Home , , , , , , � Revolusi Islam bermanfaat bagi ummat manusia dan semua makhluk ciptaan-Nya !!!!!

Revolusi Islam bermanfaat bagi ummat manusia dan semua makhluk ciptaan-Nya !!!!!

Perawat Perempuan Iran


Revolusi Islam, Kemuliaan Manusia dan Perlindungan Hak Perempuan

Kita tengah berada di hari-hari menjelang peringatan 32 tahun kemenangan Revolusi Islam Iran. Revolusi yang menang di bawah pimpinan oleh Imam Khomeini ra dan berhasil meraih kesuksesan penting yang membuat revolusi ini berbeda dari revolusi-revolusi lain yang pernah ada. Satu dari capaian Revolusi Islam adalah perhatian besar terhadap kemuliaan manusia, baik itu perempuan atau pria. Imam Khomeini ra menyeru masyarakat untuk memperhatikan dengan cermat potensi dan kemampuan yang dimilikinya serta menasihati mereka agar tidak bersandar pada orang lain, tetapi menaati dan meminta pertolongan dari Allah Swt.

Kemuliaan manusia menduduki posisi yang sangat penting dalam ajaran Islam. Terkait cara pandang ini, Islam melihat manusia sebagai makhluk termulia yang pernah diciptakan oleh Allah. Manusia juga memiliki potensi yang membuatnya sampai pada derajat manifestasi dan penjelmaan Allah di bumi. Bila memang demikian, sudah barang tentu cara pandang ini menuntut adanya kelaziman. Kemuliaan manusia dalam Islam menuntut manusia untuk melindungi pribadi dan hak asasinya dan tidak boleh ada seorangpun yang dapat menghilangkan hak itu dari manusia. Dalam sejarah perilaku Imam Khomeini ra dan seperti yang tertera dalam UUD Republik Islam Iran, ditekankan secara berulang-ulang agar menghormati kemuliaan manusia.

Berdasarkan Pasal 20 UUD Iran disebutkan, Seluruh rakyat baik pria maupun perempuan memiliki kesetaraan hak asasi, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Dalam Pasal 21 UUD disebutkan, Pemerintah wajib menjamin hak-hak perempuan di seluruh bidang dan menyiapkan sarana yang kondusif juga pertumbuhan kepribadian perempuan dan menghidupkan hak materi dan spiritualnya. Dokumen Program Pembangunan 20 Tahun Republik Islam Iran juga memandang secara khusus peningkatan posisi perempuan di pelbagai bidang.

Munculnya Revolusi Islam di Iran telah menciptakan perubahan dalam cara pandang terhadap perempuan. Pasca Revolusi Islam, masalah kemuliaan manusia terutama terkait perempuan di pelbagai aspek, baik individu maupun sosial mendapat penekanan yang lebih. Imam Khomeini ra menilai pribadi perempuan sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dari peran pria di tengah masyarakat. Imam Khomeini ra menjelaskan masalah ini dalam pelbagai kesempatan dan bentuk yang berbeda-beda. Imam Khomeini ra punya keyakinan bahwa posisi perempuan adalah membentuk manusia dan dengan demikian, bila perempuan tidak ada berarti pembentuk manusia dicerabut dari sebuah bangsa. Tidak adanya fungsi pembentuk manusia dalam sebuah bangsa berarti kegagalan dan degradasi.

Menurut Imam Khomeini ra, perempuan adalah sumber segala kebaikan. Kebahagiaan dan kehancuran sebuah masyarakat bergantung pada perempuan. Pada hakikatnya, dapat dikatakan bahwa pasca Revolusi Islam Iran, posisi perempuan Iran semakin membaik dengan penekanan pada nilai-nilai perempuan muslim. Pencetus ide-ide ini adalah Imam Khomeini ra. Beliau dalam Surat Wasiat Ilahi dan Politiknya menyebut perempuan merupakan kebanggaan Republik Islam Iran.

Di setiap masyarakat, perempuan sebagai bagian darinya memiliki hak dan pada gilirannya lewat hukum ada aturan tersendiri terkait perempuan yang dipengaruhi oleh budaya dan keyakinan masyarakat. Iran termasuk negara-negara yang meninggikan posisi kemanusiaan perempuan dan mengaktualisasikan potensi mereka.

Maryam Mojtahed Zadeh, Ketua Pusat Urusan Perempuan dan Keluarga Iran mengatakan, "Kemenangan Revolusi Islam Iran dan tuntunan Imam Khomeini ra telah membuka babak baru bagi perempuan Iran. Berdasarkan dua poin penting ini kita dapat menyaksikan upaya keras di bidang hak perempuan dan tersedianya sarana bagi pertumbuhan dan kemajuan mereka."

Jelas, perempuan Iran dengan mempertahankan ciri khas jiwa dan badannya setara dengan pria dari sisi hukum. Menurut Imam Khomeini ra, perempuan dalam pemerintahan Islam memiliki hak yang sama seperti yang dimiliki pria, seperti hak pendidikan, pekerjaan, kepemilikan, suara dan lain-lain.

Satu dari perkembangan terbaru yang muncul dari balik Revolusi Islam adalah perubahan jiwa dan pemikiran perempuan. Sebelum revolusi, perempuan Iran bukan hanya dipandang sebagai alat dan produk serta disalahgunakan, tapi dari sisi pemikiran mereka juga tertawan oleh budaya asing. Oleh karena itu, pasca kemenangan Revolusi Islam, senantiasa kita menyaksikan partisipasi aktif perempuan di pelbagai bidang, seperti pada Perang Pertahanan Suci selama 8 tahun menghadapi agresi militer Saddam Husein, pembangunan dan kemajuan sains.

Doktor Paul Sprachman, penulis dan penerjemah Amerika yang menerjemahkan buku "Da" yang berisikan memoar seorang perempuan Iran di perang itu. Tujuan Sprachman menerjemahkan buku ini adalah memberikan gambaran yang benar dan transparan tentang perempuan Iran di Amerika. Ia mengatakan, "Dalam perjalanan yang saya lakukan di Iran, saya menyaksikan aktivitas luas perempuan Iran di tengah-tengah masyarakat. Saya yakin perempuan Iran lebih kuat dari prianya. Oleh karena itu saya senang dapat menerjemahkan buku ini agar dapat memberikan gambaran yang benar tentang perempuan Iran kepada masyarakat dunia."

Kini tiba saatnya kita meneropong pelbagai aktivitas keilmuan perempuan Iran. Di tahun-tahun sebelum Revolusi Islam, jumlah perempuan Iran yang melek huruf dan mereka yang berpendidikan sangat sedikit. Namun saat ini kondisi budaya sudah sangat mendukung, sehingga selain meningkatnya angka melek huruf di kalangan perempuan Iran, dorongan untuk melanjutkan pendidikan di tingkat yang lebih tinggi lebih besar. Kini lebih dari 60 persen mahasiswa Iran berasal dari kalangan perempuan.

Pasca Revolusi Islam, berkat penekanan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei terkait Gerakan Produksi Ilmu di Iran, negara ini menyaksikan aktualisasi potensi perempuan Iran. Mereka muncul menjadi generasi perempuan kreatif dan berpartisipasi aktif di setiap lomba olimpiade ilmiah. Nasrin Soltankhah, Penasihat Presiden urusan Perempuan menilai kecemerlangan Iran di bidang keilmuan dikarenakan rasa percaya diri yang diberikan Imam Khomeini ra dan Ayatullah Sayid Ali Khamenei kepada rakyat, khususnya kalangan perempuan.

Elaheh Sadat Naghib, peraih medali emas perbintangan tahun 2007 yang berkeinginan memberikan hidupnya lebih jauh untuk mengenal ilmu perbintangan mengatakan, "Saya menilai kewajiban pribadi dan pemuda Iran pada tekad yang tinggi dan aktualisasi segala potensi diri agar kami dapat meraih puncak keberhasilan dengan bantuan ilahi."

Revolusi Islam Iran telah menampilkan sebuah teladan baru perempuan berdasarkan ajaran Islam, di mana perempuan berpartisipasi aktif di dalam dan luar rumah. Model perempuan dalam Islam ini, bertentangan dengan Barat di mana kemuliaan dan kehormatan perempuan mendapat perhatian lebih, sehingga ia tidak dipandang sebagai alat dan disalahgunakan. Selain aktivitas sosial yang bermanfaat, perempuan juga punya peran penting dalam mempertahankan kehangatan keluarga. (IRIB/SL/31/1/2011)

Banyak Gadis Yahudi Terpikat Pemuda Palestina

Keluarga blasteran Palestina-Israel kini menjadi sasaran tembak baru Israel. Baru-baru ini, kelompok Yahudi nasionalis yang fanatik, menggelar aksi demonstrasi di jalanan menentang pernikahan campuran ini. Jumlah gadis Yahudi yang memilih suami dari kalangan Palestina makin banyak jumlahnya di wilayah mereka.

Dalam unjuk rasa di Bat Yam, mereka membawa aneka porster berisi penentangan kawin campuran ini. "Gadis Yahudi Hanyalah untuk orang Yahudi", demikian antara lain bunyi poster itu.

Pasangan Yahudi-Palestina memang tidak umum di Israel. Namun jumlah mereka kini terus bertambah, umumnya dari mereka yang berasal dari latar belakang liberal.

Rona, seorang wanita dari kalangan profesional Yahudi yang berusia awal tiga puluhan, mengaku tak ada yang salah dengan berhubungan dengan pemuda Palestina. Wanita yang minta namanya disamarkan ini telah menjalin hubungannya dengan seorang pria Palestina r selama hampir empat tahun.

Sementara orangtuanya tahu dan telah bertemu pacar Rona, Rona mengatakan bahwa dia berada pada titik di mana dia adalah "aktif berbohong" ke seluruh keluarganya.

"Saya tidak tahu bagaimana mengartikulasikan reaksi mereka," kata Rona. "Saya berpikir bahwa bibi dan paman saya tahu bahwa ada seseorang ... dan mereka pasti tahu bahwa dia Arab. Mengenalkan mereka pada keluarga bagi mereka sama dengan membawa pulang pembunuh."

Menurutnya, bagi keluarga Yahudi, lebih baik membawa pulang pecundang Yahudi ketimbang pemuda Arab.

Sebaliknya, Rona mengatakan bahwa tidak merasa ada rasisme berasal dari keluarga pacarnya. Tapi, karena situasi politik, ada saat-saat ia merasa kesenjangan di antara mereka.

Meskipun nasionalis religius Israel mulai berteriak-teriak menentang saat ini, sejatinya kawin campur Arab-Yahudi sudah berlangsung lama. Iris Agmon, seorang profesor di departemen Timur Tengah di Ben Gurion University mengatakan dalam catatan pengadilan syariah Ottoman, wanita Yahudi boleh menikah dengan pemuda Muslim setelah sebelumnya dia menjadi mualaf. "Dan kecenderungannya, wanita Yahudi yang menikah dengan Arab dia akan berpindah agama menjadi Muslim," katanya.

Setelah pemerintahan Ottoman berakhir, mandat Inggris juga melegalkan pernikahan pasangan beda ras ini. . Deborah Bernstein, seorang profesor di departemen sosiologi dan antropologi Universitas Haifa mengatakan bahwa meskipun tidak ada dokumentasi sistematis atau bahkan diskusi tentang subjek ini, "Tapi jelas bahwa fenomena seperti ini memang ada".

Dia menemukan kisah keluarga kawin campur ini saat meneliti buku bahasa Ibrani tentang perempuan di Tel Aviv. Menurutnya, banyak dokumen-dokumen lain yang menunjukkan hubungan tersebut. "Bahkan, ada seorang wanita Yahudi yang memilih bercerai dengan suaminya untuk menikah dengan pria Arab," ujarnya.

Dalam kebanyakan kasus, Bernstein mengatakan, wanita Yahudi memeluk Islam sebelum menikah pasangan Arab mereka. Dia percaya bahwa mayoritas dari pasangan itu meninggalkan Israel ketika Israel mendirikan negara pada tahun 1948.

Bernstein menambahkan bahwa masyarakat Yahudi sejah dulu sangat kuat menentang perkawinan campuran. Tapi, kadang-kadang, protes terhadap hubungan semacam berlari ke arah lain - meninggalkan dampak abadi pada generasi yang akan datang.

Cucu yang lahir dari setengah darah Palestina, misalnya, menurut hukum agama Yahudi ia bukan orang Yahudi. Itu sebabnya, banyak wanita Yahudi yang memilih merahasiakan identitas suaminya atau malah keluar dari keluarganya.

Karena tetap menjadi isu yang sangat sensitif bagi kedua komunitas, sejumlah pasangan Yahudi-Palestina menolak permintaan wartawan Al Jazeera untuk sebuah wawancara. Beberapa begitu khawatir tentang reaksi keluarga, mereka tidak memberitahu orang tua mereka tentang pasangan mereka. (IRIB/Kompasiana/Aljazeera/31/1/2011)

Revolusi Islam, Secercah Cahaya Risalah Kenabian

Revolusi Islam, Secercah Cahaya Risalah Kenabian

Salah satu risalah terpenting dalam misi risalah para nabi adalah memerangi kebodohan, syirik, khurafat, kezaliman, ketidakadilan dan penistaan hak asasi manusia. Sebagai nabi yang membawa misi risalah terakhir dan rasul yang paling mulia, Nabi Muhammad Saw tidak pernah sejenakpun melalaikan tugasnya untuk menyelamatkan umat manusia dari kebodohan, diskriminasi dan kezaliman. Rasulullah Saw membawa program bimbingan terkait semua permasalahan yang dihadapi umat manusia dari yang paling parsial hingga yang paling penting, termasuk masalah hari kiamat, mata pencaharian, tugas dan tanggung jawab, ekonomi, politik, dan spiritual.

Ayat 25 surah al-Hadid menyebutkan tujuan utama dari pengutusan para nabi yaitu untuk menegakkan keadilan dan memerangi kezaliman. Ayat ini berbunyi; "Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan." (QS. 57:25)

Para nabi menentang ketidakadilan karena hal itu mencegah terwujudnya kehidupan yang baik bagi umat manusia. Allah Swt menyerupakan kehidupan yang baik atau hayat tayyibah dengan pohon yang kokoh, rindang dan penuh dengan buah. Di surat Ibrahim ayat 24-25 Allah Swt berfirman: Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Rabbnya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.

Permisalan itu juga disabdakan oleh Nabi Saw dalam menyifati keberhasilan misi risalah beliau. Saat menyaksikan sebagian sahabat menangis setelah menderita kekalahan dalam perang Mu'tah, beliau bersabda, "Jangan menangis. Sebab umatku ibarat kebun dimana pemiliknya telah berjerih payah memelihara, melakukan apa saja yang diperlukan dan memotong ranting-rantingnya berlebihan. Kebun ini akan segera menghasilkan dan setiap tahun akan memberi buah kepada masyarakat. Mungkin saja di akhir buahnya lebih besar dan rantingnya lebih panjang."

Revolusi Islam adalah sebuah gerakan yang lahir dari pandangan yang menjunjung tinggi keadilan dan melangkah untuk menghidupkan kembali cita-cita para nabi. Revolusi Islam adalah gerakan rakyat yang mendambakan hidupnya kembali nilai-nilai agung insani yang diajarkan oleh Nabi Saw. Gerakan ini muncul dalam bentuk revolusi besar yang juga mempengaruhi semua bangsa di dunia. Memang, revolusi yang memiliki dasar dan pondasi kuat pasti akan mempengaruhi lingkungan sekitar bahkan dunia.

Dengan terjadinya revolusi Islam muncul gelombang baru kembalinya umat Islam kepada sirah nabi dan hukum serta ajaran yang dibawa oleh beliau. Dengan kepemimpinannya atas revolusi Islam di Iran, Imam Khomeini (ra) mengenalkan kembali kaum muslimin kepada Islam yang murni. Revolusi Islam terjadi di seperempat terakhir abad 20 yang lantas menjadi fenomena besar yang mengubah tatanan dunia. Revolusi ini menggiring manusia ke arah nilai-nilai suci dan insani. Lahirnya fenomena ini di abad ke-20 membuktikan bahwa buah dari pohon yang ditanam oleh Nabi Saw tidak mengenal batas waktu untuk berbuah dan menghadiahkannya kepada umat manusia. Ajaran Nabi Saw meliputi semua manusia sepanjang masa dan untuk kebahagiaan hakiki mereka.

Mengikuti langkah Rasulullah, Imam Khomeini juga melakukan gerakan revolusi untuk menghidupkan Islam kembali. Revolusi ini dilandasi oleh semangat ketuhanan, terprogram dan dipenuhi dengan keimanan dan ketulusan. Beliau mengatakan, "Kita harus mendobrak dinding kebodohan dan khurafat untuk sampai ke mata air Islam murni yang diajarkan Nabi Saw. Hari ini, hal yang terbaik di dunia adalah Islam." Imam Khomeini memandang rakyat laksana cahaya kesucian dan kejujuran yang menarik masyarakat dunia ke arahnya.

Revolusi Islam berhasil menempatkan unsur agama di posisi teratas mengungguli unsur-unsur yang lain. Revolusi ini telah mengajukan ide-ide baru seperti perspektif politik Islam, keadilan sosial dalam tatanan internasional, hukum internasional Islam, serta persatuan agama dan madzhab. Revolusi Islam memberikan pesan tentang penghormatan kepada kebebasan bangsa-bangsa di dunia untuk berpikir, berpandangan dan berkemerdekaan. Pesan ini tersadur dari nilai insani yang diajarkan oleh Nabi, yang memberikan kehormatan kepada manusia dan mengakui hak alamiah bagi semua orang untuk memiliki kehidupan yang sehat dan dibawah lindungan keadilan. Nabi Saw memandang semua manusia sederajat dan semua layak untuk mendapat penghormatan.

Kemenangan revolusi Islam telah mengangkat derajat dan harga diri umat Islam di dunia. Umat Islam merasa bangga menjadi pengikut risalah Ilahiyah yang terakhir ini. Imam Khomeini dalam banyak kesempatan menegaskan bahwa revolusi Islam di Iran adalah revolusi yang berlandaskan ajaran murni Nabi yang menetapkan kehormatan bagi manusia. Dengan kata lain, revolusi Islam telah melahirkan gelombang baru di tengah umat Islam yang menghidupkan kembali Islam dan memberikan status yang layak kepada umat Islam dalam kehidupan politik dan sosial.

Ajaran Nabi Muhammad memberikan nilai insani kepada manusia khususnya kaum perempuan. Dalam banyak kesempatan beliau menjelaskan kedudukan tinggi kaum wanita dan hak mereka untuk memiliki harta dan kebebasannya. Di bawah naungan ajaran Nabi, kaum perempuan bisa mengembangkan potensi, serta membebaskan diri dari keterbelengguan, keterhinaan dan krisis identitas. Revolusi Islam adalah gerakan yang mengajak umat untuk kembali kepada ajaran ini, serta menciptakan peluang bagi kaum wanita untuk terjun ke tengah masyarakat dengan menjaga kehormatan dan kesuciannya. Salah satu bukti dari gerakan itu adalah majunya kaum wanita di Iran yang islami di kancah ilmu, sains, serta kegiatan sosial dan semisalnya.

Sosok pribadi Imam Khomeini, pemimpin besar revolusi Islam mengingatkan kita kepada keagungan pribadi Rasulullah Saw. Rakyat menyaksikan gambaran nyata dalam bentuknya yang lebih kecil dari figur agung Nabi yang hidup 14 abad lalu pada sosok Imam Khomeini dalam akhlak, ketaatannya beribadah, keterlibatannya dalam kehidupan sosial, rumah tangga, ekonomi dan politik. Sistem pemerintahan Islam ini juga dibangun sedemikian sehingga tolok ukur bagi pemimpin didasari pada keluhuran akhlak, kecakapan memimpin dan perilaku agung yang mengingatkan umat kepada Nabi Saw. Karena itu, dalam sistem pemerintahan ini, hubungan antara pemimpin dan rakyat terjalin dengan baik, yang landasannya adalah keyakinan yang diiringi cinta antara kedua belah pihak. Sang pemimpin yang salah satu syarat utamanya adalah kedalaman pengetahuannya akan agama dan hukum Islam, berkewajiban untuk menjalankan hukum Allah.

Dengan demikian, revolusi dan republik Islam telah menghidupkan pelita cinta di hati umat dan membuatnya siap untuk mendengar seruan dan pesan Nabi dan menerima pemerintahan rakyat yang dibentuk oleh manusia yang paling cakap dalam memimpin di antara para pengikut utusan terakhir Allah. Nabi Saw menyeru umat kepada apa saja yang diperlukan dalam kehidupan manusia sepanjang masa, dan hal itu pula yang dilakukan oleh Imam Khomeini mengikuti jejak sang Nabi. Republik Islam di Iran telah mengumpulkan manusia di bawah panji ketuhanan, kebebasan berpikir, makrifat, dan hak-hak manusia. Imam Khomeini mengatakan, "Jika iman dan amal dengan semua perintah Allah diterapkan dalam semua aktivitas sosial, politik, ekonomi dan semua sisi kehidupan manusia maka masalah hari ini yang paling rumit sekalipun akan terselesaikan. Hari ini, dunia terjebak dalam kebuntuan, dan tak ada alternatif kedua selain menyerah di hadapan hidayah para Nabi." (IRIB/AHF/31/1/2011)

12 Bahman dan Spiritualitas Global

Imam Khomeini

Tanggal 12 Bahman merupakan peristiwa besar dalam sejarah perjuangan bangsa Iran. Peristiwa besar itu terjadi di bawah komando Imam Khomeini ra setelah beliau diasingkan penguasa despotik saat itu selama 15 tahun. Ketika pesawat yang mengangkut Imam Khomeini ra tiba di Bandara Mehrabad pada pukul 09.00 waktu setempat, tanggal 12 Bahman, ratusan wartawan dan juru potret langsung mengabadikan peristiwa penting itu.

Kedatangan Imam Khomeini disambut antusias oleh masyarakat Iran. Bahkan jalan-jalan yang akan dilewati oleh Imam Khomeini ditebar bunga. Setiba di Tehran, Imam Khomeini langsung menuju makam pahlawan Beheste Zahra yang jaraknya sekitar 33 km dari Bandara Mehrabad. Sepanjang jalan itu, sekitar 8 juta warga memadati jalan menyambut Imam Khomeini ra.

Dr Abbas Ali Amid Zanjani, penulis dan dosen Universitas Tehran ketika menceritakan sejarah Revolusi Islam Iran, mengatakan, "Sepanjang perlawanan bangsa Iran atas penguasa despotik saat itu, masyarakat terus dibayangi rasa khawatir akan serangan dan penangkapan rezim saat itu. Akan tetapi saat masyarakat menyambut kedatangan Imam Khomeini ra, tidak ada lagi rasa takut dan khawatir akan kemungkinan penangkapan rezim saat itu. Pada tanggal 12 Bahman, semua orang terjun ke jalan sedangkan rumah-rumah dibiarkan kosong oleh penghuni-penghuninya untuk menyambut Imam Khomeini ra. Ketika Imam Khomeini ra menginjakkan kakinya ke Iran, masyarakat merasakan ketenangan dan kelegaan tersendiri."

Setiba di Bandara Mehrabad, Imam Khomeini ra sengaja memilih Beheste Zahra sebagai tujuan pertama dalam rangka menghormati para pahlawan Revolusi Islam yang dimakamkan di tempat itu. Di Beheste Zahra, Imam Khomeini ra menyampaikan pidato bersejarahnya dan menegaskan bahwa jabatan perdana menteri Shapour Bakhtiar adalah ilegal. Kemudian Imam Khomeini ra dengan tegas menyatakan, "Saya dengan dukungan rakyat, menyatakan pembentukan pemerintah."

Berkat kedatangan Imam Khomeini ra, Revolusi Islam Iran memetik kemenangan dalam kurun 12 hari sejak kedatangannya. Hingga kini, Revolusi Islam Iran yang diprakarsai Imam Khomeini ra sudah memasuki dekade keempat.

Pengaruh Besar Revolusi Islam

Tidak dapat dipungkiri bahwa Revolusi Islam Iran mempunyai pengaruh besar di dunia ini. Bahkan Revolusi Islam yang digagas oleh Imam Khomeini ra dapat dikatakan sebagai fenomena dahsyat di abad 20 baik dari sisi pemikiran maupun spritual. Apalagi revolusi ini mempunyai karakter tersendiri bila dibandingkan dengan revolusi-revolusi lainnya dalam dua abad terakhir.

Dalam Revolusi Islam Iran terkandung segudang inovasi dan gerakan yang tak dapat dipisahkan dari esensinya. Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei dalam pernyataannya mengatakan, "Kemunculan Revolusi Islam Iran dapat dikatakan sebagai fenomena baru." Hal inilah yang membuat Revolusi Islam Iran dapat mempengaruhi perkembangan di dunia.

Kepemimpinan revolusioner yang lintas batas merupakan salah satu karakter khusus Revolusi Islam Iran. Imam Khomeini ra adalah pemimpin yang pandai, rendah diri, tegas, sabar dan bertakwa. Semua orang baik teman maupun musuh mengakui kebesaran Imam Khomeini yang sangat kharismatik. Keteguhan kuat Imam Khomeini ra tak dapat terbentuk tanpa landasan takwa dan iman kepada Allah Swt. Beliau juga mampu menundukkan hawa nafsu sehingga mampu memimpin ummat dengan baik.

Rasa tanggung jawab yang besar telah mendorong Imam Khomeini terjun ke medan perlawanan atas penguasa-penguasa despotik. Keberhasilan Revolusi Islam Iran menjadikan Imam Khomeini ra sebagai tokoh pembaharu sebenarnya dalam kehidupan manusia. Apalagi Imam Khomeini ra muncul saat peran agama disingkirkan. Dengan kemenangan Revolusi Islam Iran, peran agama kembali hidup di berbagai aspek, termasuk politik. Lebih dari itu, para politisi dan cendekiawan menyerukan redefinisi manusia dan kebutuhan-kebutuhannya. Pada intinya, Revolusi Islam Iran berhasil mengajak semua pihak untuk berpikir kembali di tengah hegemoni kapitalisme dan sosialisme di dunia ini.

Faktor kharismatik dan revolusioner lain Imam Khomeini ra adalah hubungan kuat dan ikhlas dengan Tuhan. Dengan bersandarkan pada pada kekuatan ilahi, Imam Khomeini mampu mendobrak kekuatan arogansi dunia dan menawarkan sistem baru yang berlandaskan pada Islam. Tawaran baru Imam Khomeini menjadi sumber inspirasi bagi kalangan independen di seluruh penjuru dunia.

Di dunia politik, apa yang disodorkan Imam Khomeini ra adalah tawaran baru. Menurut pandangan Imam Khomeini, aspek agama tak dapat dipisahkan dari dunia politik. Politik harus selalu didampingi spiritulitas dan moral. Lebih dari itu, politik juga harus dikawal oleh keirfanan.

Pandangan baru Imam Khomeini benar-benar mencerahkan dunia. Ide Imam Khomeini ra tidak hanya mencakup bangsa Iran saja, tapi juga menembus batas-batas geografi. Dengan ungkapan lain, tawaran baru Imam Khomeini mempunyai aspek global yang diperuntukkan pada manusia seluruhnya. Dalam pandangan Imam Khomeini ras, perlindungan atas budaya, moral dan keadilan sosial merupakan landasan dasar ideologi politik Revolusi lslam. Untuk itu, Imam Khomeini mengajak seluruh ummat Islam di dunia supaya bersatu untuk membangun kekuatan besar yang tak terkalahkan.

Aspek Spiritualitas Revolusi

Revolusi Islam Iran tetap berjaya setelah 33 tahun. Bahkan tidak ada satupun dari pondasi Revolusi Islam Iran yang runtuh hingga kini. Kekokohan Revolusi Islam Iran hingga detik ini masih menjadi topik aktual yang terus dikaji oleh para analis dan cendekiawan.

Sementara itu, kekuatan arogansi dunia terus menjadikan Revolusi Islam Iran sebagai ancaman. Sebab, Imam Khomeini ra dalam ideologi politiknya menghidupkan kembali identitas Islam dan kemanusiaan yang tentunya berlawanan dengan semangat kapitalisme.

Terkait Revolusi Islam Iran, George Weigel, pemikir asal AS mengatakan, "Aspek non-materi atau spritualitas dunia adalah di antara fenomena kehidupan yang menonjol dalam abad kedua ini dan refleksi Revolusi Islam." Anthony Giddens, sosiolog asal Inggris mengatakan, "Di masa lalu, hanya ada tiga sosiolog besar, yakni Marx, Weber, Durkheim. Ketiga tokoh klasik itu dengan sedikit perbedaan pendapat, menyerukan masyarakat dunia ke arah sekularisme dan menyingkirkan agama. Akan tetapi fenomena itu berubah setelah dekade 80-an dengan kemenangan Revolusi Islam Iran. Mulai saat itu, kecenderungan masyarakat dunia berbalik mengarah ke arah agama dan spiritualitas."

Pada Hari12 Bahman yang tahun ini jatuh pada tanggal 1 Februari, masyarakat muslim dan independen sepatutnya merasa bahagia atas peristiwa penting ini yang merupakan awal kebangkitan kekuatan ilahi. Melalui Revolusi Islam Iran, agama tidak lagi disingkirkan, bahkan dijadikan sebagai substansi kehidupan yang tak dapat dipisahkan.

Terkait kepribadian besar Imam Khomeini, Rahbar mengatakan, "Pada dasarnya, manusia besar yang tiada tara seperti Imam Khomeini ra sudah seharusnya mendapat kehormatan luar biasa. Berbeda antara orang yang dihormati karena jabatan lahiriah dan pribadi agung yang mendorong setiap manusia menghormatinya dan mengagungkannya. Imam Khomeini ra adalah sosok dari jenis kemuliaan dan keagungannya yang membuat setiap orang memuliakannya." (IRIB/AR/NA/31/1/2011)

Asharq Alawsat: Andai Iran Negara Arab!

Abdurrahman Rashid, penulis kolom surat kabar Asharq Alawsat menilai Revolusi Islam bangsa Iran yang dipimpin oleh Imam Khomeini ra satu-satunya revolusi yang pernah terjadi di Timur Tengah dan didukung oleh rakyat. Abdurrahman di akhir artikelnya menyayangkan mengapa Iran bukan sebuah negara Arab agar revolusi mereka juga tercatat dalam sejarah Arab. Demikian diberitakan situs Farda News Senin (17/1) mengutip harian regional Arab Saudi Asharq Alawsat.

Menyusul kebangkitan rakyat Tunisia, para penulis Arab setelah bertahun-tahun putus asa mengharapkan bangkit aksi protes bangsa-bangsa Arab terhadap pemerintah-pemerintah Arab yang tidak becus, kini mereka mulai mendapat angin segar dan munculnya kembali harapan. Mereka mulai menulis tentang penaklukan Arab-Islam dan berbicara mengenai sikap bungkam pemerintah dan bangsa Arab.

Abdurrahman Rashid, penulis kolom Asharq Alawsat terkait kebangkitan rakyat Tunisia menulis, kita di dunia Arab tidak pernah memiliki sebuah revolusi hakiki. Perubahan kekuasaan biasanya dilakukan lewat kudeta atau reformasi internal.

Dalam tulisannya, Abdurrahman Rashid menyebut Revolusi Islam bangsa Iran yang dipimpin oleh Imam Khomeini ra sebagai satu-satunya revolusi yang pernah terjadi di Timur Tengah yang didukung oleh rakyat. Di akhir tulisannya ia menyayangkan mengapa Iran bukan sebuah negara Arab agar revolusi mereka juga tercatat dalam sejarah Arab.

"Kebangkitan rakyat Tunisia telah membuat semua terpana. Karena sebelumnya tidak ada analisa yang memprediksikan kebangkitan rakyat Tunisia ini. Sementara dunia lebih mengharapkan terjadi revolusi di Mesir," ungkap Abdurrahman Rashid.

Penulis Arab ini menambahkan, kebangkitan Tunisia belum dapat dikatakan sebuah revolusi. Karena apa yang terjadi di sana secara tiba-tiba tanpa diorganisir. Tidak seperti revolusi Iran yang memiliki tahapan-tahapan sesuai dengan definisi revolusi. Artinya, pada hakikatnya rakyat turun ke jalan-jalan dengan tujuan melengserkan kekuasaan tapi tanpa pemimpin khusus.

Di halaman lain dari harian Asharq Alawsat ada catatan penting lainnya mengenai kebangkitan rakyat Tunisia. Penulisnya menyinggung soal bungkamnya bangsa Arab di hadapan kezaliman para penguasa dan bahkan diamnya negara-negara Arab di hadapan kezaliman Israel. Ditulisnya, sangat disayangkan rakyat kita (Arab) tidak bangkit dan melakukan revolusi disebabkan kehormatannya sebagai manusia yang diinjak-injak oleh penguasa zalim, tapi mereka turun ke jalan setelah harga-harga naik dan mahal. Darah mereka menjadi tumbal atas keinginan dan tuntutan mereka sendiri. (IRIB/SL/18/1/2011)

Asharq Alawsat: Andai Iran Negara Arab!

Abdurrahman Rashid, penulis kolom surat kabar Asharq Alawsat menilai Revolusi Islam bangsa Iran yang dipimpin oleh Imam Khomeini ra satu-satunya revolusi yang pernah terjadi di Timur Tengah dan didukung oleh rakyat. Abdurrahman di akhir artikelnya menyayangkan mengapa Iran bukan sebuah negara Arab agar revolusi mereka juga tercatat dalam sejarah Arab. Demikian diberitakan situs Farda News Senin (17/1) mengutip harian regional Arab Saudi Asharq Alawsat.

Menyusul kebangkitan rakyat Tunisia, para penulis Arab setelah bertahun-tahun putus asa mengharapkan bangkit aksi protes bangsa-bangsa Arab terhadap pemerintah-pemerintah Arab yang tidak becus, kini mereka mulai mendapat angin segar dan munculnya kembali harapan. Mereka mulai menulis tentang penaklukan Arab-Islam dan berbicara mengenai sikap bungkam pemerintah dan bangsa Arab.

Abdurrahman Rashid, penulis kolom Asharq Alawsat terkait kebangkitan rakyat Tunisia menulis, kita di dunia Arab tidak pernah memiliki sebuah revolusi hakiki. Perubahan kekuasaan biasanya dilakukan lewat kudeta atau reformasi internal.

Dalam tulisannya, Abdurrahman Rashid menyebut Revolusi Islam bangsa Iran yang dipimpin oleh Imam Khomeini ra sebagai satu-satunya revolusi yang pernah terjadi di Timur Tengah yang didukung oleh rakyat. Di akhir tulisannya ia menyayangkan mengapa Iran bukan sebuah negara Arab agar revolusi mereka juga tercatat dalam sejarah Arab.

"Kebangkitan rakyat Tunisia telah membuat semua terpana. Karena sebelumnya tidak ada analisa yang memprediksikan kebangkitan rakyat Tunisia ini. Sementara dunia lebih mengharapkan terjadi revolusi di Mesir," ungkap Abdurrahman Rashid.

Penulis Arab ini menambahkan, kebangkitan Tunisia belum dapat dikatakan sebuah revolusi. Karena apa yang terjadi di sana secara tiba-tiba tanpa diorganisir. Tidak seperti revolusi Iran yang memiliki tahapan-tahapan sesuai dengan definisi revolusi. Artinya, pada hakikatnya rakyat turun ke jalan-jalan dengan tujuan melengserkan kekuasaan tapi tanpa pemimpin khusus.

Di halaman lain dari harian Asharq Alawsat ada catatan penting lainnya mengenai kebangkitan rakyat Tunisia. Penulisnya menyinggung soal bungkamnya bangsa Arab di hadapan kezaliman para penguasa dan bahkan diamnya negara-negara Arab di hadapan kezaliman Israel. Ditulisnya, sangat disayangkan rakyat kita (Arab) tidak bangkit dan melakukan revolusi disebabkan kehormatannya sebagai manusia yang diinjak-injak oleh penguasa zalim, tapi mereka turun ke jalan setelah harga-harga naik dan mahal. Darah mereka menjadi tumbal atas keinginan dan tuntutan mereka sendiri. (IRIB/SL/1/2/2011)

0 comments to "Revolusi Islam bermanfaat bagi ummat manusia dan semua makhluk ciptaan-Nya !!!!!"

Leave a comment