Home , , , , , , , , , , � Tokoh-Tokoh Islam : Apakah Mereka ''Teroris'' atau ''Pahlawan'' didalam Islam

Tokoh-Tokoh Islam : Apakah Mereka ''Teroris'' atau ''Pahlawan'' didalam Islam


Biografi Rahbar

"Carilah seorang seperti Khamenei yang komitmen terhadap Islam,
pengkhidmat, dan yang hatinya yang berpikir melayani bangsa ini,
tentu kalian tidak akan mendapatkannya.
Aku telah mengenalnya bertahun-tahun".

Imam Khomeini r.a

Kelahiran hingga sekolah
Rahbar atau Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei, putra almarhum Hujjatul Islam wal Muslimin Haj Sayyid Javad Husaini Khamenei, dilahirkan pada tanggal 24 Tir 1318 Hijriah Syamsiah (16 Juli 1939) atau bertepatan dengan tanggal 28 Shafar 1357 Hijriah di kota suci Mashad.Beliau adalah putra kedua. Kehidupan Sayyid Javad Khamenei sangat sederhana sama seperti kebanyakan ulama dan pengajar agama lainnya. Istri dan anak-anaknya memahami secara mendalam makna zuhud dan kesederhanaan dengan baik berkat bimbingannya. Ketika menjelaskan kondisi kehidupan keluarganya, Rahbar mengatakan, "Ayah saya adalah ulama yang terkemuka, namun sangat zuhud dan pendiam. Kehidupan kami cukup sulit. Saya teringat, sering di malam hari kami tidak memiliki apa-apa untuk dimakan! Ibu saya dengan susah payah menyiapkan makan malam... hidangan makan malam itu adalah roti dan kismis.

"Rumah ayah tempat saya dilahirkan -hingga saya berusia empat sampai lima tahun- berukuran 60 - 70 meter persegi di kawasan miskin Mashad. Rumah ini hanya memiliki satu kamar dan sebuah ruang bawah tanah yang gelap dan sempit. Ketika ayah saya kedatangan tamu (karena ayah saya adalah seorang ulama dan menjadi rujukan masyarakat, beliau sering kedatangan tamu) kami pergi ke ruang bawah tanah sampai tamu itu pergi. Kemudian beberapa orang yang menyukai ayah saya membeli tanah di samping rumah dan menggabungkannya dengan rumah kami sehingga rumah kami memiliki tiga kamar". Seperti inilah beliau dibimbing dan sejak usia empat tahun Rahbar bersama kakak beliau yang bernama Sayyid Mohammad diserahkan ke maktab untuk mengenal alpabet dan belajar membaca AlQuran. Setelah itu, kedua bersaudara ini melalui jenjang pendidikan dasar mereka di sekolah Islam yang saat itu baru dibangun "Daar At-Ta'lim Diyanati".

Di Hauzah Ilmiah

Setelah mempelajari Jamiul Maqaddimat, ilmu sharf dan nahwu, beliau masuk ke hauzah ilmiah serta belajar ilmu-ilmu dasar dan sastra dari ayah beliau dan para guru lainnya. "Faktor dan alasan utama saya memilih jalan bercahaya keruhanian ini adalah ayah saya dan ibu saya yang selalu mendukung saya."
Beliau belajar ilmu tata bahasa Arab Jamiul Muqaddimat, Suyuthi dan Mughni dari para guru di madrasah Sulaiman Khan dan Navvab. Sang ayah mengawasi terus dan memantau perkembangan pendidikan anaknya. Pada masa itu Sayyid Ali Khamenei juga mempelajari buku Ma'alim. Kemudian beliau belajar kitab Syarai' Al Islam dan Syarh Lum'ah dari sang ayah dan sebagiannya dari almarhum Agha Mirza Modarris Yazdi. Untuk kitab Rasail dan Makasib, beliau menimba ilmu dari almarhum Haj Syeikh Hashim Qazveini, dan pelajaran lainnya di jenjang fiqih dan ushul, beliau dibimbing langsung oleh sang ayah. Beliau melalui tingkat dasar itu sangat cepat hanya dalam kurun waktu lima setengah tahun. Ayah beliau pada masa itu berperan sangat besar dalam perkembangan anaknya. Sayid Ali Khamenei berguru pada almarhum Ayatullah Mirza Javad Agha Tehrani di bidang ilmu logika, filsafat, kitab Mandzumah Sabzavari, dan kemudian beliau juga belajar dari almarhum Syeikh Reza Eisi.

Di Hauzah Ilmiah Najaf

Sejak usia 18 tahun Ayatullah Khamenei mulai belajar tingkat darsul kharij (tingkat tinggi) ilmu fiqih dan ushul di kota Mashad dari seorang marji' almarhum Ayatullah Al Udzma Milani. Pada tahun 1336 hijriah syamsiah (1957) beliau pergi menuju kota Najaf di Irak untuk berziarah. Setelah menyaksikan dan ikut dalam kelas darsul kharij dari para mujtahid di hauzah Najaf termasuk almarhum Sayyid Muhsin Hakim, Sayyid Mahmoud Shahroudi, Mirza Bagher Zanjani, Sayyid Yahya Yazdi, dan Mirza Bojnourdi, Sayid Ali Khamenei sangat menyukai kondisi belajar, mengajar, dan penelaahan di hauzah ilmiah Najaf. Beliau pun lantas memberitahukan niatnya untuk belajar di Najaf kepada sang ayah, namun ayah beliau tidak menyetujui hal ini. Setelah beberapa waktu, beliau kembali ke Mashad.

Di Hauzah Ilmiah Qom

Pada tahun 1337 hingga 1343 Hijriah Syamsiah (1958-1964), Ayatullah Khamenei belajar ilmu tingkat tinggi di bidang fiqih, ushul, dan filsafat, di hauzah ilmiah Qom dari para guru besar termasuk di antaranya almarhum Ayatullah Al-Udzma Boroujerdi, Imam Khomeini, Syeikh Murtadha Hairi Yazdi, dan Allamah Taba'tabai. Pada tahun 1343 Hijriah Syamsiah (1964), Sayid Ali Khamenei sangat sedih karena dalam surat menyurat dengan ayahnya, beliau mengetahui bahwa satu mata ayahnya tidak dapat melihat lagi akibat terserang penyakit katarak. Saat itu beliau bimbang antara tinggal di Qom untuk melanjutkan studi atau pulang ke Mashad. Akhirnya demi keridhoan Allah swt, beliau memutuskan pulang ke Mashad dan merawat sang ayah.
Dalam hal ini Ayatullah Khamenei mengatakan, "Saya pulang ke Mashad dan Allah swt telah melimpahkan petunjuk-Nya kepada kami. Yang terpenting adalah saya telah melaksanakan tugas dan tanggung jawab saya. Jika saya mendapatkan anugerah, itu dikarenakan kepercayaan saya untuk selalu berbuat baik kepada ayah dan ibu saya".

Dihadapkan pada dua pilihan sulit tersebut, Ayatullah Khamenei memutuskan pilihan yang tepat. Sejumlah guru dan rekan beliau sangat menyayangkan mengapa beliau sedemikian cepat meninggalkan hauzah ilmiah Qom, karena mereka berpendapat jika beliau tinggal sedikit lebih lama lagi maka beliau akan menjadi demikan dan demikian... Namun fakta di masa depan membuktikan bahwa Ayatullah Khamenei memilih pilihan yang tepat dan perjalanan hidup yang ditetapkan oleh Allah swt untuk beliau lebih tinggi dan mulia dari apa yang mereka perkirakan. Adakah orang yang menduga bahwa ulama muda berusia 25 tahun yang cerdas dan berbakat ini, yang pergi meninggalkan Qom untuk merawat kedua orang tuanya, kelak 25 tahun kemudian diangkat menjadi pemimpin umat?
Di Mashad, Ayatullah Khamenei tidak menginggalkan pelajarannya. Selain hari libur, dan pada waktu berjuang, dipenjara, atau bepergian, beliau tetap melanjutkan pelajaran tingkat tinggi fiqih dan ushul hingga tahun 1347 Hijriah Syamsiah (1768) dari para guru besar hauzah Mashad khususnya Ayatullah Milani. Tidak hanya itu, sejak tinggal di Mashad tahun 1343 Hijriah Syamsiah (1964) untuk merawat kedua orang tuanya, Ayatullah Khamenei juga memberikan pelajaran ilmu fiqih, ushul, dan maarif Islami kepada para pelajar agama muda dan mahasiswa.

Perjuangan Politik

Ayatullah Khamenei menurut keterangan beliau sendiri adalah termasuk salah satu murid Imam Khomeini dalam pelajaran fiqih, ushul, politik, dan revolusi. Namun percikan pertama aktivitas politik dan perjuangan beliau terhadap pemerintahan dzalim, dipantik oleh seorang pejuang besar yang gugur syahid di jalan Islam, Sayyid Mujtaba Navvab Safavi. Ketika itu, Navvab Safavi dan sejumlah pejuang Islam lainnya dari kelompok Fedaiyan-e Islam (Pembela Islam) pada tahun 1331 Hijriah Syamsiah (1952) pergi ke kota kota Mashad untuk menyampaikan pidatonya yang berapi-api di madrasah Sulaiman Khan soal kebangkitan Islam dan penerapan hukum Allah, serta membongkar tipu daya Rezim Syah dan Inggris terhadap bangsa Iran. Pada masa itu, Ayatullah Khamenei termasuk pelajar madrasah Sulaiman Khan dan beliau benar-benar terkesan oleh pidato Navvab. Dalam hal ini beliau mengatakan, "Saat itu juga percikan semangat revolusi Islam dibangkitkan pada jiwa saya oleh Navvab dan saya tidak ragu lagi bahwa saat itulah Navvab telah menyalakan api perjuangan dalam hati saya".

Bersama Gerakan Imam Khomeini r.a

Ayatullah Khamenai pada tahun 1341 Hijriah Syamsiah (1962), tinggal di kota suci Qom dan saat itu beliau masuk di medan perjuangan politik Imam Khomeini melawan politik anti-Islam ala Amerika Serikat (AS) yang digulirkan oleh Rezim Syah Pahlevi. Selama 16 tahun beliau berjuang dan harus melalui berbagai kondisi termasuk penjara dan pengasingan. Selama itu pula beliau tidak gentar menghadapi segala bentuk ancaman bahaya. Untuk pertama kalinya pada tahun 1338 Hijirah Syamsiah (1959), beliau diinstruksikan oleh Imam Khomeini untuk menyampaikan pesannya kepada Ayatullah Milani dan para ulama lainnya di Propinsi Khorasan soal mekanisme program dakwah para ulama dan ruhaniwan di bulan Muharram dan penyingkapan kebobrokan politik Rezim Syah dan AS, serta menyangkut kondisi Iran dan kota suci Qom. Misi itu dijalankannya dengan baik dan beliau melaksanakan tugas dakwah bulan Muharram di kota Birjand. Dalam dakwahnya, seperti yang telah dimandatkan oleh Imam Khomeini, Ayatollah Khamenei mengungkap kebobrokan Rezim Syah dan politik AS. Oleh sebab itu, pada tanggal 9 Muharram bertepatan dengan tanggal 12 Khordad 1342 (2 Juni 1963), beliau ditangkap dan ditahan semalam. Keesokan harinya beliau dibebaskan dengan syarat tidak lagi berpidato di atas mimbar. Gerak gerik beliau pun diawasi oleh aparat. Menyusul terjadinya peristiwa berdarah 15 Khordad (5 Juni 1963), beliau kembali ditangkap dan diserahkan ke penjara militer di kota Mashad. Beliau mendekam selama 10 hari dalam penjara tersebut dan selama itu pula beliau menjadi mangsa aksi penyiksaan sadis.

Penahanan Kedua

Pada bulan Bahman tahun 1342 Hijriah Syamsiah (Februari 1963) atau Ramadhan 1383 Hijriah, Ayatullah Khamenei bersama beberapa rekan beliau pergi menuju Kerman dengan perencanaan yang matang. Setelah dua atau tiga hari berpidato dan bertemu dengan ulama dan para pelajar agama di Kerman, beliau melanjutkan perjalanannya menuju kota Zahedan. Pidato beliau yang penuh semangat khususnya pada tanggal 6 Bahman (26 Januari) hari ulang tahun pemilihan umum dan referendum palsu yang digelar Rezim Syah- mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Pada tanggal 15 Ramadhan yang bertepatan dengan hari kelahiran Imam Hasan as, ketegasan dan keberanian serta semangat revolusi Ayatullah Khamenei dalam mengungkap politik setan dan ala AS Rezim Syah Pahlevi, sampai pada puncaknya. Sebab itu, para agen intelejen Rezim Syah atau SAVAK, menangkap beliau pada malam hari dan mengirim beliau ke Tehran dengan menggunakan pesawat. Beliau dijebloskan ke dalam sel perorangan di penjara Qezel Qal'eh selama kurang lebih dua bulan. Selama itu pula beliau bersabar menahan segala macam penyiksaan.
Penahanan Ketiga dan Keempat
Kelas pelajaran tafsir, hadis, dan pemikiran Islami beliau di kota Mashad dan Tehran, mendapat perhatian yang luar biasa dari para pelajar muda revolusioner. Hal inilah yang kembali membuat para agen SAVAK geram dan selalu mengawasi aktivitas Ayatullah Khamenei. Karena diawasi, pada tahun 1345 Hijriah Syamsiah (1966) Ayatollah Khamenei beraktivitas secara sembunyi-sembunyi. Setahun kemudian, beliau ditangkap dan dipenjara. Pada tahun 1349 Hijriah Syamsiah (1970), untuk keempat kalinya beliau ditangkap oleh SAVAK karena berbagai aktivitas ilmiah dan perjuangan beliau terhadap Rezim Syah.

Penangkapan Kelima

Mengenai penangkapan kelimanya, Ayatullah Khamenei menulis, "Pada tahun 1348 Hijriah Syamsiah (1969), terbuka peluang untuk melakukan perlawanan bersenjata di Iran. Sensitifitas dan kekerasan agen-agen Rezim Syah saat itu terhadap pribadi saya juga semakin meningkat mengingat gerakan perlawanan bersenjata tersebut tidak mungkin terlepas dari orang-orang seperti saya. Pada tahun 1350 Hijriah Syamsiah (1971), saya kembali dipenjara. Tindakan kekerasan yang dilakukan SAVAK di penjara secara jelas menunjukkan kekhawatiran mereka terhadap menyatunya gerakan perlawanan bersenjata dengan pusat-pusat pemikiran Islam. Dan mereka tidak dapat menerima fakta bahwa aktivitas ilmiah dan dakwah saya di Mashad dan Tehran tak ada kaitannya dengan gerakan perlawanan bersenjata itu. Setelah bebas dari penjara, pelajaran tafsir untuk umum dan kelas-kelas ideologi dan lain-lain, semakin meluas."

Penangkapan Keenam

Antara tahun 1350 hingga 1353 Hijriah Syamsiah (1971-1974), pelajaran tafsir dan ideologi Ayatullah Khamenei digelar di tiga masjid yaitu masjid Karamat, masjid Imam Hasan as, dan masjid Mirza Ja'far, di kota Mashad. Ribuan warga khususnya para pemuda revolusioner memenuhi ketiga masjid tersebut untuk mendengarkan pemikiran dan pelajaran Ayatullah Khamenei. Pelajaran Nahjul Balaghah beliau juga sangat diminati. Penjelasan Nahjul Balaghah beliau yang ditulis dalam bentuk diktat berjudul "Partuee az Nahjul Balaghah" (Seberkas cahaya dari Nahjul Balaghah) diperbanyak dan disebar luas oleh para pemuda revolusioner. Mereka yang menimba pelajaran tentang hakikat dan perjuangan dari Ayatullah Khamenei, lantas menyebar ke seluruh penjuru di Iran dan menjelaskan tentang hakikat serta mempersiapkan mental warga bagi membela gerakan revolusi besar Islam.
Pada bulan Dey 1353 Hijriah Syamsiah (Januari 1975), SAVAK menyerbu rumah Ayatullah Khamenei. Selain menangkap beliau, para agen SAVAK juga merampas seluruh artikel maupun catatan beliau. Ini merupakan penangkapan keenam dan masa penahanan yang paling sulit. Ayatollah Khamenei disekap dalam penjara Komite Gabungan Kepolisian hingga musim gugur tahun 1354 Hijriah Syamsiah (mendekati bulan-bulan akhir tahun 1975). Selama masa penahanan, beliau diperlakukan dengan sangat keji. Kepedihan yang dialami Ayatullah Khamenei selama masa penahanan itu menurut beliau hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang pernah merasakan kondisi yang sama. Setelah bebas, Ayatullah Khamenei kembali ke kota Mashad dan tetap melanjutkan aktivitas ilmiah dan revolusionernya. Namun kali ini beliau tidak dapat membuka kelas-kelas terbuka seperti sebelumnya.

Di Pengasingan

Rezim Syah Pahalevi pada akhir tahun 1356 Hijriah Syamsiah (1978), menangkap dan mengasingkan Ayatullah Khamenei ke kota Iranshahr selama tiga tahun. Pada pertengahan tahun 1357 (akhir 1978), menyusul semakin tajamnya perjuangan warga muslim revolusioner Iran, Ayatullah Khamenei dibebaskan dari pengasingan dan kembali ke kota Mashad. Beliau berada di barisan terdepan perjuangan rakyat Iran melawan Rezim Pahlevi dan SAVAK. Setelah 15 tahun berjuang di jalan Allah swt secara ksatria serta ketabahan dalam menghadapi segala kesulitan, akhirnya beliau dapat merasakan hasil dari perjuangan dan perlawanan tersebut yaitu kemenangan Revolusi Islam Iran dan tumbangnya rezim despotik Syah Pahlevi, serta terbentuknya kedaulatan Islam di negeri ini.
Detik Menjelang Kemenangan
Menjelang kemenangan Revolusi Islam, sebelum kepulangan Imam Khomeini r.a dari Paris ke Tehran, sesuai instruksi Imam, dibentuklah Dewan Revolusi Islam yang dianggotai oleh sejumlah tokoh pejuang seperti Ayatullah (Syahid) Mutahhari, Ayatullah (Syahid) Beheshti, Hashemi Rafsanjani, dan lain-lain. Imam Khomeini juga merekomendasikan Ayatullah Khamenei untuk menjadi anggota dewan. Pesan Imam Khomeini r.a itu disampaikan kepada Ayatullah Khamenei oleh Syahid Muthahhari, dan setelah itu Ayatullah Khamenei berangkat dari Mashad menuju Tehran.
Pasca kemenangan Revolusi Islam Iran, Ayatullah Khamenei tetap melanjutkan aktivitas dan kerja keras untuk merealisasikan cita-cita revolusi. Aktivitas dan jabatan yang beliau emban sangat penting khususnya jika dilihat dengan memandang kondisi saat itu. Berikut ini adalah ringkasan aktivitas penting beliau:
  • Ikut mendirikan Partai Republik Islam pada bulan Esfand tahun 1357 Hijriah Syamsiah (Maret 1979) dengan kerjasama sejumlah ulama pejuang seperti Syahid Beheshti, Syahid Bahonar, Hashemi Rafsanjani, dan lain-lain.
  • Menjabat sebagai Deputi Menteri Pertahanan Iran, tahun 1358 Hijriah Syamsiah (1979)
  • Pemimpin Pasukan Garda Revolusi Islam Iran, tahun 1358 Hijriah Syamsiah (1979).
  • Imam Jum'at Tehran, tahun 1358 Hijriah Syamsiah (1979).
  • Wakil Imam Khomeini r.a di Dewan Tinggi Pertahanan, tahun 1359 Hijriah Syamsiah (1980).
  • Wakil warga Tehran di Majles Shura Islami (Parlemen Iran), tahun 1358 Hijriah Syamsiah (1979).
  • Partisipasi aktif beliau dengan mengenakan seragam militer di medan perang ‘pertahanan suci' melawan Irak pada tahun 1359 Hijriah Syamsiah (1980), menyusul invasi pasukan Irak terhadap wilayah Iran. Dalam perang ini Irak diprovokasi dan dipersenjatai oleh kekuatan arogan dunia termasuk AS dan Uni Soviet.
  • Gagalnya percobaan teror terhadap beliau oleh kelompok munafiqin di masjid Abu Dzar Tehran, tahun 1360 Hijriah Syamsiah (1981).
  • Menjabat sebagai Presiden Republik Islam Iran, menyusul gugur syahidnya Muhammad Ali Rajaee, Presiden kedua Republik Islam Iran. Pada bulan Mehr tahun 1360 Hijriah Syamsiah (1981), Ayatullah Khamenei memperoleh lebih dari 16 juta suara warga, dan dilantik sebagai Presiden Republik Islam Iran setelah mendapat pengukuhan dari Imam Khomeini r.a. Beliau juga terpilih untuk kedua kalinya pada tahun 1364 hingga 1368 Hijriah Syamsiah (1985).
  • Ketua Dewan Revolusi Kebudayaan, tahun 1360 Hijriah Syamsiah (1981).
  • Ketua Dewan Penentu Kebijakan Negara, tahun 1366 Hijriah Syamsiah (1987).
  • Ketua Dewan Revisi Konstitusi, tahun 1368 Hijriah Syamsiah (1989).
  • Ditunjuk oleh Dewan Ahli untuk menjadi Rahbar atau Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran, yang dimulai sejak 14 Khordad, sepeninggal Imam Khomeini r.a. Pilihan ini sangat tepat, karena beliau memiliki kelayakan sepenuhnya untuk bukan saja membimbing warga Muslim Iran, melainkan umat Islam di seluruh dunia (1989).
Karya Tulis

  1. Tarh-e Kulli-e Andishe-e Eslami dar Qor'an (Program Komprehensif Pemikiran Islami Dalam AlQuran).
  2. Az Jarfha-ye Namaz (Dari Kedalaman Shalat)
  3. Goftari dar Bab-e Sabr (Pembahasan tentang Kesabaran)
  4. Chahar Ketab-e Asli-e Elm-e Rejal (Empat Buku Utama Ilmu Rijal)
  5. Wilayat (Kepemimpinan).
  6. Gozaresh az Sabeqe-e Tarikhi va Auza-e Konouni-e Hauze-e Elmiye-e Mashhad (Laporan Mengenai Sejarah dan Kondisi Terkini Hauzah Ilmiah Mashad).
  7. Zendeginame-e Aimme-e Tashayyo' (Riwayat Hidup Para Imam Syiah) -belum dicetak.
  8. Pishvaye Sadeq (Pemimpin yang Jujur)
  9. Vahdat va Tahazzob (Persatuan dan Kepartaian)
  10. Honar az Didgah-e Ayatollah Khamenei (Seni Menurut Ayatullah Khamenei)
  11. Dorost Fahmidan-e Din (Pemahaman Benar Tentang Agama)
  12. (Onsor-e Mobarezeh dar Zendegiy-e Aimmeh (Unsur Perjuangan Dalam Kehidupan Para Imam a.s)
  13. Ruh-e Tauhid, Nafy-e Obudiyyate Gheire Khoda (Ruh Ketauhidan, Penafian Penghambaan Selain Allah swt)
  14. Zarurat-e Bazgasht be Qor'an (Urgensi Kembali Kepada AlQuran)
  15. Sire-ye Emam-e Sajjad (Sejarah Imam Sajjad a.s)
  16. Imam Ridha as va Velayatahdi (Imam Ridha a.s dan Posisi Putra Mahkota)
  17. Tahajom-e Farhangi (Serangan Budaya), disusun dari kumpulan pidato dan pesan Rahbar.
  18. Hadis-e Velayat (Hadis Kepemimpinan), kumpulan pidato dan pesan Rahbar yang hingga kini telah dicetak sebanyak sembilan jilid.
Terjemah
  1. Solh-e Emam Hasan (Perdamaian Imam Hasan as), karya Razi Aali Yaasin.2- Ayandeh dar Qalamrove Islam (Masa Depan Dalam Kekuasaan Islam), karya Sayyid Qutb.
  2. Mosalmanan dar Nehzat-e Azadi-e Hindustan (Muslimin Dalam Gerakan Kebebasan India), karya Abdul Mun'im Namri Nasri.
  3. Eddea nameh Alahe tamaddon-e Gharb (Gugatan Terhadap Kebudayaan Barat), karya Sayyid Qutb.
mainsource:http://ikmalonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=109:biografi-rahbar&catid=55:tokoh&Itemid=77

Ayatullah Thoba'thobai

Sosok kita yang satu ini adalah seorang mufasir dan filusuf besar. Di antara karya qurani beliau yang paling berharga adalah Tafsir Al-Mizan, yang menjadi salah satu rujukan tafsir kontemporer paling populer.

Kitab tafsir ini merupakan salah satu kitab paling komplit dari sisi metode dan muatan. Berikut biografi mufasir besar ini yang ditulis langsung oleh beliau pada awal-awal tahun 1341 Hijriah Syamsiah.

Saya, Muhammad Husain Thaba’thabai, lahir di kota Tabriz pada tahun 1281 H. Sy, di tengah-tengah keluarga pecinta ilmu. Pada usia lima tahun saya ditinggal oleh ibunda tercinta dan tiga tahun setelahnya saya menjadi yatim piatu, karena ditinggal ayah. Mengingat keluarga kami termasuk keluarga yang mampu, kondisi kehidupan kami tetap berjalan dan dengan bantuan seorang wakil (pengasuh) beserta istrinya yang telah ditunjuk oleh ayah, kami meneruskan roda kehidupan yang mesti dilakoni.

Tak lama setelah kepergian ayah, saya dikirim ke sebuah madrasah dan akhirnya saya digembleng oleh sorang guru privat yang selalu datang ke rumah. Dan begitulah, tanpa terasa enam tahun saya mempelajari bahasa Persia dan pelajaran-pelajaran dasar. Pada waktu itu, pelajaran-pelajaan dasar belum memiliki program dan kurikulum khusus dan tetap. Yang saya ingat dari tahun 1290-1296 H. Sy. pelajaran yang paling banyak saya terima adalah Al-Quran, kitab Gulistan, Bustan Sa’di, Nishab, Akhlak Mushawar, Anwar Sahili, Tarikh Mu’jam dan Irsyadul Hisab.

Pada tahun 1297 H. Sy saya mulai memasuki pelajaran agama dan bahasa Arab. Hingga tahun 1304 H. Sy saya sibuk membaca teks-teks pelajaran. Dalam kurun waktu tujuh tahun inilah, saya menamatkan kitab-kitab berikut ini: Amtsilah, Sharf Mir, Tashrif, ‘Awamil dalam Ilmu Nahwu, Anmudaj, Shamadiyah, Suyuthi, Jami dan Mugni tentang penjelasan kitab Muthawal, dalam Fiqih; Syarh Lum’ah, Makasib, dalam Ushul, kitab Ma’alim, Qawanin, Rasail, Kifayah, dalam ilmu Logika; Hasyiah dan Syarh Syamsiyah, dalam filsafat Kitab Syarh Isyarat, dalam teologi kitab Kasyful Murad.

Pada tahun 1304 saya pergi ke Hauzah Najaf untuk meneruskan pelajaran. Di sana saya menghadiri pelajaran Marhum Ayatollah Syekh Muhammad Husain Isfahani. Sekitar 6 tahun pelajaran Ijtihad Ushul dan empat tahun pelajaran kharij Fiqih saya lewati. Begitu juga saya hadir pelajaran kharij fiqih Marhum Ayatollah Naini selama delapan tahun dan sekali menamatkan pelajaran kharij fiqih beliau, serta sedikit hadir dalam pelajaran kharij fiqih Marhum Ayatollah Sayid Abul Hasan Isfahani.

Universalia tentang ilmu Rijal saya terima dari Ayatollah Hujjat Kuh Kamari. Dalam filsafat saya juga mendapat taufik untuk belajar dari seorang filsuf besar saat itu, Sayid Husain Badkubi. Di bawah arahan beliau, dalam waktu enam tahun saya dapat menyelesaikan pelajaran seperti, Mandhumah Sabzawari, Asfar, Masyair Mullah Shadra, Syifa, Tamhid Ibn Turkah dan Akhlak Ibn Maskawaih.

Al-Marhum Ustadz Badkubi saking perhatiannya terhadap perkembangan intelektualitas saya, senantiasa menganjurkan kepada saya untuk mempelajari matematika guna memperkuat sistem pemikiran argumentatif dan untuk menguatkan analisa filosofis. Dalam rangka menjalankan petuah beliau akhirnya saya menghadiri pelajaran Sayid Abul Qasim Khansari, ahli matematika yang amat terkenal waktu itu dan saya mulai mempelajari perhitungan argumentatif.

Pada tahun 1314 H. Sy karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan, terpaksa saya kembali ke kampung halaman, kota Tabriz. Sekitar 10 tahun saya di sana. Tanpa basa basi lagi, masa ini merupakan masa yang sangat merugikan jiwa dan mental saya, karena untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan, saya terpaksa terjun ke dunia pertanian dan meninggalkan tadris dan pemikiran ilmiah yang begitu saya gandrungi.

Pada tahun 1325 H. Sy saya mengesampingkan masalah kehidupan dan kampung halaman dan menuju Hauzah ilmiah Qom. Di kota inilah saya kembali menggeluti pembahasan ilmiah dan hingga sekarang tahun 1341 H. Sy saya meneruskan aktivitas ini. Hanya saja perlu dipahami setiap orang dalam kehidupannya pasti menghadapi manis – pahitnya kehidupan. Saya juga demikian, kehidupan saya diwarnai dengan keyatiman, keterasingan, berpisah dari teman, kekurangan isi saku dan problem-problem lain. Alhasil saya telah menghadapi pasang surutnya kehidupan, dan merasakan berbagai nuansa kehidupan. Akan tetapi saya selalu merasakan ada tangan gaib yang selalu menyelamatkan saya dari gang buntu dan membawa saya kepada cahaya hidayah.

Pada awal-awal pendidikan, saya sibuk dengan pelajaran tata bahasa Arab, Nahwu dan Sharaf. Saya tidak memiliki keinginan yang besar untuk melanjutkan pelajaran seperti ini. Oleh karena itu, dengan minat yang minim, saya selalu kesulitan dalam memahami pelajaran yang saya terima. Saya masih ingat empat tahun pelajaran (tata bahasa) itu saya tempuh.

Kemudian pada akhirnya tanpa terasa dan saya sadari, inayah Allah datang dan merubah segalanya. Saya merasa tak kenal lelah dari awal belajar hingga akhir – yang kurang lebih memakan waktu 17 tahun-. Saya juga lupa akan indahnya dunia yang membuat belajar menjadi kurang nikmat dan bersemangat. Saya merasa cukup dengan hal yang sangat sederhana dalam makanan, pakaian dan atribut materi lainnya. Lebih dari itu, saya curahkan semuanya untuk mutala’ah. Sering kali saya belajar semalam suntuk hingga pajar menyingsing (khususnya pada musim panas) dan senantiasa membaca pelajaran yang akan saya pelajari esok harinya, dan jika ada isykalan dengan segala cara saya tuntaskan sendiri. Rasanya tidak pernah saya hadir ke kelas dengan membawa iskalan dan pertanyaan.

Beberapa karya yang saya tulis saat belajar di kota Najaf adalah, Risalah dar Burhan, Risalah dar Mughalathoh, Risalah dar Tahlil, Risalah dar Tarkib, Risalah dar I’tibariyat.Sedang karya-karya saya sewaktu berada di kota Tabriz adalah sebagai berikut; Risalah dar Itsbate dzat, Risalah dar Asma’ wa Sifat, Risalah dar Af’al, Risalah dar Wasaith Khudo wa Insan, Risalah Insan qablaz Dunya, Risalah Insan Fi Dunya, Risalah dar Wilayat dan Risalah dar Nubuwa. Semua risalah-risalah ini berisikan dalil-dalil logis dan tekstual.

Sedangkan hasil karya saya di kota suci Qom adalah Tafsir Mizan yang terbit dalam 20 jilid. Dalam kitab ini saya berusaha menafsirkan Al-Quran dengan metode yang belum pernah digunakan oleh mufasir sebelumnya yaitu metode menafsirkan al-Quran dengan al-Quran, ayat dengan ayat-ayat yang lain. Karya lain saya di kota ini adalah Usul Falsafah (Rawesy realisme), dalam buku ini saya membahas dan membandingkan filsafat barat dan timur, kemudian Hasyiah Kifayatul Usul, Hasyiah terhadap kitab Mulla Shadra yang dicetak dalam 9 jilid. Risalah wilayah dan pemerintahan Islam. Di samping itu, dialog pada tahun 1338 h.sy dengan Profesor Karben, orientalis dari Prancis. Risalah dar I’jaz, Ali wa falsafah Ilahiah, Syi’ah dar Islam, Quran dar Islam, Kumpulan makalah, tanya jawab, pembahasan ilmiah dan filosofis yang beragam, dan terakhir Sunan Nabi. {Era Al-Quran}

mainsource:http://ikmalonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=117:ayatullah-thobathobai&catid=55:tokoh&Itemid=77

Ayatullah Al-Uzhma Sayyid Ali Huseini Sistani


Beliau adalah seorang ulama besar yang menguasai banyak bidang ilmu dan memiliki karya-karya yang tak ternilai harganya. Kini beliau merupakan satu-satunya pemimpin hauzah ilmiah di kota Najaf
Lebih dari setengah abad kuliah-kuliah Ayatullah Al-Uzhma Khu`i r.a. merupakan pusat pengembangan ilmu pengetahuan Islam. Ratusan mujtahid dan faqih lahir berkat klinik ilmiah beliau. Ayatullah Al-Uzhma Sistani adalah satu dari sekian banyak murid beliau yang paling menonjol. Beliau adalah seorang mujtahid kaliber dan berbudi luhur. Kelahiran Ayatullah Al-Uzhma Sistani lahir di kota Masyhad pada tahun 1349 H. dan dari keluarga ruhaniawan yang taat beragama. Setelah menamatkan ilmu-ilmu dasar dan tingkat menengah (suthuh), beliau mulai mengkaji ilmu rasional dan teologi di bawah bimbingan guru-guru besar hauzah. Di kota kelahirannya pula beliau memulai kajian-kajian Bahtsul Kharij fiqih dan menyelesaikannya dengan baik di bawah bimbingan Allamah Mirza Mahdi Isfahani r.a. Pada tahun 1368 H., beliau berhijrah ke kota Qom. Di sana beliau melanjutkan karir ilmiahnya di bidang ilmu fiqih dan ushul fiqih di bawah asuhan sejumlah ulama’ dan ahli hukum setempat, termasuk marja’ (pemegang otoritas ijtihad) besar masa itu, Ayatullah Al-Uzhma Sayid Burujerdi r.a. yang menjadi gurunya dalam ilmu ushul dan fiqih. Selain itu, Sayid Sistani juga belajar banyak ilmu lainnya, khususnya ilmu Rijal dan hadis pada beliau. Pada kesempatan lain, beliau juga hadir dalam rangkaian kuliah-kuliah Sayid Hujjat Kuhkamarei r.a., seorang ahli hukum tersohor dan ulama-ulama lainnya secara intensif. Genap 3 tahun mengenyam pendidikan agama di Qom, Ayatullah Al-Uzhma Sistani kembali ke Najaf, Irak; pusat kegiatan ilmiah dan spiritual, pada tahun 1371 H. Di Najaf, beliau mengikuti kuliah mujtahid-mujtahid kaliber dunia secara intensif, seperti Ayatullah Al-Uzhma Hakim. Di bidang fiqih dan ushul, beliau lebih aktif mengikuti kuliah-kuliah Ayatullah Al-Uzhma Khu`i r.a., dan selama sepuluh tahun, Ayatullah Sistani mengikuti satu paket lengkap ilmu ushul yang diberikan oleh Syeikh Husein Al-Hilli. Pada tahun 1381 H., beliau membuka kuliah perdananya dengan kajian spesial kitab Al-Makâsib, karya Syeikh Anshari r.a. kemudian dilanjutkan dengan mensyarahi kitab Al-'Urwatul Wutsqâ. Selang 3 tahun kemudian, beliau memulai paket spesial di bidang ushul. Beliau menutup paket ushul yang ketiga pada bulan Sya’ban 1411 H. Sebagian besar kuliah-kuliah ilmiah beliau ditranskrip oleh murid-muridnya. Sang Jenius Dalam setiap kajian dan kuliah guru-guru besar, Ayatullah Al-Uzhma Sistani selalu tampil dengan potensi dan kapasitas inteligensi yang luar biasa. Beliau tampak unggul di tengah-tengah peserta kuliah. Kritik dan sense kepekaan ilmiahnya tidak kalah tajamnya dengan kecakapannya dalam menganalisa permasalahan fiqih dan ilmu rijal, ataupun pengenalannya yang luas akan teori-teori yang berkembang di berbagai bidang keilmuan. Perlu dicatat bahwa dalam masalah kejeniusan terdapat keserupaan ketat antara beliau dan Syahid Shadr r.a. Ijazah ijtihad yang diterimanya dari dua guru besar; Ayatullah Al-Uzhma Khu`i r.a. dan Allamah Syeikh Husein Al-Hilli r.a. adalah bukti atas derajat intelegensi beliau. Dan bukan rahasia lagi, jika Ayatullah Al-Uzhma Khu`i r.a. tidak pernah memberikan ijazah tertulis kepada satu pun dari murid-muridnya selain kepada Ayatullah Al-Uzhma Sistani dan Ayatullah Syeikh Ali Falsafi. Bahkan pada tahun 1380 H., beliau telah menerima ijazah ijtihad tertulis dari pakar hadis adihulung masa itu, Allamah Buzurg Tehrani yang mengagumi wawasan pengetahuan beliau di bidang ilmu rijal dan hadis. Artinya, belum genap 31 tahun, Ayatullah Al-Uzhma Sistani telah mencapai derajat keilmuan yang tinggi. Karya Ilmiah Hampir 34 tahun yang lalu, Ayatullah Al-Uzhma Sistani telah memulai kuliah spesial fiqih, ushul dan Rijal. Di sepanjang tahun-tahun itu, beliau menyelesaikan kajian-kajiannya seputar makasib, thaharah, shalat, qadha`, khumus dan beberapa kaidah-kaidah fiqih seperti riba, taqiyah dan ilzam. Khusus di bidang ushul, beliau telah menyelesaikan kuliah-kuliah ushulnya selama tiga putaran. Sebagian dari bahasan putaran-putaran ini, seperti prinsip-prinsip praktis, kini sedang diproses untuk segera diterbitkan. Bahkan Syeikh Mahdi Murwarid, Allamah Sayid Habib Huseiniyan, Sayid Murtadha Isfahani, Allamah Sayid Ahmad Madadi, Syeikh Baqir Irawani dan ulama-ulama serta pengajar-pengajar ulung Bahtsul Kharij, acap kali merujuk kepada kajian-kajian beliau sebagai referensi dan obyek pengembangan ilmiah mereka. Di samping kegiatan mengajar dan mendidik, Ayatullah Al-Uzhma Sistani sangat produktif sekali melahirkan karya-karya tuils, termasuk mentraskrip kuliah guru-guru besar beliau, diantaranya: 1) Syarah kitab Al-'Urwahtul Wutsqa 2) Kajian-kajian Ushul 3) Bab Qadha` 4) Bab Bai’ 5) Risalah tentang Pakaian Mayat 6) Risalah tentang kaidah Yad 7) Risalah tentang Shalat Musafir 8) Risalah tentang kaidah Tajâwuz wal Farâgh 9) Risalah tentang Qiblat 10) Risalah tentang Taqiyah 11) Risalah tentang Kaidah Ilzâm 12) Risalah tentang Ijtihad dan Taklid 13) Risalah tentang Kaidah La Dharara wa La Dhirâr 14) Risalah tentang Riba 15) Risalah tentang Nilai Validitas (Hujjiyah) Surat-surat Ibnu Abi ‘Umair 16) Kritik atas Risalah Tashhih Asanid Ardabili 17) Syarah Masyayikhah At-Tahdzibain 18)Risalah tentang aliran ulama klasik tentang nilai validitas hadis Dan beberapa karangan serta risalah ilmiah lain berkenaan dengan hukum-hukum khusus bagi mukallid. Metode Kajian Terdapat sejumlah keistimewaan metodologi yang dimiliki oleh Ayatullah Al-Uzhma Sistani yang tidak ditemukan dalam metode-metode kajian guru-guru besar kontemporer di sepanjang kajian-kajian ushul, diantaranya: a. Mengusut kronologi pembahasan dan melacak landasan-landasan pemikiran yang terkadang politis, teologis bahkan filosofis. Sering kali pendekatan sejarah mampu menguak aspek dan dimensi-dimensi hakikat suatu masalah serta memperjelas cara pandang dan penyelesaian yang pernah diajukan para ahli. b. Komparasi antara pemikiran tradisional dan perkembangan sastra-budaya kontemporer, seperti yang beliau terapkan dalam bahasan-bahasan makna kata-kata. c. Perhatian khusus beliau terhadap prinsip-prinsip dasar ushul fiqih yang berkaitan dengan masalah-masalah fiqih d. Kreasi. e. Sudut pandang sosiologis sebagian fuqaha` kerap memaknakan dan menerjemahkan teks-teks tradisional secara kontekstual. Pemahaman mereka terbatas pada redaksi kata dan kalimat, tanpa mau menyentuh makna-maknanya yang lebih luas. Sebaliknya, sebagian lain melibatkan situasi dan kondisi yang menyertai penyabdaan teks-teks tersebut, sehingga dapat diketahui peristiwa-peristiwa yang berperan langsung dalam denotasi (semantika) teks-teks itu. Sebagai contoh, sebuah hadis menyebutkan bahwa Nabi SAWW (di perang Khaibar) menyatakan haram memakan daging keledai. Sebagaian fuqaha` mempelajari redaksi hadis ini secara harfiah; huruf demi huruf, sehingga mereka sampai pada sebuah kesimpulan bahwa daging tersebut berdasarkan hadis di atas adalah haram. Padahal, jika kita cermati situasi dan kondisi yang melingkupi penyabdaan hadis tersebut, kita akan menyingkap inti maksud Nabi SAWW di balik hadis itu. Perang melawan kaum Yahudi Khaibar memerlukan banyak perlengkapan senjata, yang hanya mungkin dibawa oleh hewan-hewan seperti kuda, unta dan keledai. Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa maksud hadis itu adalah larangan demi suatu maslahat temporal kondisi saat itu menuntut suatu perintah yang bukan kategori penetapan hukum syari’at; haram ataupun makruh. f. Kecakapan dan pengalaman beristinbat (menyimpulkan hukum). Ayatullah Al-Uzhma Sistani berpandangan bahwa seorang faqih mesti mengetahui tata bahasa Arab, prosa, syair, dan metaforanya secara sempurna, sehingga ia mampu memahami dan mengklasifikasikan teks-teks riwayat (tradisional) berdasarkan objek, bukan esensi. Lebih dari itu, hendaknya seorang faqih mengenal dengan cermat hadis-hadis Ahlul Bayt a.s. dan perawi-perawinya, karena pengetahuan ilmu Rijal bagi seorang mujtahid merupakan keharusan mutlak. Kehandalan dan pengalaman beliau dalam beristimbat nampak pada kesimpulan-kesimpulan hukumnya yang unik dan berbeda dengan pendapat-pendapat yuridis yang umum di kalangan fuqaha`. Adapun metodologi fiqih beliau dapat kita urut sebagai berikut: a). Perbandingan antara fiqih syi’ah dan pelbagai mazhab Islam. Tidak syak lagi, mengenal pemikiran fiqih Ahlussunnah di masa-masa penyusunan kitab-kitab induk hadis dapat menyempurnakan pemahaman kita akan maksud-maksud para imam ma'shum a.s. dari suatu hadis dan riwayat. b). Pemanfaatan disiplin ilmu-ilmu hukum kontemporer pada sebagian bab-bab fiqih, seperti menelaah undang-undang dasar negara Irak, Mesir dan Prancis. Ketika membahas bab Bai’ (jual-beli) dan Khiyârât, karena pengenalan metode-metode yuridis terkini banyak memperkaya pengalaman-pengalaman sang mujtahid atau faqih, dan membantunya dalam menganalisa kaidah-kaidah fiqih serta memperluas wawasan tipikal pemikirannya, untuk kemudian menerapkan poin-poin penting yang didapatkannya. c). Ayatullah Al-Uzhma Sistani berupaya menspesifikasikan sebagian kaidah-kaidah fiqih, pada saat sebagian banyak mujtahid kita menggunakan kaidah-kaidah itu utuh seperti awal mereka menerimanya dari mutahid-mujtahid terdahulu. Kepribadian yang Luhur Siapa saja yang bergaul dan bersua dengan beliau dari dekat, akan dengan mudah mengenal sebuah kepribadian karakteristik dan ideal. Keluhuran pribadi Ayatullah Al-Uzhma Sistani menempatkan dirinya sebagai sosok teladan yang unggul dan ulama rabbani. Berikut contoh mulia dari etika mulia Ayatullah Al-Uzhma Sistani yang pernah saya saksikan: a. Bijaksana dan menghormati pendapat. Beliau mencintai ilmu dan fanatik pada ma’rifat dan pencapaian hakikat. Oleh karena itu, beliau selalu menghargai pendapat orang lain. Beliau selalu bersama kitab. Beliau tidak merasa cukup dengan menyimak dan menelaah pendapat ulama-ulama lain. Bahkan dalam kesempatan tertentu, beliau mengkaji serius sejumlah pembahasan sebagian ulama yang mungkin tidak cukup menarik. Semua ini mengindikasikan perhatian khusus dan penghormatan beliau yang luar biasa terhadap pendapat orang lain. b. Sopan dalam berdiskusi. Sering kali situasi pembahasan dan diskusi antara para pelajar dengan pengajar mereka di hauzah Najaf khususnya, penuh dengan kekasaran. Meski tidak jarang situasi yang demikian memberi banyak manfaat bagi pelajar-pelajar itu sendiri. Namun pada saat yang sama, kekasaran dan ketegangan bukanlah cara yang sehat dalam diskusi, bahkan acapkali melemahkan semangat diskusi para pelajar, menyia-nyiakan waktu dan tujuan Ilmiah. Berbeda dengan kuliah-kuliah Ayatullah Al-Uzhma Sistani dan peserta-pesertanya. Interaksi antara pengajar dan pelajar berlangsung dalam atmosfir yang sopan dan damai. Hal itu nampak lebih jelas lagi ketika beliau menanggapi pertanyaan-pertanyaan remeh, bahkan tak berdasar. Keistimewaan lain dari kuliah-kuliah beliau, mengulang-ulang sebuah jawaban sehingga pelajar memahami benar obyek bahasan. Jika pelajar bersikeras pada pandangan pribadinya, beliau selalu memilih diam. c. Mendidik. Profesi mengajar bukan sarana mencari nafkah, bukan pula sebuah kewajiban yang memaksa seorang guru untuk mengajar. Guru yang baik semestinya mendidik anak-anak didiknya dan mengantarkan mereka sampai pada jenjang keilmuan yang tinggi dan meninggi. Untuk itu, diperlukan cinta dan kasih sayang dalam proses pendidikan. Tidak sedikit kita temukan manusia-manusia yang tak kenal diri dan malas, namun di lain pihak kita dapatkan guru-guru yang tulus, penyayang dan penuh pengertian. Tujuan utama mereka hanya menunaikan misi pengajaran dan pendidikan sebaik mungkin. Di hauzah Najaf, Ayatullah Hakim dan Ayatullah Khu`i r.a. dikenal sebagai simbol etika terpuji, dan segala yang kusaksikan dari kepribadian Ayatullah Sistani tidak kurang dari akhlak guru-guru beliau. Di akhir setiap pelajaran, beliau selalu meminta murid-murid untuk bertanya. Beliau selalu menekankan pada murid-murid agar menghormati para guru dan ulama, serta bersikap sesopan dan seramah mungkin dalam bertanya atau berdiskusi dengan mereka. Di samping itu, beliau banyak menukil kisah-kisah budi luhur guru-guru beliau. d. Takwa. Sebagai ulama Najaf Asyraf, beliau selalu berusaha menghindari segala bentuk pertikaian dan benturan. Meskipun sebagian orang menilai, sikap itu tidak lain dari pelarian diri dari kenyataan atau karena perasaan takut dan lemah diri. Namun, jika kita amati masalah di atas dari lain aspek, pertikaian dan benturan pada dasarnya adalah satu hal yang positif, dan bahkan menjadi penting dan mesti di sebagian kasus. Maka, jika ulama-ulama itu menghadapi bahaya yang mengancam maslahat dan keutuhan umat Islam atau hauzah seperti pergolakan sosial atau kerancuan di sebagian ajaran-ajaran Islam, mereka pasti segera hadir di tengah kemelut, karena mereka menyadari benar bahwa setiap ulama mesti hadir dengan ilmunya dalam situasi-situasi yang sulit. Di sini, Ayatullah Al-Uzhma Sistani dalam situasi-situasi demikian lebih memilih diam, sebagaimana dalam menanggapi situasi pasca meninggalnya Ayatullah Burujerdi dan Ayatullah Hakim r.a. dan munculnya individu-individu tak bertanggung jawab serta persaingan mereka dalam memperebutkan kedudukan. Ayatullah Sistani konsisten dengan pendirian kuatnya itu. Beliau sama sekali tidak pernah mau memperjudikan tujuan utamanya dengan kepuasan duniawi, derajat, kedudukan dan kekuasaan. e. Pandangan ilmiah. Ayatullah Al-Uzhma Sistani lebih dari seorang faqih. Beliau adalah seorang tokoh berpengalaman dan pemikir di bidang politik dan ekonomi. Beliau memiliki banyak pandangan tentang manajemen dan sosiologi serta mengikuti perkembangan zaman kontemporer di tengah masyarakat Islam. Kedudukan Marja’ Sebagian guru-guru besar hauzah ilmiah Najaf menuturkan bahwa setelah wafatnya Ayatullah Nashrullah Mustanbat, sekelompok ulama menemui Ayatullah Khu`i r.a. dan memohon kepada beliau agar mempersiapkan pengganti yang memiliki kriteria marja’ di hauzah ilmiah Najaf. Maka, Ayatullah Khu`i r.a. menunjuk Ayatullah Sistani, karena tingkat keilmuan, ketakwaan dan kepribadiannya yang kuat. Hal ini bermula dari shalat jama’ah yang dipimpin beliau di mihrab Ayatullah Khu`i r.a. kemudian membahas dan mengomentari risalah dan aliran ilmiah beliau. Ketika Ayatullah Khu`i r.a. wafat, beliau adalah satu dari para pelayat jenazah Almarhum. Beliau pula yang memimpin shalat jenazah untuknya. Setelah itu, beliau mulai memegang kendali kepemimpinan hauzah ilmiah dan mulai mengirim dan memberikan bagian dan hak-hak (jaminan santunan sosial) serta menyampaikan kuliah-kuliah di atas mimbar Ayatullah Khu`i r.a. Dengan demikian, Ayatullah Sistani nampak populer di Irak, negara-negara teluk Persia, India, dan Afrika, khususnya di kalangan remaja. Ayatullah Sistani merupakan salah satu mujtahid kaliber dengan kedalaman ilmunya. Mayoritas guru-guru besar hauzah Ilmiah Qom,Iran dan Najaf, Irak memberikan kesaksian atas kedudukan ilmu beliau. Akhirnya, kami memohon kepada Allah SWT, agar selalu mencurahkan berkah beliau kepada kaum muslimin.
mainsource:http://ikmalonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=121:ayatullah-al-uzhma-sayyid-ali-huseini-sistani&catid=55:tokoh&Itemid=77

Muhammad Taqi Misbah Yazdi



Muhammad Taqi Misbah Yazdi dilahirkan di Kota Kuari Yazd Iran pada tahun 1313 Hijriyah Samsyi (Tahun Iran) atau sekitar tahun 1934 M. Beliau menyelesaikan pendidikan dasarnya di hauzah di Kota Yazd, Kemudian beliau pergi ke Kota Najaf untuk melanjutkan dan menyelesaikan studinya, dikarenakan banyaknya permasalahan financial maka setelah 1 tahun menetap di Kota Najaf Irak beliau pindah ke Kota Qom Iran. Dari Tahun 1331 ( 1952 ) sampai 1339 (1960 ) Hijriyah Samsyi. Beliau mengikuti beberapa bidang ilmu kepada Imam Khomeini yaitu pelajaran Tafsir, Kitab Syafa milik Ibnu Sina , Kitab Asfar milik Mulla Sadra. Tidak hanya itu beliau juga menimba ilmu dari Ayatullah Allamah Thoba’thobai. Kemudian sekitar 15 tahun lamanya beliau juga mengikuti pelajaran Fiqih Ayatullah Behjat. Dikarenakan Imam Khomeini diasingkan di luar negeri maka beliau tidak lagi menimba Ilmu dari imam, Setelah beberapa tahun lamanya menimba ilmu dari Imam. Imam melakukan penelitian di bidang sosial islam yaitu Jihad, Hukum, pemerintahan islam. Beliau seorang aktifis yang memberikan perlawanan kepada rezim Syah Pahlefi dan bekerjasama dengan Syahid Doktor Bahesti, Syahid Bohnar dan Hujjatul Islam Wal muslimin Hasyemi Rafsanjani. Beliau juga di berikan tanggungjawab penuh oleh Imam untuk penerbitan Bi’tsat dan Intiqom, begitu juga untuk pendistribusian buku. Kemudian aktifitas beliau di Madrasah Haqqoni dengan rekan kerjanya Ayatullah Jannati, Syahid Bahesti dan syahid Quddusi . Selama 10 tahun beliau mengajar falsafah dan Ulumul qur’an di madrsah tersebut. Sebelum dan sesudah revolusi Islam Iran beliau membela Imam Khomeini. Beliau juga mempunyai peran yang besar di beberapa universitas dan yayasan khususnya di yayasan Rohe-e Haq di bidang Pendidikan, kemudian beliau juga diberikan kepercayaan oleh Rahbar untuk aktif di beberapa kantor hauzah , universitas, dan kebudayaan Baqir Ulum . ( kini beliau ketua Yayasan pendidikan dan penelitian Imam Khomeini ra. Pada tahun 1369 ( 1990 ) beliau menjabat sebagai Dewan Perwakilan Ahli dari kota Khuzentan. Terakhir beliau terpilih dari kota tehran sebagai Dewan Perwakilan Ahli. Karya-karya beliau diantaranya adalah falsafah Islam, Theolagi, Akhlaq, Akidah.)
mainsource:http://ikmalonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=122:muhammad-taqi-misbah-yazdi&catid=55:tokoh&Itemid=77

Ayatullah Al-Uzhma Syeikh Muhammad Taqi Bahjat Fumani

Beliau termasuk seorang ulama dan faqih terkenal kota Qom dan kini mengajar pada jenjang Bahtsul Kharij fiqih di Hauzah Ilmiah Qom. Beliau adalah ulama yang terkenal karena kezuhudan dan irfannya.

Almarhum Ayatullah Bahjat lahir di kota Fuman di penghujung tahun 1334 H. Ayahanda beliau, Karbala’i Mahmud Bahjat adalah orang yang sangat dipercaya oleh masyarakat di sekitarnya. Pendidikan beliau dimulai di Madrasah Diniyah tradisional di kota Fuman dan dilanjutkan dengan pendidikan hauzah. Setelah menyelesaikan pendidikan tata bahasa Arab di kota kelahirannya, pada tahun 1348 H., beliau pergi ke kota Qom . Tidak lama kemudian, beliau meninggalkan kota suci ini dan pergi ke kota Karbala dan berguru pada Ayatullah Al-Uzhma Abul Qasim Khu`i r.a. Pada tahun 1352 H., beliau melanjutkan pendidikannya di kota Najaf Asyraf . Di kota ini, beliau berguru pada salah seorang murid langsung dari Akhund Khurasani, penulis kitab Kifayatul Ushul. Setelah selesai mengikuti pelajaran yang diberikan oleh Syekh Agha Dhiya’ Iraqi dan Syeikh Mirza Na`ini, beliau belajar pada Ayatullah Syeikh Muhammad Gharawi Isfahani yang terkenal dengan nama Syeikh Kompani. Selain dari ulama-ulama tersebut, beliau juga banyak belajar dari Ayatullah Al-Uzhma Sayid Abul Hasan Isfahani dan Syeikh Muhammad Kazhim Syirazi. Selain ilmu fiqih dan ushul, beliau juga belajar kitab Isyarat karya Ibnu Sina dan Al-Asfar karya Mulla Shadra pada Sayid Husain Badkubei.

Sekembalinya ke Iran, beliau berguru pada Ayatullah Al-Uzhma Kuhkamarei dan menghadiri pelajaran fiqih dan ushul Ayatulah Al-Uzhma Burujerdi.

Kini, telah lebih dari lima puluh tahun beliau mengajar pada jenjang Bahtsul Kharij tinggi ilmu fiqih dan ushul. Beliau yang dikenal zahid dan arif ini lebih memilih untuk mengajar di rumah sendiri demi menghindari ketenaran yang dapat merusak keikhlasan seseorang.

Ayatullah Al-Uzhma Muhammad Taqi Bahjat termasuk salah seorang marja’ taqlid zaman ini.

mainsource:http://ikmalonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=124:ayatullah-al-uzhma-syeikh-muhammad-taqi-bahjat-fumani&catid=55:tokoh&Itemid=77

Ayatullah Al-Uzhma Syeikh Mirza Jawad Tabrizi


Beliau seorang faqih terkenal di kota Qom, yang kini aktif memberikan kuliah di jenjang Bahtsul Kharij fiqih.

Beliau lahir pada tahun 1926 di kota Tabriz. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di kota Tabriz, pada usia 18 tahun di tahun 1944, beliau masuk ke Madrasah Thalibiyah Tabriz. Selama empat tahun beliau menamatkan pelajaran-pelajaran muqadimah dan sebagian pelajaran tingkat menengah (Suthuh). Pada tahun 1948, beliau pergi ke Hauzah Ilmiah Qom untuk menyelesaikan pelajaran tingkat Suthuhnya. Setelah itu, beliau mengikuti kuliah Bahtsul Kharij Ayatullah Hujjat dan Ayatullah Al-Uzhma Burujerdi. Pada saat yang sama, beliau mulai mengajar di tingkat Suthuh. Untuk melanjutkan studinya, pada tahun 1953 beliau pergi ke Najaf Asyraf dan mengikuti pelajaran yang diberikan oleh Ayatullah Al-Uzhma Sayid Abul Qasim Khu`i r.a. dan Ayatullah Sayid Abdul Hadi Syirazi. Beliau termasuk murid Ayatullah Khu`i r.a. yang menonjol. Setelah 23 tahun aktif di Hauzah Najaf, pada tahun 1976 sekembalinya dari berziarah kepada Imam Husein a.s. di Karbala, beliau ditangkap oleh rezim Irak dan dipulangkan ke Iran. Setelah sampai di negeri asalnya ini, beliau masuk ke Hauzah Ilmiah Qom dan sampai saat ini aktif memberikan pelajaran Bahtsul Kharij fiqih dan ushul. Pelajaran yang diberikan oleh Ayatullah Al-Uzhma Jawad Tabrizi ini termasuk yang paling diminati di antara pelajaran-pelajaran semisalnya di Hauzah Ilmiah Qom.
mainsource:http://ikmalonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=125:ayatullah-al-uzhma-syeikh-mirza-jawad-tabrizi&catid=55:tokoh&Itemid=77

Ayatullah Syeikh Abdullah Jawadi Tabari Amuli


Beliau salah seorang ulama yang menonjol di bidang filsafat, irfan, tafsir Al Quran, Bahtsul Kharij fiqih dan ushul. Banyak buku berkenaan dengan ilmu-ilmu di atas yang telah beliau tulis.
Beliau dilahirkan di kota Amul pada tahun 1933 di tengah-tengah keluarga ulama dan agamis. Ayah beliau adalah salah seorang ulama dan muballigh di kota tersebut.

Setelah menamatkan Sekolah Dasar, beliau melanjutkan studinya di Hauzah Ilmiah kota Amul selama lima tahun di bawah bimbingan beberapa guru besar yang sebagian mereka adalah murid-murid Almarhum Akhund Khurasani hingga berhasil merampungkan tingkat Suthuh ilmu fiqih, ushul dan hadis.

Pada tahun 1950, beliau meninggalkan kota Amul dan berhijrah ke kota Tehran demi belajar kepada Ayatullah Syeikh Muhammad Taqi Amuli. Kemudian, beliau pindah ke Madrasah Marvi, dan di sanalah beliau mengikuti pelajaran Bahtsul Kharij ilmu logika dan filsafat di bawah bimbingan Ayatullah Sya’rani dan Ayatullah Ilahi Qomshei. Dalam bidang pelajaran Bahtsul Kharij fiqih dan ushul, beliau belajar pada Ayatullah Syeikh Muhammad Taqi Amuli. Kondisi ini berlangsung sampai tahun 1955.

Pada tahun itu juga, beliau pindah ke Hauzah Ilmiah Qom dan untuk beberapa saat beliau mengikuti pelajaran yang diberikan oleh Ayatullah Al-Uzhma Burujerdi. Sekitar tiga belas tahun lamanya beliau belajar fiqih pada Ayatullah Sayid Muhammad Muhaqqiq Damad. Selian itu, beliau juga sempat mengikuti satu paket Bahtsul Kharij ushul fiqih selama tujuh tahun di bawah bimbingan Imam Khomeini r.a. Selama dua puluh lima tahun, di bawah bimbingan Allamah Sayid Muhammad Husein Thabathaba’i beliau mempelajari kitab Asfar, Ilahiyyat Syifa`, Hikmah Muta'aliyah, Irfan Islami, Pengetahuan Tematis dalam bidang hadis dan tafsir Al Quran. Semua ini dijalaninya melalui kuliah-kuliah khusus dan beliau selesaikan dengan sempurna.
mainsource:http://ikmalonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=126:ayatullah-syeikh-abdullah-jawadi-tabari-amuli&catid=55:tokoh&Itemid=77

Ayatullah Syeikh Hasan Hasan Zadeh Amuli

Beliau adalah seorang ulama kenamaan Qom yang menguasai banyak bidang, khususnya filsafat, irfan, matematika, syair, sastra dan lain-lainnya. Banyak karya yang telah beliau tulis berkenaan dengan ilmu-ilmu ini.

Beliau dilahirkan di desa Aira, daerah bagian Larijan, kota Amul, di penghujung tahun 1347 H. (1929 M.). Nama beliau yang sebenarnya adalah Hasan bin Abdullah At-Thabari Al-Amuli. Tetapi beliau lebih dikenal dengan sebutan Hasan Zadeh.

Dasar-dasar ilmu hauzah dipelajarinya di mesjid Jami’ kota Amul. Masa belajar yang memakan waktu enam tahun ini dilewatinya di bawah bimbingan ulama-ulama besar, seperti Ayatullah Mirza Abul Qasim Farsiyu, Ayatullah Gharawi, Syeikh Ahmad I’timadi, Syeikh Abul Qasim Raja`i Latikuhi, Syeikh Azizullah Thabarsi dan Almarhum Abdullah Isyraqi.

Setelah menginjak usia 22 tahun, pada tahun 1950 beliau meninggalkan kota kelahirannya menuju kota Tehran. Di sanalah Hasan Zadeh muda berguru pada beberapa ulama besar, seperti Ayatullah Mirza Abul Hasan Sya’rani, Ayatullah Mirza Mahdi Ilahy Qomshei, Ayatullah Syeikh Muhammad Taqi Amuli, Mirza Abul Hasan Rafi'i Qazvini, Syeikh Muhammad Husein Fadhil Tuni, Mirza Ahmad Asytiyani dan Sayid Ahmad Lawasani.

Pada tahun 1963, beliau pindah ke kota suci Qom dan berguru pada Allamah Sayid Muhammad Husein Thabathaba’i, Sayid Hasan Thabathaba’i (saudara Allamah Thabathaba’i), dan Sayid Mahdi Qadhi Thabathaba’i. Dan sejak kedatangannya di kota Qom hingga hari ini, beliau sibuk belajar, mengajar dan melakukan banyak riset ilmiah.

Karya pertama beliau adalah buku yang ditulisnya sebagai catatan dan syarah atas kitab Nishabus Shibyan. Beliau juga memberikan harakat atas kitab tersebut.

Keseluruhan karya-karya Ayatullah Allamah Syeikh Hasan Zadeh Amuli dapat dibagi dalam lima kategori: karya pribadi, syarah, catatan dan keterangan, tashih karya-karya ulama terdahulu, dan makalah.

mainsource:http://ikmalonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=127:ayatullah-syeikh-hasan-hasan-zadeh-amuli&catid=55:tokoh&Itemid=77

Ayatullah Syeikh Ja`far Subhani


Beliau termasuk salah seorang fuqaha terkenal di kota Qom yang kini sibuk mengajar pelajaran fiqih dan ushul pada jenjang Bahtsul Kharij. Beliau banyak memiliki karya tulis dalam beberapa bidang ilmu agama Islam. Di antaranya adalah fiqih, teologi, dan sejarah. Beliau adalah pendiri dan pengurus Yayasan Pendidikan dan Pengkajian Imam Ja’far Ash-Shadiq a.s.
Ayatullah Syeikh Ja’far Subhani lahir pada tanggal 28 Syawal tahun 1347 H. di kota Tabriz. Keluarga beliau terkenal sebagai keluarga alim ulama yang terpandang. Ayah beliau, Almarhum Ayatullah Syeikh Muhammad Husein Subhani Khiyabani adalah salah seorang ulama dan fuqaha Tabriz yang terkenal dengan ketakwaan dan kezuhudan.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Dasar, beliau masuk ke sekolah agama tradisional di bawah pengawasan Almarhum Mirza Mahmud Fadhil, putra Fadhil Muraghi, salah seorang murid Syeikh Anshari. Di sekolah agama yang lazim disebut dengan "Maktab" ini, beliau belajar sastra Persia. Di antara buku-buku yang beliau pelajari di "Maktab" ini adalah Gholestan, Bustan, Tarikh-e Mu’jam, Nishabus Shibyan, Abwabul Jinan dan yang lainnya.

Setelah menginjak usia empat belas tahun, pada tahun 1361 H., Subhani muda masuk ke Madrasah Ilmiah Thalibiyah kota Tabriz untuk menimba dasar-dasar ilmu agama Islam sampai ke tingkat Suthuh.

Ilmu tata bahasa Arab beliau timba dari guru-guru besar seperti Syeikh Hasan Nahwi dan Syeikh Ali Akbar Nahwi. Sebagian dari kitab Muthawwal, Mantiq-e Manzhumah dan Lum’ah beliau pelajari di bawah bimbingan Allamah Mirza Muhammad Ali Mudarris Khiyabani (wafat tahun 1373 H.), penulis kitab Raihanatul Adab. Lima tahun lamanya beliau mempelajari kitab-kitab tersebut.

Kegiatan tulis-menulis beliau mulai sejak usia tujuh belas tahun. Dua kitab pertama yang beliau tulis pada masa itu yang hingga kini masih bisa kita temukan adalah Mi’yarul Fikr yang membahas tentang ilmu logika dan Muhadzdzabul Balaghah mengenai ilmu Ma’ani, Bayan dan Badi’.

Subhani muda masuk ke Hauzah Ilmiah Qom pada tahun 1367 H. dan melanjutkan pendidikan tingkat suthuh hauzah di sana. Bagian akhir dari kitab Fara`idul Ushul beliau baca di bawah bimbingan Ayatullah Mirza Muhammad Mujtahidi Tabrizi (1327-1379 H.) dan Ayatullah Mirza Ahmad Kafi (1318-1412 H.). Kitab Kifayatul Ushul beliau pelajari di bawah asuhan Ayatullah Al-Uzhma Gulpaiqani (wafat tahun 1414 H.).

Setelah menyelesaikan pendidikan tingkat Suthuh pada tahun 1369 H., beliau masuk ke jenjang Bahtsul Kharij ilmu fiqih dan ushul. Pada jenjang ini beliau berguru pada ulama-ulama besar seperti:

1. Ayatullah Al-Uzhma Burujerdi (1292-1380 H.) bab waktu shalat.

2. Ayatullah Sayid Muhammad Hujjat Kuhkamari (1301-1372 H.) bab Bai’.

3. Ayatullah Al-Uzhma Imam Khomeini (1320-1409 H.) bab Istishhab dalan bidang ushul fiqih.

Syeikh Subhani dengan tekun mengikuti pelajaran yang diberikan oleh Imam Khomeini r.a. sampai beliau untuk pertama kalinya menyelesaikan satu paket penuh ilmu ushul fiqih tingkat tinggi. Seluruh pelajaran yang diberikan oleh Imam Khomeini beliau tulis dan bukukan. Pekerjaan ini beliau selesaikan dalam tempo tujuh tahun untuk selanjutnya dicetak dan diterbitkan.

Selain mempelajari ilmu fiqih dan ushul, beliau juga mendalami ilmu filsafat dan teologi di kota Tabriz di bawah bimbingan Ayatullah Sayid Muhammad Badkubei (wafat tahun 1390 H.) dengan membaca kitab Syarah Qawaidul ‘Aqa`id karangan Allamah Hilli.

Di Hauzah Ilmiah Qom, beliau melanjutkan kajian filsafatnya dengan menghadiri pelajaran logika dan filsafat Ayatullah Allamah Sayid Muhammad Husain Thabathaba`i (wafat tahun 1402 H.). Dan pada tahun 1949-1951, beliau mempelajari kitab Syarah Manzhumah dan sebagian besar kitab Asfar karangan Mulla Sadra di bawah bimbingan guru besar filsafat itu.

Syeikh Subhani mulai mengajar dasar-dasar ilmu agama Islam semenjak masih belajar (tahun 1362 H.). Kegiatan mengajar ini berlanjut saat beliau datang ke kota Qom dan tidak berapa lama kemudian beliau mulai mengajar di tingkat Suthuh.

Beliau telah mengajar kitab Muthawwal selama tujuh tahun, beberapa kali kitab Ma’alim dan Lum’ah secara sempurna, tujuh kali kitab Faraid karya Syeikh Anshari (selama 21 tahun), beberapa kali kitab Makasib dan Kifayah, dan lima kali kitab Syarah Manzhumah.

Pada tahun 1394 H., beliau mulai mengajar ilmu fiqih dan ushul untuk jenjang bahtsul kharij yang berlanjut hingga hari ini.

Selain mengajar ilmu fiqih, ushul dan filsafat secara rutin, beliau juga mengadakan kajian-kajian mengenai teologi, ilmu Rijal, Dirayah, sejarah Islam dan Syi’ah, Milal wa Nihal, tafsir, dan sastra Arab yang menghasilkan banyak karya tulis yang berharga bagi dunia Islam.

Ayatullah Syeikh Ja’far Subhani termasuk salah seorang pencetus berdirinya majalah Maktab-e Islam. Sejak pertama kali diterbitkannya majalah ini, Syeikh Ja’far Subhani meluangkan waktunya untuk memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut masalah agama yang diajukan oleh para pembacanya dari kalangan remaja dan mahasiswa dalam kolom khusus yang disediakan untuk ini.

Beliau mendirikan sebuah yayasan yang diberi nama Muasseseh-e Ta’limati-Tahqiqati-e Imam Ja’far Shadiq a.s. dengan tujuan membangun sebuah perpustakaan khusus bagi para peneliti dan pengkaji ilmu-ilmu Islam. Aktifitas asli dari yayasan ini lama-kelamaan bertambah dengan banyak kegiatan lainnya. Antara lain, dibukanya pusat studi teologi Islam yang dibimbing langsung oleh beliau.

Selain itu, beliau juga merupakan perintis majalah ilmiah Teologi Islam yang merupakan salah satu kegiatan ilmiah besar di dunia majalah.
mainsource:http://ikmalonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=128:ayatullah-syeikh-jafar-subhani&catid=55:tokoh&Itemid=77

Ayatullah Al-Uzhma Sayyid Muhammad Huseini Syahrudi

Beliau adalah Salah seorang fuqaha besar di kBeliau lahir pada bulan Jumadil Ula tahun 1344 H. di kota Najaf, Irak.
Pendidikan dasar ilmu Islam beliau dapatkan dari ayahandanya sendiri, Almarhum Syeikh Ali Syahrbabeki dan Almarhum Syeikh Syams Zanjani. Sebagian dari pelajaran tingkat suthuh, seperti kitab Rasa`il dan Makasib beliau pelajari di bawah bimbingan ayahandanya. Sedangkan kitab Kifayatul Ushul ia pelajari dari Ayatullah Al-Uzhma Mirza Hasyim Amuli dan Ayatullah Syeikh Abdul Husein Rasyti. Pada tahun 1360 H., saat berusia 16 tahun, beliau mulai masuk ke pendidikan dasar Bahtsul Kharij dengan mengikuti pelajaran yang diberikan oleh ayahandanya sendiri, Ayatullah Al-Uzhma Sayid Mahmud Syahrudi. Mulai tahun 1383 H. hingga hari ini, Ayatullah Sayyid Muhammad Husaini Syahrudi mengajar Bahtsul Kharij di Hauzah Ilmiah Qom. ota Qom yang kini sibuk mengajar di jenjang Bahtsul Kharij ilmu fiqih di Hauzah Ilmiah Qom
mainsource:http://ikmalonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=129:ayatullah-al-uzhma-sayyid-muhammad-huseini-syahrudi&catid=55:tokoh&Itemid=77

Ayatullah Al-Uzhma Sayyid Musa Syubairi Zanjani

Beliau dikenal dengan pengetahuan hukum fiqihnya yang mendetail. Dan juga memiliki pengetahuan yang tinggi dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti ilmu Rijal, sejarah, ushul fiqih, sya’ir dan sastra Arab

Beliau dilahirkan di kota suci Qom pada tahun 1347 H. di sebuah keluarga agamis yang taat. Ayah beliau, Ayatullah Haji Sayid Ahmad Zanjani termasuk salah seorang ulama terkemukan di kota tersebut. Setelah berhasil menyelesaikan pelajaran tingkat Sekolah Dasar, beliau lalu menyelesaikan jenjang mukadimah Hauzah dan Suthuh. Setelah itu, beliau mempelajari fiqih dan ushul fiqih untuk jenjang Bahtsul Kharij di bawah bimbingan ayah beliau sendiri, Ayatullah Al-Uzhma Muhaqqiq Damad dan Ayatullah Al-Uzhma Burujerdi. Sekarang beliau masih sibuk mengajar pada jenjang Suthuh di Hauza Ilmiah Qom.

mainsource:http://ikmalonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=130:ayatullah-al-uzhma-sayyid-musa-syubairi-zanjani&catid=55:tokoh&Itemid=77

Ayatullah Al-Uzhma Syeikh Lutfullah Shafi Gulpaygani

Salah seorang fuqaha besar di kota Qom yang kini aktif mengajar ilmu fiqih dan ushul fiqih pada jenjang Bahtsul Kharij. Beliau memiliki hasil karya yang sangat berharga tentang Imam Mahdi a.s.
Beliau dilahirkan di kota Gulpaygan pada tanggal 19 Jumadil Ula tahun 1337 H. Ayah beliau, Ayatullah Akhund Mulla Muhammad Jawad Shafi, adalah seorang ulama yang banyak meninggalkan karya tulis.

Berbagai cabang ilmu, seperti ilmu kalam, tata bahasa Arab, tafsir, hadis dan seluruh pelajaran tingkat Suthuh beliau pelajari di bawah bimbingan gurunya, Akhund Mulla Abul Qasim yang terkenal dengan sebutan Quthub. Selepas itu, beliau melanjutkan pendidikannya di bawah bimbingan ayahandanya sendiri.

Pada tahun 1981, beliau berhijrah ke kota suci Qom. Guru-guru beliau di kota ini adalah:

1. Sayid Muhammad Taqi Khunsari

2. Sayid Muhammad Hujjat Kuhkamarei

3. Sayid Shadruddin Shadr Al-‘Amili

4. Sayid Muhammad Ridha Gulpaygani

5. Sayid Muhammad Husein Burujerdi

Sedangkan guru-guru beliau di kota suci Najaf Asyraf, Irak adalah:

1. Syeikh Muhammad Kazhim Syirazi

2. Sayid Jamaluddin Gulpaygani

3. Syeikh Muhammad Ali Kazhimi

Dalam banyak cabang ilmu pengetahuan, Syeikh Luthfullah Shafi sempat berguru pada Ayatullah Burujerdi selama 17 tahun di kota Qom. Setelah kemenangan Revolusi Islam Iran, beliau terpilih sebagai wakil rakyat untuk Dewan Ahli dalam merumuskan UUD. Selain itu, beliau mendapat tugas untuk menulis naskah UUD Republik Islam Iran.

Dengan dibentuknya Dewan Penjaga Revolusi melalui keputusan yang dikeluarkan oleh Imam Khomeini, beliau menerima tugas untuk menjadi salah satu anggotanya. Beberapa tahun lamanya beliau mengemban tugas mulia ini.
mainsource:http://ikmalonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=131:ayatullah-al-uzhma-syeikh-lutfullah-shafi-gulpaygani&catid=55:tokoh&Itemid=77

3 comments to "Tokoh-Tokoh Islam : Apakah Mereka ''Teroris'' atau ''Pahlawan'' didalam Islam"

  1. Anonymous says:

    bagaimana mungkin mengatakan syiah adlah bagian dari islam.
    sedangkan mereka telah menghina Ayat Al Qur'an dan hadits Rasulullah SAW.

  2. Anonymous says:

    Bagaimana mungkin mengatakan Syiah adalah bagian dari Islam.
    padahal seluruh umat Islam di dunia mengatakan mereka Kafir,sesat dan menyesatkan.
    Silahkan kalian cari di fatwa MUI.

  3. Buhan ''Pecinta Damai'' says:

    ''Janganlah kamu rendahkan siapa pun karena siapa tahu di antara mereka ada kekasih Tuhan''...Saran saya janganlah menilai sesuatu dari ketidaktahuan tetapi mencobalah dan beranilah menilai sesuatu dari sumbernya, karena berbicara sesuatu tanpa dalil akan mengakibatkan penyesalan dikemudian hari : @Anonymous : Anda mengatakan ''bagaimana mungkin mengatakan syiah adlah bagian dari islam.sedangkan mereka telah menghina Ayat Al Qur'an dan hadits Rasulullah SAW'', jangan dibutakkan akan suatu mazhab/golongan/ideologi bahkan agama, cobalah mencari yang pro dan yang yang kontra serta paparkan alasan orang yang setuju dan yang tidak tanpa menyunting demi kentingan golongan atau mazhab atau bahkan agama kita sendiri, akan tetapi nilailah seseorang itu sebagai seseorang manusia yg merupakan makhluk ciptaan Tuhan dan mencobalah untuk berani membaca, mempelajari pemikiran orang lain, jangan lah menjadi ''Zionis baru'' yang gemar memecah belah manusia, menjajah dan mengganggap ras nya saja yg sempurna..semoga kita bersatu atas dasar untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Sang Maha Pencipta

    ''Janganlah kamu rendahkan siapa pun karena siapa tahu di antara mereka ada kekasih Tuhan''...Saran saya janganlah menilai sesuatu dari ketidaktahuan tetapi mencobalah dan beranilah menilai sesuatu dari sumbernya, karena berbicara sesuatu tanpa dalil akan mengakibatkan penyesalan dikemudian hari : @Anonymous : Anda mengatakan ''Bagaimana mungkin mengatakan Syiah adalah bagian dari Islam.padahal seluruh umat Islam di dunia mengatakan mereka Kafir,sesat dan menyesatkan.Silahkan kalian cari di fatwa MUI.'', jangan dibutakkan akan suatu mazhab/golongan/ideologi bahkan agama, cobalah mencari yang pro dan yang yang kontra serta paparkan alasan orang yang setuju dan yang tidak tanpa menyunting demi kentingan golongan atau mazhab atau bahkan agama kita sendiri, akan tetapi nilailah seseorang itu sebagai seseorang manusia yg merupakan makhluk ciptaan Tuhan dan mencobalah untuk berani membaca, mempelajari pemikiran orang lain, jangan lah menjadi ''Zionis baru'' yang gemar memecah belah manusia, menjajah dan mengganggap ras nya saja yg sempurna..semoga kita bersatu atas dasar untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Sang Maha Pencipta

Leave a comment