Home , , , , � Dr Sri Estuningsih, Meneliti Tanpa Pamrih : penelitiannya membuktikan ada bakteri enterobacter sakazakii dalam susu formula !!!

Dr Sri Estuningsih, Meneliti Tanpa Pamrih : penelitiannya membuktikan ada bakteri enterobacter sakazakii dalam susu formula !!!

Galau, sedih, dan gembira bercampur satu dalam hati Dr. Drh. Sri Estuningsih MSi (51), dosen Intitut Pertanian Bogor (IPB) yang hasil penelitiannya membuktikan ada bakteri enterobacter sakazakii dalam susu formula menjadi polemik, hingga masuk ranah hukum.

Sri Estuningsih menjadi sosok terpenting di balik benturan antara etika akademik yang harus dipegang teguh, dan penegakan hukum setelah Mahkamah Agung yang putusan kasasinya mengharuskan IPB mengumumkan merek-merek susu yang menjadi sampel penelelitiannya.

"Terus terang saya tidak membayangkan akan ada perkembangan seperti ini. Sebagai peneliti saya lurus-lurus saja, saya sementara ini hanya bisa memantau apa yang sedang bergulir," kata Estuningsih ketika ditemui di Kampus IPB Dramaga, Bogor, pekan lalu.

"Mahasiswa saya juga sering menanyakan soal polemik yang berkembang seputar susu formula berbakteri itu. Tapi mereka umumnya mengerti, dan pertanyaannya masih dalam koridor ilmiah," kata Estuningsih yang meraih gelar doktor patologi dan mikrobiologi pada 2001 di IPB.

Anak sulung dari tujuh bersaudara itu belakangan ramai dicari media untuk diwawancarai atau diminta mengisi talk show di televisi.

Sejauh ini, Estuningsih tidak menutup diri dari pers. Namun, menyangkut penyelesaikan hukum dan polemik hasil penelitiannya, dia menyerahkan kepada IPB untuk menanganinya, karena dia harus menghormati institusi yang menaunginya itu.

Wanita kelahiran Bandung 29 Juni 1960 ini juga mengaku heran dan sedih, karena ternyata untuk berbuat baik pun tidak mudah, termasuk dalam penelitian soal bakteri enterobacter sakazakii yang justu dapat membantu orang-orang waspada dan terhindar dari bakteri berbahaya itu.

"Dari awal, keinginan saya adalah ingin menyampaikan yang baik melalui sisi keahlian saya, meski sekecil apapun," kata pakar patologi dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB tersebut.

Tekun

Meskipun demikian, ibu dua anak itu mengaku memetik kegembiraan dari masalah yang sedang berkembang ini karena ternyata banyak hikmah yang dia dapatkan dari ketekunannya dalam meneliti bakteri.

Di antaranya karena kemudian ada tindak lanjut dari BPOM dan ada upaya-upaya dari produsen untuk meningkatkan kualitas produknya.

Selain itu, polemik malah membuat semakin banyak orang yang mengerti bahwa dokter hewan itu bukan hanya ahli mengobati hewan sakit.

"Orang kini tidak bisa memandang dokter hewan dengan sebelah mata, karena dalam kedokteran hewan banyak ilmu yang bisa dikembangkan, termasuk ilmu-ilmu yang berkaitan dengan kesehatan manusia," katanya.

Ketekunan dan keseriusan mengembangkan ilmu pengetahuan telah ditunjukkan Dr Estuningsih lewat penelitian bakteri sakazakii ini pada 2003, yang sebelumnya lebih banyak dilakukan dokter umum, bukan dokter hewan seperti dirinya.

Estuningsih bercerita bahwa awalnya penelitiannya pada 2003 itu sebenarnya bukan untuk mencari enterobacter sakazakii yang berbahaya bagi manusia, namun ingin melihat kualitas mikrobiologi pada makanan, dan seberapa baguskah produk makanan yang ada di Indonesia.

Dalam perjalanan penelitiannya itulah kemudian dia menemukan banyak bakteri dan hal itu cukup membuatnya tertarik.

Sakazakii, bakteri yang bisa menyebabkan radak otak dan radang usus, umumnya bukan domain ilmu kedokteran hewan, tapi lebih banyak diteliti ahli kesehatan anak.

Namun hal itu tidak menyurutkan semangat Estuningsih untuk melakukan penelitian yang dinilainya sangat penting tersebut.

Ia pun mengumpulkan data-data mengenai sakazakii melalui jurnal-jurnal ilmiah, membuka-buka situs terkait dan berkonsultasi dengan para ahli.

Estuningsih juga menunjukkan keseriusan mendalam pada penelitian soal ini, dengan lebih mendalaminya di Jerman yang memiliki laboratorium canggih dan ahli-ahli yang bisa diajak berkonsultasi.

Selain itu untuk memperkuat keakuratan data yang diteliti, dia pun melakukan penelitian ulang pada 2006.

Tanpa Pamrih

Prof Dr Anas Miftah Fauzi, Wakil Rektor IPB bidang riset dan kerjasama, mengakui ketekunan dan kredibilitas Estuningsih sebagai peneliti.

"Kredibilitas Ibu Estuningsih tidak diragukan. Ia telah membuktikan keseriusannya dalam meneliti bakteri ini. Antara lain dengan melakukan penelitian-penelitan ulang, dan memilih laboratorium yang canggih untuk melakukan percobaan," katanya.

Tanggung jawab sebagai ilmuwan juga telah ditunjukkannya dengan menyampaikan hasil penemuannya dalam jurnal-jurnal ilmiah dan forum-forum internasional.

Di antara forum yang diikutinya adalah pada 2006 ketika Estuningsih menjadi satu-satunya peneliti dari Asia yang menjadi pembicara dalam pertemuan FAO di Italia.

"Ia juga mengingatkan pihak-pihak yang berkompeten seperti manufaktur produsen susu dan juga Badan Pengawasan Obat dan Makanan perihal penemuan dalam penelitiannya itu," kata Anas Miftah.

Dr Estuningsih, kata Anas, memaparkan hasil penelitiannya itu ke pihak-pihak yang memang berkompeten, tidak untuk mencari popularitas dengan mempublikasikan ke mana-mana.

Penelitian IPB tentang isolasi enterobacter sakazakii ini telah menjadi rujukan penting dalam pengembangan standar mutu susu formula dan makanan bayi di Indonesia.

Standar mutu susu formula dan makanan untuk bayi itu ditetapkan pemerintah pada Oktober 2008 atau beberapa bulan sejak hasil penelitian Dr Sri Estuningsih dipublikasikan.

Estuningsih sendiri tidak mempermasalahkan jika sampai detik ini belum ada penghargaan khusus untuknya terkait hasil penelitiannya tersebut.

"Tidak apa-apa, mungkin mereka belum melihat ini hal yang terlalu penting," katanya merendah.

Ia sendiri tidak berniat mencari popularitas atau pamrih menuntut materi dalam meneliti apapun.

Sri hanya berharap penelitiannya berguna bagi masyarakat dan polemik ini dapat segera berakhir, dapat diselesaikan secara arif dan bijaksana, sehingga semua pihak puas dengan tidak ada yang dikorbankan atau dirugikan.

Masyarakat, katanya, juga tidak perlu panik soal bakteri sakazakii. "Sejauh kita sejak awal tahu pencegahannya, kita tidak perlu khawatir," katanya.

Estuningsih juga bertekad untuk tidak berhenti meneliti, sejauh tema penelitian memang diyakini bermanfaat bagi masyarakat.

Ia mengimbau rekannya sesama peneliti di IPB dan juga peneliti lainnya agar tidak surut semangatnya gara-gara melihat masalah yang tengah berkembang ini. (IRIB/Antara/22/2/2011)

Tags: , , , ,

1 comments to "Dr Sri Estuningsih, Meneliti Tanpa Pamrih : penelitiannya membuktikan ada bakteri enterobacter sakazakii dalam susu formula !!!"

  1. Luar biasa infonya, termasuk dokter yang meneliti tanpa pamrih itu

Leave a comment