Gerakan revolusioner terus menjalar di dunia Arab dan sebagian Afrika. Setelah keberhasilan di Tunisia dan Mesir, kini sebagian rakyat Yaman juga menggelorakan semangat pembangakangan sipil terhadap rezim Presiden Ali Abdullah Saleh.
Sekitar 3.000 orang turun ke jalan di Yaman selatan dalam demonstrasi “Jumat Marah” yang menuntut pemisahan wilayah itu dari Yaman utara.
Namun, pasukan keamanan dalam jumlah besar segera memadamkan protes itu. Protes itu berlangsung pada masa tenang setelah gelombang pawai anti-pemerintah di Yaman dalam dua pekan ini, yang diilhami oleh pemberontakan terhadap pemerintah di Tunisia dan Mesir.
“Revolusi, revolusi bagi selatan”, teriak pemrotes di kota-kota yang dilanda pergolakan, Aden, Dalea dan Zinjibar. Para ahli Yaman mengatakan, bahaya nyata bagi kekuasaan tiga dasawarsa Presiden Ali Abdullah Saleh, sekutu utama AS dalam perang melawan teror, adalah jika pemrotes dari oposisi politiknya bergabung dengan kelompok pemberontak seperti separatis di selatan dan gerilyawan Syiah di utara.
Meski kecil dibanding dengan protes oposisi politik Yaman yang diikuti puluhan ribu orang, demonstrasi Jumat di selatan itu merupakan yang pertama dilakukan oleh separatis sejak protes massal di Mesir dan Tunisia mengguncang dunia Arab.
Saleh, yang mengamati kerusuhan yang meluas di dunia Arab, pekan lalu mengisyaratkan bahwa ia akan berhenti setelah masa tugasnya berakhir pada 2013. Ia sebelumnya memangkas pajak dan menjanjikan kenaikan gaji bagi pegawai negeri dan tentara.
Diilhami oleh pemberontakan yang menggulingkan Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali pada Januari dan protes anti-pemerintah di Mesir, demonstran Yaman juga menuntut pengunduran diri Saleh dalam beberapa hari terakhir ini.
Yaman hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan. Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan.
Wilayah selatan memiliki sebagian besar minyak Yaman. Orang selatan mengatakan, orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.
Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh mendesak rakyat Yaman tidak mendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama dengan pengkhianatan. Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan AQAP.
Para komandan militer AS telah mengusulkan anggaran 1,2 milyar dolar dalam lima tahun untuk pasukan keamanan Yaman, yang mencerminkan kekhawatiran yang meningkat atas keberadaan Al-Qaeda di kawasan tersebut, kata The Wall Street Journal bulan September.
Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.
Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.
AQAP menyatakan pada akhir Desember 2009, mereka memberi tersangka warga Nigeria “alat yang secara teknis canggih” dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.
Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.
Sanaa menyatakan, pasukan Yaman membunuh puluhan anggota Al-Qaeda dalam dua serangan pada Desember 2009. Kedutaan Besar Inggris di Sanaa juga menjadi sasaran rencana serangan bunuh diri Al-Qaeda yang digagalkan aparat keamanan Yaman pada pertengahan Desember 2009.
kompas/mainsource:http://konspirasi.com/peristiwa/semangan-revolusi-jumat-marah-bergelora-di-yaman/
0 comments to "Semangat Revolusi “Jumat Marah” Bergelora di Yaman"