Home , , , , , , , , � Rahbar: Hentikan Intervensi Setan Besar...!!!!!Gejolak Timur tengah Pertanda Warga Arab Begitu Membenci AS

Rahbar: Hentikan Intervensi Setan Besar...!!!!!Gejolak Timur tengah Pertanda Warga Arab Begitu Membenci AS

Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mendesak para sarjana dan elit Muslim tidak membiarkan kekuatan arogan membajak gerakan rakyat di negara-negara Islam.

"Petunjuk dan arahan ulama dan cendekiawan diperlukan untuk membantu rakyat negara-negara Muslim guna mencegah pihak arogan membajak dan merampas gerakan mereka. Dalam hal ini masa depan umat Islam dan kawasan akan cerah," ujar Rahbar dalam pertemuan dengan duta besar dan perwakilan negara-negara Islam di Tehran pada hari Senin (21/2).

Menurut Rahbar, revolusi baru-baru ini di negara-negara Muslim adalah hasil dari sebuah penghinaan berkepanjangan yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan arogan.

"Tanggung jawab ulama, pakar politik, dan akademisi dalam menghadapi perkembangan baru-baru ini sangat besar," tambahnya.

Seraya mengkritik propaganda AS dan upaya mereka untuk membebaskan diri dari perannya dalam mendukung rezim-rezim diktator di kawasan, Rahbar menegaskan, gerakan rakyat akhir-akhir ini ditujukan terhadap dominasi kekuatan asing yang angkuh.

Lebih lanjut, Ayatullah Khamenei menandaskan, skenario kekuatan arogan terhadap negara-negara Islam adalah menciptakan perselisihan di tengah umat Islam. Ia menyeru negara-negara Muslim dan pemerintah untuk waspada dan menghentikan intervensi Setan Besar (AS) dalam urusan mereka.

"Jika pemerintah telah bersatu dengan rakyat, maka kekuatan asing tidak dapat mengontrol bangsa mereka," tutup Rahbar. (IRIB/RM/22/2/2011)

Riyadh Janji Dukung Raja Bahrain

Arab Saudi berjanji untuk memberi dukungan maksimal kepada keluarga kerajaan Bahrain di tengah protes pro-demokrasi, yang terinspirasi dari revolusi di Tunisia dan Mesir yang berhasil menggulingkan pemerintah dukungan AS.

Riyadh, yang secara finansial mendukung keluarga al-Khalifa Bahrain, berjanji untuk memberi dukungan kepada kerajaan dalam menumpas segala upaya yang membahayakan persatuan dan keamanan negara Teluk Persia itu.

"Kerajaan Arab Saudi dengan segala kemampuannya ada bersama negara dan persaudaraan rakyat Bahrain," kata kantor berita resmi Saudi.

Sementara itu, kantor berita resmi Bahrain (BNA) menyatakan bahwa Menteri Dalam Negeri Saudi Nayef bin Abdul-Aziz dilaporkan telah menyampaikan pesan tersebut kepada Raja Bahrain Hamad bin Isa al-Khalifa.

BNA menambahkan, Riyadh mengikuti perkembangan di Bahrain "dengan keprihatinan" dan berharap untuk melihat pemulihan keadaan dan stabilitas di bawah kepemimpinan pemerintah Bahrain yang "bijaksana."

Dilaporkan pula bahwa oposisi Bahrain menyatakan protes akan berlanjut sampai pemerintah mengundurkan diri, sementara pengunjukrasa menolak berdialog dengan pemerintah negara itu.

Putra mahkota Pangeran Salman bin Hamad al-Khalifa telah menawarkan oposisi untuk memulai dialog nasional guna memulihkan perdamaian. Namun, ribuan orang terus menggelar demonstrasi di pusat kota di Bundaran Mutiara, Manama, menuntut rezim berakhir. (IRIB/RM/22/2/2011)

Ahmadinejad: Dunia di Ambang Perubahan Besar

Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan, dunia akan mengalami perubahan besar, karena kini umat manusia berjuang untuk memahami kebenaran.

"Sekarang kita menyaksikan bahwa manusia berusaha keras untuk mewujudkan kebenaran dan dunia berada di ambang transformasi besar," kata Ahmadinejad dalam pidatonya di hadapan para pejabat Iran dan perwakilan negara-negara Islam di Tehran pada hari Senin (21/2).

"Kini upaya mencapai keadilan dengan cepat berubah menjadi tujuan global," kata Ahmadinejad seperti dikutip IRNA.

Ahmadinejad mengatakan bahwa di tengah upaya kekuatan arogan untuk menyebarkan kebencian dan permusuhan dalam hubungan sosial dan kemanusiaan, persahabatan dan ikatan persaudaraan justru telah mengambil alih itu semua.

"Meski arogansi dunia tengah menyusun skenario syaitan, namun manusia mulai sadar dan Insya Allah Swt kini tiba saatnya bagi kehancuran pihak-pihak arogan", tegasnya.

Seraya menjelaskan bahwa era sekarang adalah masa tegaknya keadilan dan kasih sayang di bawah panji tauhid, Ahmadinejad menandaskan, masalah ini akan terwujud di bawah pemerintahan global dengan bimbingan manusia sempurna, Imam Mahdi as dan Nabi Isa as serta seluruh orang-orang shaleh.

"Ketika orang-orang tertindas di dunia bangkit untuk menegakkan tauhid dan keadilan, maka telah terbuka peluang bagi pemerintahan orang-orang shaleh," terangnya.

Pernyataan Ahmadinejad dikeluarkan di tengah gerakan rakyat pro-demokrasi yang telah menyapu negara-negara Arab dalam beberapa pekan terakhir. Gerakan tersebut telah berhasil menumbangkan rezim diktator di Tunisia dan Mesir. (IRIB/RM/22/2/2011)

Gejolak Timteng Pertanda Warga Arab Begitu Membenci AS

Dunia menjadi saksi betapa rezim-rezim Arab, boneka Barat sebelum kebangkitan rakyat mereka membolehkan militer Amerika memanfaatkan pelabuhan dan bandara militer mereka. Namun kebangkitan rakyat Timur Tengah memunculkan keraguan apakah Amerika masih bisa berlaku yang sama seperti sebelum ini. Benar, ada kesepakatan antara militer AS dan negara-negara Timur Tengah untuk mengizinkan militer Amerika mengontrol jalur laut di Teluk Persia. Tujuannya tidak lain untuk mengontrol milisi-milisi Islam dan pengaruh Iran di kawasan. Satu hal yang paling ditakuti oleh Washington.

Saat ini saja ada sekitar 27 ribu pasukan Amerika di pangkalan-pangkalan militernya di negara-negara sekitar Teluk Persia. Selain itu, Amerika masih memiliki sekitar 50 ribu tentara di Irak dan ribuan lainnya ada di kapal-kapal perang negara ini yang berkeliaran di perairan Timur Tengah. Belum lagi bandara dan pangkalan udara penting Amerika di Qatar dan Uni Emirat Arab, begitu juga pangkalan besar militer AS di Kuwait dan basis armada kelima angkatan laut AS di Bahrain. Semua ini menjadi sangat vital bagi Washington untuk memindahkan persenjataannya ke mana saja dan kapan saja di Timur Tengah bila muncul perang.

Bila kekuatan armada kelimat AL AS di Bahrain saja mampu mengontrol Laut Merah, Teluk Persia dan Laut Arab, maka dapat dibayangkan betapa kerugian strategis Amerika bila Bahrain terlepas dari pengaruhnya. Tumbangnya sistem monarki di Bahrain dan jatuh ke tangan kelompok-kelompok Islam berarti satu kekalahan besar bagi Washington. Sekalipun dianggap bahwa pangkalan-pangkalan militer Amerika di Timur Tengah bukan yang terpenting, tapi tetap saja sangat penting bagi militer negara ini. Namun yang lebih penting lagi, kemampuan militer Amerika untuk hadir di Timur Tengah berada dalam bahaya.

Periode perang dengan mengerahkan pasukan sebanyak-banyaknya telah berakhir. Hal itu dikarenakan strategi seperti ini sangat tidak efisien. Oleh karenanya, Amerika berusaha mengantongi izin dari negara-negara Timur Tengah untuk memanfaatkan pangkalan-pangkalan udara mereka atau mendapat akses memanfaatkan terusan Suez. Amerika mendapat prioritas untuk melewatkan kapal-kapal perang di terusan ini. Bila hak prioritas kapal-kapal perang AS melewati terusan Suez atau hak menggunakan pangkalan udara negara-negara Arab terlepas dari tangan AS, maka sudah barang tentu kemampuan manuver Amerika akan menurun. Lebih dari itu, akan membutuhkan waktu dan biaya yang lebih besar untuk melakukan setiap aksinya.

Ada sekitar 15 gudang dan pusat bantuan Amerika di Teluk Persia yang mampu membuat militer AS dengan mudah memindahkan tank, amunisi, bahan bakar dan perlengkapan militer lainnya untuk pasukannya di seluruh Timur Tengah. Selain itu, para komandan Amerika selalu berusaha memperluas jaringan pengaruhnya di Timur Tengah. Mereka berusaha mendukung rezim-rezim Arab pro Amerika agar dapat menekan segala bentuk ketidakpuasan atas kehadiran pasukan asing di sana.

Oleh karena itu, sebagian dari pangkalan militer Amerika masih tetap melanjutkan aktivitasnya secara sembunyi-sembunyi, seperti pangkalan udara al-Dhafra di Uni Emirat Arab. Departemen Pertahanan Amerika (Pentagon) hingga saat ini tidak mengakui secara resmi aktivitas militer AS di sana. Namun berdasarkan sejumlah laporan, sejumlah pesawat mata-mata U2 milik Amerika terbang dari pangkalan ini untuk melakukan tugasnya. Selain itu, sebagian persenjataan yang dibutuhkan dalam perang Afghanistan dan Irak dibawa oleh pesawat-pesawat Amerika dari pangkalan udara ini. (IRIB/SL/MF/21/2/2011)

Kursi Liga Arab Kosong, Perebutan Pun Dimulai

Hosni Mubarak, diktator Mesir lengser. Tiba-tiba banyak elit politik yang selama ini diam mulai turun kandang dan menyatakan siap untuk memimpin Negeri Piramida ini. Salah satunya adalah Sekjen Liga Arab, Amr Moussa. Baru-baru ini Moussa menyatakan akan mundur dari jabatan sekjen Liga Arab dalam beberapa pekan mendatang. Setelah mundur dari Liga Arab, Moussa berencana kembali ke kancah politik di Mesir.

Di sini terdapat pertanyaan, siapakah yang bakal menggantikan Moussa yang telah memimpin Liga Arab selama sepuluh tahun ini ? Menurut laporan Koran Mehrnews, penulis Koran al-Hayat, Tarrad bin Said Al-Umari dalam sebuah artikelnya menulis, akhirnya Amr Moussa bersedia juga meninggalkan kursi kepemimpinannya di Liga Arab dan kini kita tengah menunggu sosok baru pengganti Moussa.

Di sisi lain terdapat kekhawatiran soal majunya Ahmed Abul-Gheith, menteri Luar Negeri Mesir menggantikan Moussa. Kekhawatiran ini wajar soalnya sudah menjadi tradisi selama ini yang menjadi sekjen Liga Arab adalah diplomat atau menlu Mesir. Khususnya saat ini kondisi dalam dan luar negeri Mesir mempengaruhi transformasi negara kawasan.

Al-Umari yang sepertinya tidak menyetujui Mesir memimpin Liga Arab dalam tulisannya menambahkan, mungkin keputusan untuk mengangkat Abul Gheith menggantikan Moussa guna mempertahankan posisi Mesir di kawasan. Namun demikian harus diperhatikan bahwa hingga kini sejumlah masalah seperti perjanjian, markas besar Liga Arab dan kewarganegaraan sekjen Liga Arab masih menjadi pembahasan serius di antara anggota.

Sementara itu, sepanjang sejarah berdirinya Liga Arab, organisasi ini selamanya menjadi alat bagi kepentingan dan strategi Mesir, sehingga kesatuan kebijakan Arab pun sulit terwujudkan. Sejatinya sekjen Liga Arab dalam setiap keputusannya selalu mengedepankan kepentingan Mesir dan tak mungkin ia bersikap menyalahi Kairo.

Koran al-Hayat dalam laporannya menulis ketidaklayakan Amr Moussa memimpin organisasi ini dalam beberapa tahun terakhir yang mengakibatkan friksi di Dunia Arab kian besar. Masih segar dalam ingatan ketika Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan memprotes kebohongan Presiden Rezim Zionis Israel, Shimon Peres dan meninggalkan sidang. Sementara Amr Moussa sebagai sekjen Liga Arab ternyata tenang-tenang saja dan tidak memberikan reaksi apapun atas penyataan Erdogan serta tidak bersedia meninggalkan sidang. Kritik Erdogan atas Peres dilontarkan dalam Forum Ekonomi Davos.

Adapun Mesir sendiri menilai penunjukkan sekjen Liga Arab dari luar Mesir dan pemindahan markas besar ke negara lain sebagai bentuk penghinaan terhadap Kairo. Koran al-Hayat menambahkan, semoga saudara kita dari Mesir tidak menilai penunjukkan sekjen Liga Arab dan pemindahan markas besar organisasi ini ke negara lain bukan sebagai penghinaan. Karena menurut koran ini Mesir masih membutuhkan waktu sepuluh tahun untuk menelorkan sosok yang mumpuni. Kini kita tunggu saja siapa yang bakal menggantikan Amr Moussa ? (MF/IRIB/19/2/2011)

Persatuan, Solusi Melawan Gerakan Anti Islam

Persatuan, Solusi Melawan Gerakan Anti Islam

Saat ini umat Islam sedang memperingati hari-hari yang mengingatkan kita kepada kelahiran manusia suci penyeru tauhid dan rahmat bagi segenap alam, Nabi Besar Muhammad Saw.

Mayoritas Ahlussunnah meyakini bahwa Nabi Saw lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun gajah yang bertepatan dengan tahun 570 Masehi. Sementara kebanyakan Syiah berpendapat bahwa hari ke-17 Rabiul Awwal adalah hari kelahiran Nabi Saw.

Perbedaan pendapat mengenai hari kelahiran Rasulullah Saw dijadikan peluang oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam Imam Khomeini untuk memprakarsai penamaan hari-hari antara 12 dan 17 Rabiul Awwal sebagai Pekan Persatuan Islam.

Dalam beberapa abad terakhir, salah satu hal yang mengguncang kaum muslimin dan membuat umat ini lemah adalah perpecahan yang muncul di tengah mereka. Musuh-musuh Islam sengaja memanfaatkan perbedaan pendapat dan madzhab di antara umat Islam untuk menebar perpecahan dan pertikaian. Padahal, titik persamaan di antara madzhab-madzhab Islam jauh lebih banyak dari perbedaannya. Imam Khomeini (ra) menyadari dengan baik adanya ancaman yang mengintai umat. Karena itu, sejak terbentuknya pemerintahan Islam di Iran, beliau menyeru kaum muslimin untuk menghentikan perselisihan dan memupuk persatuan. Penamaan Pekan Persatuan Islam oleh beliau menunjukkan kepedulian besarnya kepada persatuan yang mesti ada, meskipun perbedaan pandangan dalam masalah fikih maupun sejumlah masalah parsial kalam tidak bisa dihindarkan.

Tiga dekade sudah berlalu sejak pertama kali Imam Khomeini memprakarsai penamaan Pekan Persatuan Islam. Dan kini, Dunia Islam semakin menyadari urgensi persatuan dalam menghadapi ancaman bersama. Dengan semakin sistematiknya konspirasi musuh, umat Islam dituntut memiliki kecerdasan ekstra supaya dapat mematahkan tipu daya lawan. Salah satu tipu daya rezim-rezim Barat adalah dengan menebar Islamphobia dan gerakan anti-Islam.

Dalam propagandanya, salah satu target yang diincar oleh Barat adalah menakut-nakuti masyarakat di Dunia Barat akan Islam. Mereka mengerahkan seluruh sarana propaganda yang meliputi sinema, buku, media cetak, internet dan sarana lainnya untuk mengesankan bahwa Islam adalah agama yang berbahaya. Pada tahap berikutnya, mereka menebar propaganda bahwa Islam yang menakutkan itu kini sedang berkembang pesat di seluruh dunia dan tak lama lagi bakal merambah Amerika dan Eropa. Islam dikesankan sebagai agama yang keras, anti kemanusiaan dan tak mengenal hak asasi manusia. Dengan cara ini, media-media Barat berusaha menjauhkan masyarakat di sana dari Islam.

Akan tetapi, kenyataan yang terjadi berbeda dengan yang dimaukan para perumus kebijakan di Dunia Barat. Gelombang kecenderungan kepada Islam di tengah masyarakat Barat semakin meningkat. Kebanyakan mereka yang tertarik kepada Islam menyatakan terpikat setelah mengetahui bahwa agama ini mengajarkan norma-norma yang tinggi dan logis. Apalagi di Barat, waga Muslim biasanya terdiri dari kalangan terpelajar dan kaum cendekia. Karena itu, sudah pasti mereka memilih Islam dengan kesadaran penuh dan setelah melalui kajian dan telaah mendalam.

Berkembangnya Islam di negara-negara Barat, kian luasnya kecenderungan kepada Islam di sana, dan menurunnya angka pertumbuhan penduduk di banyak negara Eropa semakin menambah kekhawatiran para pemimpin Dunia Barat. Realita itulah yang mendorong mereka semakin meningkatkan gerakan anti Islam dan Islamphobia. Lavia Safi, Direktur Eksekutif Organisasi Islam di Amerika Utara mengatakan, "Islamphobia adalah senjata strategis untuk mengetepikan umat Islam."

Gelombang Islamphobia kini menjadi tren bagi media informatika di Barat seiring dengan perkembangan teknologi informasi. Orientasi media Barat khususnya di bidang seni dan sinema menunjukkan kebijakan negara-negara Barat di bidang budaya dalam upaya memerangi Islam tertumpu pada langkah memutarbalikkan fakta dan menebar perpecahan di tengah umat Muslim. Tujuannya adalah untuk menekan perkembangan Islam di dunia. Dalam beragam bentuknya, gerakan anti Islam di Barat menggunakan empat modus, ‘cibiran, hinaan, distorsi dan intimidasi.'

Di dunia saat ini, media-media propaganda Barat rajin menebar isu-isu perselisihan di tengah umat Islam. Barat tak segan menyulut perang saudara di negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, sebab hal itu termasuk dalam kebijakan mencegah persatuan Dunia Islam. Dengan adanya perang saudara di sebuah negara Muslim, negara tersebut tak akan punya kemampuan untuk membantu mewujudkan persatuan Islam. Akibatnya, konflik internal di sebuah negara akan berimbas pada krisis lintas negara di Dunia Islam. Itulah yang sejak lama diupayakan oleh Barat di Palestina, Lebanon, dan kawasan Kaukasus.

Islamphobia dan gerakan anti-Islam merupakan fenomena yang terbentuk dengan elemen-elemen yang canggih, dimensi yang luas dan kesannya yang dalam. Karena itu, untuk melawan gelombang ini diperlukan pengerahan seluruh potensi Dunia Islam. Salah satu hal yang paling urgen dan manjur adalah mempererat persatuan Islam. Bangsa-bangsa dan negara-negara Islam mesti membentuk kesamaan sikap dan langkah dalam melawan gerakan anti-Islam dan memukul mundur Barat. Hal yang pernah mereka tunjukkan terhadap Barat di akhir dekade 1980, ketika Imam Khomeini mengeluarkan fatwa hukuman mati terhadap Salman Rushdie, penulis novel the Satanic Verses yang berisi penghinaan dan hujatan terhadap Nabi Muhammad Saw. Menyusul fatwa itu, negara-negara Eropa secara serentak menarik Duta Besarnya dari Tehran. Namun berkat kesatuan sikap Dunia Islam dan negara-negara Muslim terhadap novel tersebut, negara-negara Barat secara diam-diam mengirim kembali Dubes mereka ke Tehran.

Sejak terjadinya peristiwa 11 September 2001 gelombang Islamphobia meningkat tajam di dunia. Tahun 2006 Paus Benediktus XVI melontarkan kata-kata hinaan terhadap Islam. Tahun 2007, media-media di Barat memuat karikatur yang menghujat Nabi Muhammad Saw. Aksi-aksi itu dilawan dengan demonstrasi besar-besaran di seluruh dunia. Umat Islam bangkit melawan apa yang mereka sebut dengan penghinaan terhadap kesucian agama. Akibatnya, para pelaku penghinaan pun melemah. Demikianlah kesan yang bakal muncul ketika umat Islam melakukan satu gerakan serentak dan seiring di seluruh dunia. Barat tak akan pernah mampu melawan dan akan terpaksa menyerah kepada logika dan tekad kuat umat Islam.

Salah satu sarana yang sangat berpengaruh dalam upaya melawan gerakan anti Islam di Barat adalah media massa serta pertukaran pemikiran di tengah masyarakat Muslim. Barat saat ini menguasai media massa dengan berbagai macam dan kecanggihannya. Dengan sarana ini, para perancang dan penyokong budaya Barat itu berusaha sekuat tenaga menjauhkan umat manusia dari kebenaran yang diusung Islam. Dalam kaitan ini, adalah hal yang tepat jika umat Islam juga memanfaatkan sarana yang sama untuk mengarungi perang media dan mengenalkan agama yang sejalan dengan fitrah manusia ini. Negara-negara Islam bisa berbuat banyak jika memupuk persatuan yang kuat di antara mereka. Persatuan itulah yang bisa melandasi kerjasama kokoh di bidang media, informasi dan berbagai bidang lainnya. Umat Islam di seluruh dunia dapat membangun komunitas yang satu dan kompak untuk berjalan beriringan membangun peradaban.

Akhirnya, perlu diingatkan bahwa Islam adalah agama yang melahirkan peradaban agung yang belum pernah dan tak akan pernah ada tandingannya. Islam adalah agama yang universal dan komprehensif yang meliputi berbagai dimensi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan spiritualitas umat manusia. Dunia hari ini merindukan peran Islam yang sesungguhnya. Para ulama, ilmuan, dan cendekiawan Muslim juga negara-negara Islam memegang peran yang penting dalam mengenalkan wajah Islam yang sebenarnya dan sinar terang hidayah yang ada pada agama ini. Mereka yang di tengah gemuruh badai propaganda anti Islam berhasil menemukan hakikat Islam dan memeluk agama ini menegaskan bahwa umat manusia yang telah tersesat ini sangat memerlukan bimbingan ajaran Ilahi untuk mengakhiri ketersesatan dan kesengsaraannya.(irib/17/2/2011)

0 comments to "Rahbar: Hentikan Intervensi Setan Besar...!!!!!Gejolak Timur tengah Pertanda Warga Arab Begitu Membenci AS"

Leave a comment