Home , , , , , , , � Foto Video Eksklusif Wahabi menyikat Suni-Syiah di Bahrain serta demi Dukung Saudi, PM Malaysia Sebut Pendemo Bahrain Teroris

Foto Video Eksklusif Wahabi menyikat Suni-Syiah di Bahrain serta demi Dukung Saudi, PM Malaysia Sebut Pendemo Bahrain Teroris
























Syekh Yusuf al-Qaradhawi membuat pernyataan yang mengherankan: “Berbeda dengan negara Timur Tengah yang lain, revolusi di Bahrain adalah revolusi sektarian. Revolusi Syiah melawan suni.” Yusuf al-Qaradhawi, yang kabur dari Mesir kemudian hidup nyaman di Qatar, mengatakan revolusi di Tunisia, Mesir sebagai revolusi melawan pemerintahan yang zalim. Sedangkan Bahrain revolusi tha’ifiah.

Jarang media yang membahas mengenai tekanan yang dialami mayoritas muslim Syiah Bahrain di bawah monarki suni. Aljazeera dan Alarabiya, sebagaimana yang diungkapkan Hafez al-Mirazi, melakukan bias dalam meliput revolusi Bahrain di Timur Tengah. Nyaris jarang mengungkap tragedi di Bahrain. Ketika rakyat Bahrain menjadi korban penindasan rezim Bahrain, rakyat yang justru dijadikan sasaran cela… hanya karena rakyat tersebut adalah Syiah.

Tidak terlalu mengejutkan memang. Tiga puluh tahun silam, ketika muslim Iran melakukan revolusi menumbangkan rezim Persia yang menjadi pion Israel, bangsa Iran juga dituduh sinis sebagian orang sebagai revolusi Syiah. Media seperti eramuslim lebih senang menyebut negara itu sebagai “Republik Syiah Iran”. Muslim Iran menumbangkan orang Persia yang antek Zionis saja masih disebut sebagai revolusi Syiah, apalagi rakyat Bahrain yang ingin menumbangkan monarki suni korup pion Amerika Serikat dan Inggris?

Monarki di Bahrain yang meminta bantuan Saudi dan UEA untuk membunuh rakyatnya sendiri aman dari kritikan. Karena apa? Karena rakyatnya Syiah. Rakyat Bahrain memang pantas dituduh dan dibunuh, karena darah Syiah halal ditumpahkan. Media bayaran semakin senang untuk menjadikan Syiah sebagai pihak yang bersalah karena bangkit melawan rezim monarki suni antek AS. Saya ingin Anda memperhatikan video dan foto-foto berikut untuk tahu bagaimana kejadian di sana dan bagaimana Syiah dan suni yang sejati bersama melawan antek AS dan Inggris. (Saya sengaja menampilkan fakta foto persatuan. Untuk foto-foto korban keganasan monarki Bahrain, saya tidak tega.)

Catatan: Yth. Syekh Yusuf al-Qaradhawi, ulama Syiah Bahrain turun ke jalan untuk rezim monarki budak Inggris dan AS. Mengapa Anda tidak berjuang turun ke jalan bersama rakyat Mesir seperti mereka?!

Sumber Foto: ABNA.ir

mainsource;http://ejajufri.wordpress.com/2011/03/21/foto-eksklusif-suni-syiah-di-bahrain/#more-5602

Dukung Saudi, PM Malaysia Sebut Pendemo Bahrain Teroris

Perdana Menteri Datuk Seri Najib Tun Razak menyatakan bahwa Malaysia mendukung tindakan Arab Saudi dan negara-negara anggota Dewan Kerjasama Teluk Persia (GCC) yang diistilahkan sebagai upaya untuk menciptakan perdamaian, rekonsiliasi dan stabilitas jangka panjang di Bahrain.

Kantor Berita Bernama melaporkan, PM Tun Razak mengungkapkan pernyataan setelah melakukan pertemuan dengan Sekjen Dewan Keamanan Nasional Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz Al-Saud, sebagai utusan khusus untuk menyampaikan sejumlah pesan dari Raja Abdullah.

"Kami mendukung penuh segala keputusan yang diambil sekutu kami di GCC untuk menjaga kestabilan dan keamanan di wilayah teluk sehingga tercipta harmoni dan kedamaian bagi seluruh warga," ungkap PM Tun Razak.

Ditambahkan, "Malaysia menolak segala tindakan yang dilakukan kelompok teroris yang mengacaukan stabilitas dan keamanan negara (Bahrain)."

Sementara itu, Turki mengecam intervensi Arab Saudi dan rezim-rezim Arab lainnya. PM Turki, Recep Tayyip Erdogan belum lama ini mengatakan, ""Pihak kami sangatlah jelas bahwa kami bukan berpihak pada sumur-sumur minyak. Kami berpihak pada rakyat, demokrasi, perdamaian dan persaudaraan." Ia menambahkan, " Kami tidak akan terjebak dalam kubangan para pedagang senjata. Kami meneriakkan; Wahai saudara janganlah bunuh saudara lain!!!"

"Apa yang terjadi di Bahrain adalah tragedi Karbala, " tegas Erdogan yang menegcam keras intervensi Arab Saudi dan rezim-rezim Arab lainya atas Bahrain.

Kemarin (22/3), Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatollah Al-Udzam Sayid Ali Khamenei menyatakan bahwa intervensi militer Arab Saudi terhadap Bahrain adalah langkah keliru. Dikatakannya, "Langkah ini menyebabkan Arab Saudi dibenci masyarakat dunia."

"Jika AS dibenci masyarakat di kawasan, maka itu tidaklah terlalu penting karena jarak AS yang sangat jauh dengan kawasan. Akan tetapi jika Arab Saudi dibenci di masyarakat kawasan, maka itu adalah kerugian yang besar. Untuk itu, Arab Saudi telah melakukan kesalahan dan negara manapun yang melakukan langkah ini juga akan dihadapkan pada kekeliruan yang sama, " tegas Rahbar. (IRIB/Bernama/AR/22/3/2011)

Rahbar: Mengapa Iran Bela Bahrain?

Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei seperti biasanya selalu berbicara depan masyarakat Iran di Komplek Suci Imam Ali Al Ridho as, Mashad pada setiap awal tahun hijriah syamsiah yang juga diistilahkan Hari Raya Nouruz. Pada awal tahun baru 1390 HS, Rahbar hari Senin (21/3) berpidato di hadapan ribuan peziarah Imam Ali Al-Ridha as yang juga Imam Kedelapan dari Ahlul Bait as. Dalam pidatonya, Rahbar menyatakan tahun 1390 HS sebagai Tahun Jihad Ekonomi dan menegaskan berlanjutnya kekalahan-kekalahan AS di kawasan.

Rahbar memulai pidatonya dengan mengucapkan selamat tahun baru Nouruz bagi bangsa Iran dan bangsa-bangsa yang merayakannya. Setelah itu, Rahbar menyinggung keberhasilan-keberhasilan bangsa Iran pada tahun 1389 HS di bawah slogan "Tekad Ekstra dan Upaya Ekstra." Rahbar dalam pidatonya menyinggung langkah-langkah yang sudah ditempuh pada tahun 1389 HS seperti sains dan teknologi, subsidi terarah, sikap tegas dan cerdas dalam mereaksi sanksi Barat.

Dalam bagian pidatonya, Rahbar juga menekankan persatuan para pejabat Republik Islam Iran. Dikatakannya, "Ini adalah skenario besar musuh untuk menciptakan perpecahan internal. Mereka tengah menempuh berbagai cara dengan alasan suku, madzhab, kecenderungan politik dan lain-lain." Kemudian Rahbar menambahkan, "Beruntung sekali bahwa bangsa Iran sadar, dan bahkan semua pihak menunjukkan kecintaan mereka atas sistem demokrasi agama yang menjadi kebanggaan bangsa Iran, saat ini. Untuk itu, semua elemen bangsa harus bersatu dan solid."

Rahbar juga menasehati para pejabat supaya tidak menyampaikan keluhannya kepada masyarakat umum, meskipun keluhan itu benar. Menurut Rahbar, menyampaikan keluhan di hadapan masyarakat dapat menghantam persatuan bangsa.

"Saya memperingatkan masalah ini dengan serius, kepada para pejabat negara, " tegas Rahbar.

Lebih lanjut Rahbar juga menyinggung perkembangan terbaru di kawasan. Dikatakannya, perkembangan terbaru di kawasan seperti Mesir, Tunisia, Libya, Bahrain merupakan masalah penting di dunia Arab dan Islam yang menunjukkan kebangkitan Islam. Rahbar mengatakan, ada dua unsur mendasar dalam perkembangan terbaru di kawasan. Kedua unsur itu adalah partisipasi fisik masyarakat dan gerakan ke arah agama. Rahbar menambahkan, "Partisipasi fisik masyarakat di kancah adalah peristiwa yang pernah terjadi pada Revolusi Islam Iran. Sementara itu, partai-partai dan para analis tidak dapat melakukan apapun."

"Kemuliaan dan kehormatanlah yang menyebabkan masyarakat Mesir, Tunisia dan negara-negara lain turun ke jalan -jalan. Sebab, harga diri mereka dilukai tangan-tangan rezim lalim, " jelas Rahbar.

Rahbar menyinggung langkah-langkah diktator Hosni Mubarak yang bersedia menyertai Rezim Zionis Israel dalam memblokade Jalur Gaza. Dikatakannya, "Masyarakat Mesir terluka ketika menyaksikan presiden mereka mewaliki Zionis Israel melakukan kriminalitas yang terburuk."

Rahbar mengatakan, kebangkitan Islam di kawasan akan membuahkan hasil karena itu adalah janji ilahi. Kemudian Rahbar juga menyebut AS sebagai pihak hipokrit yang sebenarnya.

Menyingggung agresi Barat ke Libya, Rahbar mengatakan, "AS dan Barat mengklaim sebagai pendukung warga dan memasuki Libya dengan menggelar operasi militer. Pada kenyataannya, klaim semacam ini sama sekali tak dapat diterima. Jika benar-benar merasa kasihan, mereka tidak membiarkan masyarakat Libya yang dibombardir dalam sebulan terakhir ini. Sekarang, mereka ingin melibatkan diri. AS dan Barat bukan membela masyarakat Libya, tapi mencari minyak di negara ini."

Rahbar juga menyinggung gejolak di Bahrain dan menyebutnya sebagai peristiwa yang sama seperti gejolak di negara-negara kawasan. Dikatakannya, "Masalah Bahrain tidak berbeda dengan masalah Mesir, Tunisia dan Libya. Sebab, masyarakat di Bahrain juga mengalami perlakuan pemerintah yang tak menghiraukan hak-hak mereka."

"Tuntutan mereka hanyalah menggelar pemilu yang setiap satu suara sama dengan satu orang. Apakah ini tuntutan yang berlebihan?!! " jelas Rahbar.

Rahbar juga menjelaskan, Barat menggunakan kesempatan di Bahrain sebagai isu Sunni dan Syiah. Dikatakannya, "Karena Syiah, masyarakat Bahrain tak patut dibela dan didukung. Televisi-televisi yang menyiarkan detail peristiwa di kawasan, namun tak memberitakan pembantaian massal di Bahrain."

"Sejumlah politisi dan kolomnis di negara-negara Teluk Persia mengeluarkan pernyataan-pernyataan kosong dan menganggap masalah Bahrain sebagai masalah Sunni-Syiah. Padahal masalahnya bukanlah demikian. Masalahnya adalah aksi protes sebuah bangsa atas kezaliman yang ada. Masalah Bahraian tidak berbeda dengan masalah Tunisia, Mesir, Libya dan Yaman, " jelas Rahbar

Rahbar menambahkan, "Mengapa bangsa Iran membela bangsa Bahrain? Bangsa Iran membela semua bangsa yang tertindas. Kami selama 32 tahun mendukung bangsa Palestina. Adakah negara yang membela bangsa Palestina seperti Iran?!! Apakah bangsa Palestina bermadzhab Syiah?!! Terkait Gaza, masyarakat Iran benar-benar berusaha keras membantu bangsa tertindas Gaza. Bahkan para pemuda Iran mendatangi bandara supaya diberangkatkan ke Gaza dan berperang terhadap Israel. Masyarakat Iran menunjukkan solidaritas yang luar biasa kepada Gaza, Palestina, Tunisia dan Mesir. Padahal mereka bukan Syiah. Ini bukan masalah Sunni dan Syiah. Akan tetapi AS dan Barat berupaya mengangkat masalah Bahrain sebagai isu Sunni-Syiah."

Di penghujung pidatonya, Rahbar menyatakan bahwa intervensi militer Arab Saudi terhadap Bahrain adalah langkah keliru. Dikatakannya, "Langkah ini menyebabkan Arab Saudi dibenci masyarakat dunia."

Lebih lanjut Rahbar menjelaskan,"Jika AS dibenci masyarakat di kawasan, maka itu tidaklah terlalu penting karena jarak AS yang sangat jauh dengan kawasan. Akan tetapi jika Arab Saudi dibenci di masyarakat kawasan, maka itu adalah kerugian yang besar. Untuk itu, Arab Saudi telah melakukan kesalahan dan negara manapun yang melakukan langkah ini juga akan dihadapkan pada kekeliruan yang sama." (IRIB/Farsnews/AR/22/3/2011)

Berita Gambar: Masyarakat Bahrain di Malaysia Gelar Unjuk Rasa
Masyarakat Bahrain yang berdomisli di Malaysia mengungkapkan rasa solidaritas atas rakyat Bahrain di hadapan Wisma UN, Damansara, Kuala Lumpur. Mereka dalam demonstrasi damai mengutuk intervensi militer Arab Saudi.

Sementara itu, Perdana Menteri Datuk Seri Najib Tun Razak menyatakan bahwa Malaysia mendukung tindakan Arab Saudi dan negara-negara anggota Dewan Kerjasama Teluk Persia (GCC) yang diistilahkan sebagai upaya untuk menciptakan perdamaian, rekonsiliasi dan stabilitas jangka panjang di Bahrain. Ditambahkan, "Malaysia menolak segala tindakan yang dilakukan kelompok teroris yang mengacaukan stabilitas dan keamanan negara (Bahrain)."

Berikut ini adalah gambar aksi unjuk rasa damai masyarakat Bahrain di Kuala Lumpur;

mainsource:Irib/23/3/2011

Rahbar: Islam Bangkit di Kawasan

Rahbar

Seiring dengan tibanya tahun baru 1390 Hijriyah Syamsiyah, Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei di hari pertama tahun ini dalam pidato di depan puluhan ribu penziarah Imam Ali Ridha (as) di kota Mashhad menjelaskan kondisi terkini Iran dan transformasi di kawasan.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Khamenei mengangkat masalah transformasi di kawasan dan gerakan kebangkitan rakyat di Tunisia, Mesir, Bahrain, Yaman dan Libya. Beliau menyebut gerakan rakyat ini sebagai fenomena sangat penting yang memperlihatkan terjadinya transformasi fundamental di kawasan Dunia Arab dan Islam, serta kebangkitan Islam.

Seperti mana yang pernah beliau singgung dalam pidato-pidatonya yang lalu, di kota Mashhad pun beliau sentuh. Beliau mengatakan, "Ada dua unsur penting pada gerakan kebangkitan ini, yaitu keterlibatan rakyat di tengah gelanggang dan orientasi agama yang mengiringinya."
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyatakan bahwa faktor utama yang memicu lahirnya gerakan massa di kawasan ini adalah rasa sakit hati rakyat di kawasan ini karena ulah para penguasa zalim yang menodai harga diri dan martabat mereka sebagai manusia. "Misalnya, tindakan Hosni Mubarak di Mesir yang mewakili orang-orang Zionis dalam melakukan tindak kejahatan paling keji khususnya dalam masalah Gaza. Demikian pula perbuatan Qaddafi di Libya yang dengan suka rela menyerahkan semua fasilitas nuklir negara itu kepada AS hanya karena gertakan dan iming-iming insentif yang remeh dari Barat. Hal itulah yang telah menodai perasaan rakyat di sana," jelas beliau.

Ayatollah al-Udzma Khamenei lebih lanjut lanjut menandaskan, sejak dahulu sampai sekarang Iran juga menghadapi ancaman dan tekanan Barat yang dipimpin oleh AS. Akan tetapi, menghadapi ancaman itu para pejabat Republik Islam Iran bukan hanya tak bersedia mundur bahkan setiap tahun semakin memperbanyak fasilitas nuklirnya.

Beliau menyinggung skenario AS untuk menggelar gerakan massa menentang sistem pemerintahan Islam di Iran. "Mereka berusaha menggunakan anasir-anasir yang sudah terjebak dalam hawa nafsu untuk menciptakan karikatur menggelikan dari gerakan rakyat di Iran. Tapi rakyat Iran telah menampar muka mereka dan menggagalkan tipu muslihat ini," tegas beliau.

Sebagai kesimpulan dari transformasi yang terjadi di kawasan, beliau menegaskan, gerakan kebangkitan telah lahir di kawasan ini, yaitu gerakan umat Islam menuju cita-cita Islam. Dan seperti yang sudah dijanjikan Allah Swt, gerakan ini pasti akan mencapai kemenangan dan berkat taufik Ilahi rangkaian mata rantai kegagalan AS di kawasan akan terus bersambung.

"Sikap Republik Islam dalam masalah ini adalah membela bangsa-bangsa di kawasan dan hak-hak mereka serta menentang para diktator dan kaum arogan," tegas beliau.(irib/22/3/2011)

Beginilah Cara Diktator Arab Menyewa Loyalitas Rakyat

Mengomentari iming-iming uang yang diobral negara-negara Arab untuk meredam aksi protes rakyat, mingguan The Economist dalam salah satu artikelnya menyoroti upaya rezim-rezim otoriter Arab yang berusaha membeli ataupun menyewa kesetiaan rakyatnya walau hanya sesaat dengan imbalan uang.

Economist dalam artikelnya yang bertajuk "Throwing Money at The Street" itu menegaskan, rezim-rezim otoriter Arab berusaha meredam protes dan menenangkan amarah rakyat dengan menebar uang dan menjanjikan beragam insentif. Mingguan terbitan Inggris itu mencatat, "Mayoritas rezim Arab meningkatkan dana pembayaran langsung dan tak-langsungnya ke masyarakat. Sebagai misal, Arab Saudi menaikkan pembayaran di sektor publik hingga 15 persen dengan mengalokasikan anggaran 36 miliar USD.

Negara-negara Arab Lainnya seperti Libya, Kuwait, dan Bahrain berusaha menebus loyalitas rakyatnya dengan menjanjikan dana bantuan tunai. Tentu saja dengan syarat mereka harus taat terhadap rezim penguasa. Di Kuwait, setiap orang dijanjikan dengan iming-iming uang 4 ribu dolar. Sementara di Bahrain, kesetiaan rakyatnya dihargai dengan bandrol 2500 dolar per keluarga. Tidak hanya itu, rakyat Kuwait juga mendapatkan insentif tambahan berupa pemberian paket makanan gratis selama setahun sedangakan pemerintah Bahrain telah menyiapakan bantuan 100 juta dolar untuk membantu setiap keluarga yang terpapar dampak inflasi pangan.

Mingguan terbitan Inggris itu menambahkan, "Namun demikian, dana terbesar yang digelontorkan untuk meredam gejolak instabilitas politik adalah proyek pemerintahan negara-negara Arab untuk menggenjot investasi di bidang infrastruktur industri minyak dan gas. Sebagai contoh, pemerintah Arab Saudi menanamkan modal 500 miliar USD di sektor tersebut. Sementara Aljazair rencananya akan menyisihkan dana investasi di bidang migas sebesar 156 miliar USD hingga tahun 2014 nanti. Uni Emirate Arab juga berencana mengalokasikan 40 miliar USD dari cadangan devisanya untuk memangkas bunga kredit dan merangsang pertumbuhan ekonomi".

Menurut The Economist, tampaknya rezim-rezim Arab sengaja menerapkan kebijakan semacam itu untuk mengejar keuntungan politik jangka pendek. Namun dengan melihat tumbangnya Hosni Mubarak, efektifitas politik uang para penguasa Arab tersebut patut diragukan. Pasalnya, dengan menyimak berbagai laporan media, tampak jelas bahwa negara-negara Arab gagal membeli kesetiaan rakyatnya. Bahkan negara semacam Arab Saudi pun yang dikenal begitu royal untuk membeli loyalitas rakyatnya ternyata tak juga sukses.

Kenyataan ini membuktikan bahwa tuntutan utama rakyat regional bukan sekedar kesejahteraan ekonomi tetapi lebih dari itu mereka lebih mengharapkan terwujudnya keadilan dan kebebasan. Rakyat negara-negara Arab kini sudah terlalu muak dengan tipikal para penguasa Arab yang senantiasa menjadi boneka permainan politik Barat. Rezim-rezim otorite Arab kini mesti sadar bahwa loyalitas dan hati nurani rakyat terlalu hina jika hanya dihargai sekian ribu dolar. Karena kehormatan sebuah bangsa yang sadar tidak pernah bisa dibeli dengan uang.(irib/21/3/2011)

Pergolakan di Bahrain adalah Konflik Sektarian

"Apa yang terjadi di Bahrain bukanlah kebangkitan satu ummat, melainkan kebangkitan yang dipicu oleh perbedaan mazhab dan sifatnya sektarian, sehingga tidak bisa disamakan dengan kebangkitan yang terjadi di Tunisia, Mesir dan Libiya."

Pergolakan di Bahrain adalah Konflik Sektarian

Menurut Kantor Berita ABNA, Syaikh Yusuf Qhardawi ketua persatuan Ulama Islam se Dunia menyikapi gejolak yang terjadi di Libiya dan Mesir sebagai perlawanan rakyat menghadapi rezim diktator yang zalim dan menyatakan dukungannya. Namun terkait dengan pergolakan rakyat di Arab Saudi dan Bahrain, Yusuf Qhardawi justru menyatakan sesuatu yang berbeda.

Dalam khutbah Jum'atnya di Doha ibu kota Qatar, Yusuf Qhardawi menyebut adanya perbedaan antara kebangkitan rakyat di Tunisi, Libiya dan Mesir dengan kebangkitan yang terjadi di Bahrain. Ia berkata, "Apa yang terjadi di Bahrain bukanlah kebangkitan satu ummat, melainkan kebangkitan yang dipicu oleh perbedaan mazhab dan sifatnya sektarian, sehingga tidak bisa disamakan dengan kebangkitan yang terjadi di Tunisia, Mesir dan Libiya."

Ulama yang salah satu anaknya menyatakan masuk Syiah ini, lebih lanjut menyebutkan bentuk perbedaan lain antara kebangkitan di beberapa Negara Arab dengan kebangkitan yang terjadi di Bahrain bahwa kebangkitan di Bahrain dipicu sikap anti Sunni rakyat Bahrain yang mayoritas Syiah, bukan karena menentang pemerintahan yang zalim. "Revolusi yang terjadi di 4 negara Arab, Tunisia, Mesir, Yaman dan Libia, saya bersaksi bahwa revolusi tersebut adalah kebangkitan rakyat menghadapi penguasa yang zalim."

Dengan pernyataan Qhardawi sebagai ulama Islam yang telah mempelajari dan mengajarkan ilmu-ilmu syariat, ia harus menjelaskan lebih detail, apakah selama ini pemerintahan Bahrain telah adil terhadap rakyatnya yang mayoritas Syiah? Apa perbedaan antara tindakan Husni Mubarak dan Qhadafi dengan Ali Khalifah dalam hal membantai rakyat sendiri? Apakah pembantaian rezim Bahrain yang dibantu dengan tentara asing sewaan tiba-tiba bisa dibenarkan karena yang dibantai oleh umat Syiah?

Apa yang telah disebutkan Yusuf Qhardawi adalah fitnah belaka, sebab unjuk rasa rakyat Bahrain atas rezim Hakim, bukan hanya hanya dilakukan oleh umat Syiah belaka, namun juga warga Bahrain yang Sunni turut bergabung dalam aksi jalanan menentang kezaliman rezim yang telah lama menjalin persengkongkolan dengan AS ini.

mainsource:http://abna.ir/data.asp?lang=12&id=232710

Syahid Pertama Perempuan dalam Unjuk Rasa Bahrain

Tindakan brutal pihak militer Bahrain yang dibantu dengan tentara bayaran dari Arab Saudi dan Uni Emirat Arab dalam usahanya menghentikan aksi unjuk rasa rakyatnya, akhirnya mencatat Mrs. Bahiyah Al 'Aradi sebagai perempuan pertama yang harus menjadi korban.

Syahid Pertama Perempuan dalam Unjuk Rasa Bahrain

Menurut Kantor Berita ABNA, Mrs. Bahiyah Al 'Aradi perawat asal Bahrain di kawasan Qadam harus meregang nyawa oleh terjangan peluru pihak militer yang mencoba menghentikan aksi unjuk rasa dengan cara kekerasan.

Ia segera dilarikan ke rumah sakit, namun sayang sebelum sempat mendapatkan perawatan medis, ia telah menghembusnya nafasnya yang terakhir pukul 20.00 kemarin malam (20/3). Separuh dari kepalanya hancur oleh terjangan peluru.

Korban lainnya, seorang perawat laki-laki bernama Abdurrasul Hasan al Hajiri juga terkena terjangan peluru yang akhirnya merenggut nyawanya. Beliau meninggal dunia dalam usia 38 tahun dan tercatat sebagai anggota resmi tim medis departemen kesehatan Bahrain. Beliau meninggalkan 3 anak (dua perempuan dan satu anak laki-laki yang masih bayi).

Sampai sekarang tercatat puluhan orang warga Bahrain yang gugur dalam aksi ujuk rasa menentang rezim kerajaan Bahrain dan menuntut pemerintahan bersih dan berkeadilan.

Berikut daftar nama-nama 16 orang yang identitasnya dapat diidentifikasi:

Abdul Hadi 'Ali Masyima'. 2. Fadhil Matruk. 3. Mahmud Makki 'Ali Abu Naji. 4. Ali Manshur Khadir. 5. Isa Abdul Hasan. 6. Muhandis 'Ali Al Mu'min. 7. Ridha Muhammad Hasan Buhamid. 8. Ali Ibrahim Al Damistani. 9. Ahmad Farhan. 10. Jafar Abdullah Ma'yuf. 11. Ahmad Abdullah Hasan. 12. Isa Ali Ridha. 13. Hani Abdul 'Aziz Al Shabah. 14. Jawad Kadhim.15. Abdurrasul Hasan 'Ali Al Hajiri. 16. Mrs. Bahiyah Abdurrasul Al 'Aradi.

mainsource:http://abna.ir/data.asp?lang=12&id=232595


0 comments to "Foto Video Eksklusif Wahabi menyikat Suni-Syiah di Bahrain serta demi Dukung Saudi, PM Malaysia Sebut Pendemo Bahrain Teroris"

Leave a comment