GNB dibentuk tahun 1961 menyusul Konferensi Asia-Afrika yang diselenggarakan di Bandung tahun 1955. Konferensi di Bandung berhasil menetapkan sepuluh pasal tentang asas penghormatan kepada hak asasi manusia, kedaulatan setiap negara, hak rakyat untuk membela diri dan perjanjian internasional. Gerakan Non Blok pun akhirnya dibentuk dan dengan cepat mendapat dukungan bangsa-bangsa di dunia. Keanggotaannya yang meliputi banyak negara di berbagai benua membuat GNB menjadi organisasi terbesar di dunia setelah PBB. Saat ini 118 negara tercatat sebagai anggota GNB sementara 15 negara lainnya dan 8 lembaga internasional menjadi anggota pengawas di organisasi ini.
GNB dibentuk dengan tujuan untuk membantu menyelesaikan berbagai masalah dunia termasuk perlucutan senjata, HAM, terorisme, masalah ekonomi dan berbagai hal yang dihadapi setiap kawasan. Terlepas dari target-target makro, organisasi ini sedang melewati masa-masanya yang paling sensitif dengan adanya kebangkitan rakyat di Timur Tengah dan utara Afrika. Setelah tumbangnya rezim penguasa di Tunisia dan Mesir, gelombang gerakan rakyat tengah menggoncang sendi-sendi kekuasaan rezim di Libya, Bahrain dan Yaman. Perkembangan ini membawa pesan yang mendalam bahwa rakyat punya tuntutan yang mesti didengar dan dipenuhi oleh penguasa. Sebab, ketidakpedulian terhadap tuntutan itu akan berdampak buruk bagi pemerintahan di setiap negara.
Dengan adanya perkembangan ini, dokumen akhir dari konferensi tingkat menteri GNB menyebutkan strategi bersama untuk menghadapi tantangan yang ada di abad 21 serta penguatan kerjasama internasional. Menurut para pengamat, proses perkembangan global telah membuka kesempatan bagi GNB untuk meningkatkan solidaritas menuju tegaknya perdamaian, stabilitas, pembangunan dan demokrasi yang didasarkan pada kehendak bangsa-bangsa di setiap kawasan. Dalam hal ini muncul satu pertanyaan, yaitu apakah solusi yang dipilih oleh GNB untuk mewujudkan tujuan itu?
Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi mengenai tantangan yang dihadapi GNB mengatakan, GNB telah melakukan segalanya untuk mencegah terjadinya konfrontasi di era perang dingin. Dengan berakhirnya perang dingin, semua berharap keadaan akan menjadi lebih baik. Namun sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir kebijakan intervensif yang dijalankan negara-negara adidaya dunia yang disertai kepentingan untuk mempertahankan kekuasaan rezim-rezim diktator yang terkadang dilakukan dengan mengklaim penegakan demokrasi dan HAM atau upaya menjaga stabilitas, telah menyulut peperangan yang kejam dan pendudukan sejumlah negara. Contoh dari sepak terjang itu adalah pendudukan Afghanistan dan Irak oleh Amerika Serikat yang telah mengakibatkan terjadi tragedi kemanusiaan dalam skala besar. Negara-negara itu terjebak dalam ancaman ketidakamanan, terorisme, dan ketertinggalan ekonomi.
Meluasnya kepemilikan senjata-senjata pemusnah massal saat ini menjadi ancaman paling menakutkan bagi dunia. Tak heran bila GNB juga menyatakan kecemasannya secara resmi dalam sidang tingkat menteri ke-16 di Bali. Menlu Iran dalam penjelasannya menyinggung hasil keputusan konferensi terakhir peninjauan ulang traktat non proliferasi nuklir seraya mengatakan, bersama sejumlah negara lainnya anggota GNB, Republik Islam Iran mengusulkan pengesahan satu ketentuan hukum yang mengatur tenggang waktu yang pasti dan jelas untuk pelaksanaan pasal enam NPT secara penuh bahwa seluruh senjata nuklir harus dimusnahkan paling lambat tahun 2025. Keengganan Rezim Zionis Israel untuk bergabung dengan NPT, usulan para pemimpin GNB tahun 1974 untuk menciptakan kawasan bebas senjata nuklir di Timur Tengah gagal dilaksanakan.
Para pengamat politik meyakini bahwa negara-negara GNB bisa mewujudkan target dan misinya dengan kerjasama seluruh anggota. Dalam hal ini ditekankan soal partisipasi seluruh anggota GNB secara aktif dalam pengambilan keputusan global untuk mewujudkan dunia yang lebih aman dengan pelaksanaan NPT secara penuh demi mewujudkan dunia stabilitas dan keamanan internasional. Hal ini menjadi masalah yang diprioritaskan oleh GNB. Karena itu, sidang di Bali menghasilkan dokumen bersama tentang partisipasi aktif untuk mewujudkan dunia dengan sistem multipolar lewat kerjasama bilateral dan multilateral di dalam tubuh PBB dan forum-forum internasional. Diupayakan pula penataan kembali PBB dengan format yang lebih baik dan adil.
Hari ini ada keyakinan bersama bahwa GNB bisa memainkan peran yang menonjol untuk memenuhi kekurangan dari kinerja organisasi atau lembaga-lembaga internasional. Para pengamat menilai, akumulasi seluruh potensi politik, ekonomi dan budaya yang ada pada negara-negara anggota akan membuat GNB menjadi sebuah organisasi yang kuat dan besar. Dengan kekuatan ini, GNB bisa memainkan peran besar dan berpengaruh dalam percaturan dunia sekaligus membantu mencegah terjadinya konflik dan sengketa di dunia.
Tahun depan, Iran akan menerima kepemimpinan periodik GNB selama tiga tahun setelah menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi. Periode kepemimpinan Iran atas GNB akan dimulai tahun 2012 sampai 2015. Iran menyatakan bahwa dalam kepemimpinannya, negara ini akan berupaya mendekatkan pandangan negara-negara anggota di forum PBB. Salah satu upaya untuk mempererat kerjasama di dalam GNB adalah pembentukan troika yang dianggotai oleh ketua periodik saat ini periode sebelum dan sesudahnya. Pada tahun 2005, sidang tingkat menteri troika GNB yang dianggotai oleh Afrika Selatan, Malaysia dan Kuba di Afrika Selatan. Sidang itu menghasilkan keputusan dukungan kepada program nuklir damai negara-negara anggota yang menandatangani perjanjian NPT termasuk Iran. Dukungan ini sekaligus sebagai penjamin sikap GNB yang membela hak anggotanya untuk mengembangkan teknologi nuklir untuk keperluan damai.
GNB menegaskan sikapnya yang menentang pengembangan senjata nuklir, yang merupakan senjata destruksi massa yang paling mematikan. Dalam sikapnya, gerakan ini menyatakan menolak kebijakan sejumlah negara tertentu yang terus melakukan peremajaan senjata nuklir dengan alasan untuk menjaga keseimbangan kekuatan di dunia. Apalagi, sebagian pemilik senjata ini mengancam akan menggunakannya melawan negara lain.
Yang jelas, meski dibentuk tahun 1961 sebagai kelompok ketiga di era perang dingin di antara dua kutub kekuatan Barat dan Timur, yang semestinya telah kehilangan posisi setelah keruntuhan blok Timur, namun sebagian besar kalangan memandang GNB harus tetap eksis. Organisasi dengan 118 anggota ini bisa memainkan peran besar untuk menjaga kedamaian dan stabilitas dunia.(irib/31/5/2011)
Rakyat Bahrain adalah Rakyat yang Paling Terzalimi di Dunia
Mengenai perjuangan rakyat Bahrain, Hujjatul Islam wa Muslimin Akhtari kemudian menyatakan, "Meskipun secara zahir kita melihat keterindasan rakyat Bahrain sama halnya dengan ketertindasan rakyat Palestina, namun pada hakekatnya, rakyat Bahrain lebih tertindas lagi. Rakyat Bahrain dalam perjuangannya sama sekali tidak menggunakan kekerasan ataupun perlawanan bersenjata. Mereka tidak melakukan lontaran batu, tidak memecahkan kaca-kaca, apalagi sampai merusak kantor kepolisian atau fasilitas umum namun mereka mendapat perlakuan dan penyikapan yang sangat keras. " |
Menurut Kantor Berita ABNA, pada hari keseratus perjuangan rakyat Bahrain yang bertepatan dengan 24 Mei 2011 atas kerjasa sama Kantor Berita ABNA (Divisi Berita Majma Jahani Ahlul Bait), Daftar Tabligat Islami dan Perkumpulan Pengamat Politik mengadakan seminar dengan tema "100 Hari Perjuangan Rakyat Tertindas" di kota suci Qom, Iran.
Dalam seminar tersebut, Hujjatul Islam wa Muslimin Akhtari dalam ceramahnya mengungkap pandangannya mengenai masa depan perjuangan rakyat Bahrain dan menyatakan dukungannya terhadap perjuangan mereka.
Pimpinan Majma Jahani Ahlul Bait tersebut dalam pembukaan ceramahnya menyampaikan selamat atas kelahiran Sayyidah Fatimah as yang saat itu bertepatan dengan hari-hari peringatan kelahiran putri Nabi Muhammad saww, Sayyidah Fatimah as. Dan juga menyatakan ucapan terimakasihnya kepada pihak penyelenggara seminar dan menyebut penyelenggaraan seminar semacam itu adalah sesuatu yang penting dan sifatnya mendesak. Beliau berkata, "Salah satu kewajiban kita yang paling penting khususnya bagi civitas akademika Hauzah Ilmiyah Qom adalah memiliki perhatian dan kesadaran akan peristiwa-peristiwa terkini yang sedang terjadi di dunia Islam, yang dengan demikian ia tahu apa yang harus dilakukan, penyikapan apa yang harus diambil dan tidak lalai dari kewajibannya sebagai muslim."
Hujjatul Islam wa Muslimin Akhtari, dengan merujuk dari salah satu hadits Nabi Muhammad saww yang menyatakan barang siapa yang melihat kesulitan saudaranya, mendengar jeritan penderitaannya namun tidak memberikan bantuan apapun, maka ia tidak tergolong sebagai muslim, mengatakan, "Pemahaman yang benar terhadap berbagai peristiwa yang tengah terjadi adalah faktor utama seorang muslim agar sadar dan tetap waspada untuk kemudian mengambil penyikapan yang benar, sehingga kewajibannya bisa tertunai dengan baik. Dan diantara pemahaman yang benar mengenai berbagai peristiwa penting yang tengah melanda dunia Islam saat ini adalah sebagaimana yang disampaikan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Ali Khamanei dalam khutbah-khutbah Jum'atnya."
Lebih lanjut beliau berkata, "Banyak pengamat yang mengatakan khususnya pengamat-pengamat politik AS bahwa gejolak perubahan yang tengah melanda kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara dipicu oleh kepentingan sosial dan ekonomi. Mereka berusaha memalingkan kenyataan yang sebenarnya. Pada hakekatnya, pendorong utama terjadinya gerakan massa yang menuntut perubahan adalah dorongan agama dan semangat berislam."
Hujjatul Islam wa Muslimin Akhtari lebih jauh menyatakan bahwa inspirasi dibalik revolusi-revolusi yang tengah terjadi di kawasan terinspirasi oleh revolusi Islam rakyat Iran dan merujuk kepada pemikiran-pemikiran politik Imam Khomeini ra. Beliau berkata, "Kebangkitan umat Islam di Negara-negara kawasan yang terinspirasi oleh kebangkitan rakyat Iran yang mencetuskan revolusi Islam adalah sesuatu yang tidak bisa terpungkiri lagi. Karenanya Ali Saudi dan Ali Khalifah dengan segala kekayaan dan kekuasaan yang mereka miliki, baik pernyataan secara resmi, diam-diam dan dalam pertemuan-pertemuan politik mereka, berusaha untuk menggembosi pengaruh Iran bagi Negara-negara lain di kawasan."
Mengenai perjuangan rakyat Bahrain, Hujjatul Islam wa Muslimin Akhtari kemudian menyatakan, "Meskipun secara zahir kita melihat keterindasan rakyat Bahrain sama halnya dengan ketertindasan rakyat Palestina, namun pada hakekatnya, rakyat Bahrain lebih tertindas lagi. Rakyat Bahrain dalam perjuangannya sama sekali tidak menggunakan kekerasan ataupun perlawanan bersenjata. Mereka tidak melakukan lontaran batu, tidak memecahkan kaca-kaca, apalagi sampai merusak kantor kepolisian atau fasilitas umum namun mereka mendapat perlakuan dan penyikapan yang sangat keras. Sampai pihak Arab Saudi sendiri memberi pengakuan, bahwa pada dasarnya tidak ada kekacauan yang terjadi, apalagi yang dipicu oleh masyarakat, hanya saja mereka harus mengambil berbagai tindakan untuk membubarkan massa."
"Lebih menyedihkan lagi, menurut Negara-negara imperialis gejolak massa di Bahrain adalah bentuk pemberontakan rakyat dan Negara sedang menghadapinya, dan apapun yang mereka lakukan adalah upaya memadamkan pemberontakan sehingga bisa dibenarkan. Sementara dari berbagai organisasi kemanusiaan juga tidak mengambil tindakan apa-apa dan seakan-akan tidak peduli dengan pembantaian massal yang tengah terjadi di Bahrain. Tidak ada satupun kita saksikan organisasi kesehatan atau palang merah mengirimkan bantuannya yang ditujukan untuk memberi bantuan kesehatan dan penyelamatan kepada rakyat Bahrain." Tegasnya.
Lebih dalam lagi, pimpinan Majma Jahani Ahlul Bait ini menegaskan bahwa dibalik kebangkitan rakyat Tunisia, Mesir, Yaman dan Bahrain ada semangat keberagamaan yang tinggi. Beliau berkata, "Semakin tingginya semangat keberagamaan kaum muslimin di Negara-negara kawasan sangat mengkhawatirkan AS dan Barat."
Hujjatul Islam wa Muslimin Akhtari kemudian menyatakan, "Apa yang dilakukan rakyat Bahrain saat ini, tidak ubahnya dengan apa yang dilakukan oleh rakyat Iran saat pergolakan revolusi Islam dulu. Syiar-syiar yang mereka kumandangkan adalah syiar-syiar yang dahulu dicetuskan oleh Imam Khomeini ra. Perjuangan rakyat Bahrain cepat atau lambat akan berakhir dengan kemenangan rakyat. Meskipun saat ini tekanan yang dihadapi rakyat Bahrain sangat keras yang dapat melemahkan mereka, namun harus diketahui titik akhir dari perjuangan tersebut, selama mereka tetap bersabar dalam perjuangannya adalah kemenangan rakyat Bahrain. Allah swt telah menjanjikan kemenangan kepada mereka yang mau berjuang, bagi mereka yang tidak rela untuk terus berada dalam ketertindasan dan dengan kegigihan dan kesabarannya menampakkan kemuliaan dan kebesaran Islam."
"Segala bentuk penderitaan tengah dialami rakyat Bahrain, ditangkapi, dipenjara, mati, cacat, kehilangan keluarga dan harta benda, dan penderitaan tersebut masih terus berlanjut sampai saat ini. Namun mereka masih juga dalam kesabaran dan tetap kukuh berada di garis perjuagannya. Ali Khalifah dengan berbagai upaya yang telah dilakukannya baik secara fisik maupun mental untuk menghentikan perjuangan rakyat sampai saat ini tidak menunjukkan sedikitpun tanda-tanda keberhasilan. Ali Khalifah dan Ali Saud harus tahu, bahwa perlawanan rakyat karena mereka juga. Kezaliman yang mereka lakukan justru semakin memperkuat perlawanan dan persatuan rakyat. Yang pada akhirnya, pengikut Ahlul Baitlah yang akan meraih kemenangan." Tegasnya.
Hujjatul Islam wa Muslimin Akhatari lebih lanjut mengatakan, "Sewaktu Ali Saudi turut campur dalam urusan Bahrain, Rahbar menilai itu adalah keputusan politik yang jelas-jelas salah. Apa yang dilakukan Saudi saat ini tidak ubahnya degan apa yang dilakukan Rusia sewaktu melibatkan diri dengan urusan Afganistan. Yang kemudian memicu keruntuhan Rusia lebih cepat. Yang sepakat dengan keterlibatan Saudi dalam konflik Bahrain hanya sekitar 20 sampai 22 % sementara lebih dari 70% rakyat Saudi menentang keputusan tersebut. Sehingga hal tersebut semakin menimbulkan kebencian rakyat terhadap rezim Saudi. Tentara-tentara Saudi yang membunuhi rakyat Bahrain tidak memberi keuntungan politik apa-apa bagi Saudi justru sebaliknya Saudi akan mendapat kecaman dan kebencian dari banyak kaum muslimin. Hal ini telah merupakan tanda-tanda keruntuhan kerajaan Saudi."
Dipenghujung ceramahnya, pimpinan Majma Jahani Ahlul Bait ini menyatakan sikap optimisnya, "Saya yakin, kemenangan akan selalu berada dalam genggaman umat Islam. Dan kita semua akan menjadi saksinya bersama-sama."
mainsource:http://abna.ir/data.asp?lang=12&id=245087
Jangan Lalai dan Takabur Menghadapi Makar Musuh
Ayatullah al-Udzma Khamenei menyatakan bahwa menghindari perselisihan adalah kewajiban bangsa dalam membela Islam, revolusi dan Iran. Beliau menambahkan, "Kubu-kubu yang beragam di dalam parlemen harus mengesampingkan kecenderungan masing-masing demi melaksanakan kewajibannya untuk melawan konspirasi jahat musuh dalam menebar perselisihan di negara ini." |
Menurut Kantor Berita ABNA, Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Ahad (29/5) pagi dalam pertemuan dengan para anggota parlemen Majles Shura Islami Periode Kedelapan menjelaskan skenario musuh untuk melumpuhkan perekonomian Iran, menyulut perselisihan di antara para petinggi negara, serta melemahkan keimanan dan keyakinan kepada Islam. Seraya menekankan toleransi dan kerjasama antara parlemen dan pemerintah, beliau juga menyebut undang-undang sebagai penentu akhir dari setiap masalah.
Ayatullah al-Udzma Khamenei memuji sikap parlemen yang tegas, jelas dan membanggakan terhadap sikap ambisius Amerika Serikat (AS) dan kubu arogansi. Beliau menyebut kejelian rakyat Iran dalam memahami dengan baik konstelasi dunia dan ambisi busuk kubu hegemoni sebagai anugerah Ilahi. "Tujuan utama propaganda masif sistem kediktatoran intenasional adalah untuk mengeruhkan suasana dan mencegah kearifan dan kepandaian bangsa-bangsa dunia, tetapi bangsa Iran semakin hari semakin arif dan bijak," imbuh beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menekankan bahwa parlemen dan pemerintah harus tetap pada sikap dan pendiriannya yang tegas dan kokoh di hadapan musuh-musuh Islam dan Iran. Beliau mengatakan, konfrontasi antara Republik Islam dan kubu arogansi akan terus berlanjut sampai kaum arogan merasa putus asa untuk melumpuhkan revolusi Islam. Tentunya, berkat bimbingan dan inayah Ilahi, dan berkat resistensi rakyat dan pemerintah, dalam konfrontasi ini Republik Islam semakin kuat sementara posisi musuh kian melemah.
Menurut beliau, kejelian dalam memprediksi dan membaca skenario kubu hegemoni serta menyusun program dan bertindak secara benar dalam menghadapinya akan berujung pada kegagalan pasti pihak musuh. Mengenai skenario kubu arogansi saat ini, beliau menegaskan, "Musuh secara terbuka memfokuskan diri pada masalah ekonomi untuk melumpuhkan sendi-sendi perekonomian Iran dan membuat rakyat pesimis. Orientasi musuh yang terbuka ini semestinya menjadi peringatan bagi parlemen, pemerintah dan semua pejabat negara di seluruh instansi untuk memfokuskan diri pada apa saja yang mesti dilakukan pada tahun yang telah dinamakan sebagai Tahun Jihad Ekonomi ini."
Rahbar lebih lanjut menyatakan bahwa target kedua kubu hegemoni adalah menciptakan perselisihan di antara instansi-instansi pengelolaan negara. "Para pejabat negara harus sadar dan jangan membiarkan perbedaan pandangan berubah menjadi friksi dan konflik," kata beliau mengingatkan.
Menyinggung fitnah pasca pemilu 2009, beliau mengatakan, "Dengan pandangan yang paling lunak sekalipun, para pelaku fitnah tetap berdosa besar karena telah mengubah keraguan pikiran mereka menjadi isu untuk melawan pemerintahan dan melakukan tindakan yang merugikan pemerintahan dan negara."
Ayatullah al-Udzma Khamenei menyatakan bahwa menghindari perselisihan adalah kewajiban bangsa dalam membela Islam, revolusi dan Iran. Beliau menambahkan, "Kubu-kubu yang beragam di dalam parlemen harus mengesampingkan kecenderungan masing-masing demi melaksanakan kewajibannya untuk melawan konspirasi jahat musuh dalam menebar perselisihan di negara ini."
Target ketiga dari skenario musuh saat ini yang disinggung Rahbar dalam pembicaraan tersebut adalah upaya melemahkan keimanan dan keyakinan Islam serta penyusupan pemikiran sesat atau semi sesat di tengah rakyat Iran dan bangsa-bangsa Muslim. Mengenai hal ini beliau menyinggung propaganda media Barat dalam skala yang sangat luas untuk mempengaruhi pemikiran para pemuda Mesir, Tunisia dan berbagai negara lainnya di kawasan.
"Penyebaran berbagai jenis amoralitas dan pemaparan keraguan pada keyakinan agama adalah target jelas dari skenario kubu hegemoni yang komprehensif terhadap Iran dan gerakan kebangkitan Islam di kawasan," imbuh beliau.
Mengenai apa yang mesti dilakukan untuk melawan skenario ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Tak diragukan bahwa pemerintahan Islam dengan kekayaan modal filosofis dan keimanannya yang kuat ditambah sumber daya manusia yang loyal dan cakap, punya kemampuan yang cukup untuk menghadapi skenario multidimensi ini, dengan syarat kita selalu memperhatikan dua hal."
Beliau menambahkan, dua hal yang harus diperhatikan dalam menghadapi serangan sistematis musuh adalah menghindari kelalaian dan takabur.
Rahbar mengingatkan, "Jika kita lalai akan tugas-tugas utama dan menyibukkan diri dengan masalah-masalah parsial atau merasa takabur dengan meremehkan musuh, maka bahaya nyata yang mengancam kita adalah kekalahan dalam menghadapi musuh."
Beliau mengimbau 290 anggota parlemen, seluruh pejabat pemerintahan dan lembaga kehakiman serta segenap rakyat Iran untuk bersikap pandai di arena ini. Beliau mengatakan, siapa saja dan dimana saja bertugas harus selalu merasa bahwa dirinya berada di arena konfrontasi besar bangsa Iran melawan musuh-musuh Islam dan revolusi. Dengan pandangan inilah ia mesti melaksanakan apa yang menjadi tugasnya.
Ayatullah al-Udzma Khamenei lebih lanjut menjelaskan keharusan untuk bersikap pandai dalam menghadapi agenda kubu hegemoni baik yang tersembunyi maupun yang diumumkan secara terbuka. Beliau menandaskan, seperti yang dikatakan Imam Khomeini, setiap tindakan yang membawa orang bergerak sesuai skenario yang dimaukan musuh dan menyebabkan kerugian bagi negara dan bangsa adalah dosa besar yang tak akan dibiarkan oleh Allah Swt. Sebab taubat untuk tindakan seperti ini dan mengganti kerugian yang dialami rakyat akibat kelalaian dan kesalahan ini tidak mungkin bisa terpenuhi.
Beliau mengingatkan, adalah realita yang alami jika musuh selalu mencari kesempatan untuk bisa memukul dan melumpuhkan bangsa Iran. "Karena itu, kejelian dan kesadaran harus tetap dijaga dan diperkuat," tegas beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam di bagian lain pembicaraannya mengangkat masalah ketaqwaan kolektif yang harus mengiringi ketaqwaan individu. Beliau menjelaskan, setiap kelompok dan komunitas selain menjaga ketaqwaan masing-masing individunya juga harus memiliki ketaqwaan kolektif. Sebab, jika tidak demikian, orang yang bertaqwa di dalam sebuah kelompok bisa terseret ke dalam penyimpangan dan kesalahan karena kesalahan umum yang ada di komunitasnya.
Salah satu manifestasi dari ketaqwaan kolektif, menurut beliau, adalah program pengawasan parlemen terhadap parlemen. Beliau mengatakan, "Memang ada suara-suara yang menentang dam menyebut program ini bertentangan dengan kebebasan wakil rakyat. Tetapi faktanya bukan demikian. Sebab filosofis dari program ini adalah untuk mengawasi kinerja dan mencegah kemungkinan penyelewengan sebagian anggota parlemen. Program ini adalah upaya untuk mencegah jangan sampai lembaga negara yang sangat penting dalam konstitusi dan yang disebut oleh Imam Khomeini sebagai lembaga dengan kedudukan tinggi ternodai citranya karena perilaku sebagian oknum anggotanya."
Rahbar menyinggung pula pemilihan umum legislatif yang tak lama lagi akan diselenggarakan untuk memilih anggota parlemen periode kesembilan. Beliau mengatakan, "Anda semua harus mawas diri, jangan sampai tugas legislasi tersendat karena upaya mencari dukungan untuk kembali terpilih sebagai anggota parlemen periode mendatang."
Beliau juga menasehati semua pihak untuk tidak mendekati para pemilik kekuasaan dan kekayaan karena hal itu adalah bahaya yang besar. Beliau menandaskan, "Allah tak akan menutup mata dari perbuatan buruk orang yang mendekati para pemilik kekuasaan dan kekayaan hanya demi meraih kedudukan sebagai anggota parlemen periode mendatang. Balasan Allah pasti akan datang kepadanya. Tindakan seperti itu jelas akan menimbulkan kesan yang buruk di tengah masyarakat."
Ayatullah al-Udzma Khamenei menekankan kembali kerjasama dan toleransi yang mesti diperkokoh antara parlemen dan pemerintah.
Mengenai pemilu beliau menyatakan bahwa pelaksanaan 30 pemilu dalam tiga dekade revolusi Islam adalah kebanggaan bagi pemerintahan Islam yang menandakan bahwa pemerintahan ini dibangun di atas fondasi kerakyatan. Lebih lanjut beliau mengingatkan untuk menghormati pemilu dan hasilnya. "Tidak ada seorangpun yang berhak intervensi dalam masalah pemilu sehingga pemilihan umum bisa terlaksana sesuai aturan dan parlemen baru terbentuk dengan suara dan pilihan rakyat," kata beliau.
Di awal pembicaraan, Ketua Parlemen Ali Larijani menyampaikan laporan singkat tentang kinerja lembaga yang dipimpinnya selama tiga tahun ini. Larijani mengatakan, dalam tiga tahun masa tugasnya, parlemen periode kedelapan telah mengesahkan 238 undang-undang dan menyusun 42 laporan pengawasan lembaga-lembaga negara serta yang berkenaan dengan masalah-masalah penting di negara ini.
Larijani menegaskan bahwa parlemen berkomitmen untuk membela hak-hak rakyat dalam pelaksanaan undang-undang.
Ketua Parlemen menyinggung pula pernyataan sejumlah anggota parlemen terkait berbagai masalah terkini di Iran seraya mengatakan, para wakil rakyat memiliki sikap yang tegas menghadapi ambisi kubu hegemoni dan kerakusan AS dan komitmen untuk membela Islam dan revolusi.
0 comments to "Gerakan Non Blok dan Prospek Masa Depan...adakah yang memperjuangkan Bahrain..!!!"