Apabila mereka mengetahui kefasikan secara jelas dan kefanatikan yang sangat dari para fuqahanya, maka barang siapa di antara mereka tetap mentaklidi fuqaha seperti itu, berarti mereka seperti awam-awam Yahudi yang telah Allah Swt kecam karena mentaklidi kefasikan para fuqahanya. |
Mukaddimah
Tema pembahasan kita sehubungan dengan tafsir tematik yang ketiga ini adalah tentang seorang ulama atau seorang alim yang membelot dari jalan haq. Tadinya si alim tersebut berada di jalan yang benar dan lurus sehingga melalui jalan itu ia sampai kepada posisi yang sangat terhormat dan tinggi di sisi Allah Swt. Tetapi sedikit demi sedikit ia terperosok dan tergelincir ke dalam perangkap setan. Di dalam ayat yang akan kita kupas nanti, Allah Swt mengumpamakan orang alim ini seperti anjing penjilat yang sangat terhina. Semoga kiranya kita dan segenap kaum muslimin dapat mengambil pelajaran yang berharga dari tafsir tematik di bawah ini.
Tema ini sengaja saya angkat, mengingat banyaknya ulama –sejak dahulu hingga sekarang- yang menjilat penguasa dan raja hanya untuk memperoleh dan mempertahankan kedudukan, materi dan kenikmatan duniawi yang hanya sekejap saja. Sebagai contoh pada masa kita sekarang ini dan beritanya masih hangat misalnya, Mufti Saudi Arabia yang merupakan ulama mazhab Wahabi atau Salafi yang baru-baru ini teleh mengeluarkan fatwanya yang betul-betul menguntungkan musuh-musuh Islam dan muslimin. Fatwa provokasi seorang alim Wahabi/Salafi itu segera dijawab oleh seorang alim mazhab Ahlulbait As (Syiah Imamiyah) yang bernama Ayatullah Syekh Makarim Syirazi dengan penuh sopan dan bijak. Fatwa yang bersifat mengadu domba dan memecah belah barisan kaum muslimin yang hanya menguntungkan musuh-musuh Islam seperti ini yang dikelurkan oleh Mufti Wahabi, memang bukan yang pertama kali dikeluarkan. Para ulama Ahlulbait As, sejak dulu hingga sekarang, senantiasa mengajak mereka untuk berdialog secara terbuka dan mengajak mereka agar bersatu demi mempertahankan ajaran Islam yang murni dari berbagai serangan musuh-musuh Islam, tetapi ajakan yang disampaikan secara sopan itu tidak pernah mereka jawab[1].
Baiklah, sehubungan dengan tema di atas, yaitu ”Ulama Suu’ atau Ulama yang Menyimpang”, mari kita baca ayat Al-Qur’an al-Karim yang terdapat pada surat Al-A’raf, ayat: 175 – 177).
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم.
”Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim” (al-A`raf: 175, 176 & 177).
Sebab Turun Ayat
Terdapat pembahasan dan perdebatan di antara para mufassir tentang siapa orang alim yang dibicarakan dalam ayat tersebut. Mayoritas mereka meyakini bahwa ia adalah Bal`am bin Ba’ura; salah seorang ulama Bani Israil. Melalui ibadah-ibadahnya ia telah mencapai posisi tinggi hingga mencapai standar predikat nama Allah yang agung dan doanya pun pasti dikabulkan. Ketika Musa as diutus sebagai nabi, ia terjangkiti rasa sombong. Diutusnya nabi Musa membuat Bal`am hasud kepadanya. Rasa hasudnya semakin bertambah dari hari ke hari sehingga memakan kebaikan-kebaikannya sedikit demi sedikit. Rasa hasudnya dari satu sisi dan kecintaannya pada dunia telah membuatnya mencari perlindungan kepada Fir`aun, penguasa pada masa itu, dan mendatangi istananya untuk menjadi pendukungnya. Maka hilanglah seluruh kebanggaan-kebanggaannya karena efek keburukannya. Al-Qur’an mengungkap kembali orang alim ini agar kita dan kaum muslimin dapat mengambil pelajaran darinya.
Sebagian mufassir lain meyakini bahwa yang dimaksud dengannya ialah Umayyah bin ash-Shalat, seorang penyair terkenal pada masa jahiliyah. Pada awalnya ia masuk Islam, namun kemudian ia berbalik dan menyimpang karena hasud kepada posisi kenabian Rasulullah Saw.
Sejumlah mufassir yang lain lagi meyakini bahwa yang dimaksud dengannya ialah Abu Amir an-Nashrânî, seorang pendeta Nasrani yang telah masuk Islam dan bergabung dengan orang-orang munafik. Kemudian ia pergi ke Roma untuk beraliansi dengan penguasanya, lalu kembali ke Madinah untuk memprovokasi orang-orang munafik dan membangun masjid ”Dhirar” yang terkenal itu.
Di antara ketiga pendapat ini, yang pertama adalah yang paling akurat, sementara dua lainnya terlalu jauh dari redaksi ayatnya: ”Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami..., yang menunjukkan hubungan dengan kisah-kisah umat terdahulu[2].
Tafsir Ayat
Allah Swt berfirman: ”Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab)”. Allah Swt meminta kepada Rasulullah Saw agar menceritakan kisah orang alim tersebut kepada para sahabatnya.
Maksud dari ayat-ayat tersebut ialah wejangan dan hukum-hukum Taurat. Sesungguhnya orang alim tersebut mengerti hukum-hukum Taurat dan wejangannya, dan juga mengamalkannya. Sebagian mufassir meyakini bahwa maksud ayat tersebut merujuk kepada nama agung. Untuk itu, Bal`am bin Ba’ura dikabukan doa-doanya, dan ia seseorang yang memiliki posisi terhormat dan agung di masyarakat.
Allah Swt berfirman: ”kemudian dia melepaskan diri (insalakha) dari pada ayat-ayat itu, lalu syaitan menjadikan dia mengikutinya (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat”.
Kata ”salakh” berarti melepas kulit binatang. Karena itu ia dipakai untuk seseorang yang sedang menguliti kulit domba. Namun kata ”lalu dia diikuti” di sini mengandung dua makna;
Pertama, tabi`a dan lahiqa (mengikuti dan membuntuti). Yakni syetan menjadikan orang alim tersebut sebagai pengikutnya.
Kedua, kata kerja tersebut dipakai dalam makna biasanya, sekalipun ia berbentuk kata sulatsi mujarrad (kata kerja yang terdiri dari tiga huruf) sehingga maknanya menjadi bahwa setan mengikuti orang alim tersebut. Dengan kata lain, bahwa ia lebih dahulu tersesat sebelum disesatkan oleh setan. Perumpamaannya seperi seseorang yang melakukan perbuatan yang sangat buruk dengan cara terbaru dan ia selalu melaknat setan atas perbuatannya ini, lalu muncullah setan kepadanya dan berkata; laknat itu atasmu, bukan atasku, karena menyesatkan memang sudah keahlianku. Saya tidak tahu sebelumnya tipe maksiatmu ini, bahkan engkaulah yang mengajariku cara seperti ini.
Atas dasar ini, ayat tersebut berarti bahwa Bal`am bin Ba’ura lepas dari ayat-ayat Allah, maka ayat-ayat tersebut kemudian melepaskannya. Sekalipun ia menguasai seluruhnya, namun ia melepaskannya dan mengikuti setan atau setan mengikutinya. Itulah akibat kesesatan dan keburukan sehingga ia termasuk orang-orang yang sesat dan malang.
Allah Swt berfirman: ”Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu”. Yakni seandainya Kami berkehendak menjadikan ia tetap berada pada jalan yang benar, maka tentu Kami bisa untuk itu, namun Kami tidak melakukannya agar ia berbuat sesuai dengan pilihan dan kehendaknya sendiri, karena dalam Islam yang berlaku adalah ikhtiyar (pilihan) dan bukan jabr. Allah swt berfirman: ”Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir”[3].
Allah Maha Kuasa untuk menjadikan seluruh amal ibadah seperti haji, puasa, dan shalat sebagai bagian dari tabiat-tabiat seseorang sebagaimana ia menjadikan makan dan minum. Namun Ia tidak mau melakukannya, bahkan menciptakan manusia bebas dan punya pilihan sehingga di sana terjadi proses hidayah, penyempurnaan, berkembang, ujian, pahala, siksa dan lain-lain sehingga ajaran-ajaran ini tidak kehilangan maknanya.
Adapun di penghujungnya, ayat tersebut berarti; Kami tinggalkan Bal`am bin Ba’ura pada dirinya sendiri, namun orang alim yang menyimpang ini -yang lebih dahulu dan menjadi penyampai kuat bagi Musa as- mengikuti hawa nafsu dan keinginan yang tak pernah henti karena cinta dunia, hasud kepada Musa as, dan kepincut dengan janji-janji Fira`aun. Itu semua adalah efek dari terusir dari hamparan rabbani. Atas dasar ini, dua hal yang menjadi sebab kejatuhan Bal`am bin Ba’ura, yaitu; Pertama, kecintaan kepada dunia dan kecendrungan kepada Fira`un. Kedua, mengikuti hawa nafsu dan setan.
Allah Swt berfirman; ”maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga)”.
Anjing biasanya terkenal memiliki peran besar dimana manusia mendapatkan manfaat darinya. Karena itu, dalam fiqh Islam memeliharanya diperkenankan. Hanya saja di samping kebaikannya itu, anjing terkadang gila dan selalu lahap. Inilah penyakit anjing-anjing. Penyakit yang menjadikannya selalu menjulurkan lidah dan bersuara memekik, mengeluarkan racun bakteri yang apabila mengenai manusia, ia akan mati, atau ia terkena penyakit anjing gila. Dalam kondisi seperti ini anjing sudah tidak lagi memiliki guna, dan karena itu tidak diperkenankan lagi memeliharanya karena dapat membahayangan jiwa orang lain.
Tanda-tanda penyakit ini pada anjing ialah ia selalu menjulurkan mulut dan menggerak-gerakkan lidahnya. Demikain itu agar berkurang rasa panas yang ia rasakan di dalam badannya. Gerakan lidahnya serupa dengan kipas angin yang berfungsi memasukkan udara ke dalam tubuh sehingga menjadi dingin. Di antara tanda lainnya ialah selalu kehausan. Alhasil, anjing seperti ini sangat berbahaya.
Al-Qur’an dengan perumpamaan yang cukup indah menyerupakan orang alim yang menyimpang ini (ulama suu’) dengan anjing yang tidak lagi memiliki nilai guna dan bahkan sangat berbahaya. Kecintaan kepada dunia, mengikuti hawa nafsu dan perasaan tidak pernah puas telah menggelincirkan orang alim tersebut hingga kehilangan pandangan dan penglihatan batinnya sehingga tidak lagi dapat membedakan antara kawan dan musuhnya.
Allah Swt berfirman: ”Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir”[4].
Yakni ini benar-benar seperti sebuah komunitas masyarakat yang mendustakan ayat-ayat Allah Swt, maka ceritakanlah wahai Nabi kepada orang-orang, khususnya Yahudi dan Nashrani kisah-kisah ini agar mereka dapat mengambil pelajaran darinya, juga agar mereka mengetahui apabila berani mendustakan ayat-ayat Allah, maka nasib akhir mereka akan sama seperti nasib akhir Bal`am bin Ba’ura.
Pesan-pesan Ayat
Bahaya Ulama yang Menyimpang
Bal`am bin Ba’ura telah jatuh dari posisi mulia karena kecintaannya kepada dunia dan keikutsertaannya kepada setan. Kejatuhannya diumpamakan oleh Al-Qur’an dengan anjing liar yang tidak peduli kepada siapapun hingga ia nampak seperti gila. Kecintaan kepada dunia dan keikutsertaan kepada setan telah menjadikan seorang alim yang telah mendapatkan nama terhormat menjadi gila. Kegilaannya nampak dalam bentuk selalu haus dunia dan tidak pernah terpuaskan selamanya. Orang alim seperti ini membawa bahaya besar, dan di antaranya adalah sebagai berikut;
- Orang alim seperti ini benar-benar akan menjadi pembantu kezaliman, sebagaimana penjilat-penjilat para penguasa yang berkhidmat kepada para pelaku kezaliman di antara raja-raja dan penguasa. Yang jelas bahaya orang alim seperti ini tidak lebih sedikit dari bahaya kezaliman itu sendiri.
Para penguasa masa lalu berkeinginan menerapkan aturan khusus, maka ia meminta kepada para ulama negerinya untuk mengharmonikan kehendak Pembuat Syari`at (Allah Swt) dan syari`at versi kepentingannya. Maka seorang alim menjawabnya; sesungguhnya kehendak Sang Pembuat Syari`at adalah luas, dan urusannya bergantung kepada keputusan penguasa. Artinya ia dapat memberi jalan keluar atau justifikasi terhadap setiap keinginan penguasa. Memang benar ulama seperti ini memungkinkan untuk menjustifikasi kezaliman para penguasa.
Mereka adalah orang-orang yang menancapkan tonggak kezaliman. Mereka akan menepis setiap orang yang berusaha tidak setuju dengan kezaliman. Ulama-ulama seperti mereka leluasa pada masa pemerintahan Bani Umayyah memalsukan hadis-hadis Rasulullah Saw dan para imam As. Mereka pun menjilat beberapa penguasa zalim dari keturunan al-Ababs dan Bani Umayyah.
- Ulama-ulama seperti ini benar-benar dapat menghancurkan pondasi-pondasi akidah manusia. Sesungguhnya orang-orang awam apabila menyaksikan seorang alim yang tidak mengamalkan ilmunya, maka keyakinan keagamaannya akan goncang. Bahkan mereka dapat saja menjadi ragu terhadap surga dan neraka, hari kiamat dan hisab. Mereka akan berkata kepada dirinya masing-masing; andaikan memang benar di sana ada hari kiamat, maka orang-orang alim itu tentu beramal untuk bekal hari itu. Atas dasar itu, apabila para penguasa menzalimi orang-orang atas dunia mereka, maka para ulama yang menyimpang itu menzalimi orang-orang atas akhiratnya.
- Seorang alim yang menyimpang akan menjerumuskan orang-orang melakukan dosa. Negara-negara yang bersebrangan dengan Islam telah mendirikan pada abad-abad terakhir -untuk merongrong Islam- sekelompok penyesat. Untuk memperkuat kelompok boneka ini, mereka mendidik seorang alim gadungan yang dapat mengarang buku atau mengeluarkan fatwa yang berisikan propokasi perpecahan[5]. Ia pun menggunakan sejumlah ayat-ayat Al-Qur’an untuk tujuan perpecahan ini. Buku dan fatwa tersebut adalah buku dan fatwa menyesatkan karena dipersiapkan untuk memperbanyak perpecahan sebagai pengabdian kepada negara-negara pendirinya.
Dari sini, para pengajar ajaran-ajaran agama hendaknya memberitahu bahwa sebab penyimpangan ini adalah karena tidakadanya keikhlasan. Sejumlah pelajar tidak belajar hanya untuk Allah, melainkan untuk tujuan-tujuan duniawi, seperti hawa nafsu dan kecintaan pada dunia. Dengan tujuan-tujuan inilah akhiratnya dihancurkan dan dirubah menjadi neraka Jahim.
Sekalipun seseorang telah mencapai sebuah posisi tinggi, maka hendaknya dia jangan terlebih dahulu merasa aman dari bisikan setan. Perasaan cukup aman ini adalah awal dari keterjerumusan dan penyimpangan. Ia hendaknya selalu berada antara harap dan takut. Takut dari hawa nafsu, merasakan tidak puas dan bisikan-bisikan setan, di samping berharap terhadap rahmat dan kelembutan Allah Swt. Dia Yang Paling Kasih di antara para pengasih.
Ulama di Mata Imam Hasan al-Askari
Sang faqih besar, Syeh Anshari dalam bukunya Farâidul Ushûl, mengutip sebuah hadis indah sebagai tafsir agung dari Imam al-`Askari as atas ayat, “Di antara mereka adalah orang-orang buta aksara yang tidak mengerti al-Kitab…”.
Seseorang bertanya kepada as-Shadiq as: “Apabila mereka itu dari Yahudi dan Nashrani yang tidak mengenal al-Kitab kecuali dari apa yang mereka dengar saja, dan para pemuka agama mereka tidak memiliki jalan selainnya. Lalu bagaimana ketaklidan mereka kepada para ulamanya dikecam. Apakah orang-orang awam Yahudi sama seperti orang-orang awam kita yang mentaklidi ulama-ulama mereka? Apabila taklid kepada para ulamanya tidak diperkenankan kepada orang-orang awam mereka, maka demikian juga tidak diperkenankan kepada awam-awam kita.”
Beliau as berkata: “Di antara orang-orang alim dan ulama kami dan di antara orang-orang awam Yahudi dan Nashrani dengan ulamanya terdapat perbedaan dari satu sisi dan kesamaan di sisi lain. Sisi kesamaannya ialah bahwa Allah Swt mencela orang-orang awam kita bertaklid kepada ulama-ulama mereka, sebagaimana juga Ia mencela awam-awam Yahudi dan Nashrani mentaklidi ulama-ulama mereka. Adapun dari sisi perpecahan mereka tidaklah sama.”
Ia bertanya: ”Jelaskan kepadaku, wahai putra Rasulullah!”
Demikian pula awam-awam umat kami. Apabila mereka mengetahui kefasikan secara jelas dan kefanatikan yang sangat dari para fuqahanya, maka barang siapa di antara mereka tetap mentaklidi fuqaha seperti itu, berarti mereka seperti awam-awam Yahudi yang telah Allah Swt kecam karena mentaklidi kefasikan para fuqahanya. Maka barang siapa mendapatkan di antara para fuqaha orang yang paling menjaga dirinya, menjaga agamanya, menentang hawa nafsunya, dan taat terhadap perintah Tuhannya, maka hendaklah bagi orang-orang awam mentaklidinya. Demikian itu berarti hanya kepada sebagian fuqaha Syi`ah saja, bukan semuanya.
Adapun mereka yang melakukan perbuatan buruk dan terbiasa bohong kepada kita, maka mereka sesat atau menyesatkan, dan mereka jauh lebih berbahaya kepada kelompok awam syi`ah kami dari tentara Yazid yang telah memerangi al-Husein bin Ali as[6].
Pertanyaan: Kenapa para ulama yang menyimpang jauh lebih buruk dari tentara-tentara Yazid?
Jawab: Tentara Yazid menyatakan secara terang-terangan permusuhannya, sementara para ulama busuk (suu') seperti serigala berbulu domba yang menghancurkan agama atas nama agama. Dan jelas bahaya mereka jauh lebih besar dari bahaya orang yang jelas-jelas menyatakan permusuhannya.
Adapun yang dibanggakan oleh orang-orang Syi`ah ialah mereka pada masa silam telah menjadi pengikut para ulama dan marja’ yang padanya terkumpul sayarat-syarat kemuliaan seperti dicirikan para Imam As. Mereka pun selalu ada di bawah bimbingan dan kelembutan kasih mereka.
Tentu tidak diragukan lagi bahwa bertaklid kepada seorang ulama zuhud dan bijak tidak hanya tidak tercela, bahkan itu wajib sebagaimana diperkuat oleh ayat-ayat Al-Qur’an dan riwayat Ahlulbait As[7].[]
[1] . Doakan saya, semoga dalam waktu yang tidak lama, dapat menerjemahkan surat ajakan dialog tersebut yang ditulis oleh guru kami; Ayatullah Syekh Ja’far Subhani hf, insya Allah. Saya pikir, demi mencari dan membuktikan kebenaran, kiranya kaum muslimin dan khususnya para mahasiswa muslim, wajib mengkaji sejarah ajaran Wahabi yang kini telah terbongkar kedoknya, yaitu hubungan eratnya dengan Zionis Israel dan Amerika. Dan agar para pemuda muslim tidak tertipu dengan tampilan lahiriah mereka. Wallahu a’lam.
[2] Tidak diragukan lagi bahwa ayat tersebut dimaksudkan untuk siapa saja yang memiliki kriteria-kriteria yang disebutkan di dalamnya. Untuk lebih jelasnya silahkan merujuk ke kitab tafsir Al-Amtsal, jil. 5, pembahasan akhir ayat 175.
[3] QS. Al-Insan: 3.
[4] Bentuk teks ayat tersebut menunjukkan pada kisah-kisah masa silam, bukan masa Nabi Saw. Karena itu ayat tersebut ditujukkan untuk kisah Bal`am bin Ba’ura dan bukan untul selainnya.
[5] .Kini nampak semakin jelas bagi umat Islam, bahwa musuh-musuh Islam, seperti Zionis dan Amerika, tidak akan mampu menghancurkan Islam dan melepaskan akidah Islam dari kaum muslimin.Karena itu mereka mendidik dan membayar ulama suu’ untuk membuat perpecahan dan menyebarkan akidah rusak di kalangan kaum muslimin. Kerjasama dalam kezaliman ini nampak disambut baik oleh para ulama Wahabi atau Salafi. Dan kebanyakan para pemuda, ikhwan dan akhwat yang mengikuti gerakan Wahabi ini, lantaran mereka tidak memahami ajaran Wahabi yang sebenarnya dan karena informasi yang sampai kepada mereka seringkali diputarbalikkan. Sementara itu, mereka diharamkan untuk menelaah buku-buku yang melemahkan akidah Wahabi. Sekiranya para ikhwan dan akhwat itu mengetahui kejahatan Wahabi sesungguhnya, pasti mereka akan meninggalkannya. Dan sekiranya ajaran Wahabi atau Salafi itu haq dan mempunyai argumen yang kuat, pasti mereka terbuka untuk berdiskusi dan berdialog dengan ajaran-ajaran lain, bukan malah lari dan menghindar dari dialog terbuka. Ustadz Allamah Sayyid Kamal Haidari hf, setiap malam Jum’at di TV al-Kautsar, membedah habis kedangkalan akidah Wahabi dan selalu mengajak ulama mereka untuk berdialog secara terbuka di hadapan masyarakat muslim dunia. Tetapi hingga kini tidak seorang ulama pun dari mereka yang berani mauju ke depan. Jika Anda mempunyai Parabola, Anda pun bisa mengiktuinya. Salah satu tanda bahwa ajaran itu haq, ketika ajaran itu sangat terbuka dan para ulamanya senantiasa siap berdialog dan adu argumen.
[6] Farâidul Ushûl, jil. 58 dalam edisi satu jilid.
[7] .Fiqih Ahlulbait As membahas secara luas masalah taklid dan mewajibkan pengikutnya agar bertaklid kepada para mujtahid atau marja’ yang telah memenuhi syarat. Hal ini berbeda dengan pandangan Ahlusunnah. Masalah taklid dalam ajaran Ahlulbait As, bisa Anda rujuk pada situs ABNA tercinta ini.
mainsource:http://abna.ir/data.asp?lang=12&id=241363
Berita Hari ke 86 Pergerakan Rakyat Bahrain
Pergerakan dari laut untuk membantu masyarakat Bahrain. Pernyataan kekhawatiran pemerintahan Swiss atas penghukuman mati para penentang pemerintahan Bahrain. Rakyat Bahrain memiliki hak untuk menuntut hak mereka sebagai warga sipil. Berkumpulnya mahasiswa dan para dosen Azad Islami Qom untuk Bahrain. Sebuah surat wanita Bahrain atas penganiayaan yang menimpanya. |
Menurut Kantor Berita ABNA, berbagai gerakan dukungan dan pengungkapan ikut dalam kesedihan di Iran dan juga berbagai Negara yang lain terkait apa yang terjadi di Bahrain sebagai teriakan pembelaan atas kedhaliman yang menimpa masyarakat Negara ini.
Yang kami uraikan disini adalah kejadian yang terjadi pada hari ke-86 pergerakan Masyarakat Bahrain.
Gerakan melalui jalur laut untuk bergabung dengan masyarakat Bahrain.
Pimpinan utama pembantu revolusi Islam Bahrain mengumumkan bahwa karapan pertama dari Teheran akan berangkat menuju Bahrain pada hari sabtu 14 Mei mendatang.
Mahdi Aqrariyan menambahkan, “Sebelum berangkat kami akan mengadakan pertemuan dengan para pejabat Negara Iran dan juga pasukan keamanan serta para wakil dari Majelis Permusyawaratan Iran.”
"Dari Teheran kami akan bertemu dengan Ayatullah Nuri Hamadani di kota Qom dan juga melakukan ziarah bersama di pusara Imam Khomaini ra. Setelah itu kami jadwalkan pada hari minggu sudah berada di kota Busyahr.”
“Untuk sementara ini sudah ada satu kapal yang sudah siap untuk mengangkut surat-surat dari warga Iran yang ditujukan untuk warga Bahrain.” Kembali Aqrariyan menambahkan.
"Dari Teheran kami berangkat dengan tiga bis dan satu bis lagi khusus untuk kru media massa, dalam perjalanan kami tidak menolak jika ada pihak-pihak lain yang ingin bergabung dengan rombongan kami." Ungkapnya.
Masyarakat Bahrain memiliki hak untuk menuntut hak mereka sebagai warga sipil.
Sekaitan dengan penghukuman mati empat orang warga Bahrain pad tanggal 28 April perdana menteri Swiss menyampaikan rasa keberatannya.
Dengan menjelaskan bahwa empat orang ini mendapat hukuman tersebut hanya dikarenakan ikut dalam aksi demo damai maka sudah diminta pada petinggi Bahrain untuk memberikan keringanan atas hukuman yang sudah ditetapkan. Dalam pemaparan ini juga dijelaskan bahwa sampai sekarang Swiss sudah memberikan pendapatnya sekaitan dengan kondisi yang dihadapi oleh Negara Bahrain. Swiss memberikan penekanan agar selanjutnya pemerintahan Bahrain mengambil langkah dialog sebagai bentuk upaya penyelesaian.
Masyarakat Bahrain memiliki hak untuk menuntut hak mereka sebagai warga sipil.
Kelompok Basiji kelompok hak asasi kemanusiaan wilayah Qom menyampaikan pernyataan penekanan sekaitan hak-hak yang dimiliki warga sipil Bahrain.
Dalam pernyataan ini disampaikan permintaan pada organisasi Internasional dan persatuan antar bangsa-bangsa untuk mendengar hakikat kebenaran, dan juga meminta mereka untuk membuat pernyataan atas pembunuhan yang dilakukan oleh pemerintahan Bahrain selama ini. Meminta agar kekejaman itu dihentikan begitu juga pelarangan serta penghentian pengiriman pasukan asing ke Bahrain sebagai bentuk turut campur dari Negara Asing. Terakhir mereka meminta pemerintah Bahrain agar mengabulkan tuntutan masyarakat Bahrain.
Berkumpulnya para pelajar dan dosen universitas Islami Qom.
Para tenaga pengajar, pegawai berikut para mahasiswa Universitas Islam Qom berkumpul bersama menentang pembantaian yang yang dilakukan oleh Ali Khalifah di Bahrain.
Mereka menjadikan kesempatan itu untuk mengingat para pejuang dan syuhada pada gerakan kebangkitan Islam.
Yel-yel yang mereka dengungkan sebagai bentuk penentangan kebijakan Ali Su’ud dan Ali Khalifah diantaranya, “Wahabi Saudi salah satu pendukung Zionis”, “Ali Khalifah adalah penghianat Umat Islam.”
Surat kesedihan seorang wanita Bahrain atas siksaan berupa pukulan dan juga berbagai siksaan yang tidak layak untuk diungkapkan.
Ini adalah isi surat yang dikirimkan salah satu wanita (perawat) korban di Bahrain atas siksaan yang telah dia terima dari pasukan keamanan Ali Khalifah, bentuk perlakuan mereka pada para penentang pemerintah. Sebuah kisah yang menceritakan bagaimana kekejaman yang terjadi di sebuah Negara kecil Arab ditengah-tengah Negara Eropa.
Perawat ini mengirimkan surat elektrik (e-mail) kesalah satu media masa bernama Independent menulis, ”Suatu hari saya dan beberapa teman saya dicekal ketika kami sedang berada di Rumah sakit. Mereka mengungkapkan kata-kata yang sebelumnya belum pernah saya dengar.”
Pertama mereka menendang muka saya. Kemudian memukuli saya. Kemudian mereka mengambil uang yang saya punya dan berkata, “ Uang ini kamu dapatkan dari jalan yang tidak benar, dijalan-jalan apa yang kamu inginkan, Shiah yang bus…k, pemerintah sudah memberikan fasilitas untuk kalian untuk belajar, bahkan juga memberikan beasiswa sudah begitu mengapa kamu turun ke jalan dan mengungkapkan aspirasi-aspirasi penentangan pada pemerintah?”
Selanjutnya wanita ini menuliskan. Siksaaan yang sebenarnya dimulai ketika mereka menutup mata saya dan teman-teman sepekerjaan dengan saya, mereka kemudian membawa saya dengan keadaan mata tertutup ke suatu kamar dan mempertanyai saya, saya disuruh berlari dan berulang kali saya menabrak tembok, karena itu saya mengalami beberapa patah tulang dan juga luka di pelipis saya.
Pengakuan wanita-wanita Bahrain atas siksaan yang mereka terima dari pemerintahan Ali Khalifahh.
Para wanita Bahrain yang datang pada pertemuan dengan ketua pergerakan revolusi Bahrain mengungkapkan atas berbagai siksaan yang mereka terima dari pemerintahan Bahrain dan sebagaimana dilaporkan setasiun televisi Al-Manar ada setidaknya 40 wanita yang masih mendekam dipenjara-penjara Ali Khalifah.
Para wanita yang kebetulan sudah dikeluarkan dari penjara Ali Khalifah menceritakan bahwa mereka mendapatkan cambukan dari berbagai benda dan juga dengan berbagai cara. Para perawat dan penjaga wanita yang dulunya bekerja di Rumah Sakit di Manamah dan juga Setarah dan juga beberapa dari para pengajar serta mahasiswa juga termasuk dari wanita-wanita yang pernah dicekal dan disiksa oleh Rezim Ali Khalifah. Dalam siarannya Hamzah Haj Hasan mengatakan bahwa sejak pertama para wanita telah memberikan peranan yang begitu besar dalam proses pergerakan masyarakat Bahrain. Mereka berbondong-bondong ke Lu’luah dan sampai sekarang mereka terus berjuang dan ikut hadir dalam aksi-aksi yang diadakan.”
Selain mendapatkan siksaan fisik mereka juga disiksa secara psikologis, mereka dihina keyakinannya dan juga sebagian mereka akhirnya mememiliki masa depan yang tidak jelas. Dalam analisa yang dilakukan media masa Independent menyatakan bahwa dalam pelanggaran hak-hak kemanusiaan sebelumnya tidak pernah ditemui yang seperti ini, dari analisa atas lebih dari 20 negara.
Polisi Bahrain juga memanfaatkan anjing-anjing mereka untuk menakut-nakuti para perawat tadi.
Pernyatan keikutcampuran Iran dalam urusan pemerintahan Negara lain.
Anggota permusyawaratan Teluk Persia dalam pertemuan tahunan yang dilakukan pada hari selasa di Riyadh Arab Saudi mengungkapkan masalah Negara Iran dengan begitu jelas.
Pertemuan ke-13 itu dilaksanakan di Riyadh sebagaimana kesepakatan tahun sebelumnya.
Salah satu media masa Arab Saudi (واش) dalam beritanya menyatakan bahwa terkait turut campur Iran dalam urusan dalam Negeri Negara lain anggota permusyawaratan kerjasama akan dibahas dalam pertemuan ini.
Selain membahas sekaitan masalah pergolakan di Negara Bahrain dalam pertemuan ini juga dibahas masalah Yaman.
Petisi ke-2 yang diajukan ke Dewan Keamanan PBB atas prilaku dan tindak kejahatan Ali Khalifah.
Pimpinan ruang peduli Bahrain pada pameran kitab internasional di Teheran Menyatakan, “ Petisi kedua akan dikirimkan dari pihak organisasi NGO setelah pameran Buku Internasional ini berakhir, petisi yang ditujukan ke Dewan PBB.
Murtadha Akhundi menjelaskan, “Dari para pengungjung pameran buku Internasional ini kami akan membuat petisi sekaitan kekejaman Ali Khalifah dan Ali Su’ud. Ini adalah petisi kedua yang dilayangkan ke Dewan PBB.(*)
mainsource:http://abna.ir/data.asp?lang=12&id=241361
Gambar Mushaf Al-Qur'an yang Dibakar Tentara Saudi
Berikut adalah lembaran Al-Qur'an yang sempat diselamatkan dari kobaran api yang menjilati ratusan mushaf Al-Qur'an yang sebelumnya tersimpan rapi di rak masjid Imam Jawad as di kota Hamad Bahrain. Tentara Saudi yang didatangkan untuk menghentikan gejolak massa di Bahrain, bukan hanya merubuhkan masjid-masjid namun juga sampai membakar ratusan mushaf Al-Qur'an. Kejadian ini tentu sangat mengiris hati, jika jutaan kaum muslimin tahun sebelumnya protes dan mengecam aksi pembakaran Al-Qur'an oleh oknum gerejawan di AS, mengapa kali ini diam saja? |
0 comments to "Ulama yang Menyimpang Lebih Buruk dari Tentara Yazid"