Home , , , , , � Khadafy : Saya akan berjuang hingga tetes darah terakhir...?????

Khadafy : Saya akan berjuang hingga tetes darah terakhir...?????



Pesawat Tempur Libya Jatuh, Makin Banyak Kota Libya Dikuasai Demonstran


Sebuah pesawat tempur Libya jatuh di 210 kilometer arah timur Tripoli

Pesawat itu jatuh di sekitar kota Misrata, di mana para demonstran pro-demokrasi berhasil menghalau serangan terbaru pasukan pro-diktator Libya Muammar Gaddafi.

Misrata adalah kota pelabuhan terbesar ketiga di Libya. Sejumlah orang tewas akibat serangan pasukan pro-Gaddafi.

Sehari sebelumnya, pasukan pro-Gaddafi membombardir para demonstran yang bergerak mendekati Tripoli, benteng terakhir diktator Libya itu.

Aksi serupa juga dilakukan pasukan loyalis Gaddafi kemarin (27/2) terhadap kota Zawiyah di 50 kilometer sebelah barat Tripoli. Namun hari ini, kota tersebut telah jatuh total ke tangan para demonstran.

Menurut berbagai laporan, diperkirakan sebanyak dua ribu orang tewas dalam instabilitas di Libya.

Pasukan keamanan pro-Gaddafi bahkan menggunakan melancarkan serangan udara dan menggunakan gas beracun terhadap para demonstran.

Laporan lainnya menyebutkan bahwa pasukan dan tentara bayaran asing pro-Gaddafi telah meninggalkan sebagian pos-pos pertahanan mereka Tripoli akibat terdesak para demonstran.

Sementara itu, warga di sejumlah kawasan Tripoli, mendirikan garis pertahanan dan barikade di jalan-jalan wilayah mereka dan secara terbuka menunjukkan perlawanan terhadap segala bentuk serangan dari pasukan pro-Gaddafi.

Berdasarkan laporan terbaru, semakin banyak kota yang jatuh ke tangan para demonstran.(IRIB/MZ/RM/28/2/2011)

Ladang-Ladang Minyak Libya Dikuasai Rakyat

Para demonstran Libya berhasil menguasai ladang minyak negara ini dalam perjalanan mereka menuju ibukota, Tripoli. Rakyat bersikeras menuntut lengsernya rezim Muammar Gaddafi.

Koran al-Youm, terbitan Libya (26/2) menyebutkan, ladang-ladang minyak tidak lagi berada di bawah kontrol pemerintahan Gaddafi.

Para pengunjuk rasa di timur Libya sebelumnya (Jumat, 25/2) menyatakan bahwa mereka telah menguasai sebagian besar ladang minyak di kota Lanuf dan Brega. Aksi mereka itu dibantu oleh para personil tentara yang membelot instruksi rezim Gaddafi dan berbalik mendukung para pengunjuk rasa.

"Hampir semua ladang minyak Ras Lanuf kini dikuasai oleh rakyat dan pemerintah tidak memiliki kontrol atas kawasan tersebut," demikian ungkap Abdessalam Najib, seorang insinyur perminyakan di perusahaan Agico Libya.

Libya merupakan negara eksportir minyak mentah tersesar ke-12 dan kini nyaris produksinya terhenti karena produksi menurun akibat kekurangan pekerja di ladang-ladang minyak serta masalah keamanan. (IRIB/MZ/RM/27/2/2011)

Clinton: Washington Siap Bantu Rakyat Libya Gulingkan Gaddafi

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton memperingatkan negara-negara Afrika yang ingin mengirim pasukan ke Tripoli untuk membantu Presiden Libya, Muammar Gaddafi. "Washington siap memberikan bantuan kepada rakyat Libya dalam perjuangannya melawan rezim Gaddafi," ungkap Clinton.

Clinton saat ini berada di Jenewa dalam upayanya menggalang dukungan untuk menekan Gaddafi. Menlu AS ini melakukan sejumlah pembicaraan dengan pemimpin Rusia dan Uni Eropa. Namun demikian Clinton dalam jumpa persnya tidak mengisyaratkan bentuk bantuan kemanusiaan Washington kepada rakyat Tunisia.

Ia juga untuk pertama kalinya secara transparan menuntut Gaddafi mundur dari jabatannya. Hal ini diungkapkan Clinton sehari setelah Presiden AS, Barack Obama merilis statemen serupa meminta Gaddafi meletakkan jabatan. "Kami menginginkan Gaddafi secepatnya mengundurkan diri dan mengakhiri aksi kekerasan," ungkap Clinton.

Selain itu, Menlu AS ini juga menyeru Gaddafi segera menarik pasukan bayaran dan militer yang masih setia kepadanya. "Adapun bagaimana proses penarikan pasukan bayaran, hal ini terserah kepada Gaddafi dan keluarganya," tandas Clinton.

Menyikapi resolusi Dewan Keamanan PBB terhadap Libya, Clinton mengatakan, hingga kini kami masih berada dalam tahap awal, namun demikian kami memiliki akses dengan berbagai warga Libya yang tengah menggalang kekuatan di wilayah timur negara ini. (IRIB/IRNA/MF/AR/28/2/2011)

Duduki Libya dan Asingkan Gaddafi, Opsi AS Berikutnya

AS dilaporkan telah merencanakan pengerahan ribuan pasukan angkatan udara dan lautnya di sekitar Libya sebagai upaya intervensi militer terhadap negara di Afrika Utara itu.

Sebagaimana dilaporkan Washington Post, Militer AS kemarin (Senin, 28/2) mengumumkan rencana untuk mengerahkan kekuatan laut dan udaranya di dekat Libya. Menurut Pentagon, opsi militer itu dipilih sebagai bentuk jawaban atas tuntutan dan desakan masyarakat internasional yang menghendaki segera diakhirinya kepemimpinan diktator Muammar Gaddafi yang telah menguasai Libya selama empat dekade.

Jurubicara Departemen Pertahanan AS (Pentagon) Kolonel David Lapen memaparkan, "Kami saat ini tengah sibuk mempersiapkan rencana dan kesigapan supaya bisa melaksanakan misi kami sebaik mungkin baik melalui aksi kemanusiaan maupun militer".

Lapen menambahkan bahwa Pentagon kini telah menempatkan dua kapal induknya di pangkalan komando angkatan lautnya di Teluk Persia.

Sementara itu, seperti diberitakan IRNA, Jurubicara Gedung Putih Jay Carney mengungkapkan bahwa Pentagon telah menempatkan pasukan militernya di dekat Libya dan Washington kini tengah mengkaji opsi pengasingan Gaddafi. Ditambahkannya, "Kini masa kepergian Gaddafi telah tiba".(irib/1/3/2011)

Menelisik Opsi Militer Serang Libya

Seiring meningkatnya dukungan terhadap protes rakyat Libya atas rezim Gaddafi, negara-negara Barat, terutama AS, yang sebelumnya pasif, kini mulai memutar haluan.

Presiden AS Barack Obama Sabtu (26/2) mengatakan, Muammar Gaddafi telah kehilangan legalitas untuk memerintah Libya, karena itu, ia harus secepatnya mengundurkan diri.

Obama mengambil sikap itu saat menghubungi Angela Merkel, Kanselir Jerman. Percakapan via telepon antara Obama dan Merkel ditujukan untuk mencari kesepakatan kolektif dalam menyikapi transformasi Bahrain dan Libya. Seruan Obama bagi Gaddafi untuk lengser meluncur di saat pemimpin Libya di Tripoli tengah bersiap-siap menghadapi revolusi rakyat dengan segala cara. Seif al-Islam, putra Gaddafi sebelumnya kepada televisi al-Arabiya mengatakan bahwa krisis ini membuka pintu perang saudara di Libya.

Tidak hanya itu, sejumlah pejabat tinggi AS dan Eropa mengungkapkan opsi intervensi militer bagi Libya. Seorang pejabat tinggi Pentagon kepada CNN menyinggung kesiapan pengiriman pasukan militer untuk mencegah terjadinya pembantaian massal di Libya.

Sebelumnya, negara-negara anggota Uni Eropa, Jumat (25/2) sepakat untuk menjatuhkan paket sanksi terhadap Muammar Gaddafi seperti larangan penjualan senjata, pembekuan aset, dan larangan perjalanan bagi diktator Libya itu dan kroni-kroninya ke Uni Eropa.

Kini, perlawanan rakyat di negara-negara Afrika dan Timur Tengah memicu kekhawatiran negara-negara Barat, karena kepentingan ilegal mereka terancam. Peristiwa yang terjadi di Tunisia, Mesir dan Libya, menyingkap wajah beringas negara-negara Barat yang tertutup kedok hipokrasi.

Lihatlah perubahan sikap negara-negara Barat ketika menyikapi kebangkitan rakyat di Timur Tengah. Di saat bola salju protes rakyat makin menguat di Mesir, Gedung Putih mulai mendesak Mubarak turun dari jabatannya. Demikian pula sikap Washington menyikapi Libya. Berbeda dengan sikap bungkam Obama saat gelombang protes belum meluas di negeri yang bergolak itu, kini Presiden AS mulai mendesak Gaddafi lengser. Bahkan Washington mulai menggulirkan opsi militer untuk Libya.

Sejatinya, Libya adalah eksportir minyak OPEC. Italia, Perancis dan Jerman termasuk pembeli utama minyak Libya. Menjalarnya krisis di Libya memicu kejutan di pasar minyak dunia hingga menembus angkat tertinggi dalam dua tahun terakhir.

Apabila opsi serangan militer jadi diambil negara-negara Barat dengan membonceng organisasi internasional semacam PBB, maka motif serangan inipun bukan untuk menyelamatkan bangsa Libya dari kediktatoran Gaddafi. Namun, Barat hanya memikirkan kepentingannya mengeruk minyak Libya. Mungkinkah Gaddafi akan bernasib seperti Saddam, sang diktator Irak. Boneka Barat yang dibuang setelah tidak lagi berguna!(IRIB/PH/RM/27/2/2011)

Dubes Libya di PBB: Khadafy Sudah Gila!!!

Pemimpin Libya Moamer Kadhafi hari Jumat meminta massa pendukungnya di Lapangan Hijau di Tripoli pusat untuk "bersiap-siap mempertahankan Libya". Kadhafi mengatakan kepada massa yang riuh dari atap sebuah bangunan bahwa jika perlu, persenjataan akan diberikan untuk mempersenjatai orang-orangnya dalam perang.

Gambar di televisi pemerintah menunjukkan pemimpin Libya itu berulang kali mengangkat tangannya dan mengacungkan tinjunya selama kemunculan singkatnya sambil berteriak bahwa rakyat Libya "mencintai Kadhafi". "Kita akan berperang dan kita akan mengalahkan mereka," kata Kadhafi, yang diapit oleh sejumlah pembantunya.

Ratusan orang, termasuk pemuda dan wanita, bersorak-sorai dan mengangkat foto penguasa Libya itu dalam demonstrasi dukungan hingar-bingar yang terus berlangsung setelah Kadhafi pergi. Beberapa dari mereka membawa bendera hijau negara itu. "Kehidupan tanpa martabat tidak memiliki nilai, kehidupan tanpa bendera hijau tidak memiliki nilai," kata Kadhafi kepada mereka. "Bernyanyi, bernari dan siapkan diri kalian."

Beberapa dari massa meneriakkan "Tuhan, Moamer, Libya, itu saja". Sebelum kemunculan Kadhafi, seorang pria dengan megafon berteriak kepada massa, "Anda cinta Libya, anda cinta pemimpin, maka bela mereka." "Kita punya saluran satelit luar negeri. tunjukkan kepada mereka bahwa anda mencintai Kadhafi," tambah pria itu.

Hampir seluruh wilayah negara Afrika utara itu terlepas dari kendali Kadhafi sejak pemberontakan rakyat meletus di kota pelabuhan Benghazi pada 15 Februari. Ratusan orang tewas dalam penumpasan brutal oleh pasukan pemerintah dan ribuan warga asing bergegas meninggalkan Libya.

Kadhafi (68) adalah pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa.

Aktivis pro-demokrasi di sejumlah negara Arab, termasuk Libya, terinspirasi oleh pemberontakan di Tunisia dan Mesir yang berhasil menumbangkan pemerintah yang telah berkuasa puluhan tahun.

Reaksi PBB

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dan utusan Libya untuk PBB yang sebelumnya mengecam Pemimpin Libya Moammar Khadafy, mendesak Dewan Keamanan bertindak cepat untuk membantu menghentikan pertumpahan darah di negara Afrika Utara itu.

"Sudah saatnya Dewan Keamanan mempertimbangkan untuk bertindak," kata Ban di depan 15 anggota yang berkumpul untuk menerima rancangan resolusi sanksi terhadap para pemimpin Libya, sebagaimana diberitakan Reuters, Sabtu (26/2/2011) waktu setampat. Ban menambahkan, "Jam-jam dan hari-hari depan akan sangat menentukan nasib Libya."

Para diplomat mengatakan, pemungutan suara untuk menetapkan sanksi dilakukan secepatnya. Sebelumnya, Duta Besar Libya untuk PBB Ibrahim Dabbashi menjelaskan, situasi di Libya sudah sangat memburuk. Ia menggambarkan mayat akan semakin menumpuk di Libya jika tidak segera diambil tindakan.

"Kami kira ribuan lagi rakyat akan terbunuh hari ini di Tripoli, jadi saya mengimbau masyarakat internasional segera mengintervensi Libya untuk mengirim pesan yang jelas kepada Kolonel Khadafy bahwa ia harus menghentikan pembunuhan sekarang, "kata Dabbashi.

Diperkirakan, ribuan rakyat Libya tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan yang setia kepada Khadafy.

Kecaman Dubes Libya atas Khadafy

Setelah Ban berbicara, Duta Besar Libya untuk PBB, Abdurrahman Shalgam, yang merupakan salah satu teman lama Kolonel Khadafy, mendapat kesempatan berbicara. Di forum itu, Shalgam mencela pemimpin Libya itu, Jumat (25/2/2011) malam waktu setempat, dan mendesak dunia untuk menghukum dia.

Shalgam, seorang sekutu Khadafy sejak keduanya masih sebagai pemuda radikal pada akhir tahun 1950-an, membandingkan tindakan Khadafy dengan orang-orang seperti Pol Pot dan Hitler. Shalgam, yang selama ini setia kepada Khadafy, kini mendukung para pengunjuk rasa di Tripoli.

Dalam sebuah pidato yang emosional di Dewan Keamanan PBB di New York, Shalgam berkata, "Muammar Khadafy telah mengatakan kepada rakyat Libya 'saya memerintah kamu atau saya bunuh kamu'." Dia menyampaikan kepada 15 anggota Dewan Keamanan PBB, yang sedang mempertimbangkan sebuah rencana Inggris dan Perancis bagi sanksi terhadap rezim Khadafy, "Kami butuh resolusi berani dari Anda."

Di luar ruang sidang, ia kembali memberikan pidato di mana ia memohon agar dunia luar melakukan sesuatu "dalam waktu hitungan jam, bukan lagi hari" untuk menghentikan pertumpahan darah di Libya.

Shalgam mengatakan, Khadafy kini telah kehilangan dukungan dari 90 persen diplomat dan memperkirakan bahwa revolusi akan berlanjut di tengah-timur. "Perbudakan dan pemerintahan oleh orang sudah selesai," katanya.

"Dunia Arab akan berubah sama sekali jika Khadafy melarikan diri. Seluruh dunia Arab akan bergerak cepat menuju kebebasan, dan bukan oleh para jenderal. Bukan! Sekarang orang-orang Arab akan melakukannya (sendiri).

Seluruh dunia Arab sedang mendukung Libya. Semua mereka yang berada di jalanan mendukung Libya, semuanya. Dalam waktu satu tahun Anda akan melihat dunia Arab yang lain," kata Shalgam sebagaimana dikutip Telegraph
Shalgam membela dukungannya bagi Khadafy selama beberapa dekade dan keputusannya untuk tetap menyokong rezim itu pada hari-hari awal ketika tindakan brutal terhadap para demonstran berlangsung.

"Saya tidak bisa membayangkan pada awalnya pertumpahan darah para korban," tegasnya.

Dia ingat persahabatan dengan Khadafy bermula atas kekaguman bersama terhadap Gamal Abdel Nasser, presiden Mesir mulai 1956, ketika mereka tumbuh di Libya selatan.

"Saya salah satu teman baik terdekatnya, yang bekerja dengan dia sejak awal revolusi," katanya.

"Sayangnya kami mulai revolusi dengan kebebasan, pada akhirnya Anda (Khadafy) membunuh rakyat kami."

Setelah berbicara di forum, Shalgam mendapat sambutan luar biasa dari rekan-rekannya di PBB. Mereka juga menunjukkan solidaritas atas pernyataan berani Shalgahma sambil memeluknya dan menepuk punggungnya. Bahkan tam[pak sejumlah diplomat yang terharu atas pernyataan keras Shalgham atas Khadafy. (IRIB/ Republika/ Kompas/Aljazeera/AR/26/2/2011)

Indonesia Evakuasi WNI di Libya

Memburuknya situasi dan kondisi di Libya memicu kekhawatiran berbagai negara atas keselamatan warganya yang bermukim di negara itu.

Sontak negara-negara dunia termasuk Indonesia memutuskan untuk mengevakuasi warganya di Libya. Bahkan hingga kini sudah ada sejumlah negara yang telah mengavakuasi warganya. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Michael Tene mengatakan, gelombang pertama warga negara Indonesia (WNI) yang diungsikan dari Libya akan diberangkatkan pada Jumat (25/2) malam dari Tripoli menuju Tunisia.

"Pemerintah sudah memutuskan untuk mengevakuasi WNI di Libya secepatnya. Untuk tahap pertama, kita akan mengungsikan sekitar 250 - 260 warga negara Indonesia dengan pesawat Tunis Air, yang mendarat di Tripoli sekitar pukul 19.00, untuk kemudian diberangkatkan ke Tunis," katanya dalam jumpa pers rutin Kemlu di Jakarta.

"Jumlah 250- 260 warga tersebut disesuaikan dengan kapasitas pesawat Tunis Air, sejumlah 201 di antaranya merupakan pekerja PT Wika yang beroperasi di Libya, sedangkan sisanya masih dalam proses pendataan," kata Michael.

Menurutnya, sebelumnya Kemlu dan KBRI Tripoli telah menyiapkan berbagai pilihan untuk mengungsikan WNI dari Libya, baik melalui darat, laut, ataupun udara, namun saat ini keputusan untuk mengungsikan WNI ke Tunisia melalui udara merupakan pilihan terbaik. "Menurut informasi yang dikumpulkan oleh tim, pilihan yang terbaik saat ini adalah ke Tunisia, tentunya dengan pertimbangan berbagai aspek seperti keamanan," katanya.

Sebelumnya menurut laporan beberapa media, Yordania akan menjadi tujuan evakuasi WNI dari Libya, namun Kemlu menegaskan bahwa Tunisia merupakan pilihan yang terbaik saat ini. "Opsi yang dipilih adalah yang paling baik, paling aman," kata Michael.

Ketika ditanyai tentang keberadaan WNI yang tidak terdaftar di KBRI, Michael mengatakan bahwa KBRI akan memberikan perlindungan seoptimal mungkin terhadap warga negara Indonesia, baik yang terdaftar maupun ilegal. Mengenai anggapan bahwa respon pemerintah Indonesia yang dinilai lambat, Michael menepis anggapan tersebut karena menurutnya, Kemlu dan KBRI Tripoli telah bekerja sesuai dengan perkembangan situasi di sana.

"Situasi di sana tidak mudah, komunikasi cukup sulit, staf kedutaan jumlahnya terbatas, bergantung pada keberadaan WNI di sana sehingga tidak bisa dipukul rata untuk kemudian dikatakan terlambat," kata Michael.

Gelombang eksodus evakuasi warga asing dari Libya disebabkan oleh gejolak politik yang meminta pengunduran diri pemimpin negara itu, Kolonel Muammar Gaddafi, yang telah berkuasa selama 41 tahun. Aksi protes yang berlangsung selama lebih dari sepekan juga telah merengut lebih dari 1.000 korban jiwa, menurut laporan beberapa media.

Sementara itu, Duta Besar RI untuk Libya, Sanusi, mengatakan warga negara Indonesia (WNI) dievakuasi ke Tunis, Tunisia, akibat situasi keamanan yang semakin memburuk di negara itu.

"Sebanyak 260 WNI sedang menuju ke Bandar Udara Tripoli untuk kloter pertama ke Tunis dengan penerbangan Tunisia Air dan dari sana akan dibagi-bagi untuk ikut penerbangan komersial ke Jakarta," kata Sanusi yang dihubungi ANTARA dari Kairo, Jumat.

Kloter pertama diutamakan untuk perempuan, anak-anak dan orang terlantar seperti tenaga kerja wanita (TKW) bermasalah yang ditampung di KBRI, di samping 20 mahasiswa, katanya.

Sanusi mengatakan, seratus mahasiswa RI di Libya yang belum dievakuasi dalam keadaan aman karena mereka tinggal di asrama universitas setempat. KBRI siap setiap waktu untuk mengevakuasi mereka jika keadaan darurat.

Jumlah WNI di Libya tercatat sekitar 850 orang dengan 500 orang diantaranya bekerja di sektor formal yang direkrut perusahaan konstruksi, PT Wijaya Karya untuk pembuatan jalan raya dan jembatan di negara Arab kaya minyak di Afrika Utara itu. Di samping itu terdapat pula sekitar 130 mahasiswa, 50 orang tenaga kerja wanita (WNI) serta staf KBRI dan keluarganya.

Menurut Dubes Sanusi, PT Wijaya Karya akan menyewa sendiri pesawat untuk mengungsikan tenaga kerja asal Indonesia itu ke Jakarta.

Adapun kloter kedua sementara sedang didata dan akan diputuskan untuk evakuasi selanjutnya, kata Sanusi.

Dia mengungkapkan, KBRI Tripoli mendapat perintah evakuasi WNI dari Menlu Marty Natalegawa Kamis kemarin (24/2).(IRIB/Antara/PH/25/2/2011)

Qadhafi Menegaskan untuk Tetap di Libiya
Qadhafi diktator Libiya menyatakan bahwa ia tidak akan pernah mengundurkan diri dan tidak akan meninggalkan Libiya serta mengancam menghukum mati pihak-pihak yang menentangnya.


Qadhafi Menegaskan untuk Tetap di Libiya

Menurut Kantor Berita ABNA, Muammar Qadhafi diktator Libiya rabu malam melalui telepon pemerintah menyampaikan pidatonya dengan penuh kemarahan.

Beberapa bagian penting ceramah Qadhafi sebagai berikut:

- Para pemuda Libiya, kalian jangan bawa apa-apa yang telah terjadi di Tunisia dan Mesir, walaupun beberapa pemuda telah menyerang pusat kepolisian dengan penuh kemarahan tapi kota-kota yang lain tetap dalam kondisi aman.

- Orang-orang yang melakukan aksi protes adalah orang-orang yang sakit jiwa.

- Orang-orang yang membohongi anak-anak dan para pemuda ini akan dihukum. Mereka hanya sekelompok kecil yang ingin menjadikan Amerika sebagai pemberantas teroris di negeri ini.

- Mengapa kalian ledakkan Bunghazi yang sebelumnya saya bangun. Apakah kalian ingin Libya menjadi Negara seperti Afganistan? Apakah kalian ingin merubah Libya menjadi Negara Bin Laden dan Dhawahiri?

- Kami sedang mempersiapkan diri untuk berperang dengan Amerika tapi semua ini sudah terlanjur terjadi terlebih dahulu.

- Media masa serta stasiun radio Arab adalah penyembah setan. Mereka ingin merubah citra Libiya menjadi buruk. Ada juga juga beberapa orang yang memancing sehingga satu dengan yang lain saling membunuh.

- Sebagian lain ada yang ingin menghapus kebesaran masyarakat Libiya, sejarah kita adalah sejarah Umar Mukhtar, ketika Italia menguasai tanah ini, sayalah yang berjuang dan berkorban.

- Ada orang-orang yang tidak mengenal Negara Libiya, ada yang menyebut Negara ini dengan Libriya dan Libanon, dan sayalah yang menghidupkan kembali Libiya.

- Mereka menyerang saya karena saya adalah sosok revolusioner dan pantang menyerah.

- Ketika saya dan keluarga saya ditempat ini dihujani peluru dan bom Amerika membunuh anak-anakku kalian ada dimana? Apakah kalian dengan Amerika???.

- Kita telah berperang dengan Amerika dan beberapa negara yang lain. Dan mereka ditempat ini di Bundaran Al-Hadra kita kuburkan. Kita telah berperang dengan Amerika, Perancis, Anwar sadat, Habib Burqiyah, dan Ja’far Namiri.

- Libiya akan selalu dalam puncak kejayaan. Dan akan memimpin Asia, Amerika latin, dan seluruh dunia.

- Saya bukan presiden sebelumnya maupun sekarang. Saya tidak memiliki kedudukan di Libiya sehingga bisa aku manfaatkan. Saya untuk selamanya adalah pemimpin revolusioner Libiya dan saya tidak akan pernah meninggalkan negeri Libiya untuk sama sekali.

- Kami semua selama ini belum memanfaatkan hari-hari yang kita miliki tapi sekarang ini saya meminta pada polisi dan tentara untuk melemahkan para penentang pemerintah.

- Kalian tetap teguh dengan pendirian kalian bagaikan padang pasir. Tapi mulai besok saya akan mengirim aparat keamanan ke kabilah-kabilah untuk menangkap dan menghukum penduduk yang melakukan pemberontakan. Hukuman atas penyimpangan pada hukum mendasar pemerintahan adalah hukum gantung tapi maksudku bukan anak-anak maupun pemuda, tapi para aktifis yang berada dibalik semua kejadian yang ini.

- Kepada suluruh pendukungku aku perintahkan untuk turun ke jalan baik laki-laki maupun perempuan sehingga bisa membalas para prajurit upahan dan juga untuk mengeluarkan mereka dari tempat mereka. Bentuklah komite masyarakat seperti apa yang sudah dibentuk Saif Islam dan berperanglah dengan musuh.

- Saya yakin bahwa selepas berita yang saya sampaikan ini masyarakat mulai besok akan membentuk komite, semua ini akan bermanfaat untuk kita bukan suatu perusakan.

- Barangsiapa menyerahkan diri dan mengakui bahwa dia telah bersalah maka dia akan diperlakukan sesuai peraturan yang berlaku dan bagi yang tetap tidak peduli maka akan kami obati. Jika mereka tidak menjalankan hal ini maka akan diumumkan pemberhentian suci dan akan dipertunjukkan kepada mereka bahwa Muammar Qadhafi adalah panglima bangsa-bangsa.

- Para wanita dan keluarga Libiya berkhidmatlah pada Negara Libiya, ajaklah anak-anak kalian kembali kerumah.

- Sekarang saya berada di Tripoli dan saya tidak akan pernah meninggalkan Libiya. Saya akan berjuang hingga tetes darah terakhir.

Pidato ini disampaikan dimana dalam beberapa hari yang lalu rezim Libiya telah membunuh masyarakat yang melakukan aksi, dia telah banyak menumpahkan darah masyarakat, dilaporkan bahwa hingga kemarin jumlah korban terbunuh dan terluka sudah mencapai 6000 orang.

Dilaporkan juga bahwa setiap ada gerakan sekecil apapun di Tripoli maka segera diserang dengan senjata api.

Persatuan Negara-negara Arab untuk menganalisa keadaan Libiya akan membentuk pertemuan khusus, kedutaan besar luar Negeri Qathar juga menyayangkan karena organisasi PBB hanya mendiamkan kejadian pembunuhan di Libiya ini.(*)

mainsource:http://abna.ir/data.asp?lang=12&id=228405

Putra Gaddafi: Perdamaian Telah Terwujud

Setelah 10 hari dari pembantaian massal rakyat Libya oleh pemerintah dengan senjata berat dan jet tempur, Seif al-Islam Gaddafi, putra Presiden Muammar Gaddafi malah mengaku kondisi di dalam negeri mulai tenang. "Jika kalian dengar suara ledakan maka jangan keliru menganggap itu suara tembakan peluru," kata Saif al-Islam.

Fars News mengutip al-Alam melaporkan, Seif al-Islam Gaddafi di Tripoli saat diwawancarai wartawan menyampaikan kondisi berbeda atas transformasi negaranya. Ia mengklaim, perdamaian telah tercipta di Libya.

Pernyataan Seif al-Islam di depan wartawan dilontarkan di saat sejak mulainya aksi demo rakyat hingga aksi sadis militer terhadap rakyat rezim Gaddafi memutus seluruh jaringan telepon dan internet serta melarang wartawan asing memasuki wilayah negara ini.

Saif al-Islam dalam kesempatan tersebut membantah berita pengeboman rakyat revolusioner atau pengerahan kelompok bayaran asing untuk membantai warga. Ia menekankan, "Kami menertawakan berita-berita semacam ini". Ditambahkannya, jika kalian mendengar suara ledakan maka jangan kalian berfikir bahwa itu adalah ledakan senjata atau bom.

Putra Gaddafi ini menambahkan, mengusir wartawan asing dari Libya adalah tindakan keliru, karena wartawan dapat langsung mewancarai warga. Padahal para wartawan mengatakan bahwa pasukan keamanan pro pemerintah dan pendukung Gaddafi dengan kekerasan melarang mereka mewancarai warga biasa atau staf asing.

Kemarin, Gaddafi mengancam akan mempersenjatai suku-suku untuk menghadapi rakyat revolusioner dan mengobarkan perang saudara di Libya. "Jika perlu saya siap membuka lebar-lebar pintu gudang senjata negara bagi anggota suku dan saat itu di Libya akan berkobar perang," ancam Gaddafi. (IRIB/Fars/MF/26/2/2011)

Tags: , , , , ,

0 comments to "Khadafy : Saya akan berjuang hingga tetes darah terakhir...?????"

Leave a comment