Home , , , , , , , , , , , � Pemerintah Kairo adalah pemerintahan Sekular dan tidak memiliki ideologi pasti : "Nasionalisme dan Arabisme"

Pemerintah Kairo adalah pemerintahan Sekular dan tidak memiliki ideologi pasti : "Nasionalisme dan Arabisme"

















Militer Mesir Rapatkan Barisan Tanknya di Bundaran Tahrir


Berbagai laporan menyebutkan, militer Mesir merapatkan barisan tank-tank dan kendaraan infantrinya di Bundaran Tahriri, Kairo.

Hal itu dilakukan setelah ribuan demonstran berkemah di luar gedung parlemen sebagai bagian dari upaya mereka menggulingkan rezim Presiden Hosni Mubarak. Para demonstran pro-demokrasi juga berusaha untuk memblokir gedung parlemen.

Partai-partai oposisi merencanakan demonstrasi massif menuju Istana Kepresidenan besok (Jumat, 11/2).

Seorang tokoh oposisi Mesir, Ayman Nour mengatakan, revolusi akan terus ditingkatkan dan rezim Mubarak harus pergi. Ditambahkannya bahwa revolusi Mesir akan terus berlanjut sampai penggulingan Mubarak dan rekan-rekannya.

Tensi di dalam negeri Mesir terus meningkat menyusul 16 hari sejak dimulainya gerakan perlawananan, rakyat tidak mengendukan tuntuan mereka.

Ratusan orang telah tewas atau cedera dalam dua hari bentrokan antara polisi dan demonstran di kota Kharga, Mesir Selatan .

Laporan lainnya juga menyebutkan bahwa ratusan polisi berpakaian preman dan orang-orang bayaran rezim Mubarak meningkatkan tindak kekerasan terhadap demonstran pro-demokrasi di berbagai wilayah Mesir.

Menurut laporan wartawan Press TV, para orang-orang bayaran pro-Mubarak menyerang para demonstrasi khususnya di daerah terpencil yang tidak dipantau oleh organisasi hak asasi manusia. (IRIB/MZ/10/2/2011)

Mubarak Berbagi Kekuasaan dengan Suleiman

Presiden Mesir Hosni Mubarak mengatakan dirinya mengalihkan kekuasaan kepada Wakil Presiden Omar Suleiman dan dia meminta perubahan konstitusi, namun dirinya tidak mundur sebagai Presiden.

Hal ini diungkapkan Mubarak pada Kamis Malam (Jumat pagi WIB) yang disiarkan secara langsung oleh TV Nasional Mesir, di tengah ribuan orang yang menyemut di Bundaran Tahrir untuk menyaksikan secara langsung peristiwa bersejarah tersebut.

Langkah tersebut membuat marah para demonstran yang menyemut di Bundaran Tahrir karena artinya Mubarak mempertahankan gelar presiden dan masih mengendalikan rezim atas proses reformasi.

"Saya memandang perlu untuk mendelegasikan kekuasaan dan kewenangan dari presiden ke wakil presiden sebagaimana ditentukan dalam konstitusi," kata Mubarak sebelum mengakhiri pidatonya.

Pengunjuk rasa di pusat kota Kairo, Bundaran Tahrir yang berharap Mubarak akan mengumumkan pengunduran diri, diam terpana mendengar pidato itu. Mereka menamparkan tangan ke dahinya dengan marah, beberapa menangis atau melambaikan sepatu mereka ke udara dalam tanda penghinaan.

Peraturan dalam konstitusi digunakan untuk mentransfer kekuasaan jika presiden untuk "sementara" tidak dapat melaksanakan tugas dan tidak berarti pengunduran dirinya.

Mubarak mengatakan bahwa tuntutan pengunjuk rasa adil dan sah. Dia mengatakan ia telah meminta enam amandemen konstitusi untuk menjawab tuntutan reformasi pengunjuk rasa.

Mubarak juga menyatakan tak mau menjadi subjek tekanan asing. Mubarak juga berjanji untuk menghukum mereka yang berada dibalik kekerasan selama dua pekan terakhir dan berbelasungkawa kepada para keluarga korban yang tewas.

Televisi Al Jazeera melaporkan, ratusan ribu orang yang menenuhi Bundaran Tahrir masih marah terhadap pidato presiden, yang dinilai tidak sesuai dengan harapan. Para demonstran mengangkat sepatu mereka sebagai bentuk kemarahan dan penghinaan terhadap Mubarak. (IRIB/Antara/RM/11/2/2011)

Mubarak Tolak Mundur!

Presiden Mesir Hosni Mubarak menyampaikan pidato resminya. Mubarak menegaskan dirinya tidak akan mundur dan tetap bertahan pada posisinya hingga masa jabatannya berakhir bulan September mendatang.

"Untuk menjamin pelaksanaan sesuai undang-undang. Saya akan meletakan jabatan saya pada pemilu di bulan September. Saya tidak akan mencalonkan diri lagi. Sudah cukup," ujar Mubarak seperti disiarkan televisi Mesir dan berbagai stasiun televisi internasional hari ini (Jumat,11/2).

Mubarak menegaskan semua yang dilakukannya demi kejayaan Mesir. Dia mengaku kondisi Mesir saat ini sedang kisruh. Demi kebaikan semua, dia tetap akan menyelesaikan masa jabatannya.

"Saya akan tetap tinggal. Semuanya demi Mesir yang jaya," tambahnya. Mubarak berharap ada transisi politik yang damai. Dia pun menjelakan kematian para martir telah membuatnya bersedih.

Sebagai jawaban atas tuntutan para demonstran, Mubarak berjanji untuk merevisi undang-undang. Dia berjanji perubahan undang-undang Mesir akan membuat negara ini lebih demokratis.

Dalam pidato itu, Mubarak tampak yakin dan percaya diri dengan ucapannya. Dia mengenakan setelan jas berwarna abu-abu.

Pidato Mubarak ini di luar perkiraan banyak pihak. Sebelumnya banyak pihak menduga isi pidato Mubarak adalah pengunduran diri sebagai presiden. (IRIB/Detik/RM/11/2/2011)

Hari Ke-17 Revolusi Rakyat Mesir

Kebangkitan bangsa Mesir memasuki hari ke-17. Militer menjaga ketat istana kepresidenan serta stasiun televisi dan radio nasional Mesir. Bahkan tentara membangun pos militer di tempat-tempat itu. Menurut rencana, para pendemo akan menduduki stasiun televisi dan radio nasional serta istana kepresidenan Mesir setelah aspirasi mereka tidak didengar.

Sementara itu, gedung perdana menteri dan parlemen Mesir dikosongkan, sehingga Perdana Menteri baru Masir, Ahmad Shafiq harus menggelar rapat kabinet di Gedung Departemen Penerbangan. Sebagaimana ditayangakan Televisi Aljazeera, para pendemo berhasil memblokir gedung parlemen. Di pagar parlemen ada plakat yang bertuliskan "Ditutup hingga jatuhnya pemerintah."

Pada minggu ketiga aksi demo anti-rezim Mubarak, para pemimpin demo menolak segala perundingan dengan pemerintah Mesir. Tuntutan mereka hanya pembubaran rezim Mubarak. Ikhwanul Muslimin yang merupakan gerakan berbasis massa, memberikan waktu pada Hosni Mubarak supaya mundur dalam satu pekan terakhir.

Para pendemo bersikeras tetap menggelar aksi demo selama Mubarak tidak mundur. Mereka juga menuntut perubahan undang-undang dasar. Bersamaan itu, kelompok-kelompok oposisi terus merapatkan barisan dan melakukan lobi-lobi untuk mengukuh visi dan misi dalam menentang rezim Mubarak. Dengan cara ini, kelompok oposisi tidak dapat disusupi dan diadu domba. Ini semua menunjukkan tekad kuar rakyat Mesir dan kelompok-kelompok politik negara ini yang menuntut perubahan undang-undang dan pengunduran diri Hosni Mubarak.

Suara "Irhal, Irhal Mubarak..." yang artinya, "Pergilah, pergilah Mubarak..." terus menggelegar di seluruh penjuru Mesir selama tiga pekan terakhir ini. Masyarakat Mesir hingga kini tetap tidak mundur selangkah pun dalam melawan rezim Mubarak. Yang lebih menakjubkan lagi, jumlah pendemo dari hari ke hari kian bertambah. Padahal Rezim Mubarak berupaya mengulur waktu sehingga para pendemo merasa lelah dalam melakukan perlawanan anti-Mubarak. Akan tetapi penguluran waktu Rezim Mubarak ini malah memperkokoh barisan rakyat yang kian kokoh dari hari ke hari.

Sementara itu, Barat juga merancang skenario untuk mengatur kepergian Mubarak ke Jerman dengan alasan sakit. Ini adalah skenario kuno Barat untuk mengendalikan pemerintah transisi dan menempatkan kroni-kroninya di pemerintah mendatang. Sebelumnya, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei dalam pidatonya memprediksikan bahwa Mubarak akan senasib dengan pemimpin diktator lainnya dunia yang akan dibuang oleh majikan-majikan Baratnya.

Hosni Mubarak menjabat sebagai Presiden Mesir pada tahun 1981. Setelah 30 tahun berkuasa, bangsa Mesir bangkit menolak diktator Mubarak. Selama Mubarak berkuasa, rakyat benar-benar marasa dilecehkan dan dihinakan. Apalagi Mubarak berperan penting dalam aksi blokade Gaza. (IRIB/AR/10/2/2011)

Kedutaan AS di Kairo, Sasaran Demo Berikutnya

Rakyat Mesir, Kamis selain menegaskan tekadnya untuk menggelar long march menuju Istana Kepresidenan Mesir pada hari ini (Jumat,11/2), juga menyatakan bahwa tujuan demo berikutnya adalah Kedutaan Besar AS di Kairo.

Sebagaimana dilaporkan wartawan IRNA dari Kairo, menyusul persiapan warga untuk bergerak menuju istana presiden, transformasi politik dan militer di Kairo mulai menemukan bentuk baru. Demonsran Mesir pada hari ke-17 protesnya, mengumumkan bahwa mereka pada hari ini akan bergerak menuju tempat tinggal Mubarak.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Mesir Ahmed Aboul Gheit dalam statemen terbarunya, menyerang pemerintah Amerika Serikat. Dalam wawancara dengan televisi PBS, Aboul Gheit mereaksi perintah Washington untuk "mempercepat" proses reformasi politik di Mesir.

Kepada para pejabat Gedung Putih, Aboul Gheit mengatakan, "Ketika AS telah menggunakan kata-kata seperti mempercepat, segera dan sekarang, maka mereka tengah berupaya memaksakan kebijakannya kepada kami, sebagai mitra besar AS dan senantiasa punya hubungan paling baik dengan negara adidaya itu."

Sebelumnya, rakyat Mesir juga memberikan slogan-slogan terhadap rezim Zionis Israel, AS dan Inggris. Mereka memperingatkan campur tangan Barat dalam urusan Mesir.

Kedutaan AS di Kairo berada di bawah pengamanan super ketat dan dokumen-dokumen rahasia juga sudah dimusnahkan atas perintah Washington. AS telah mengungsikan keluarga para diplomat dari Kairo. (IRIB/RM/11/2/2011)

AS Minta Emirat Tampung Mubarak

Situs Al Muheet, Kamis malam menulis, sumber-sumber yang dekat dengan penguasa Dubai, menyatakan bahwa menteri luar negeri Uni Emirat Arab (UAE) telah memberikan usulan tampat tinggal kepada Presiden Mesir Hosni Mubarak.

IRNA mengutip situs Al Muheet melaporkan, sejumlah media menyebutkan bahwa Sheikh Abdullah bin Zayed Al Nahyan, Selasa lalu memberikan usulan kepada Hosni Mubarak untuk menetap di Dubai dan mencegah tindakan hukum terhadap dirinya. Usulan itu dikeluarkan setelah melihat protes besar-besaran di Mesir yang menuntut pengunduran diri Mubarak dari kekuasaan.

Sumber-sumber yang dekat dengan Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, Penguasa Dubai, menyatakan bahwa pekan lalu telah melakukan penjajakan luas yang dihadiri oleh para pejabat Emirat, Arab Saudi dan AS.

Pertemuan itu bertujuan untuk mengambil langkah-langkah pasca mundurnya Mubarak. Mereka yakin situasi di Mesir tidak akan kembali seperti sebelum tanggal 25 Januari lalu.

Menurut laporan ini, para pejabat AS mengusulkan kepada Emirat untuk memberi tempat kepada Mubarak sehingga ia aman dari tuntutan hukum. Ditambahkannya, setelah penjajakan panjang dengan pejabat Riyadh dan Washington, Sheikh Abdullah bin Zayed Al Nahyan mengusulkan kepada Mubarak untuk berlindung ke Dubai.

Sementara jika Mubarak meminta perlindungan kepada Jerman, maka beberapa lembaga hukum negara itu bermaksud untuk menyusun berkas tuntutan terkait kekayaan Mubarak dan kejahatan yang dilakukannya terhadap para demonstran. Oleh karena itu, tidak ada negara sekutu yang dapat menjamin Mubarak aman dari tindakan hukum. (IRIB/RM/10/2/2011)

Mubarak Mundur, AS-Israel Siapkan Strategi

Kabar mundurnya Presiden Hosni Mubarak dari kursi kepresidenan setelah didemo habis-habisan oleh rakyatnya selama 17 hari, membuat sejumlah kepala negara menyiapkan strateginya.

Televisi Al Jazeera mengatakan, Presiden Amerika Serikat Barack Obama akan berpidato mendadak soal perkembangan situasi terkini di Mesir.

Sementara Perdana Menteri rezim Zionis Israel, Benyamin Netanyahu, mengatakan, "Siapapun yang menggantikan Mubarak harus bisa memegang perjanjian perdamaiannya dengan Israel," demikian seperti dikutip Radio Israel.

Sementara di Mesir, beredar SMS dari telepon seluluer (ponsel) yang mengatasnamakan militer. Isi SMS itu sebagai berikut: Dewan Tertinggi Militer terus menganalisis situasi Mesir dan akan mengumumkan pengumuman penting pada rakyat." (IRIB/Republika/RM/10/2/2011)

Dunia Menanti Pidato Pengunduran Diri Mubarak

Berbagai laporan menyebutkan bahwa menyusul puncak protes rakyat Mesir menentang Presiden Hosni Mubarak, pengunduran diri dan keruntuhan pemerintah Mubarak sepertinya akan terjadi dalam beberapa waktu mendatang.

Media-media regional dan internasional, Kamis malam menginformasikan bahwa diktator Mesir malam ini akan menyampaikan pidato pengunduran dirinya dari tampuk kekuasaan.

Setelah tersebarnya berita tersebut, rakyat Mesir di jalan-jalan utama kota Kairo dan sejumlah kota lainnya, berkumpul untuk menanti pidato Mubarak yang disiarkan langsung oleh televisi pemerintah.

Pengunduran diri rezim Mubarak merupakan tuntutan utama jutaan warga Mesir yang telah melakukan demonstrasi besar-besaran dan berkumpul di Bundaran Tahrir selama 17 hari.

Sumber Al Jazeera yang dekat dengan Perdana Menteri Mesir Ahmed Shafiq, menyatakan Mubarak bakal mengumumkan pengunduran dirinya malam ini waktu Kairo.

Sementara itu, sejumlah media melaporkan bahwa militer Mesir telah mengambil alih kekuasaan dan siap mengontrol situasi jika Mubarak meletakkan jabatannya. Dilaporkan pula, militer telah mengepung Istana Kepresidenan Mesir dan sejumlah besar personil militer juga ditempatkan di sekitar bangunan radio dan televisi serta gedung-gedung pemerintah lainnya. (IRIB/IRNA/RM/10/2/2011)

Massa di Tahrir Teriakkan: Sipil, Bukan Militer!

Massa di Tahrir Square gegap gempita menanti pidato Hosni Mubarak. Namun begitu mendengar militer yang bakal mengambil alih kekuasaan, mereka meneriakkan penolakan. "Sipil! Sipil! Bukan militer!"

Tapi tetap masih belum jelas benar apakah Mubarak akan mengumumkan pengunduran dirinya atau tidak. Seorang pejabat senior Amerika Serikat mengatakan kepada CNN bahwa Mubarak telah setuju untuk mengalihkan kekuasaan pada wakil presidennya.

Pejabat itu mengutip kontak peringkat tinggi dalam pemerintahan Mesir. Direktur CIA Leon Panetta mengatakan kepada Kongres AS bahwa "Ada kemungkinan kuat bahwa Mubarak turun malam ini, yang akan menjadi signifikan dalam hal transisi yang tertib di Mesir terjadi."

"Kami terus memantau situasi," kata Panetta. "Saya tidak tahu secara khusus mengenai bagaimana hal ini akan bekerja, tapi saya akan berasumsi bahwa dia akan menyerahkan lebih banyak kekuasaan untuk Suleiman untuk mengarahkan negara dan mengarahkan reformasi yang diharapkan akan terjadi."

Konstitusi Mesir, bagaimanapun, mengamanatkan bahwa jika presiden mundur, ketua parlemen yang mengambil alih kekuasaan, bukan wakil presiden. (IRIB/Republika/RM/10/2/2011)

Kudeta Militer Ancam Mesir !

Dua pekan sudah Mesir diguncang krisis politik yang meminta Presiden Hosni Mubarak turun dari jabatannya. Jutaan demonstran prodemokrasi terus mendesak pemerintah Mesir melakukan reformasi politik dan sosial.

Namun alih-alih dilakukan, kini situasi di Mesir makin tidak pasti. Meski Wapres Omar Suleiman sudah mengajak dialog berbagai kelompok oposisi, termasuk Ikhwanul Muslimin.

Menurut catatan kantor berita Associated Press, Kamis, yang harusnya diwaspadai di Mesir adalah pergerakan militernya. Selama demonstrasi, militer Mesir justru sukses mendudukkan empat perwiranya di kabinet Mubarak. Sementara ribuan tentara kini berjaga-jaga di Kairo dan kota besar lainnya.

Apalagi Wapres Suleiman sudah memberi sinyal bahwa militer Mesir bisa bertindak lebih jauh lagi terhadap politik Mesir. Suleiman mengatakan, kudeta bukannya tidak mungkin terjadi bila para demonstran prodemokrasi tidak juga membubarkan diri dari Tahrir Square.

Pernyataan Suleiman ini dia sampaikan di depan para editor surat kabar di Mesir. Begitu mendengar pernyataan bahwa militer Mesir bisa melakukan kudeta terhadap Mubarak, dilaporkan, para editor surat kabar itu langsung terdiam karena terkejut.

Militer Mesir memang dikenal selalu ikut campur dalam pemerintahan. Malahan semua presiden Mesir berasal dari militer. Semua berasal dari aksi Revolusi 1952, ketika sekelompok perwira muda melakukan kudeta terhadap Raja Farouk. Salah satu perwira itu adalah calon presiden Mesir yang terkenal, Gamal Abdul Nasser.(IRIB/Republika/10/2/2011)

Barat Mulai Kaji Pengaruh Iran Terkait Revolusi Rakyat Mesir

US Institute of Peace (USIP), sebuah organisasi perdamaian Amerika dalam laporannya terkait analisa revolusi rakyat Mesir mulai mengkaji transformasi terbaru di Negara Piramida ini dan pengaruh Iran terhadap kebangkitan ini. Organisasi ini menyebut kubu Islam dan oposisi sebagai pemain terkuat di Mesir.

Daniel Brumberg, pengamat di USIP dalam sebuah artikelnya mengkaji peran Iran dalam revolusi rakyat Mesir. Dalam tulisannya, Daniel mengisyaratkan pidato terbaru Rahbar atau Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei dan mengatakan, Pemimpin tertinggi Iran mengetahui dengan jelas kesadaran dan kebangkitan rakyat Mesir. Beliau mengatakan, bangsa Mesir berhasil mendapatkan banyak kehormatan selama perjuangan Islam mereka dan memajukan ideologi keislaman, tak diragukan lagi bahwa bangsa ini tidak akan membiarkan pengkhianatan pemimpin mereka dan pasti akan bangkit melawan pemimpin zalim.

Daniel menambahkan, Rahbar dalam pidatonya juga menekankan bahwa Iran tidak akan mencampuri urusan internal Mesir.

Pengamat USIP ini dalam tulisannya menyebutkan sejumlah faktor kebangkitan rakyat Mesir.menurutnya, pemerintah Kairo adalah pemerintahan sekular dan tidak memiliki ideologi pasti. Undang-undang di Mesir selama ini merupakan gabungan dari nasionalisme dan Arabisme. Selain itu, friksi di antara elit politik membuka peluang untuk merundingkan pemindahan kekuasaan.

Daniel Brumberg menambahkan, kubu Islam memainkan peran vital dalam percaturan politik dan masyarakat Mesir, namun kubu sekular, nasional dan aktivis buruh juga tak boleh dilupakan peran mereka. Apalagi 10 persen warga Mesir adalah umat Kristen.

Bisa jadi kubu Islam merupakan kelompok oposisi terbesar, namun mereka hanya mengejar pengaruhnya di kancah politik nasional khususnya di dibang moral, undang-undang dan pendidikan. Kelompok Islam ini tidak menunjukkan minatnya untuk berkuasa secara langsung.

Ikhwanul Muslimin hanya menuntut undang-undang kemasyarakatan dan bahkan gerakan ini menyatakan tidak akan mencalonkan kandidatnya dalam pemilu presiden di negara ini. (IRIB/Fars/MF/10/2/2011)

0 comments to "Pemerintah Kairo adalah pemerintahan Sekular dan tidak memiliki ideologi pasti : "Nasionalisme dan Arabisme""

Leave a comment