Home , , , , , � Sharm el-Sheikh, Ancaman Baru Revolusi Rakyat Mesir

Sharm el-Sheikh, Ancaman Baru Revolusi Rakyat Mesir

Rakyat Mesir rupanya tidak begitu mengenal Sharm el-Sheikh. Dalam hal ini mereka tidak patut untuk disalahkan, karena sangat miskinnya maka warga Mesir menyangka Sharm el-Sheikh adalah tanah impian. Penjagaan khusus di wilayah ini membuat kawasan ini ibarat sebuah negara tersendiri dan terpisah dari Mesir.

Sebenarnya orang tidak terlalu memikirkan Sharm el-Sheikh. Tapi setelah Mohammad Hasanain Haikal, pengamat kawakan Mesir melontarkan analisannya terkait dampak dari bercokolnya Hosni Mubarak, mantan diktator Mesir di Sharm el-Sheikh dan kemungkinan pengaruhnya atas revolusi rakyat maka masalah ini memiliki bobot tersendiri dan ramai dibahas.

Rakyat Mesir beranggapan bahwa dengan keberhasilan mereka menggulingkan Mubarak maka secara bertahap tuntutan mereka pun akan segera terwujud. Namun di sisi lain, Mubarak punya strategi dan pikiran tersendiri. Rakyat Mesir yang negaranya memiliki posisi penting di Dunia Israel saat berkunjung ke Sharm el-Sheikh pasti akan terkejut dan bertanya kepada dirinya sendiri, apakah daerah ini termasuk wilayah Mesir.

Koran as-Shuruq edisi 18 Februari mengutip sumber-sumber dekat petinggi pemerintah dan Dewan Tinggi Militer Mesir yang saat ini berkuasa sementara di Mesir menulis, dalam beberapa hari terakhir Mubarak aktif menghubungi sejumlah tokoh penting di pemerintahan transisi. Di sisi lain, kader dan orang-orang dekat Mubarak pada 16 Februari melakukan berbagai lawatan ke Kairo dan Sharm el-Sheikh. Berita-berita ini membuat masa depan Mesir kian tak jelas. Sampai-sampai sejumlah pihak berpendapat hal ini berarti meletusnya revolusi di dalam revolusi.

Sharm el-Sheikh adalah kawasan wisata yang setiap tahunnya dikunjungi ribuan turis asing. Namun dalam beberapa hari terakhir, kawasan ini sepi dan tidak ada berita soal kedatangan turis asing. Mubarak setelah dipaksa lengser oleh rakyatnya tetap memilih untuk tinggal di Mesir dan menjadikan Sharm el-Sheikh sebagai tempat tinggalnya meski kondisi fisiknya digerogoti penyakit berat. Diberitakan bahwa ia hanya ditemani oleh putra tertuanya Ala' dan kebanyakan anggota keluarganya yang lain berada di luar negeri termasuk Inggris.

Sharm el-Sheikh berjarak 500 km dari Kairo. Di masa kekuasaan 30 tahun Mubarak, kawasan ini menjadi tempat tinggalnya yang tetap. Kader dan pendukung Mubarak aktif menyambangi mantan diktator Mesir ini di Sharm el-Sheikh. Kawasan wisata ini pun tidak mudah didatangi oleh rakyat biasa. Apalagi di hari-hari ini, Sharm el-Sheikh dijaga ketat oleh pasukan keamanan dan polisi.

Kesulitan untuk mendatangi Sharm el-Sheikh tidak melulu karena penjagaan ketat polisi. Masih ada rintangan alami berupa Gurun Sinai. Belum lagi, banyaknya pos-pos pemeriksaan yang tersebar di sepanjang jalan membuat Sharm el-Sheikh ibarat wilayah terpisah dari Mesir. Selain itu, penduduk di kawasan ini adalah suku Badui dan para pekerja di hotel serta tempat lainnya serta aktifitas mereka seluruhnya tercatat dan disimpan oleh militer. Inilah kondisi Sharm el-Sheikh yang menjadi tempat bercokol Mubarak saat ini. Dan lagi kebanyakan wisatawan yang berkunjung ke Sharm el-Sheikh adalah warga Israel dan Rusia.

Melihat kondisi kawasan Sharm el-Sheikh maka Mubarak dapat tinggal dengan tenang di kawasan ini tanpa khawatir diganggu oleh rakyatnya. Apalagi dari wialyah ini dia masih dapat mengontrol kondisi dalam negeri Mesir. Oleh karena itu, ia masih berharap dapat memulihkan kekuasaannya kembali dengan menyebar kader dan pendukungnya serta melakukan pertemuan rutin dengan mereka untuk membahas keadaan dalam negeri. Akankah Rezim Mubarak akan kembali bangkit ? Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya. (IRIB/Mehr/MF/20/2/2011)

0 comments to "Sharm el-Sheikh, Ancaman Baru Revolusi Rakyat Mesir"

Leave a comment