Home , , � Hari Hijab Sedunia :Penduduk dunia semakin banyak "pake hijab" : Kondisi Hijab dan Kesusilaan di Dunia

Hari Hijab Sedunia :Penduduk dunia semakin banyak "pake hijab" : Kondisi Hijab dan Kesusilaan di Dunia

Marwa Sherbini

Hijab atau yang juga dikenal dengan istilah jilbab sebagai salah satu aturan berpakaian yang diperintahkan Islam kepada kaum muslimah dewasa ini cukup menyedot perhatian. Pasalnya, seiring dengan gelombang Islamfobia di dunia khususnya di Dunia Barat, hijab juga diperlakukan dengan sewenang-wenang. Barat memandang hijab sebagai model berpakaian yang menghalangi penyebaran budaya ketelanjangan dan keasusilaan yang ingin mereka terapkan di dunia. Namun demikian, menurut para psikolog kecenderungan kepada gaya berpakaian yang sopan adalah hal yang alamiah dan naluri manusia. Tak heran jika hijab menjadi gaya berpakaian yang semakin digandrungi oleh kaum wanita untuk menjaga norma dan kesusilaan yang tentunya juga menggagalkan upaya rezim-rezim sekular anti agama dalam menerapkan program-programnya yang diskriminatif dan jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Pada tanggal 12 Juli , rakyat Iran memperingati hari Hijab dan kesusilaan dengan mengumumkan kembali ikrar untuk menjaga kehormatan insani.

Kenyataan di dunia dewasa ini menunjukkan bahwa kaum wanita di berbagai penjuru dunia telah jenuh dengan maraknya keasusilaan dan pelecehan seksual yang kerap mereka alami. Tak heran jika kecenderungan kepada hijab semakin meningkat di berbagai belahan dunia meski untuk itu sering kali kaum wanita harus membayar mahal.

Marwa Sherbini, 32 tahun, muslimah asal Mesir yang bermukim di Jerman harus meneguk cawan kesyahidan dengan 18 tusukan di sebuah pengadilan di Jerman. Ia ditusuk oleh seorang pemuda rasis yang ia adukan ke pengadilan setelah berulang kali melecehkannya karena mengenakan hijab. Marwa yang saat itu sedang mengandung anaknya yang kedua tewas dalam kondisi mengenaskan di depan suami dan anaknya. Hari syahidnya Marwa Sherbini tanggal 12 Juli diperingati sebagai hari Hijab Sedunia

Sudah menjadi tradisi bahwa semakin bernilai sesuatu maka semakin rentanlah ia sehingga memerlukan penjagaan dan perlindungan yang lebih besar. Untuk kebaikan manusia dan pembentukan keluarga, Allah Swt menciptakan perempuan sebagai wujud yang indah dan lembut. Allah juga menciptakan kecenderungan kuat laki-laki kepadanya.

Jika kecenderungan itu tidak dikendalikan dengan baik dan benar petakalah yang bakal terjadi yang imbasnya akan menghancurkan masyarakat khususnya kaum perempuan. Salah satu faktor pengendali yang diajarkan Islam adalah tara cara berpakaian bagi kaum perempuan yang menutupi seluruh tubuhnya kecuali bagian wajah dan telapak tangan. Meski membiarkan wajah terbuka Allah Swt memperingatkan kaum pria untuk menutup mata dan menjaga kesusilaan.

Di ayat 30 dan 31 surat Nur Allah Swt berfirman yang artinya:
"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat."

Katakanlah kepada wanita yang beriman "Hendaknya mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) Nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan, Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.

Para psikolog membenarkan hal itu dan menyatakan bahwa pakaian perempuan yang sopan adalah salah satu cara untuk mewujudkan hubungan sosial yang sehat antara kaum perempuan dan laki-laki. Naluri seksual adalah dorongan nafsu yang tak mengenal kepuasan. Jika dibiarkan tanpa kendali naluri itu akan semakin menguat dan merajalela. Karena itu, Islam menegaskan bahwa masalah seksual jika sampai keluar dari lingkup rumah tangga ke tengah masyarakat akan melenyapkan potensi dan semangat kerja karena akan mengubah lingkungan dan sosial kerja menjadi ajang pelampiasan syahwat. Kepedulian kepada masalah norma dan kesusilaan di tengah masyarakat akan mengeluarkan kaum wanita dari persaingan yang terkadang tak mereka sadari dalam merebut perhatian pria. Kondisi yang sehat itu akan membantu aktualisasi potensi, pemikiran dan tenaga mereka untuk membawa masyarakat kepada kemajuan dan pembangunan.

Dewasa ini wanita semakin menyadari bahwa semakin mengurangi pementasan kecantikan dan menutupi keindahan dirinya di depan pria ia akan semakin nampak menarik dan anggun. Syahid Ayatollah Mutahhari mengatakan, "Naluri perempuan terletak pada penjagaan diri di depan pria. Secara fisik laki-laki lebih unggul dibanding perempuan. Dengan kecerdasan akal nalurinya perempuan menyadari tak mungkin menyamai laki-laki dalam hal kekuatan fisik.

Sebagaimana kecenderungannya mempercantik diri untuk menarik hati laki-laki, perempuan juga akan menjaga dirinya untuk menjauhi laki-laki." Dengan demikian, perempuan-perempuan yang normatif dan sopan akan selalu menjaga kehormatan dan keindahan mereka. Mereka terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan secara aktif tanpa memamerkan kelembutan dan keindahan kewanitaannya.

Di negara-negara yang menerapkan pergaulan bebas banyak perempuan yang justeru memilih untuk mengenakan hijab. Hal itu mereka lakukan demi melindungi dan mengamankan diri dari gangguan pria-pria jahil. Perempuan akan semakin dihormati dan disegani ketika menutup tubuhnya dengan pakaian yang sopan dan menjaga kesusilaannya. Dia akan memperoleh keamanan dan keterjagaan yang lebih dibanding perempuan yang mengumbar daya tarik fisik dan kewanitaannya. Namun demikian, meski kecenderungan wanita muslimah untuk mengenakan hijab, di banyak lingkungan kaum hawa harus menghadapi keterbatasan akibat cara mereka berpakaian. Tak jarang mereka diperlakukan dengan tidak adil bahkan harus menjalani hukuman dan denda.

Republik Azerbaijan adalah contoh negara yang menerapkan larangan bersekolah bagi bagi siswi muslimah berjilbab. Sampai sekarang sudah puluhan kasus yang diadukan ke pengadilan untuk memprotes larangan mengenakan hijab di sekolah. Padahal, dalam undang-undang negara tersebut tidak ada larangan berjilbab. Hanya saja dengan alasan penyeragaman, siswa berjilbab tidak diperkenankan memasuki sekolah. Akibatnya, ribuan siswi dikeluarkan dari sekolah karena mempertahankan jilbab. Menurut para pemerhati, pemerintah Azerbaijan nampaknya tidak berniat mengakhiri diskriminasi ini di sekolah-sekolah bahkan ada kecenderungan untuk menerapkan hal yang sama di perguruan tinggi.

Di Eropa, masalah hijab menjadi sorotan setelah pemerintah Perancis menerapkan larangan mengenakan hijab. Padahal, Perancis adalah Negara di Eropa Barat dengan komunitas Muslim yang lebih besar di banding negara-negara Eropa lainnya. Aturan itu jelas membatasi ruang gerak dan aktivitas warga muslimah Perancis yang mempertahankan pakaian Islami ini. Berdasarkan undang-undang yang belum lama ini diterapkan di sana, wanita muslimah dilarang mengenakan burka yang menutupi wajahnya. Melanggar aturan ini akan berujung pada penangkapan dan denda sebesar 150 Euro.

Di Amerika Serikat, Islamophobia juga mengimbas masalah hijab. Warga muslimin tidak bebas melaksanakan kewajiban agamanya untuk menutup aurat secara sempurna. Seorang gadis muslimah warga California belum lama ini mengadukan perusahaan pakaian terkenal Abercrombie and Fitch yang memecatnya karena mengenakan hijab. Dalam surat gugatannya, gadis bernama Hani Khan itu menyatakan bahwa dirinya sudah berjilbab saat pertama kali diterima bekerja di toko pakaian tersebut. Tapi sekarang ia dilarang masuk ke tempat kerja kecuali dengan melepaskan pakaian Islami itu. Hani Khan menambahkan, keyakinan dan kebebasan beragama harus dihormati dan ini adalah hak manusia yang mendasar.

Di Austria, warga muslimah juga menghadapi masalah dengan undang-undang larangan berjilbab. Di negara itu, media-media massa dengan berbagai trik propagandanya berusaha mengesankan bahwa muslimah mengenakan jilbab karena keterpaksaan padahal mereka tidak menyukai pakaian ini. Propaganda itu direaksi keras oleh warga Muslim dengan menyatakan bahwa kaum muslimah memilih hijab sebagai pakaian secara sadar dan kemauan sendiri.(IRIB/12/7/2011)

0 comments to "Hari Hijab Sedunia :Penduduk dunia semakin banyak "pake hijab" : Kondisi Hijab dan Kesusilaan di Dunia"

Leave a comment