Di Mana Harta Karun Mubarak itu Disimpan?
Terdapat banyak versi laporan tentang kekayaan Presiden Mesir, Hosni Mubarak. Namun perkiraan kekayaan Mubarak mencapai 70 milyar dolar, yang diungkap oleh koran The Guardian terbitan Inggris, merupakan masalah yang jarang diungkap media massa dunia.
Di saat banyak media massa yang meliput kondisi kemiskinan dan kawasan-kawasan miskin di Mesir serta betapa susahnya kehidupan sebagian besar rakyat negara itu, secara tiba-tiba muncul laporan tentang kekayaan Hosni Mubarak yang diperkirakan antara 40 hingga 70 milyar dolar.
Dalam hal ini televisi CBS News melaporkan, "Dalam beberapa tahun terakhir, tersebar cerita tentang kekayaan Mubarak dan dua putranya. Disebutkan bahwa kekayaan keluarga super-konglomerat ini melebihi angka 30 milyar dolar. Namun kini, menyusul semakin seriusnya ancaman ambruknya pemerintahan Mubarak, menyebar pula opini soal berapa angka pasti kekayaan itu, darimana saja sumbernya, dan dimana harta karun itu disimpan?
Meski saat ini media massa dunia memfokuskan masa depan demokrasi di Mesir, namun pada hakikatnya selain itu terjadi fenomena lain di negara itu termasuk di antaranya korupsi, pencurian, dan perampokan.
Menariknya, salah satu sumber penghasilan keluarga Mubarak berasal dari pajak dari setiap transaksi dagang atau investasi di negara ini. Artinya, segala bentuk transaksi dan investasi di Mesir, harus menyisihkan sebagian dana untuk dimasukkan ke rekening keluarga Mubarak. Setiap perusahaan asing yang akan berinvestasi di Mesir harus menyisihkan 20 persen dari total investasinya untuk keluarga Mubarak.
Sumber pendapatan lain keluarga Mubarak, adalah korupsi. Mubarak dan semua kroninya terlibat dalam segala bentuk korupsi. Jika ada warga Mesir yang ditangkap karena korupsi, maka polisi akan menginterogasinya. Namun pada saat yang sama, polisi juga merupakan bagian dari siklus korupsi di negara itu.
Dalam hal ini, profesor Christopher Davidson, dosen Universitas Durham Inggris, yang juga analis Timur Tengah mengatakan, "Perusahaan-perusahaan asing yang ingin masuk ke pasar Mesir harus menyisihkan sebagian investasinya untuk keluarga Mubarak. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan tersebut memiliki sekutu di dalam pemerintahan dan militer, serta mendapat jaminan keamanan dalam berbisnis di Mesir."
Koran The Guardian, beberapa waktu lalu mengungkap kekayaan Mubarak yang diperkirakan mencapai 70 milyar dolar. Kekayaan likuid Mubarak disimpan di bank-bank Swiss, Inggris, Amerika Serikat, dan Mesir. Mubarak memiliki rekening di bank-bank Swiss termasuk di antaranya di Bank UBS.
Gamal Mubarak, putra diktator Mesir itu juga tidak ketinggalan mengikuti jejak ayahnya dalam menguras kekayaan negara. Diperkirakan kekayaan Gamal Mubarak mencapai 17 milyar dolar yang tersimpan di bank-bank Swiss, Jerman, Amerika Serikat, dan Inggris.
Adapun Suzanne Mubarak, istri Presiden Mesir, pada tahun 2000 masuk dalam list anggota klub milyarder dunia. Sebagian besar uang Suzanne disimpan di bank-bank Amerika Serikat. Namun ia menangani banyak properti di beberapa kota besar Eropa termasuk London, Frankfurt, Madrid, Paris, dan Dubai.
Alaa Mubarak, putra bungsu Mubarak, juga menyimpan kekayaan pribadi baik di dalam maupun di luar negeri. Diperkirakan kekayaannya mencapai 8 milyar dolar. Ia memiliki dua pesawat jet pribadi dan sebuah kapal mewah senilai 60 juta euro. (IRIB/MZ/9/2/2011)
Bagaimana Warga Mesir Bertahan di Bundaran Tahrir
Sejak dimulainya gerakan kebangkitan rakyat Mesir melawan rezim Presiden Hosni Mubarak, Bundaran Tahrir, di Kairo, menjadi saksi tekad, semangat, dan keberanian para demonstran, serta kekerasan aparat keamanan Mesir dalam upaya menumpas kebangkitan rakyat. Nyaris seluruh laporan dari Mesir khususnya di Bundaran Tahrir, Kairo, berkaitan dengan perkembangan demonstrasi dan tarik ulur antara masyarakat dan rezim berkuasa. Namun jarang sekali muncul liputan mengenai kondisi seputar Bundaran Tahrir. Kali ini kantor berita Fars, meliput sisi lain dari aktivitas warga Mesir di Bundaran Tahrir. Puluhan ribu orang berdemonstrasi di Bundaran Tahrir menuntut pengunduran diri rezim Mubarak. Setelah 16 hari demonstrasi, alun-alun pusat Kairo itu tidak pernah lengang. Bagaimana mungkin? Selain tekad besar untuk menggulingkan rezim Mubarak, ternyata para demonstran bukan hanya berdemonstrasi di Bundaran Tahrir, melainkan mereka tetap melanjutkan hidup di sana. Dengan mendirikan tenda-tenda, mereka tidur, makan, shalat, dan kemudian meneriakkan yel-yel anti-Mubarak. Dengan koordinasi ala kadarnya, para demonstran bersama-sama memasak dan berbagi. Semangat kebersamaan dan persatuan sangat terasa di Bundaran Tahrir. Warga, baik yang beragama Kristen maupun Islam, bersama-sama dan bahu-membahu mendesak rezim Mubarak segera turun. Di dalam tenda-tenda kecil yang didirikan di Bundaran Tahrir, tidak ada makanan atau minuman yang berbeda, semuanya sama dan dinikmati bersama-sama. (IRIB/MZ)
|
(irib/9/2/2011) Suleiman Ancam Rakyat Mesir dengan Kudeta Wakil Presiden Mesir, Omar Suleiman, yang disebut-sebut sebagai pion andalan Amerika Serikat dan Israel, mengancam rakyat Mesir dengan kudeta militer. Ancaman itu dilontarkannya setelah Bundaran Tahrir di Kairo tidak kunjung sepi dari demonstran. Dikatakannya bahwa jika kondisi tidak segera pulih, maka militer akan mengambil alih kontrol negara melalui kudeta. Kantor berita IRNA melaporkan, Suleiman dalam penampilannya di televisi nasional Mesir (9/2) menegaskan, perundingan dan kesepahaman merupakan langkah awal untuk mewujudkan ketenangan di dalam negeri. Menurutunya, dalam mengakhiri krisis yang berlaku saat ini harus dimabil langkah-langkah berkesinambungan dan berbagai program kerja. "Cara lain adalah kudeta dan kami ingin menjauh dari revolusi yang maknanya adalah mengambil langkah-langkah yang tidak dipertimbangkan, mendadak, dan irasional. Demi menjaga Mesir dan cita-citanya kami tidak ingin bergerak ke arah itu," tegas Suleiman. Suleiman tidak menyinggung pengkhianatan Mubarak terhadap rakyat Mesir dan terkait masalah Palestina. Suleiman justru menyebut Mubarak sebagai pahlawan. "Rakyat Mesir yang menghormati orang yang lebih tua dan presidennya, tidak seharusnya menghina Mubarak," ungkap Suleiman. Menyinggung berlanjutnya dialog dengan para pemuda dan berbagai kelompok politik dalam rangka menyelesaikan krisis, Suleiman menekankan bahwa pemerintahan Mesir tidak akan berakhir karena berakhirnya pemerintahan sama dengan kekacauan dan negara akan terseret ke kondisi yang tidak diinginkan. Adapun terkait demonstrasi di Bundaran Tahrir Suleiman mengatakan, "Kami tidak dapat menahan diri jika kondisi ini berlanjut lebih lama, dan krisis ini harus diselesaikan secepat mungkin." (IRIB/MZ/9/2/2011) Rayuan Mubarak Dinilai Terlambat, Demo Berlanjut! Demonstran Mesir membanjiri jalan-jalan berdemo memulai hari ke 15 demonstrasi meningkatkan tekanan terhadap Presiden Hosni Mubarak untuk mundur. Konsentrasi warga di Bundaran Tahrir tidak berkurang meski militer telah memberlakukan jam malam. Kemarin (7/2) , dalam rapat kabinet, Mubarak mengumumkan kenaikan gaji 15 persen untuk semua pekerja publik dalam upaya meredam demonstrasi. Namun, para demonstran menyatakan bahwa langkah itu sudah terlambat. Mereka tetap akan berdemonstrasi dan mogok sampai diktator berusia 82 tahun itu mundur. Laporan terbaru dari IRNA menyebutkan, banyak tokoh masyarakat dan cendekiawan Mesir yang kini bergabung dengan barisan rakyat menentang rezim Mubarak. Osama Albaz, penasehat politik Presiden Hosni Mubarak, juga terlihat bergabung dengan para pemuda di Bundaran Tahrir menuntut mundurnya rezim otokratis Mubarak. Albaz tidak sendirian, ia ditemani putri dan cucunya, dalam meneriakkan yel-yel anti-rezim Mubarak. Dikatakannya bahwa ia bersama dengan para demonstran untuk mengungkapkan pendapatnya dan berpartisipasi dalam mencatat sejarah negaranya di Bundaran Tahrir. Tokoh lainnya adalah ibu Khaled Islambuli, orang yang membunuh Anwar Saadat, presiden Mesir yang mengkhianati tujuan-tujuan bangsa Arab. Ibu syahid ini ikut berdemo di Bundaran Tahrir meski harus duduk di atas kursi roda. Para demonstran menyambut hangat penuh suka-cita partisipasi ibu pahlawan Mesir itu. Kehadiran tokoh-tokoh terkemuka Mesir termasuk para penulis, seniman, politisi, dan cendikiawan kian melipat gandakan semangat rakyat untuk melanjutkan perlawanan menentang rezim diktator Mubarak. (IRIB/MZ/8/2/2011) Perubahan Mesir Akan Ubah Peta Kekuatan Kawasan Juru bicara Departemen Luar Negeri Republik Islam Iran, Ramin Mehmanparast mengatakan, bangsa-bangsa yang besar dan merdeka di dunia tak akan mengizinkan berlanjutnya kejahatan Rezim Zionis Israel di Timur Tengah yang didukung oleh negara-negara Barat terutama Amerika Serikat (AS).Dalam jumpa pers hari Selasa (8/2) Mehmanparast menjelaskan perkembangan di Afrika utara dan dampaknya pada proses perundingan damai antara rezim Zionis Israel dan pemerintahan otonomi Palestina. Dikatakannya, "Rakyat Mesir dan rakyat di negara-negara yang cukup berpengaruh di kawasan ini adalah menindaktegas segala bentuk agresi dan kejahatan rezim Zionis." Mehmanparast menyatakan bahwa transformasi yang sedang terjadi di Mesir sangat penting dan menentukan dalam mengubah konstelasi di Timur Tengah dan menyikapi rezim Zionis. Mengenai tak terlaksananya isi kesepakatan Amerika Serikat (AS) dan Rusia, START terkait pengurangan senjata nuklir, Jubir Deplu Iran menegaskan bahwa sudah ada dugaan mengenai ketidakseriusan negara-negara pemilik senjata nuklir untuk melucuti senjatanya. Ditambahkannya, negara-negara itu masih berbangga diri dengan senjata nuklirnya dan tak segan mengancam bangsa-bangsa lain dengan serangan nuklir dalam rangka mencegah mereka dari hak-haknya. Selama kondisinya masih seperti ini dan selama masyarakat dunia masih mengingat kejahatan negara-negara pemilik senjata nuklir yang menewaskan ratusan ribu orang tak berdosa maka bangsa-bangsa di dunia tak akan pernah mempercayai adanya keseriusan dari negara nuklir untuk melenyapkan senjata mereka. Di bagian lain pembicaraannya, menyinggung penayangan film anti Iran di Kanada Mehmanparast mengatakan, film ini menunjukkan kegusaran sejumlah negara Eropa terhadap aktivitas nuklir Iran yang bertujuan damai dan berdasarkan hak asasi bangsa Iran. Dikatakannya bahwa negara-negara tersebut berusaha dengan segala cara untuk mencegah program nuklir Iran yang berstatus damai. "Ini cara-cara yang salah dan opini umum tidak akan tertipu oleh informasi yang tidak faktual," imbuhnya. Jubir Deplu Iran menyatakan bahwa Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov belum lama ini mengakui bahwa sanksi dan embargo tidak ada pengaruhnya terhadap Iran. Menurutnya, pengakuan Menlu Rusia itu mengukuhkan fakta tentang kemajuan yang terus dicapai Iran. Mehmanparast menambahkan, "Aktivitas nuklir Iran berada di dalam kerangka aturan Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Karena itu jelas bahwa sikap segelintir negara yang berusaha merusak program ini tak akan bisa mengubah kenyataan yang dilandasi hukum dan logika." Dalam kesempatan itu Ramin Mehmanparast juga menjelaskan rencana kunjungan Presiden Turki Abdullah Gul ke Iran atas undangan Presiden Mahmoud Ahmadinejad. (IRIB/AHF/8/2/2011) Hari Ke-16, Janji Kenaikan Gaji dan Reformasi Tidak Mempan Tuntutan warga agar rezim berkuasa pimpinan Presiden Mesir, Hosni Mubarak,mundur telah memasuki hari ke-16. Bundaran Tahrir di Kairo tetap dibanjiri demonstran yang menolak permintaan rezim Mubarak dan militer negara ini untuk pulang ke rumah dan memulai rutinitas mereka. Menurut laporan wartawan Press TV, ribuan demonstran masih berkemah di Bundaran Tarir dan menolak menghentikan demo sampai Mubarak dan kroninya mengundurkan diri. Aksi demo yang telah memasuki hasi ke-16 itu terjadi di saat, Wakil Presiden Meir, Omar Suleiman mengatakan bahwa pemerintah tidak bisa mentolerir protes yang berjalan lama. Pernyataan itu dikemukakan Suleiman setelah lebih dari 50.000 pengunjuk rasa di ibukota kemarin (9/2) memblokade kantor perdana menteri Ahmed Shafiq, yang baru dilantik, dan menuntut agar ia segera mengundurkan diri begitu juga dengan semua pejabat di kabinet. Para demonstran juga berarak menuju kementerian dalam negeri dan gedung parlemen di ibukota meski pemerintah berjanji akan melakukan reformasi konstitusional dan bahkan menawarkan kenaikan gaji pegawai di sektor publik. Suleiman juga mengumumkan rencana pemerintah untuk menyerahkan kekuasaan secara damai. Selain Kairo, kota terbesar kedua Mesir, Iskandariyah, juga menjadi ajang unjuk rasa anti-rezim Mubarak. Banyak pengunjuk rasa yang geram atas kebijakan Amerika Serikat menyikapi perlawanan rakyat Mesir. Sementara laporan lain menyebutkan, ribuan buruh di kota Suez dan Ismailia melakukan aksi mogok. (IRIB/MZ/9/2/2011) spesial komentar: #1 2011-02-09 12:21 Refleksi: Gajah berhadapan dengan semut memang kewalahan, dimana pada suatu saat pasti gajah tersebut akan tumbang dan mati konyol. Persoalannya adakah diantara kerumunan semut itu pemimpin yang tahan uji dalam berevolusi? Dalam revolusi Iran dulu sepertinya belum ada contoh lainnya, kecuali kita mengaharapkan Tunisia dan Mesir dimana keberhasilan mereka adalah keberhasilan RII juga sebagai perintah Allah untuk membebaskan kaum dhuafa di seluruh Dunia sampai munculnya Imam Zaman. Ketika rakyat Iran melawan despotik Shah Reza Pahlevi, sebahagian mereka berhamburan isi otaknya di dinding-dinding Husainiah atau Hauzah pengajian Syiah Imamiah 12. bersambung... #2 2011-02-09 12:22 Namun rakyat Iran yang lain tidak pernah gentar dibawah pimpinan Ulama ber kharismatik yang cukup tinggi, sebagai poros bergeraknya Revolusi Islami. Kalau kita bandingkan penderitaan rakyat Iran ketrika berevolusi, Tunisia dan Mesir masih belum apa-apa. Semoga rakyat Tunisia, Mesir, Aljazair, Libiya, Yaman dan Yordania menyadari hal seperti itu hingga mereka tidak pernah surut seperti kerumunan semut menumbangkan seekor Gajah... |
Agen Judi Online
Agen Judi
Agen Judi Terpercaya
Agen Bola
Bandar Judi
Bandar Bola
Agen SBOBET
Agen Casino
Agen Poker
Agen IBCBET
Agen Asia77
Agen Bola Tangkas
Prediksi Skor
Prediksi Skor QATAR VS CHINA 8 Oktober 2015
Prediksi Pertandingan REP IRLANDIA VS JERMAN 9 Oktober 2015
Prediksi Pertandingan KAZAKHSTAN VS BELANDA 10 Oktober 2015
Prediksi Skor SPORT RECIFE VS AVAI 15 Oktober 2015