Home , , , , , , � Israel : Setelah Osama bin Laden Kini Giliran Sayid Hasan Nasrullah (Iran Akan Musnahkan Israel Jika Berani Menyerang!!!)

Israel : Setelah Osama bin Laden Kini Giliran Sayid Hasan Nasrullah (Iran Akan Musnahkan Israel Jika Berani Menyerang!!!)

Muhammad Yazbak, anggota dewan pusat Hizbullah Lebanon mengatakan, kami akan mencegah setiap upaya busuk untuk mencelakai Sayid Hasan Nasrullah.

Menurut laporan IRNA dari Beirut, Aharon Zeevi Farkash, petinggi dinas rahasia Israel mengatakan, terbunuhnya Osama bin Laden, pemimpin al-Qaeda membuat kita optimis untuk meneror sosok lain seperti Sayid Hasan Nasrullah.

Menjawab klaim Israel ini, Sheikh Muhammad Yazbak menekankan, Israel lebih rapuh dari sarang laba-laba. Ia mengatakan, ancaman Israel terhadap Sayid Hasan Nasrullah dikarenakan AS sedang mabuk.

Sheikh Muhammad Yazbak dalam kesempatan tersebut mengkritik sikap tak peduli Amerika terhadap kedaulatan sebuah negara. Dikatakannya, mulai saat ini AS, Israel dan Eropa tidak akan mudah memaksakan kehendaknya terhadap negara lain.

Nawaf Musawi, anggota Fraksi Hizbullah mengatakan, kekuatan militer muqawama benteng bagi rakyat Lebanon. Keberadaan muqawama membuat rakyat Lebanon merasa tenang. Ia menambahkan, mereka yang mengira mampu menumpas muqawama melalui cara-cara busuk seperti menciptakan friksi intern di Lebanon yang benar-benar melakukan kesalahan besar.

Musawi dalam kesempatan tersebut juga mengisyaratkan pengadilan internasional kasus Rafik Hariri. Ia menandaskan, pengadilan ini dibentuk bukan untuk menegakkan keadilan, namun jika ada pihak di dunia yang berniat menegakkan keadilan maka langkah pertama adalah menyeret Israel untuk diadili atas kejahatannya selama ini. (IRIB/IRNA/MF/10/5/2011)

Pejabat Israel Ribut Soal Serangan ke Iran

Para pejabat rezim Zionis Israel mengkritik mantan Direktur Mossad Meir Dagan, yang menyebut kemungkinan serangan terhadap Republik Islam Iran sebagai ide yang bodoh. Mereka mengatakan, Dagan tidak harus berbagi pandangan pribadinya dengan orang lain.

Dagan dalam konferensi di Hebrew University di Baitul Maqdis, mengatakan bahwa serangan udara terhadap reaktor nuklir Iran merupakan hal yang konyol. Ditambahkannya, "Mereka yang menyerang Iran harus menyadari bahwa mereka akan menyulut perang regional, dimana rudal akan ditembakkan oleh Iran dan juga oleh Hizbullah dari Lebanon."

"Setiap serangan terhadap Iran akan merugikan Tel Aviv," tegasnya.

Pada hari Ahad (8/5/2011), Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak mengatakan, pernyataan Dagan tidak benar, dan ia seharusnya tidak berbagi pandangan pribadinya dengan semua orang, Ynetnews melaporkan.

Menteri Keuangan Israel Yuval Steinitz juga mengatakan bahwa seharusnya Dagan menyimpan pandangan itu untuk dirinya sendiri. "Ini adalah memalukan bahwa ia membuat pernyataan yang tidak perlu," kata Steinitz.

Sebelumnya, Dani Yatom yang juga mantan kepala Mossad menyatakan bahwa dirinya secara pribadi tidak akan mengesampingkan opsi militer terhadap Iran, jika semua langkah tidak berhasil.

Pada awal Mei, jet-jet tempur Israel dilaporkan melakukan latihan di sebuah pangkalan militer di Irak untuk menyerang sasaran di wilayah Iran. Sejumlah besar pesawat tempur Israel terlihat di pangkalan al-Asad di Irak, ujar sumber yang dekat dengan Muqtada Sadr.

Jet tempur Israel yang dilibatkan dalam latihan terdiri dari F-15, F-16, F-18, F-22, dan KC-10. Pesawat-pesawat tersebut melakukan latihan sepanjang pekan pada malam hari, tambah sumber yang sama.

Latihan itu bertujuan mempersiapkan diri untuk menyerang sistem pertahanan udara Iran, mengganggu sistem radar dan menyerang sasaran yang jauh di dalam wilayah Iran. (IRIB/RM/PH/9/5/2011)

Mulai Cari Gara-Gara, Israel Serang Gaza

Pasukan Israel yang didukung tank dan buldoser menyerang Jalur Gaza, menghancurkan lahan pertanian Palestina di utara wilayah tersebut.

Tentara Israel memasuki Gaza dari jalur penyeberangan Karni kemarin (Rabu, 11/5/2011) dan menyusup hingga ratusan meter ke arah timur kota Gaza.

Menurut koresponden Press TV dari Gaza, tentara Israel menggali sejumlah lubang di daerah tersebut dan mengisinya dengan bahan peledak. Militer Israel kemudian meledakkan bahan peledak itu yang menimbulkan ledakan hebat di wilayah tersebut.

Para pejabat Israel menyatakan bahwa militer Zionis mencari dan menghancurkan "terowongan" di kawasan tersebut yang digunakan oleh pejuang Palestina untuk memasukkan wilayah Israel dan menangkap Zionis.

Namun para analis berpendapat bahwa aksi itu ditujukan untuk memprovokasi gerakan muqawama Palestina agar menembaki pasukan Israel, yang akan memanaskan situasi.

Ini merupakan serangan militer Israel pertama ke Gaza setelah Hamas dan Fatah menandatangani kesepakatan rekonsiliasi nasional di Kairo, Mesir beberapa waktu lalu.

Para pejabat Tel Aviv berulang kali menyatakan kemarahan mereka terhadap kesepakatan rekonsiliasi yang ditandatangani antara dua kelompok muqawama Palestina itu yang bertujuan membentuk pemerintah persatuan Palestina.

Sebelumnya, Hamas yang mengontrol kawasan Gaza, dan Fatah yang berkuasa di Tepi Barat, telah berselisih sejak gerakan muqawama Hamas memenangi pemilihan parlemen Palestina pada Januari 2006.

Friksi kedua pihak mencapai puncaknya pada bulan Juni 2007 ketika Hamas mengambil alih Jalur Gaza dalam upaya "menggagalkan plot kudeta" oleh beberapa elemen dari kelompok Fatah.

Menyikapi aksi itu, Fatah memecat pemerintah Hamas secara unilateral dan mendirikan kabinet paralel di Ramallah. (IRIB/MZ/12/5/2011)

Iran Akan Musnahkan Israel Jika Berani Menyerang

Seorang anggota parlemen senior Iran menyatakan bahwa Iran akan memberikan respon keras dan menghancurkan kepada rezim Zionis Israel, jika Tel Aviv berani menyerang negara ini.

Pelapor Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Majlis, Kazem Jalali mengatakan kepada Fars News Agency pada hari Selasa (10/5/2011) bahwa tidak ada jalan bagi Israel untuk melarikan diri, jika mereka melakukan agresi terhadap wilayah Iran.

"Zionis sendiri juga tahu bahwa reaksi Iran akan tidak terduga dan sangat keras," tegasnya.

Di tengah kebuntuan mengenai program nuklir sipil Iran, Tel Aviv dan Washington telah berulang kali mengancam Tehran dengan serangan militer, didasarkan pada dugaan bahwa aktivitas nuklir Iran ditujukan untuk kepentingan militer.

Pada awal Mei, jet-jet tempur Israel dilaporkan melakukan latihan di sebuah pangkalan militer di Irak untuk menyerang sasaran di wilayah Iran. Sejumlah besar pesawat tempur Israel terlihat di pangkalan al-Asad di Irak, ujar sumber yang dekat dengan Muqtada Sadr.

Jet tempur Israel yang dilibatkan dalam latihan terdiri dari F-15, F-16, F-18, F-22, dan KC-10. Pesawat-pesawat tersebut melakukan latihan sepanjang pekan pada malam hari, tambah sumber yang sama.

Latihan itu bertujuan mempersiapkan diri untuk menyerang sistem pertahanan udara Iran, mengganggu sistem radar dan menyerang sasaran yang jauh di wilayah Iran.

Iran mengatakan program nuklirnya benar-benar bertujuan damai dan dalam kerangka Traktat Non Proliferasi Nuklir (NPT) serta di bawah pengawasan penuh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).

Para pejabat Tehran memperingatkan bahwa setiap agresi oleh AS dan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran akan direaksi secara tegas dan dapat mengakibatkan perang yang akan menyebar di luar Timur Tengah. (IRIB/RM/PH/11/5/2011)

P-GCC Puji Rezim Al-Khalifa dan Kecam Iran

Para pemimpin negara anggota Dewan Kerjasama Teluk Persia (P-GCC) dalam statemen bersama usai sidang ke 13 di Riyadh memuji langkah rezim al-Khalifa Bahrain dalam menumpas aksi protes damai rakyatnya.

Seperti dilaporkan Fars News, para pemimpin anggota P-GCC kemarin (Selasa 10/5) dalam statemen bersama yang dibacakan Sekjen organisasi ini, Abdul Latif al-Zayani memuji tindakan rezim al-Khalifa Bahrain menumpas aksi demo rakyat dan menyebutnya sebagai indikasi dari kearifan pemimpin Manama.

P-GCC juga menyebut pengiriman militer Arab Saudi dan Emirat ke Bahrain dalam pasukan Perisai Aljazeera untuk membantai dan menumpas gerakan rakyat sesuia dengan kesepakatan keamanan dan pertahanan organisasi ini.

Dalam sidangnya P-GCC kembali terlihat memperjuangkan kepentingan Amerika Serikat dan memusuhi Iran. P-GCC dalam sidangnya mengkritik Tehran karena mendukung gerakan rakyat Bahrain. Anggota P-GCC menyebut dukungan Tehran terhadap rakyat revolusioner Bahrain sebagai bentuk nyata intervensi Tehran terhadap Manama.

Di sisi lain, tindakan Arab Saudi mengirim tentaranya ke Bahrain untuk membantai rakyat negara ini disebut sebagai tindakan benar oleh mereka. P-GCC dengan dipimpin Arab Saudi mengklaim bahwa sikap Iran menyalahi prinsip negara bertetangga, tradisi dan konvensi internasional serta piagam PBB dan OKI. (IRIB/Fars/MF/11/5/2011)

Amerika, Pendudukan Afghanistan dan Kematian Osama

Osama Bin Laden

Jenderal David Petraeus, Komandan Pasukan Koalisi di Afghanistan Senin lalu (09/5/2011) kepada AP menyinggung kecenderungan Amerika untuk tetap berada di Afghanistan, bahkan pasca kematian Osama bin Laden. Jend. Petraeus mengklaim bahwa Afghanistan sampai saat ini masih menjadi tempat persembunyian kelompok-kelompok teroris internasional dan Al Qaeda satu dari mereka. Sehari sebelumnya (Ahad, 08/5/2011), Sekjen NATO, Anders Fogh Rasmussen kepada televisi Fox News juga menyatakan keinginan Barat untuk melanjutkan perang Afghanistan, sekalipun Osama telah tewas.

Di sisi lain, masalah kesepakatan strategis antara Amerika dan Afghanistan yang drafnya telah diserahkan kepada pemerintah Afghanistan akhir Maret 2011 menjadi alasan lain Gedung Putih untuk tetap di negara ini. Kesepakatan ini akan menjamin pendudukan permanen Amerika di Afghanistan dalam bentuk pendirian sedikitnya lima pangkalan militer permanen AS. Sebuah kesepakatan yang punya banyak kemiripan seperti kesepakatan Amerika dengan Irak yang disebut SOFA. Kedua kesepakatan ini jelas-jelas ditolak oleh rakyat Irak dan Afghanistan.

Sekaitan dengan masalah ini, Mohammad Ismail Khan, Menteri Energi dan Air Afghanistan adalah orang pertama yang menentang rencana ini. Ia mengatakan, "Bangsa Afghanistan tidak mengusir tentara merah (Uni Soviet) agar suatu hari dijajah oleh Barat." Sementara Menteri Dalam Negeri Afghanistan, Bismillah Khan Mohammadi dalam pernyataan terbarunya menolak rencana pembangunan pangkalan militer Amerika dan mengatakan, "Presiden dan pemerintah Afghanistan juga menolak pembangunan pangkalan militer Amerika dan satu-satunya masalah yang dibahas adalah kesepakatan strategis yang berlandaskan kepentingan Afghanistan."

Mencermati kinerja kebijakan luar negeri dan keamanan Amerika untuk kawasan Timur Tengah selama 2009-2011 menunjukkan telah terjadi perubahan luas. Alasan perubahan ini dapat ditemukan pada perubahan kondisi keamanan di kawasan ini. Guna mengimbangi perubahan yang terjadi, Amerika juga berusaha melakukan perubahan dari cara pandang strategisnya terhadap Timteng. Sekilas melihat manuver Gedung Putih di Timur Tengah dapat dengan mudah dipahami betapa Amerika tengah berusaha menerapkan "strategi keluar" dari kondisi yang menghimpitnya. Upaya para pejabat Washington memaksakan penandatangan "kesepakatan strategis" dengan Afghanistan, bahkan penyerahan draf rencana ini kepada pihak Afghanistan merupakan tanda perubahan cara pandang Amerika.

Politik luar negeri Amerika akan menerapkan strategi baru mengingat akan terjadi perubahan tim keamanan Gedung Putih dan tewasnya Osama bin Laden. Di sini tampak militer dan intelijen telah dilebur menjadi satu demi menjawab masalah yang muncul akibat berjumlahnya jaringan intelijen disertai kehadiran yang luas. Di sisi lain, tewasnya Osama pada gilirannya telah menafikan legalitas kehadiran militer Amerika di Afghanistan. Kekurangan ini coba ditutup lewat penandatangan "kesepakatan strategis" dengan pemerintah Afghanistan dan pembangunan sedikitnya lima pangkalan militer permanen. Apa itu sudah cukup untuk Amerika? Satu hal penting lainnya yang ditekankan oleh Gedung Putih adalah meningkatkan aksi intervensif mereka di sana. (IRIB/SL/NA/11/5/2011)

0 comments to "Israel : Setelah Osama bin Laden Kini Giliran Sayid Hasan Nasrullah (Iran Akan Musnahkan Israel Jika Berani Menyerang!!!)"

Leave a comment