. Muhammad Andy yang juga pengelola Yayasan Fatimah di Jakarta menyatakan keberatan atas pernyataan itu. Sebelumnya, Habib Ali Umar yang juga salah satu pengurus YAPI menyatakan bahwa serangan atas YAPI terjadi bukan untuk pertama kalinya.
Menurut laporan yang ada, serangan atas YAPI sudah terjadi sekitar delapan kali. Laporan di lapangan juga menyebutkan bahwa sekelompok massa menyerang Ponpes YAPI setelah terprovokasi oleh ceramah seorang habib yang mencaci maki ajaran Ahlul Bait as yang kemudian dihubung-hubungkan dengan YAPI. Dengan demikian, serangan itu bukan tawuran biasa, tapi ada upayan provokasi dari pihak-piha tertentu yang bisa dikatakan sebagai dalang intelektual. Bahkan dilaporkan pula, sejak awal terjadinya bentrokan, sejumlah aparat polisi berpakaian preman juga berada di lokasi. Namun mereka tidak segera bertindak mencegah bentrokan. Setelah para penyerang terdesak ke luar Ponpes dan para santri mulai mengejar mereka, aparat baru menembakkan peluru ke udara. (IRIB/Antara/AR/16/2/2011)spesial komentar:
#1 2011-02-16 10:50
#2 2011-02-16 13:42
Tersangka penyerangan Ponpes Ponpes Al Ma'hadul Islami Yayasan Pesantren Indonesia (YAPI) di Pasuruan sudah tiga orang yang ditetapkan. Namun tak menutup kemungkinan bisa bertambah.
Sinyal tersebut disampaikan Kapolda Jatim Irjen Pol Badrodin Haiti di sela-sela pertemuan dengan pemimpin media di Mapolda Jatim, Rabu (16/2/2011).
Menurut kapolda, bahwa pemeriksaan terhadap tiga tersangka masih belum tuntas. "Dari pemeriksaan itu bisa berkembang. Jumlah tersangka bisa saja bertambah, termasuk kalau nanti ada aktor intelektualnya," jelasnya.
Namun kapolda sebelumnya menjelaskan bahwa penyerangan yang dilakukan massa bersarung tersebut dipicu saling ejek.
Sebelumnya ratusan massa yang tidak dikenal mengenakan sarung sambil mengendarai sepeda motor menyerbu dan melempari ponpes dengan batu, Selasa (15/2/2011) sekitar pukul 14.00 WIB. Polisi dari Polres Pasuruan dan di-backup 2 Kompi Brimob Polda Jatim, telah mengamankan lokasi sehingga kembali kondusif. (IRIB/Detik/AR/16/2/2011)
Setelah menghadapi tudingan bertubi-tubi sebagai salah satu penganut Syiah, pihak Pondok Pesantren (Ponpes) Islam yang dikelola Yayasan Pesantren Islam (YAPI) akhirnya menggelar jumpa pers, Rabu (16/2/2011).
Dalam jumpa pers ini, pihak ponpes mengeluarkan pernyataan sikapnya terkait teror yang selama ini mereka alami.
Hadir dalam jumpa pers ini ketua yayasan Ustadz Muhsin dan Rois Suriyah MWC NU Bangil KH Muhammad Khoiron Syakur. Sementara, pembacaan pernyataan sikap ini dibacakan oleh salah satu pengurus ponpes, Muhammad Ali. Pernyataan resmi ponpes diantaranya ada 8 poin:
1. Yapi lembaga pendidikan yang beridiri sejak tahun 1973 yang didirikan oleh ustad Husein Habsyi. Dimana beliau selalu menekankan Persatuan Umat Islam.
2. Lembaga ini adalah sebuah lembaga pendidikan yang terbuka bagi siapa saja dan non sektarian. Selama ini Yapi sudah mengeluarkan para alumni yang tersebar diseluruh Indonesia, dan menjadi tokoh-tokoh ditempatnya masing-masing. Dan dalam pendidikan sudah berkal-kali mendapat prestasi yang cukup baik, sehingga mengharumkan nama baik kota Pasuruan dan Jatim.
3. Kejadian ini bukan yang pertama kali. Kejadian anarkis terjadi sejak tahun 2007 sampai saat ini.
4. Sejak tahun 2007 Yapi tidak pernah putus-putus mengalami teror dan kekerasan serta tindakan-tindakan anarkis. Dan kami sudah melaporkan kepada pihak aparat baik mulai dari polsek hingga kapolri, sampai pihak sipil dari mulai RT hingga Presiden.
5. Sejak 2007 mereka secara rutin melakukan pengajian-pengajian ataupun acara-acara lain yang isinya menghujat kami dan memanas-manasi masyarakat untuk melakukan tindakan anarkhis. Dan seringkali karena itu, sepulang dari acara-acara mereka, mereka melakukan tindakan pelemparan, hujatan, makian dan lain-lain. Dengan bukti-bukti yang sangat kuat.
6. Karena kejadian-kejadian itu tidak ada penanganan yang tuntas sehingga akhirnya mereka lebih berani dalam melakukan tindakan anarkhis. Yang menyebabkan beberapa santri yang masih anak-anak (SMP/SMA) mengalami luka yang serius, yang sampai dirujuk ke rumah sakit Surabaya.
7. Biasanya mereka dalam melakukan aksinya menggunakan atribut-atribut dan mengatas-namakan ASWAJA Bangil (dan dari informasi baik formal atau informal, juga pernyataan-pernyataan resmi bahwa ASWAJA Bangilitu oknum penceramah-pencerah bermasalah dan bukan bagian dari NU).
8. Selama ini, setiap kejadian dan aksi-aksi terror mereka, kami sebagai warga negara yang baik, patuh kepada hukum dan arahan aparat terkait. Dan sebagai warga Negara yang pancasilais dan bhineka tuggal ika, serta hak hukum yang sama sebagai warga Negara, maka kami berharap agar pihak terkait melakukan tindakan penanganan secara tuntas. Baik oknum pelaku maupun actor intelektualnya dibelakangnya.
Dengan adanya pernyataan sikap ini, pihak ponpes berharap agar teror yang mereka alami selama ini dapat segera berakhir. (IRIB/Inilah.com/beritajatim.com/AR/16/2/2011)
Jam 14.05
Pada hari Selasa, tanggal 15 Februari 2011, sekelompok orang tak dikenal dengan memakai baju koko dan berpeci datang dari arah Pandaan dengan mengendarai sepeda motor yang diperkirakan berjumlah 200 motor.
Jam 14.15
Massa tak dikenal sambil meneriakkan cacian terhadap pondok pesantren, mereka masuk ke area Pesantren dengan melewati pintu gerbang utama dan melakukan pelemparan yang mengakibatkan pecahnya kaca-kaca pos penjagaan dan ruang tamu, serta menyerang petugas pos penjagaan.
Melihat kejadian yang semakin brutal dan beringas, para santri berusaha menghadang mereka untuk mengantisipasi upaya penghancuran dan perusakan yang lebih besar yang akan menimpa sarana prasarana pesantren seperti masjid, kantor dan lain-lain.
Jam 14.20
Terjadi bentrok fisik dan saling lempar batu antara para penyerang dan santri YAPI di halaman area pondok pesantren. Hal ini mengakibatkan jatuhnya korban dari pihak santri sebanyak 4 orang dan 2 orang karyawan pesantren. Akhirnya mereka terpaksa keluar dari pesantren setelah melihat perlawanan gigih dari para santri, sehingga bentrok akhirnya berpindah ke luar area yang mengakibatkan jatuhnya beberapa korban dari para penyerang. Dan terdengar beberapa letusan tembakan ke udara oleh intel kepolisian untuk membubarkan massa penyerang.
Jam 14.30
Pasukan kepolisian datang ke lokasi kejadian. Dan dengan kedatangan Polisi dari Polsek Beji dan Polres Pasuruan situasi berangsur pulih, bersamaan dengan datangnya para pendukung pondok pesantren dari berbagai wilayah. Dalam kasus ini Kapolda Jatim juga turun dan datang ke TKP serta menggelar pertemuan dengan jajaran Muspida dan pengurus yayasan di Kantor Pesantren.
Jam 15.00
Seluruh korban luka dari pihak pesantren langsung dilarikan ke RSI Masyitoh Bangil untuk dilakukan visum dan perawatan, serta satu dari korban dirujuk ke Rumah sakit mata Undaan Surabaya.