Home , , , , , , � Perempuan; Antara Emosi dan Karir ( Mau Kuliah koq dilarang???!!! )

Perempuan; Antara Emosi dan Karir ( Mau Kuliah koq dilarang???!!! )

Perempuan; Antara Emosi dan Karir

Perempuan adalah sumber yang memancarkan banyak unsur mulia seperti cinta, kasih sayang, ketenangan, pembelaan dan kelapangan dada. Allah Swt telah menitipkan emosi dan perasaan yang kuat pada diri wanita yang dengannya ia menghadiahkan kehangatan pada keluarga untuk kenyamanan hidup dan pendidikan suami dan anak-anaknya. Bagi lingkungan masyarakat, perempuan tak ubahnya bagai sumber emosi dan perasaan yang kuat. Ketika masyarakat tidak memanfaatkan dengan benar emosi dan perasaan wanita untuk membangun diri dan menyempurnakannya, maka masyarakat itu akan semakin menjauh dari nilai-nilai kemanusiaan.

Salah satu perasaan penting yang ada pada wanita adalah rasa keibuan yang dititipkan Allah pada dirinya. Ibu adalah tempat kasih sayang yang sangat luas dan dalam bagi anak. Menurut para pakar psikologi afeksi yang dimiliki kaum pria ada bagian kiri otaknya. Tetapi perasaan ini ada di kedua bagian otak wanita, kiri dan kanan. Hal ini membuat perempuan memiliki afeksi dan emosi yang lebih kuat. Dengan mencurahkan kasih sayang kepada anaknya, seorang ibu telah menghadiahkan cinta kepadanya yang akan membantunya tumbuh sehat dan penuh gairah untuk terlibat dalam kehidupan sosial. Sayangnya, dunia modern hari ini telah dipenuhi oleh pemikiran materi yang mengikis emosi dan rasa keibuan pada diri kaum wanita. Media-media massa dengan propagandanya yang gencar juga berusaha menggerus peran penting perempuan sebagai istri dan ibu di dalam rumah. Sebaliknya, media getol mengkampanyekan pentingnya perempuan untuk terlibat di lapangan pekerjaan di luar rumah. Tak dipungkiri bahwa sepanjang sejarah memang perempuan terkadang terbawa ke arus aktivitas ekonomi dan sosial karena tuntutan ekonomi, sosial, politik dan budaya. Sebab, sebagai kelompok yang menempati posisi setengah dari populasi masyarakat dunia, peran dan keahlian perempuan memang diperlukan.

Akan tetapi, keterlibatan kaum perempuan di lapangan kerja sehari penuh tentu akan membuat mereka jauh dari anak dan keluarga. Akibatnya muncul krisis kasih sayang dan cinta. Para pakar psikologi, pendidikan dan sosiologi mencermati fenomena kehadiran perempuan di lingkungan kerja setiap hari untuk masa yang berjam-jam lamanya. Dengan mencermati fenomena itu mereka menyatakan adanya kaitan erat antara anak di tiga tahun pertama usianya dengan kasih sayang dan cinta ibu. Kesehatan jiwa dan mental anak sangat bergantung pada kebersamaannya dengan ibu. Jauhnya ibu dari anak yang menghalangi perhatiannya kepada keluarga dan anak akan berdampak negatif.

Nancy Ligh Demoss, penulis Amerika dalam bukunya menulis, Hari ini, kaum ibu lebih banyak menghabiskan waktu bukan dengan suami dan anak-anaknya. Ketika sampai di rumah mereka datang dalam keadaan letih dan emosional. Sementara, anak-anak yang tidak mendapat perhatian yang cukup dari ibu akan berhadapan dengan berbagai masalah normatif seperti pornografi, alkohol, narkotika, seks bebas dan tindak kekerasan.

Fenomena kesibukan ibu di luar rumah memunculkan pusat-pusat penitipan anak yang sebenarnya adalah pusat yang menjauhkan ibu dari anaknya dan mencegah tersampaikannya kasih sayang dan cinta ibu kepadanya. John Bowlby, sosiolog Inggris menekankan bahwa hubungan kebergantungan anak dengan ibu adalah dasar bagi pembentukan jatidirinya. Ketika perasaan dan hubungan ini sirna atau tidak terpenuhi dengan baik, anak khususnya anak laki-laki kelak akan menjadi orang yang sulit menjalin hubungan yang baik dengan orang lain.

Para psikolog meyakini bahwa jauhnya ibu dari anak menimbulkan dampak yang negatif. Sebab, pertumbuhan nalar dan otak anak sangat dipengaruhi oleh hubungan kasih sayang antara dia dan ibunya. Salah satu masalah yang sangat penting bagi anak adalah kesempatannya untuk bisa selalu berjumpa dengan ibu. Ketika anak tidak melihat ibunya ia akan dihinggapi oleh kecemasan dan kegelisahan. Dr Mohammad Sadeq Mahdavi, psikolog Iran mengatakan, hubungan emosi antara ibu dan anak juga sangat berpengaruh pada kesehatan jiwa dan perilaku ibu, dan ini sangat berkesan pada pendidikan anak.

Para pakar meyakini bahwa dengan aktivitas ibu di luar rumah, keluarga akan menemukan pengertian dan maknanya yang lain di benak anak. Sebab, anak akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-temannya atau akan lebih banyak menyendiri. Apalagi, di zaman ini model kehidupan sosial yang disuguhkan oleh media bertolak belakang dengan norma yang benar. Karena itu, peran orangtua dalam pendidikan anak dirasa sebagai peran yang tak tergantikan. Anak memerlukan keteladanan dari orang tuanya untuk belajar memutuskan, mencari pengalaman, dan bersikap tegas. Anak memerlukan bimbingan langsung dari orang tuanya.

Albina Qorbanova, peneliti Muslim asal Rusia pernah melakukan riset tentang perubahan sikap kaum wanita khususnya wanita Rusia yang enggan menjadi ibu. Dia mengatakan, di zaman ini perhatian dan kasih sayang kepada binatang semakin membudaya dan kini jarang ditemukan ibu yang berjalan bersama anaknya. Saya bertanya-tanya mengapa gadis-gadis dan perempuan muda di zaman sekarang lebih mengutamakan prospek kerja dan kebebasan mereka daripada kebahagiaan menjadi ibu?

Qorbanova berpendapat bahwa perempuan zaman sekarang tidak ingin menghabiskan waktunya untuk merawat anak. Mereka lebih memilih mengumpulkan uang dan menunda kehamilan. Orang-orang seperti ini menolak menjadi ibu karena alasan ekonomi, kesulitan finansial dan hilangnya kecantikan. Alasan-alasan inilah yang membuat mereka tidak bersedia menjadi ibu atau jika telah menjadi ibu maka perawatan anak akan mereka serahkan kepada pusat-pusat penitipan anak.

Peneliti Muslim Rusia ini menambahkan, faktor utama ketidaksenangan perempuan untuk menjadi ibu kembali kepada masalah sosial. Selama pandangan umum kaum perempuan terhadap kehamilan, persalinan dan peran sebagai ibu tidak berubah tak ada tempat untuk membicarakan perbaikan kondisi di negara ini. Para psikolog memberikan solusi kepada kaum perempuan bahwa menjadi ibu adalah proses alamiah dan sejalan dengan naluri. Ketika seorang perempuan bangkit melawan perasaan yang alami ini berarti dia telah menggerus sebagian dari wujudnya. Menjadi ibu di usia muda adalah pengalaman yang sangat indah bagi perempuan. Keindahan itu akan semakin menitip di usia yang lebih tua.

Masalah terpenting yang berkaitan dengan karir perempuan di luar adalah keberagaman peran yang mesti dimainkan perempuan sebagai ibu dan istri di rumah.

Menurut Islam, peran paling utama bagi seorang wanita adalah perannya sebagai ibu. Sebab, dengan pendidikan yang benar, ibu akan mencetak insan-insan mulia untuk terjun ke tengah masyarakat di kemudian hari. Sementara, tugas kaum laki-laki adalah memenuhi kebutuhan hidup dan nafkah tanpa pamrih. Dengan demikian, perempuan sebagai simbol kasih sayang, cinta dan kedamaian akan mampu menjalankan tugasnya mendidik anak dengan baik dalam lingkungan yang aman dan tenang. Karena itu, Islam sama sekali tidak membebankan biaya hidup kepada perempuan. Sebab, dia telah memikul tugas yang berat sebagai ibu dan istri.

Rahbar atau Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei meyakini bahwa peran perempuan yang paling penting adalah perannya sebagai ibu dan istri. Peran itu itu dimiliki oleh semua perempuan tanpa memandang tingkat keilmuan dan spiritualitasnya. Menurut beliau tugas ini lebih penting bagi perempuan dibanding pekerjaan-pekerjaan yang lain. Beliau mengatakan,

"Masalahnya bukan terletak pada tidak bolehnya perempuan beraktivitas di luar rumah. Tapi pembahasannya yang penting adalah berhakkah perempuan melupakan peran dan tugas utama karena hal-hal lain yang baik dan manis di luar rumah? Menolak reproduksi dengan alasan peran perempuan di tengah masyarakat jelas bertentangan dengan filosofi penciptaan. Perempuan zaman sekarang punya tugas kewanitaan yang nilainya jauh lebih besar dibanding segala pekerjaan kaum pria, yaitu pendidikan anak."

Menurut Islam, tugas paling utama bagi perempuan adalah mengokohkan sendi-sendi keluarga dan mendidik anak. Dalam Islam peran perempuan sebagai ibu sangat dihormati. Peran inilah yang paling membanggakan bagi mereka bukan malah menjadi cela dan kekurangan di tengah masyarakat seperti yang terjadi di Barat. Ayatollah Al-Udzma Khamenei mengatakan, "Ibu-ibu yang melepaskan tanggung jawab mendidik anak dalam dekapan kasih sayangnya dengan alasan pekerjaan lain jelas telah melakukan kesalahan. Pendidikan terbaik adalah mendidik anak dengan kasih sayang dan cinta ibu. Perempuan yang menolak memberi anugerah Ilahi ini kepada anaknya telah melakukan sesuatu yang merugikan dirinya, anaknya dan masyarakatnya."(irib/4/7/2011)

0 comments to "Perempuan; Antara Emosi dan Karir ( Mau Kuliah koq dilarang???!!! )"

Leave a comment