Home , , , � Mazhab Minoritas, Tidak Menarik?

Mazhab Minoritas, Tidak Menarik?


Inilah sedikit cerita dari pengalaman saya dengan seorang teman. Teman bercerita tentang banyak hal dan lebih sering lagi diskusi tentang agama. Saya masih ingat awal bulan Muharam tahun ini. Saat itu saya sedang berdiskusi dengannya di kantin; berdiskusi tentang tragedi besar di bulan Muharam: Asyura. Tiba-tiba saya didatangi seorang jammaah. Dia duduk dan mengatakan tertarik bergabung karena melihat buku tentang Karbala yang sedang kami bicarakan.

Saya tidak kenal dekat orang tersebut. Dia hanya datang lalu duduk dan memberikan kisah dari sudut pandangnya. Dia berusaha membuka-buka buku tersebut untuk mencari nama “Yazid”. Saat itu saya menangkap bahwa niatnya adalah mencari kata-kata penyesalan Yazid bin Muawiyah yang telah membunuh cucu nabi. Namun sayang, dia memilih halaman yang salah dan mengutip ucapan Yazid al-Asadi, adik Habib bin Mazhahir, sahabat Imam Husain. Setelah itu saya menangkap niatnya berbelok; mencari kata-kata pengikut Husain yang seolah membunuh Husain.

Meskipun tidak kenal dekat, kelakuannya yang seolah sangat dekat dan kenal dengan saya membuat saya heran dan curiga—kalau tidak ingin dituduh berprasangka. Apalagi dia membumbui pembicaraannya dengan memuji saya. Keheranan ini saya simpan dalam hati dan tidak menceritakannya kepada teman saya itu…

Sampai akhirnya, setelah tidak lama bertemu, teman saya bercerita dan ceritanya itu meyakinkan apa yang saya yakini selama ini. Ada orang-orang yang khawatir atau takut jika ada orang yang berteman dengan saya. Mereka khawatir bahwa saya adalah “agen” tertentu yang hendak menyebarluaskan sejarah Imam Husain as. yang identik dengan Syiah. Mereka takut orang-orang yang sepaham dengannya berkurang dan takut orang-orang yang tidak sepaham dengannya bertambah. Sebuah pemikiran yang sangat phobia. Ibarat preman, mereka takut kehilangan “wilayah kekuasaan”.

Ketakutan mereka mengingatkan saya pada ucapan Syekh Ahmad Deedat, kristolog masyhur yang juga seorang ulama suni:

Saya katakan kenapa Anda tidak bisa menerima ikhwan Syiah sebagai mazhab kelima? Hal yang mengherankan adalah mereka mengatakan kepada Anda ingin bersatu. Mereka tidak mengatakan tentang menjadi Syiah. Mereka berteriak “Tidak ada suni atau Syiah, hanya ada satu, Islam.” Tapi kita mengatakan kepada mereka “Tidak, Anda berbeda. Anda Syiah”. Sikap seperti ini adalah penyakit dari setan yang ingin memecah belah. Bisakah Anda membayangkan, kita suni adalah 90% dari muslim dunia dan 10%-nya adalah Syiah yang ingin menjadi saudara seiman, tapi yang 90% ketakutan. Saya tidak mengerti mengapa Anda yang 90% menjadi ketakutan. Mereka (Syiah) yang seharusnya ketakutan.

Sebenarnya, ini bukan pengalaman pertama. Pada masa awal kuliah, saya juga mendapat sebuah pesan anonim dari seorang teman di kelas. Kira-kira isinya: “Jangan bawa-bawa sekte ke kelas…!” Sebuah pesan yang sangat tendensius. Bagaimana mungkin saya harus melepas ideologi dan keyakinan saya, sementara mereka bebas menyuarakan pendapat. Bagaimana mungkin mereka bebas menggunakan istilah “berdakwah” sementara yang lain diberi label “menyesatkan”. Bagaimana mungkin saya harus diam ketika di kelas keyakinan saya dilecehkan!

Beberapa kali ada kejadian yang memaksa saya harus menyanggah ucapan dosen, sampai akhirnya dosen mengeluarkan kata-kata bijak nan sakti: “Sudaaahh… ikutilah apa yang kebanyakan diyakini umat (jumhur). Itu lebih aman…” Inikah jawaban yang “menenangkan hati” ketika di banyak tempat Allah mengingatkan kita:

Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. (QS. 2: 234)

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). (QS. 6: 116)

Sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas. (QS. 6: 119)

Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. 12: 40)

Atau (apakah patut) mereka berkata: “Padanya (Muhammad) ada penyakit gila.” Sebenarnya dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran. (QS. 23: 70)

Begitu banyak peringatan dari Allah mengenai kebanyakan manusia, mulai dari yang tidak bersyukur, mengikuti prasangka, hanya mengikuti ajaran nenek moyang, sampai kebanyakan mereka yang di sekeliling nabi mengingkari kebenaran. Saya tidak mengatakan bahwa segala sesuatu yang mayoritas pasti salah. Apa yang ingin saya sampaikan adalah kebenaran tidak bisa diukur dengan kuantitas. Malah sebaliknya, kita membaca ayat Quran di mana Allah berfirman:

Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. 2: 249)

Berdakwah bukan memberi hidayah, inilah kata kuncinya. Para utusan Allah pun hanya bertugas menyampaikan. Berdakwah ialah tentang Islam bukan tentang furuk mazhab. Begitu juga dengan dakwah persatuan. Persatuan bukanlah mensyiahkan yang suni atau mensunikan yang Syiah. Saya hanya bagian dari partikel kecil yang hanya mendakwahkan ahlulbait, menyampaikan sejarahnya, kata-kata hikmahnya, ajarannya. Sedikitnya orang yang mengenal ahlulbait tidak mengurangi kemuliaan mereka di sisi Allah.

Seorang teman pernah memberi analogi begini: kata orang Jakarta, sop buntut paling enak itu adanya di Hotel Borobudur. Untuk meyakinkan orang lain, cukup sampaikan saja cerita bagaimana nikmatnya soto tersebut. Tidak wajib untuk mentraktir apalagi memaksa orang lain untuk makan di sana. Begitu juga, dakwah kita hanya menceritakan sedikit betapa indahnya Islam ahlulbait. Tidak perlu memaksa apalagi sampai “membagi-bagikan tiket ke surga”. Teman saya juga bilang, Syiah menjadi menarik karena ia adalah kelompok minoritas paling kuat dan bertahan sepanjang sejarah, meski telah mendapat cobaan dan ujian luar biasa.

mainsource:http://ejajufri.wordpress.com/2011/02/21/mazhab-minoritas-tidak-menarik/#more-5063

Artikel Terkait:

0 comments to "Mazhab Minoritas, Tidak Menarik?"

Leave a comment