Home , , , � Tragedi Bom Buku di Jakarta...!!!! Apakah akhirnya orang malas baca Buku ??? Dasar Ideologi TEROR !!!!!

Tragedi Bom Buku di Jakarta...!!!! Apakah akhirnya orang malas baca Buku ??? Dasar Ideologi TEROR !!!!!



Apa Motif di Balik Teror Bom Buku Jakarta?


Teror bom kembali menghantui Jakarta. Kali ini bom yang dibungkus dalam sebuah buku menjadi modus terorisme baru. Setelah berbagai teror yang dilakukan, melalui bom di hotel-hotel, tempat wisata di Bali dan beberapa tempat ibadah, kini ada tiga paket bom yang sama beredar pada hari yang sama dan ditujukan kepada orang yang berbeda.

Paket bom pertama ditujukan kepada aktivis Jaringan Islam Liberal Ulil Abshar-Abdall. Bom yang dibukungkus dalam sebuah buku itu dikirim ke Komunitas Utan Kayu di Jalan Utan Kayu Nomor 68 H, Jakarta. Paket diterima pukul 10.00.
Naas, sore hari bom itu meledak saat hendak dijinakkan Kasat Reskrim Polrestro Jakarta Timur Kompol Dodi Rahmawan. Lima orang terluka, termasuk Dodi yang tangan kirinya putus.

Bom kedua beredar sore hari. Sekitar pukul 16.00, seseorang mendatangi rumah Ketua Umum Pemuda Pancasila (PP) Yapto S Soerjosoemarno dan menyerahkan sebuah bungkusan kepada petugas keamanan di rumah itu. Yapto yang tiba di rumah pada pukul 19.00 curiga dengan paket tersebut dan menghubungi polisi. Paket itu ternyata berisi bom dan berhasil dijinakkan dengan cara diledakkan oleh tim Gegana.

Selanjutnya, sekitar pukul 21.30, paket bom juga dikirim ke Kantor Badan Narkotika Nasional (BNN), Jakarta. Paket bom ditujukan kepada Kepala Pelaksana Harian BNN Komjen Pol Gorries Mere. Pasukan Gegana menjinakkan bom dengan cara meledakkannya.

Gorries sendiri selama ini juga dikenal sebagai tokoh penting dalam sepak terjang Densus 88, unit pasukan anti-teroris Polri dalam memberangus gerakan terorisme di Indonesia. Menurut Ketua Tim Advokasi FUI, Munarman, selain sebagai Kepala BNN, Gories juga sempat menjadi Komandan Satgas Anti Bom. Ia bertanggungjawab langsung kepada Kapolri. Satgas Anti Bom inilah yang paling berperan dalam menyiksa dan membunuhi para tersangka aktivis Islam yang dituduh sebagai teroris.

Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Kombes Boy Rafli Amar mengatakan, paket buku berisi bom yang dikirimkan ke tiga tempat kemarin memiliki kemiripan. Judul buku, nama, maupun alamat pengirim sama.
"Semua sama," kata Boy saat dihubungi Kompas.com, Rabu (16/3/2011), ketika ditanya apakah ada kemiripan ketiga paket bom.

Dikatakan Boy, kesamaan lain adalah bahan peledak dimasukkan ke dalam ketiga buku yang dibolongi bagian tengahnya. Meski modus ketiganya sama, kata Boy, pihaknya belum bisa menyimpulkan bahwa pelakunya sama. "Masih dalam penyelidikan," kata dia.

Menurut catatan Kompas.com, ini adalah paket bom pertama di Indonesia dalam bentuk buku. Buku setebal 412 halaman dengan judul "Mereka Harus Dibunuh karena Dosa-dosa Mereka terhadap Islam dan Kaum Muslimin" dilobangi bagian tengahnya dan disisipi bom.

Pengirimnya tertulis Drs. Sulaiman Azhar, Lc Alamat: Jl Bahagia Gg Panser No 29 Ciomas Bogor Telp 0813 3222 0579. Polisi tidak menemukan alamat yang dimaksud. Nomor telepon yang tercantum pun tidak bisa dihubungi.

Apa Motifnya?

Terpisah, pengamat intelijen Wawan Purwanto mengaku, sulit untuk menganalisa bom buku tersebut, meski sasarannya bukanlah orang yang aneh untuk diancam pembunuhan, Ulil Absar Abdalla, salah satu pentolan Jaringan Islam Liberal (JIL) yang selama ini juga menjadi sasaran ancaman pembunuhan.

"Ini memang agak rumit," kata Wawan Purwanto kepada tribunnews.com, Selasa malam (15/3/2011) kemarin.

Menurutnya, untuk menganalisis motif dari pengiriman bom yang akhirnya menyebabkan tangan seorang polisi terancam diamputasi ini, perlu kajian dari berbagai aspek. Apalagi, berbagai permasalahan terjadi di negeri ini.

"Tapi kalau pengalihan isu, terhadap isu yang mengguncang pemerintahan saat ini saya tidak yakin," ujarnya seraya menyesalkan, banyak masalah sosial yang kandas untuk diselesaikan secara tuntas.

"Sekarang banyak terjadi masalah sosial di negeri ini, masalah sentimen agama seperti tidak pernah bisa diselesaikan," ungkapnya.

Dia menambahkan, pihaknya masih mendalami masalah yang sempat memanas di Indonesia. Sebut misalkan saja, soal Ahmadiyah yang belum tuntas.

"Demikian juga dengan kasus Abubakar Ba'asyir, kemungkinannya masih banyak. Saat ini kita sedang menelisik, kenapa Ulil yang menjadi sasaran, dan motifnya apa," imbuhnya.

Sementara itu menanggapi paket bom yang dikirim ke kediaman Ketua Pemuda Pancasila Japto S Soerjosoemarno di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, sekitar pukul 21.00 WIB dinilai bermotif pengacauan.

Pengamat terorisme Mardigu Wowiek Parsantyo mengatakan, kapasitas Japto tidak memenuhi kualitas sebagai target utama gerakan terorisme.

"Target teroris itu kepala negara, orang asing, kelompok yang memusuhi teroris. Misalnya Ulil dan Gories Mere, kalau bom Japto ini hanya sekadar untuk mengacak saja. Ini sangat cerdik untuk mengecoh Polisi," ujarnya kepada INILAH.COM, Rabu (16/3/2011).

Menurut Mardigu, pelaku sengaja mengirim paket bom ke kediaman Yapto agar menyulitkan Kepolisian dalam melakukan pelacakan dan analisa pengusutan.

"Itulah mengapa saya bilang teror ini memenuhi teori Carver karena sangat tertata rapih, dan juga memiliki strategi bagus," ujarnya.

Seperti diberitakan, selain teror bom Utan Kayu dan BNN, Polisi juga mendapat laporan teror bom di kediaman Ketua Pemuda Pancasila Japto S Soerjosoemarno di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, ke Polda Metro Jaya, sekitar pukul 21.00 WIB.

Terlepas dari siapa sebenarnya, Japto S Soerjosoemarno. Yang jelas dua target lain bom buku Jakarta, Ulil dan Gorries punya relevansi yang jelas dengan isu radikalisme Islam. Apalagi dengan carut-marutnya isu kekerasan terhadap Ahmadiyah, rasa-rasanya rangkaian teror bom buku ini cukup ampuh dieksploitasi untuk menyegarkan kembali isu terorisme dan ancaman kelompok-kelompok Islam yang dituding sebagai teroris dan ekstrimis.

Jangan Spekulatif!

Menyikapi maraknya teror bom buku di Jakarta, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Arsyad Mbai meminta semua pihak untuk tidak menganalisis terlalu jauh siapa di balik peristiwa meledaknya bom di kawasan Utan Kayu, Jakarta Timur, atau keterkaitannya dengan jaringan tertentu, sebelum ada bukti.

Seperti dikutip Antara, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) setelah mengikuti rapat bersama dengan Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Djoko Suyanto, di Jakarta, Selasa (15/3) mengatakan "Jangan dulu jauh menganalisis, bukti belum jelas... Biarkan polisi bekerja mencari fakta yang obyketif".

Rapat bersama tersebut dihadiri Menko Polhukam, Kapolri Jenderal (Pol) Timur Pradopo dan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutanto di Gedung Kementerian Polhukam.

Ia meminta masyarakat untuk tidak membuat kesimpulan sendiri sehingga kemudian saling menuduh, mencurigai antarkelompok masyarakat dan berujung pada konflik horisontal maupun vertikal.

Dia menjelaskan, saat ini aparat yang bertugas sedang berusaha memastikan jenis bom, rangkaian dan teknik pembuatannya yang menjadi petunjuk untuk melakukan penyidikan lanjutan.

Sementara itu, Menko Polhukam Djoko Suyanto telah meminta pada semua pihak untuk tidak membuat kesimpulan terlalu dini terkait dengan peristiwa meledaknya bom tersebut. Djoko mengatakan aparat kepolisian sedang melakukan penyidikan dan penyelidikan terkait kasus tersebut. Aparat, ujarnya, sedang bekerja sekuat tenaga untuk mencari dan menemukan pelaku serta motif dari tindakan mengirim paket bom tersebut. Ia mengatakan apabila bukti yang diterima sudah lengkap maka akan segera diproses di pengadilan.
(irib/16/3/2011)

Ingin Sehat? Baca Buku!

Kebanyakan orang begitu sibuk dengan kehidupannya sehingga tidak cukup waktu untuk membaca buku, orang lebih senang menonton film, televisi atau bermain komputer. Padahal membaca tidak hanya memperkaya wawasan tetapi juga bermanfaat untuk kesehatan.

Rajin membaca dapat membuat orang kaya akan wawasan dan informasi. Selain itu, membaca juga bermanfaat untuk otak dan kesehatan.

Sebagaimana diungkap laman Detikhealth mengutip Lifemojo Sabtu (12/3/2011), setidaknya ada lima manfaat membaca untuk kesehatan. Pertama, Melatih otak
Salah satu keuntungan membaca buku adalah sebagai latihan otak dan pikiran. Membaca dapat membantu menjaga otak agar selalu menjalankan fungsinya secara sempurna. Saat membaca, otak dituntut unutk berpikir lebih sehingga dapat membuat orang semakin cerdas. Tapi untuk latihan otak ini, membaca buku harus dilakukan secara rutin.

Kedua, meringankan stres. Stres adalah faktor risiko dari beberapa penyakit berbahaya. Keindahan bahasa dalam tulisan dapat memiliki kemampuan untuk menenangkan dan mengurangi stres, terutama membaca buku fiksi sebelum tidur. Cara ini dianggap bagus untuk mengatasi stres.

ketiga, menjauhkan risiko penyakit Alzheimer. Membaca benar-benar dapat langsung meningkatkan daya ikat otak. Ketika membaca, otak akan dirangsang dan stimulasi (rangsangan) secara teratur dapat membantu mencegah gangguan pada otak termasuk penyakit Alzheimer.

Penelitian telah menunjukkan bahwa latihan otak seperti membaca buku atau majalah, bermain teka-teki silang, Sudoku, dan lain-lain dapat menunda atau mencegah kehilangan memori. Menurut para peneliti, kegiatan ini merangsang sel-sel otak dapat terhubung dan tumbuh.

Keempat, mengembangkan pola tidur yang sehat. Bila Anda terbiasa membaca buku sebelum tidur, maka itu bertindak sebagai alarm bagi tubuh dan mengirimkan sinyal bahwa sudah waktunya tidur. Ini akan membantu Anda mendapatkan tidur nyenyak dan bangun segar di pagi hari.

Kelima, meningkatkan konsentrasi. Orang yang suka membaca akan memiliki otak yang lebih konsentrasi dan fokus. Karena fokus ini, pembaca akan memiliki kemampuan untuk memiliki perhatian penuh dan praktis dalam kehidupan. Ini juga mengembangkan keterampilan objektivitas dan pengambilan keputusan.

Jadi jangan hanya menghabiskan waktu berjam-jam untuk menonton televisi atau bermain game komputer, tetapi juga luangkan waktu untuk membaca buku. Kebiasaan baik itu tidak hanya akan menyegarkan pikiran tetapi juga memberi manfaat untuk kesehatan dan kehidupan.

(irib/12/3/2011)

Kata Nabi, Seorang Mukmin Tidak Terjatuh ke Lobang Dua Kali!

Kritik dan tanggapan miring soal karya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kembali terjadi. Kalau dulu judul lagunya masuk sebagai materi ujian masuk pegawai negeri sipil sebuah instansi, saat ini buku berjudul Harus Bisa! Seni Memimpin ala SBY juga membuat heboh.

Kali ini sejumlah SMP di Tegal dilaporkan menerima buku-buku pengayaan yang memperkenalkan sosok, pemikiran, dan kiprah Presiden SBY.

Junaedi, guru di salah satu MTs swasta di Tegal, Jawa Tengah, yang dihubungi Kompas dari Jakarta, Jumat (21/1/2011), mengatakan, sekolah tersebut menerima buku yang mengisahkan sosok SBY itu. Buku yang merupakan catatan harian Dino Patti Djalal itu didapatkan sekolah secara gratis dan kini disimpan di perpustakaan.

"Sekitar akhir tahun lalu, buku SBY itu dikirim ke sekolah. Staf di sekolah kami menerima saja dan meletakkan di perpustakaan. Di dalam buku itu banyak gambar dan puji-pujian pada SBY," kata Junaedi.

Rohmani, anggota Komisi X DPR RI, mengatakan, dirinya ketika melakukan kunjungan kerja di daerah Tegal juga menemukan buku seri SBY yang disalurkan ke sekolah-sekolah di Tegal. "Dari keterangan yang saya dapat, buku itu dibeli dari dana alokasi khusus atau DAK. Buku-buku itu disalurkan ke sejumlah SMP," ujar Rohmani.

Saling Tuding Soal Buku SBY

Sejumlah pihak saling tuding soal beredarnya buku tentang sosok, pemikiran, dan kiprah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang terdapat di sejumlah SMP di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Setiap pihak tak mau disalahkan dan merasa paling benar.

Kepala Bidang Pendidikan Dasar, Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten Tegal Waudin, Senin (24/1/2011), mengatakan, spesifikasi buku-buku bantuan dana alokasi khusus (DAK) yang diserahkan ke SMP-SMP di Kabupaten Tegal ditentukan oleh pemerintah pusat.

"Pengiriman buku juga langsung dilakukan oleh perusahaan pemenang lelang kepada sekolah," ujarnya.

Menurut dia, Dinas Dikpora Kabupaten Tegal mendapat pemberitahuan dari pemerintah pusat bahwa akan ada bantuan buku dari DAK kepada sekolah-sekolah di wilayah itu.

"Pengiriman buku juga tidak melalui Dikpora Kabupaten Tegal, tetapi melalui rekanan pemenang lelang," katanya.

Sementara itu, di Jakarta, Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal mengatakan, buku yang memuat sosok, pemikiran, dan kiprah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang terdapat di sejumlah SMP di Tegal bukan merupakan buku wajib yang ditentukan Kementerian Pendidikan Nasional. Buku tersebut merupakan buku pengayaan yang isinya ditentukan oleh dinas pendidikan setempat.

Kementerian Pendidikan Nasional juga menegaskan bahwa sepuluh buku tentang SBY yang beredar di sejumlah SMP di Tegal, Jawa Tengah, tidak mengandung unsur politis. Kemdiknas menilai, buku-buku tersebut termasuk dalam buku pengayaan yang digunakan untuk pembelajaran guru dan murid.

"Buku-buku ini sebetulnya tidak ditujukan untuk politik. Ini buku nonteks dan pengayaan. Buku ini tidak hanya dibaca oleh murid. Guru juga bisa membacanya. Kan juga disimpan di perpustakaan. Ada juga buku dari tokoh lain. Tokoh luar negeri juga ada," kata Dirjen Pendidikan Dasar Kemendiknas, Suyanto dalam jumpa pers di Kantor Kemdiknas, Selasa (25/1/2011).

Lebih lanjut Suyanto mengatakan, "Kemdiknas hanya membuat petunjuk teknis yang juga disepakati oleh Komisi X DPR. Kami hanya merekomendasikan daftar buku, tetapi pemilihan judul buku untuk tiap daerah, ya, ditentukan daerah tersebut. Jadi, pemilihan buku bisa beda-beda."

Lalu, Mengapa Ada Buku SBY Lain di Jateng?

Dewan Pendidikan Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Rabu (26/1) menemukan buku lain tentang Susilo Bambang Yudhoyono di luar buku seri Lebih Dekat dengan SBY. Buku-buku tersebut berjudul Susilo Bambang Yudhoyono, Bintang Lembah Tidar, dan Surat untuk Ibu Negara.

Kedua buku itu ditulis Sari Pusparini Soleh dan diterbitkan PT Remaja Rosdakarya. Buku-buku itu ditemukan bersama dengan buku bantuan dana alokasi khusus (DAK) lainnya di SMP Muhammadiyah Slawi.

Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Tegal Dimyati, Selasa (25/1/2011), mengatakan, sebenarnya substansi dari bantuan DAK adalah untuk peningkatan mutu pendidikan.

"Seharusnya, pemerintah memberikan bantuan buku-buku pelajaran atau pengayaan mata pelajaran untuk siswa. Apalagi, Kabupaten Tegal masih membutuhkan buku-buku pelajaran," ujarnya.

Buku-buku tentang SBY, lanjutnya, merupakan buku referensi yang sumber dananya dari DAK.

"Apabila sumber pembiayaan buku tersebut berasal dari uang pribadi SBY, tidak masalah buku itu dibagikan ke sekolah-sekolah. Akan tetapi, apabila menggunakan DAK, buku-buku itu harus ditarik," tuturnya, Selasa (25/1/2011).

Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Tegal Waudin mengatakan, pihaknya sedang mengkaji manfaat buku-buku tersebut bagi siswa. Apabila isinya bermanfaat bagi siswa, buku itu masih tetap bisa digunakan. Namun, apabila tidak bermanfaat, pihaknya akan memberikan masukan kepada pemerintah pusat dan meminta buku-buku itu segera ditarik.

"Yang perlu diketahui, Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Tegal tidak pernah memesan buku-buku tersebut," kata Waudin.

Tampaknya pekerjaan rumah Departemen Pendidikan masih panjang untuk menjustifikasi ditemukannya dua buku baru mengenai SBY ini. Bahkan boleh jadi pemerintah harus memobilisasi seluruh jajarannya untuk menjawab masalah ini. Ataukah ini satu cara untuk mengalihkan sejumlah masalah seperti pernyataan sikap para tokoh lintas agama dan blunder politik SBY soal gaji presiden? Tapi yang lebih penting lagi, mengapa SBY dan pemerintahnya berulang kali melakukan kesalahan yang sama? (IRIB/Kompas/SL/26/1/2011)

Pekan Buku dan Membaca Buku

Pekan Buku dan Membaca Buku

Buku adalah kumpulan tulisan berkaitan dengan ilmu, hikmah, makrifat, pengetahuan dan informasi. Buku dapat disebut sebagai simpulan pemikiran dan pengalaman orang-orang terdahulu dan para tokoh. Membaca buku mempunyai kenikmatan tersendiri. Di samping itu, buku juga mengenalkan dunia kepada manusia.

Pekan Buku dan Membaca Buku pada umumnya diperingati pada akhir bulan Aban yakni sekitar pertengahan bulan November pada setiap tahunnya. Pekan Buku tentunya mendapat perhatian tersendiri bagi orang-orang yang berkecimpung di dunia buku. Berbagai acara akan digelar dalam rangka memperingati Pekan Buku dan mendorong masyarakat umum khususnya para pemuda dan anak-anak untuk membaca buku.

Pengalaman pertama Pekan Buku digelar di Iran pada tahun 1993. Berbagai acara dan aktivitas di Pekan Buku pada umumnya berkisar pada topik-topik seperti mendukung penerbit buku-buku yang dibutuhkan masyarakat, memberikan kemudahan supaya masyarakat mudah membeli dan membaca buku, menyemarakkan budaya membaca buku, mengembangkan perpustakaan, menggelar pameran buku di perpustakaan umum atau masjid-masjid, menggelar perlombaan membaca buku.

Pentingnya buku bagi kesempurnaan masyarakat humanis itu bisa dilihat dari agama-agama samawi yang juga memanfaatkan kitab suci sebagai fasilitas untuk mengabadikan ajaran-ajaran ilahi. Kitab al-Quran sendiri adalah mukjizat ilahi hingga kini yang juga dijadikan sebagai panduan dan pembimbing umat manusia. Ini menunjukkan bahwa buku merupakan fasilitas urgen untuk pertukaran budaya.

Latar belakang budaya Iran, jumlah buku dan perpustakaan di negara ini dalam berbagai periode sejarah membuktikan pentingnya buku dan membaca buku bagi bangsa Iran. Orang-orang kuno Iran meluangkan tulisan-tulisannya di atas batu dan mengukir di atasnya. Selain itu, mereka juga menuangkan tulisannya di atas tanah liat, emas dan perak. Orang-orang terdahulu kadang juga mengabadikan tulisan-tulisannya di atas kulit binatang.

Ibnu Nadim dalam bukunya, al-Fihrist menyinggung buku-buku yang ditulis dari kulit. Buku-buku itu berasal dari benteng-benteng di Isfahan pada abad ketiga hijriah yang disebut-sebut sebagai peninggalan yang sangat kuno. Ibnu Nadim dalam bukunya menyebutkan, Iskandar Makedonia yang juga dikenal dengan Alexander yang agung, setelah menyerang Persepolis, membakar buku-buku yang ditulis dari kulit dan mengirim sebagiannya ke Mesir.

Di masa kerajaan Anushirvan Sassani antara tahun 531-579 didirikan universitas Jundishapour dan buku-buku berbahasa India, Suryani dan Yunani diterjemahkan ke bahasa Pahlavi yakni bahasa Persia kuno. Sejumlah pemikir dan tokoh besar asal Iran adalah para penyusun dan penulis buku. Di antara mereka adalah Bozourgmehr, seorang bijak dan menteri yang cukup dikenal saat itu, yang menulis buku Pand Namak.

Di era teknologi media, buku masih mempunyai peran penting. Bahkan buku tidak hanya dipahami sebagai lembaran-lembaran kertas. Kini, buku dikemas dalam berbagai bentuk. Kitab selain mempunyai peran penting dalam menyebarkan ilmu dan pemikiran, juga menjadi media penting yang sangat berpengaruh. Media mempunyai multifungsi baik di bidang budaya, politik maupun sosial.

Buku di era pengembangan media tetap menjadi media yang kokoh, khususnya dalam mengembangkan budaya. Buku dapat dikatakan produk budaya yang terkadang dapat menyebabkan perubahan bagi sebuah negara. Terkait hal ini, pelaksanaan pameran internasional dan penyerahan penghargaan bagi buku pilihan adalah di antara aktivitas yang selalu disemarakkan oleh Republik Islam Iran.

Saat ini, al-Quran dijadikan kitab suci manusia yang juga disebut-sebut sebagai mukjizat abadi Rasululllah Saw. Al-Quran yang juga berfungsi sebagai pembimbing manusia adalah kitab suci terkahir yang juga selalu menekankan poin menuntut ilmu dan membaca buku.

Dalam al-Quran tercantum 71 kata kitab. Bahkan dalam salah satu surat al-Quran yang bernama surat al-Qalam, Allah Swt bersumpah dengan kata qalam yang artinya adalah pena. Dalam surat itu, Allah Swt berfirman;


Artinya:
"Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis."

Ayat itu secara jelas menunjukkan pentingnya pendidikan dan penulisan serta buku dalam pemikiran Islam. Al-Quran adalah kitab yang tidak pernah lawas, bahkan kitab suci ini selalu mempersembahkan inspirasi baru dalam setiap periode. Ajaran-ajaran dan hukum yang tertuangkan dalam Islam berhasil menjaga nilai-nilai kemanusiaan di muka bumi ini. Umat manusia bahkan mendapat ketenangan luar biasa di balik pesan ayat-ayat al-Quran.

Selain al-Quran, ada kitab Nahjul Balaghah yang juga dapat disebut sebagai kitab monumental dalam sejarah manusia. Buku Nahjul Balaghah adalah kumpulan perkataan, pidatio dan surat Imam Ali as yang mengandung hikmah luar biasa. Kitab itu mampu memberikan pencerahan luar biasa bagi manusia.

Dalam kitab itu dijelaskan pengertian tauhid, pengenalan kepada Allah Swt dan nilai-nilai ilahi dan humanis yang membuat semua pihak berdecak saat membacanya. Imam Ali as di Nahjul Balaghah bersabda, "Siapapun yang menyenangi buku tidak akan merasakan derita dan gelisah."

Pekan Buku dan Membaca Buku merupakan kesempatan untuk berpikir sejenak akan pentingnya buku dan membaca buku. Berapa lama kita sudah menggunakan waktu untuk membaca buku? Berapa banyak buku yang sudah dimanfaatkan? Pekan Buku dan Membaca Buku harus menjadi peluang untuk membaca buku-buku baru dan mengenai dunia berbeda.

Imam Shadiq as berkata, "Tulislah dan sampaikanlah ilmu kepada sausara-saudara seiman. Ketika engkau meninggal, anak-anakmu akan mewarisi kitab-kitab darimu. Akan tiba sebuah masa yang masyarakat hanya asyik dengan buku-buku." (IRIB/AR/SL/27/11/2011)

Sejarah Pembakaran Buku di Barat

Sejarah Pembakaran Buku di Barat

Penulis sejarah asal Iran, Atha Malek Jouyani, menulis buku yang berjudul "Tarikhe Jahan-ghosha." Dalam bukunya, ia menyebutkan peristiwa sejarah terkait serangan bangsa Mongolia ke negara-negara Islam, termasuk Iran. Jengis Khan dan pasukannya melakukan banyak kejahatan dan melakukan banyak kerusakan. Buku karya Jouyani itu menyebutkan masuknya Jengis ke Bukhara dan menduduki masjid kota itu. Jouyani menulis, "Jengis setelah melihat masjid bertanya; Tempat apakah ini? Istana raja?" Pertanyaan Jengis itu dijawab bahwa tempat yang ditanyakan itu adalah rumah Allah. Mendengar jawaban itu, Jengis memerintahkan kotak-kotak yang berisi kitab al-Quran supaya dibawa keluar masjid untuk dibakar.

Mongolia dan para penguasanya yang dikenal sangat keji menorehkan berbagai kejahatan luar biasa. Meski demikian, mereka tidak mampu menghancurkan Islam. Akan tetapi dengan berlalunya masa, bangsa Mongolia secara perlahan-lahan malah menerima Islam sebagai agama dan menjadikan al-Quran sebagai kitab bimbingan mereka. Padahal pada awalnya, bangsa ini menghina Islam dengan membakar al-Quran.

Sejarah membuktikan bahwa kekerasan terhadap agama, moral dan budaya bukanlah fenomena baru di dunia. Bahkan dalam berbagai periode disebutkan bahwa banyak pihak yang berupaya mematikan cahaya hakikat. Akan tetapi mereka malah terjebak dalam kehancuran, dan sebaliknya, budaya yang berakar kuat pada kebenaran dan hakikat, malah dapat bertahan.

Penghinaan atas Islam dan al-Quran kembali terulang. Belum lama ini, sejumlah kelompok di AS dan negara-negara Eropa menghina Islam dan al-Quran. Semua ini menunjukkan superioritas jahiliah yang masih berakar dalam sejarah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jahiliyah ternyata tidak terbatas pada masa lalu, bahkan terus berlangsung hingga kini. Penghinaan terhadap al-Quran yang belum lama terjadi di AS, mengindikasikan jahiliyah modern.

George Zaidan, seorang penulis sejarah Kristen dalam bukunya History of Islamic Civilization, menulis, "Setelah tragedi Andalusia dan pembantaian massal atas ummat Islam di kawasan itu oleh bangsa Eropa pada abad keenam hijriah, ribuan buku dibakar." Padahal buku-buku berharga itu ditulis oleh ilmuwan muslim dalam berbagai bidang seperti biologi, matematika, sastra, filsafat dan ilmu logika. Bangsa Eropa juga membakar tiga juta buku dalam serangannya ke Syam (Suriah saat ini) dan Palestina.

Zaidan dalam bukunya juga menulis, tindakan pembakaran buku yang sangat memalukan, akan terus melekat pada Barat, bahkan hal itu tidak akan dapat menutupi kekalahan mental mereka. Setelah itu, bangsa Mongolia menyusul dengan melakukan hal yang serupa dalam berbagai serangannya ke negara-negara Islam.

Tokoh lain yang dapat dibandingkan dengan Jengis Khan dari sisi kebengisan, adalah Adolf Hitler. Ia selain melakukan banyak kejahatan, juga membakar buku-buku. Pada tanggal 10 Mei 1933, pengikut Nazi mengumumkan pesta rakyat. Mereka menyatakan akan melakukan pembakaran dalam pesta ini, sedangkan bahan pembakarnya adalah buku. Pada hari itu, orang-orang bodoh di berbagai kota Jerman menyerang toko-toko buku dan perpustakaan, serta membakar 30 ribu buku. Dalam acara itu, mereka bersenang-senang sambil mendengar musik dan membakar buku-buku.

Ini semua adalah buah pikiran jahiliyah. Orang-orang bodoh ini berpikir bahwa bila karya-karya seperti Bertolt Brecht dibakar, maka pemikiran oposisi akan sirna dan hanya ideologi rasis dan radikal yang tersisa.

Fernando Baez penulis buku A Universal History of the Destruction of Books mengungkap sejarah pembakaran buku di AS. Disebutkannya, "Karena serangan anti kemanusiaan AS terhadap Hiroshima dan Nagasaki, hanya sedikit orang yang menyinggung bahwa serangan udara itu juga menyebabkan terbakarnya perpustakaan besar dan terkenal di Tokyo."

Baez dalam bukunya menulis, "Nazi selain melakukan pembakaran buku pada tahun 1933, juga membakar 723 perpustakaan Perancis lainnya. Akan tetapi sejarah AS menyaksikan berbagai periode pembakaran al-Quran." Disebutkan, "Hanya antara tahun 1940 hingga 1941 terdapat ribuan buku yang dibakar di bundaran-bundaran umum AS. Buku-buku itu dibakar karena kandungannya bertentangan dengan pandangan Kongres."

Pembakaran buku hingga kini masih berlaku di AS. Diberitakan pula, Pentagon belum lama ini membakar 10 ribu buku yang dianggap mengancam keamanan nasional AS. Pentagon membeli 10 ribu ekslempar buku Operation Dark Heart yang mengungkap rahasia intelejen AS. Setelah dibeli, buku itu dibakar. Mantan perwira Badan Intelijen AS, Tony Shaffer dalam bukunya, Operation Dark Heart, menceritakan pengalamannya selama lima bulan di Afghanistan. Pentagon membayar 47 ribu dolar yang didapatkan dari pajak rakyat AS, kepada penerbit buku Operation Dark Heart.

Hal yang serupa pernah dilalukan CIA pada tahun 1964. Saat itu, CIA melarang buku yang berjudul The Invisible Government. Akan tetapi dampak pelarangan itu malah menjadikan buku itu terlaris di AS.

Tak diragukan lagi, peristiwa sejarah berpengaruh pada sejumlah seniman berbagai negara, bahkan memaksa mereka untuk bereaksi. Pada tahun 1966, Francois Truffaut membuat film Fahrenheit 451. Film itu menceritakan pembakaran buku secara detail.

Dalam film itu diceritakan bahwa semua buku membahayakan. Untuk itu, buku-buku harus dibakar. Masyarakat diceritakan tidak boleh memiliki buku. Pada suatu saat, seorang berpikir bahwa buku jangan dibakar, tapi harus terlebih dahulu dibaca. Dengan membaca buku, seseorang akan memasuki dunia baru, dan hal inilah yang menyebabkan pembaca buku berbeda dengan lainnya.

Film itu penuh dengan segmen yang menegangkan. Film itu menceritakan masyarakat yang terjebak pada kenihilan, dan solusinya hanya melalui membaca buku. Akan tetapi apakah yang menyebabkan buku itu dibakar? Jawabannya disebutkan dalam film tersebut. Disebutkan kepala pemadam kebakaran mengatakan, "Ketika membaca buku, berarti kamu lebih mengerti dari orang lain."

Saat ini, semua orang tahu bahwa buku adalah sarana tukar pikiran. Buku juga menyebabkan bertambahnya ilmu dan berubahnya pandangan manusia akan dunia dan sekitarnya. Inilah yang ditakuti kekuatan-kekuatan yang bertahan di tengah kebodohan masyarakat.

Bila masalah itu berhubungan dengan sebuah kitab suci milik agama Islam, maka hal itu akan menjadi masalah yang serius. Dari satu sisi, Barat terjebak dalam krisis akibat sejarah yang menjauhkan Tuhan. Akan tetapi dari sisi lain, Islam terus berkembang dan disambut di Barat. Kondisi ini tentunya mengkhawatirkan para penguasa di Barat. Untuk itu, kekhawatiran mereka tercermin pada pembakaran al-Quran yang dilakukan oleh orang-orang yang berwatak jahiliyah.

Selain itu, Barat juga melindungi orang-orang yang bersikap anti-Islam seperti Salman Rushdie, penulis Buku Ayat-Ayat Setan. Penulis anti-Islam ini mendapat dukungan dari pemerintah Inggris.

Pada faktanya, penghinaan atas nilai-nilai sakral ummat Islam itu cenderung dilakukan oleh para pejabat, politisi dan media-media, bukan masyarakat umum. Selain masyarakat biasa, sejumlah seniman juga terkadang menunjukkan sikap menentang penghinaan atas nilai-nilai suci dan sakral. John Ray Grisham, penulis asal AS, saat tiba di Jerman, mengkritik keras rencana pembakaran al-Qurandi AS. Dalam wawancaranya di Hamburg, Grisham mengatakan, "Ini adalah tindakan sekelompok fanatis dan radikal." Dikatakannya pula, "Pendeta Terry Jones adalah orang gila dan radikal yang cenderung menyebarkan kebencian dari pada harus melakukan tugas-tugasnya."

Di penghujung acara ini, kami akan mengajak anda untuk mendengarkan ayat 32 dan 33 surat Al-Taubah.
Yang artinya:
Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.

Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.(IRIB/AR/SL/7/10/2010)



0 comments to "Tragedi Bom Buku di Jakarta...!!!! Apakah akhirnya orang malas baca Buku ??? Dasar Ideologi TEROR !!!!!"

Leave a comment