Kedudukan dan peran perempuan dalam masyarakat selalu diiringi dengan gelombang pasang dan surut. Sejarah menunjukkan bahwa kaum perempuan akan memperlihatkan kapasitas dan kapabilitasnya yang besar ketika mendapat kesempatan untuk mengaktualkan semua potensi yang ada. Salah satu hal kemajuan yang ada pada kaum hawa adalah keberhasilannya mengukir prestasi gemilang di ranah ilmu, spiritual dan sosial yang diwarnai dengan semakin banyaknya wanita yang mampu meraih tingkat keilmuan dan derajat spiritualitas yang tinggi.
Dalam banyak riwayat disebutkan tentang ilmu dan keharusan menuntut ilmu sebagai sebuah kewajiban bagi laki-laki dan perempuan. Nabi Saw selalu mendorong umatnya untuk belajar dan menuntut ilmu. Diriwayatkan bahwa beliau memerintah sekelompok wanita termasuknya istri beliau yang bernama Hafshah untuk belajar membaca dan menulis.
Sebagai negara dengan pemerintahan yang meneladani ajaran Nabi Saw, Republik Islam Iran memandang kaum perempuan sebagai kelompok masyarakat yang memiliki banyak potensi dan bakat. Pemerintahan Islam ini menghidupkan kembali kedudukan dan kemuliaan kaum perempuan yang sebenarnya. Pandangan seperti ini mendorong kaum wanita untuk terlibat secara aktif dalam berbagai aktivitas sosial kemasyarakatan. Dengan menyadari dan menjaga jatidirinya, perempuan Muslimah dapat menunjukkan kepada dunia hakikat diri dan perannya. Islam memandang perempuan sebagai insan mulia yang mendidik dan mencetak perempuan-perempuan agung, cendekia, dan ibu atau istri yang berjiwa kuat dan pejuang di jalan Allah.
Apa yang dilakukan Republik Islam Iran terkait masalah perempuan selama ini memang layak diapresiasi. Namun demikian, Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei memandangnya sebagai kinerja yang belum sempurna. Untuk itu dalam pertemuan belum lama ini dengan kalangan elit, cendekia dan intelektual perempuan, beliau mengimbau mereka untuk melakukan telaah dan studi yang mendalam dan ilmiah terkait masalah perempuan. Hasil telaah itu dapat diimplementasikan lewat penyusunan program strategis.
Dalam pertemuan yang diadakan menjelang peringatan milad Siti Fatimah Zahra (as), Ayatollah al-Udzma Khamenei memaparkan kondisi menyedihkan yang dialami kaum perempuan di dunia khususnya di Barat dengan menyebutnya sebagai kondisi krisis. Beliau menerangkan adanya dua masalah penting dalam masalah ini.
Pertama, pandangan yang salah dan pemahaman yang buruk terhadap kedudukan kaum perempuan dan posisinya di tengah masyarakat. Kesalahan pandangan ini muncul pertama kali di Barat lalu menyebar ke berbagai masyarakat yang lain termasuk masyarakat Muslim. Kedua, yang merupakan masalah inti yaitu pandangan yang buruk terkait masalah keluarga dan perlakuan buruk di dalam keluarga.
Di dunia Barat, masalah perempuan dan perannya di tengah masyarakat diidentikkan dengan benturan dua kelompok gender, laki-laki dan perempuan, dan gesekan kepentingan diantara mereka. Pandangan yang salah ini telah menjauhkan perempuan di Barat dari keistimewaan jiwa dan kedudukan insaninya. Mengenai masalah ini Ayatollah al-Udzma Khamenei mengatakan, "Secara perlahan mereka membuat aturan yang tidak adil yang menempatkan laki-laki sebagai pihak yang diuntungkan, sementara perempuan dijadikan sebagai pihak yang dimanfaatkan. Karena itu, dalam budaya Barat, jika perempuan ingin menonjol dan meraih kepribadiannya maka ia mesti mempertontonkan daya tarik seksualnya. Bahkan dalam acara-acara resmi, pakaian yang dikenakan perempuan harus bisa memuaskan pihak yang diuntungkan, yakni laki-laki."
Menurut pemimpin yang di Iran disebut Rahbar ini, aturan yang tidak adil dan kejam ini telah merapuhkan fondasi keluarga, memperluas jaringan human trafficking dengan korban perempuan dan anak-anak gadis, meningkatkan jumlah kelahiran anak di luar nikah dan keterjauhan kaum perempuan dari kehangatan kasih sayang dalam keluarga. Masalah-masalah seperti inilah yang telah memaksa para pemikir Barat memeras otak sejak lama untuk mencari solusi dan jalan keluar mengatasinya. Sebab, masalah ini sudah masuk dalam kelompok bahaya yang mengancam sendi-sendi sistem Liberal Demokrasi. Fukuyama, teoretis AS mengatakan, "Bahaya terbesar saat ini adalah ancaman kehancuran sistem sosial yang menjadi landasan demokrasi.... Yang saya maksud adalah kehancuran tatanan keluarga."
Dalam Islam, hubungan laki-laki dan perempuan dalam membangun keluarga bukan melulu didasari oleh hasrat biologis. Islam memiliki pandangan positif terhadap perempuan. Sebab, perempuanlah yang memiliki kapasitas besar untuk mendidik manusia. Karena itu, dia dihormati oleh seluruh anggota keluarga. Dalam keluarga Muslim, perempuan menjalankan tugas dan perannya dengan senang hati dan tanpa beban. Ayatollah al-Udzma Khamenei mengatakan, "Mengenai keluarga dan kedudukan perempuan dalam keluarga, Islam memiliki pandangan yang sangat jelas. Nabi Saw bersabda, المرأة سیدة بیتها yang artinya, perempuan adalah tuan di rumahnya. Dalam sejumlah riwayat, para imam Ahlul bait berkata, المرأة ریحانة ولیست بقهرمانة yang artinya, perempuan bukanlah pelayan tapi bunga di dalam rumah.
Dalam riwayat lain disebutkan, sebaik-baik kalian adalah orang yang berperilaku terbaik dengan istrinya."
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan perlunya hukum dan jaminan pelaksanaan untuk membangun keluarga. Sejak dahulu masalah ini terabaikan dan tidak mendapat perhatian yang semestinya. Beliau menjelaskan, "Lingkungan keluarga harus menjadi lingkungan yang aman, penuh hormat dan ketenangan bagi perempuan supaya ia bisa menjalankan tugasnya yang utama dalam menjaga keluarga dengan sempurna."
Menurut pandangan Islam, sama dengan laki-laki, perempuan punya potensi untuk memilih sendiri dan meniti jalan kebahagiaan atau kesengsaraannya. Ayat 10-12 surat al-Tahrim menyebutkan contoh dua macam perempuan yang berhasil meraih puncak kesempurnaan dengan menyingkirkan seluruh rintangan yang menghambat jalannya, dan perempuan yang memilih sendiri jalan kesengsaraan meski jalan kebahagiaan sudah terbuka di jalannya. Rahbar mengatakan, "Menarik sekali ketika al-Qur'an memilih menggunakan perumpamaan dari kelompok perempuan ketika hendak menjelaskan tentang manusia yang baik dan yang buruk. Al-Qur'an menyebutkan dua perempuan sebagai model keburukan, yaitu istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth. Allah berfirman, ضرب الله مثلا للذين كفروا امرأة نوح وامرأة لوط, yakni Allah membawakan permisalan untuk kaum Kafir perempuan Nuh dan perempuan Luth."
Untuk menunjukkan permisalan orang-orang yang mukmin, Allah membawa contoh istri Firaun dan Maryam putri Imran, ibunda Nabi Isa (as). Ayatollah al-Udzma Khamenei lebih lanjut menjelaskan bahwa keempat perempuan yang namanya disebut dalam surat al-Tahrim itu punya peran dalam keluarga mereka.
Beliau mengatakan, "Kebaikan dan keburukan keempat perempuan ini berhubungan dengan lingkungan keluarga mereka. Dua perempuan yang buruk itu adalah istri dari dua orang Nabi yaitu Nuh dan Luth yang memiliki kedudukan tinggi, tapi mereka berkhianat.
Kemuliaan dua perempuan lainnya dalam surat itu juga terkait dengan kondisi keluarga. Istri Firaun menjadi mulia setelah ia mengasuh salah seorang nabi Ulul ‘Azm, yaitu Musa Kalimullah lalu beriman kepadanya dan membantunya. Fir'aun murka dan membalas dendam terhadapnya. Sementara Maryam adalah wanita yang dikenal menjaga kehormatannya. Ini menunjukkan bahwa beliau hidup di lingkungan yang mengancam kehormatan seorang perempuan namun Maryam berhasil memeranginya."
mainsource:http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=article&id=33524:perempuan-dan-keluarga-dalam-perspektif-rahbar&catid=29:rahbar&Itemid=102
0 comments to "Perempuan adalah Tuan di rumahnya dan Bunga didalam rumah..Bukan Pelayan..Ingat !!!!!!!"