Home , , � ''GAMPANG'' : Mengajar Anak Baca dengan Cara Bijaksana

''GAMPANG'' : Mengajar Anak Baca dengan Cara Bijaksana


Mengajar Anak Baca dengan Cara Bijaksana (1)

Menurut Ibu Roosie Setiawan dari Reading Bugs – Komunitas Read Aloud Indonesia, dalam talkshow Parent Guide Preschooler Club “Cara Sederhana Mempersiapkan Anak Belajar Membaca”, membacakan cerita adalah hadiah terindah yang dapat diberikan orang tua bijaksana (Smart Parents) kepada anak-anaknya. Cukup 20 menit sehari sejak anak 7 bulan dalam kandungan, akan memberi kontribusi besar pada perkembangan otak dan persiapan anak belajar membaca. Anak yang sering dibacakan cerita oleh ortunya akan dengan mudah tumbuh menjadi individu yang gemar membaca, hal yang sangat dibutuhkan untuk menjadi manusia yang sukses. Knowledge is Power, dan membaca adalah salah satu cara hebat untuk menambah knowledge.

Membacakan buku tidak sama dengan mendongeng, walaupun seringkali pada pelaksanaannya mirip jika ortu sudah cukup ahli membaca cerita dengan gaya pendongeng. Membacakan cerita dengan bahasa buku dapat memperkaya kemampuan verbal anak (ex. menyusun kata dalam kalimat, memperkaya perbendaharaan kata dan terbiasa mendengar susunan kalimat yang terstruktur) dibanding bahasa sehari-hari.

Persiapan sebelum membaca cerita :
1.Cari buku yang baik, yaitu yang mengandung pengetahuan dan sarat pesan moral
2.Pilih buku sesuai usia anak
3.Ajak anak saat membeli dan memilih buku yang ingin dibaca
4.Buku sebaiknya di atas ‘reading level’ anak, tetapi masih dalam ‘listening level’ mereka

Jangan mematahkan pertanyaan anak ketika kita membacakan cerita, bahkan kita harus menstimulasi anak untuk bertanya. Ini merupakan cara melatih anak berpikir kritis dan analitis, kebiasaan bepikir saat dibacakan cerita disebut ‘think aloud’. Dengan selalu menjawab pertanyaan anak saat dibacakan cerita dan memuaskan rasa ingin tahu mereka akan membangun persepsi buku adalah sumber pengetahuan, tempat menemukan hal baru yang belum mereka tahu. Untuk itu biasakan melakukan pra baca, sebelum membacakan buku apapun untuk mengantisipasi kemungkinan pertanyaan dan mencari celah untuk melontarkan stimulasi.

Tips dalam membacakan cerita :
1.Bacakan dengan hati, menggunakan cara paling ekspresif dan menarik.
2.Jangan terlalu cepat, usahakan menggunakan suara/intonasi berbeda sesuai karakter, juga gunakan tehnik fast, slow dan pause saat membaca.
3.Lakukan dramatisasi, gunakan efek tertawa/tergelak, merengek, menjerit, berbisik, sedih, meraung dan suara binatang sesuai karakter dalam cerita.
4.Gunakan ‘body language’.
5.Saat cerita dibacakan, lakukan hal berikut :
Tunjuk halaman depan, sebut judul buku dan tema cerita
Sebutkan pengarang dan ilustrator untuk membangun apresiasi hasil karya
Tunjuk tiap kata/dialog dengan jari saat membaca untuk membantu anak membuat gambaran di dalam imajinasinya
6.Jangan lupa untuk selalu menstimulasi dengan pertanyaan cerdas seputar cerita dan pertanyaan pancingan tentang kelanjutan cerita menurut anak. Biarkan mereka bertanya.
7.Beri kesempatan anak bercerita dengan bahasa mereka, biasanya setelah beberapa kali dibacakan buku yang sama anak 3 tahun sudah mampu menceritakan kembali.
8.Jadikan momen membaca cerita sebagai media komunikasi yang menyenangkan.

Jangan berkecil hati dan merasa dinilai anak jika ortu belum mampu membaca cerita dengan gaya pendongeng profesional. Anak akan lebih menghargai waktu anda yang mereka terima, setelah seharian sibuk bekerja mencari nafkah.

Kebersamaan yang menyenangkan saat orang tua membacakan cerita akan membangun asosiasi di pikiran anak bahwa membaca itu menyenangkan. Banyak hal baru yang mereka temukan sehingga terbentuk satu rasa dari buku diperoleh hal indah dan menyenangkan sehingga tumbuh rasa cinta pada buku. Anak memperoleh ‘reading role model’ dari ortunya sendiri.

Sumber: Smart Parenting (Forum Komunikasi Ortu Cerdas)

Artikel ini di-copy-paste dari blog dunia anak

mainsource:http://rumahquraniku.wordpress.com/page/2/

Mengajar Anak Baca dengan Cara Bijaksana (2)

Catatan workshop Reading Bugs, pembicara : Ibu Roosie. Ditulis oleh Yuniezalabella

Read aloud adalah ketika membacakan kisah/ cerita kepada anak di hadapan mereka dengan menggunakan sebuah buku…

Buku “Read Aloud” bukan mengajarkan anak bagaimana membaca, tetapi mengajak anak mau membaca sehingga menjadi gemar membaca….

Yang dibangun dalam aktivitas membacakan cerita kepada anak,,adalah karakter gemar membaca di sepanjang hayatnya..Bukan hanya kemampuan membaca di usia dini…

Manfaat Read Aloud bagi anak (bila dilakukan terus- menerus) :

1. Membuat anak mau membaca, dan

2. Murid akan terbiasa mendengar ( listening level )…anak-anak yang sering di bacakan buku, akan memiliki kemampuan mendengar,,, dan insyalllah tidak akan tumbuh menjadi orang dewasa yang tidak mau mendengar..

3. dan akhirnya bisa membaca…Anak-anak yang sering di bacakan buku di usia dini, dapat mengalami ” magic reading ” , yaitu tiba-tiba bisa membaca tanpa diajari membaca secara formal…

” anak saya juga begitu,,mengalami magic reading “, ucap bu Roosie..

dan ketika kami mengingat-ingat,,beberapa siswa Pree shcool di SAC juga ada yang sudah bisa membaca membaca dengan lancar…dan ketika kami selidiki,, anak-anak ini selalu di kelilingi oleh buku di rumahnya..

magic reading pada anak bukanlah hal yang aneh ,, hal ini hampir mirip dengan keadaan ketika seorang anak di besarkan dalam banyak bahasa…dan akhirnya ketika anak itu bisa berbicara, maka anak tersebut dapat berbicara dengan banyak bahasa…

Karena berdasarkan buku ini, Jika anak tidak pernah mendengar sebuah kata maka ia akan tidak bisa/ sulit mengucapkan. Bila ia sulit mengucapkannya , maka sulit pula membacanya apalgi menuliskannya…

Dengan sering membacakan buku kepada anak , maka anak akan mendengarkan apa yang di sebut dan melihat apa yang ditunjukkan..Sehingga koneksi otaknya terbangun ..Kesemua ini akan mendukung perkembangan otak anak agar sehat..

Tingkatan manfaat pendidikan ( kemampuan literasi dini ) : Listening > Speaking > Reading > Writing

Ketika anak mendengar apa yang dibacakan,,dia akan mampu mengucapkan,, ketika dia mampu mengucapkan maka dia akan mampu membacanya..dan pada akhirnya anak itu akan mampu menuliskannya…

Jadi ketika kita melakukan ‘ Read aloud ‘ pada anak-anak , sama saja dengan mengajarkan anak membaca melalui telinga nya..

Tentang pemberian pelajaran membaca secara formal pada anak-anak usia dini, apalagi mengikutsertakan anak-anak nya di les baca,, berikut ini jawaban bu Roosie :

Di negara Finlandia : ada UU yang melarang anak di bawah 7 tahun untuk di ajari membaca secara formal….dan negara ini terkenal dengan anak-anaknya yang terkenal cerdas.

Jadi ini adalah PR bagi kita semua,,mengubah paradigma banyak orang tua di Indonesia..karena masih banyak orang tua yang ketakutan anak-anak nya tidak bisa membaca,,

sehingga anak-anaknya di Tk di bebani dengan PR menulis dan sepulang sekolah masih ada les Baca tulis…dan pada akhirnya sang anak merasa tertekan, kecapean ….

Jadi janganlah takut anak kita tak bisa membaca….Banyaklah mengenalkan dan membacakan mereka buku,, bangun minat membacanya….dan insyaallah

anak-anak itu akan tumbuh menjadi anak-anak yang cinta membaca…bukan hanya sekedar bisa membaca…..

mainsource:http://rumahquraniku.wordpress.com/2011/04/03/mengajar-anak-baca-dengan-cara-bijaksana-2/

Mengajar Anak Baca dengan Cara Bijaksana (3)

Tulisan ini karya Maya A. Pujiati.

Zaman dulu, anak 5 tahun bisa membaca adalah sesuatu yang langka. Orang tua juga jadi kecipratan bangga. Tapi saat ini, di mana dunia aksara sudah makin mewabah, akses terhadap bahan bacaan kian mudah, anak 3 tahun bisa membaca juga bukan lagi perkara langka. Persoalannya, bagaimana membuat anak-anak bisa membaca?

Berdasarkan pengalaman saya, cara mengajar anak membaca sebenarnya tidak membutuhkan hal-hal yang baku, rumit, dan sangat terstruktur. Saya memang mengajar anak pertama dengan metode yang lumayan butuh pengorbanan, yaitu metode Glen Doman. Tiap malam sibuk bikin kartu baca. Tapi lucunya, untuk mengajari anak kedua, saya hanya pakai buku tulis biasa plus pensil/balpoin. Belajarnya hanya 5 menit sebelum tidur atau pas waktu senggang. Saya pun baru memulainya pada usia 4,5 tahun.

Satu hal yang tidak berbeda antara kedua anak saya adalah, mereka sama-sama sangat suka membaca. Luqman, anak kedua, meskipun ia belum lancar baca tapi bisa bertahan lebih dari 30 menit untuk dibacakan buku. Bukan kami yang memintanya, melainkan dia sendiri yang memohon. Kadang-kadang bukan hanya orang tuanya atau kakaknya yang membacakan buku, siapa saja yang datang ke rumah, neneknya ataupun tantenya bisa saja di ‘todong’ untuk membacakan dia buku. Kesimpulannya, anak-anak sangat akrab dengan buku.

Semalam, saat saya mencicil buku To Kill a Mockingbird, saya menemukan kisah yang menarik. Diceritakan bahwa salah seorang tokoh bernama Scout, saat ia memasuki kelas satu SD telah lancar membaca koran, padahal teman-temannya yang lain baru akan diajari alfabet dan mengeja. Kemampuannya itu membuat gurunya sedikit kesal. Sang guru menyuruh Scout berkata pada ayahnya agar tidak mengajarinya lagi di rumah.

Scout bingung. Ia pun berkata pada gurunya bahwa ayahnya tak pernah mengajarinya. Ayahnya terlalu sibuk. Jika pun ayahnya ada di rumah, ia malah sibuk membaca, sehingga tak sempat untuk mengajarinya membaca.

Mendengar penjelasan muridnya itu, sang guru tidak percaya dan bersikukuh agar Scout menyampaikan pesan pada ayahnya agar berhenti mengajarinya di rumah. Sang guru yakin bahwa tidaklah mungkin seorang anak bisa membaca tanpa diajari siapapun.

Rupanya, memang bukanlah belajar secara sengaja yang membuat Scout bisa membaca, melainkan karena ia selalu berada di dekat dan bahkan di pangkuan ayahnya saat sang ayah (yang seorang pengacara) membaca keras-keras koran, draft undang-undang, ataupun kitab hukum.

Karena saking seringnya hal itu dilakukan. Scout kecil akhirnya bisa memecahkan rahasia kode-kode gabungan huruf tanpa ia sadari. Ia bisa membaca sebagaimana ia bisa mengancingkan baju. Semua tanpa proses yang terstruktur. Semua mengalir sebagai sebuah kebiasaan yang terus menerus.

Nah, dari semua fakta tersebut, saya menyimpulkan bahwa, sesungguhnya BISA MEMBACA tak selalu merupakan hasil dari belajar secara terstruktur. Bisa saja hal itu adalah output dari gemar membaca.

Kalau kita tidak menetapkan target kemampuan anak berdasarkan waktu atau usia mereka, maka cara ini adalah yang paling mudah, yaitu: Membacakan buku pada anak-anak setiap hari sampai mereka memiliki ketergantungan luar biasa pada buku. Lama kelamaan hal itu akan membuat mereka tergerak sendiri untuk belajar, entah dengan meminta bantuan kita ataupun belajar dengan sendirinya. Apakah Anda percaya?

Betapa banyak anak yang digegas untuk bisa baca hanya karena syarat untuk masuk sekolah, tapi akhirnya tak suka membaca. Menurut saya, bisa membaca hanyalah alat, sedangkan SUKA MEMBACA adalah target utama. Supaya keduanya tercapai, maka mengakrabkan anak-anak dengan buku sedari kecil, itulah cara yang tepat. Tak perlu buku mahal, buku murah atau buku bekas pun bisa, asalkan isinya bermutu. (Maya A Pujiati)

mainsource:http://rumahquraniku.wordpress.com/2011/04/03/mengajar-anak-baca-dengan-cara-bijaksana-3/

1 comments to "''GAMPANG'' : Mengajar Anak Baca dengan Cara Bijaksana"

  1. Admin says:

    Kami pun telah mengunjungi blog anda dihttp://lagu2anak.blogspot.com, Anda pun "Luarbiasa", semoga dengan "Moral" yg baik dan benar kita bisa mengubah Indonesia bahkan "Dunia" ke arah yang lebih baik..ini Link Kami
    http://www.banjarkuumaibungasnya.blogspot.com/...Salam Damai dan Persahabatan dari Kami team banjarkuumaibungasnya.blogspot.com ^_^

Leave a comment