Home , , , , , , , , , � Wahabi, Sekte Islam yang Keras Kepala ( Buku sendiri dijajakan ''Gratis'', buku orang ''Tidak Berani dibuka apalagi di baca dan dipelajari".....

Wahabi, Sekte Islam yang Keras Kepala ( Buku sendiri dijajakan ''Gratis'', buku orang ''Tidak Berani dibuka apalagi di baca dan dipelajari".....



"Bayangkan, di setiap perpustakaan Saudi tidak satupun terdapat kitab yang ditulis ulama Syiah. Sementara kitab-kitab yang didatangkan dari Mesir, mereka memilah-milahnya, jika memuat materi yang mengkritisi amalan dan keyakinan mereka, maka mereka akan menolaknya. Ini adalah bentuk penolakan baru terhadap kebenaran."
Wahabi, Sekte Islam yang Keras Kepala

Menurut Kantor Berita ABNA, Ayatullah Al Uzhma Makarim Syirazi, pada hari kesepuluh bulan Ramadhan dalam salah satu majelis tafsirnya di Haram Sayyidah Maksumah Qom menyatakan, "Kisah mengenai kehidupan nabi Nuh as dalam Al-Qur'an Majid dijelaskan dalam 28 surah. Dalam surah Nuh juga dalam 28 ayat cerita mengenai nabi Nuh as diulang dalam Al-Qur'an."

Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa misi dan tugas para Anbiyah as pada hakekatnya sama. "Anbiyah Ilahi menyelamatkan masyarakat dari gelimangan dosa, penyembahan berhala, kezaliman dan kekejian. Mereka mengajak orang-orang untuk menjadi insan-insan beriman, taat kepada Allah agar mereka mendapatkan ganjaran pahala dari Allah berupa surga dan janji-janji kenikmatan lainnya." Jelas beliau. .

Ulama yang juga sebagai marja taklid ini menambahkan, "Kesemua itu adalah agenda dan misi para Anbiyah Ilahi as. Mereka mengajarkan agar umat manusia menjauhi sifat-sifat jelek dan mengajak pada ketaatan kepada perintah-perintah Allah swt."

Beliau lebih lanjut membagi ajaran Islam menjadi 3 bagian yang tidak terpisahkan satu sama lain, yaitu aqidah, akhlak dan ahkam. Ketiganya menurut beliau digali dari Al-Qur'an dan sunnah yang merupakan khazanah keislaman yang tidak bisa diabaikan. "Sebagian orang mengatakan bahwa Al-Qur'an telah cukup menjadi petunjuk bagi kita, dan tidak membutuhkan selainnya. Padahal Al-Qur'an sendiri mengatakan bahwa ketaatan kepada Nabi saww adalah kemutlakan. Banyak kewajiban dan hal-hal yang diharamkan termasuk jumlah rakaat dalam shalat, dan hukum-hukum Islam secaa terperinci tidak dijelaskan dalam Al-Qur'an dan kita mendapatkan penjelasannya dari sabda dan hadits-hadits Nabi saww. Karenanya Al-Qur'an dan sunnah Nabi tidak dapat dipisahkan satu sama lain, mengabaikan yang satu sama halnya mengabaikan semuanya." Ucap beliau. .

Ulama yang juga dikenal sebagai mufassir Al-Qur'an lebih lanjut mengatakan, "Jika kita menginginkan hanya berpegangan kepada Al-Qur'an saja dan meninggalkan Itrat dan dan riwayat-riwayat dari Nabi, sama halnya kita merelakan sebagian dari agama ini hilang dari umat Islam."

Pada bagian lain ceramahnya beliau mengatakan, "Kepada hamba-hamba yang taat pada aturan-aturan Ilahi, Allah swt akan memberikan pahala, menghapus dosa-dosanya dan akan memanjangkan umurnya. Namun sayangnya, hanya karena persoalan harta dan warisan banyak orang yang terjebak pada kubangan dosa dan maksiat. Kita menyaksikan banyak tragedi yang tercipta karena kerakusan terhadap harta bahkan hancur rumah tangga dan keluarganya karena itu."

Beliaupun mengkaitkannya dengan kisah nabi Nuh as dan hikmah yang bisa diambil darinya. "Banyak orang yang menolak hak dan kebenaran jika disampaikan kepada mereka. Umat nabi Nuh as sampai menutup telinga dengan jari-jari mereka, dan menutupi kepala dengan pakaian-pakaian mereka agar dakwah dan ajakan nabi Nuh as atas mereka agar menetapi kebenaran tidak mereka dengarkan."

Ulama marja taklid ini menambahkan, "Lari dari kebenaran tidak akan membuat pelakunya sampai pada apa yang diinginkannya, justru semakin menjauhkannya. Sepanjang sejarah ada saja orang yng menolak kebenaran karena rasa takabur dan kesombongan yang bersemayam dihatinya. Di masa para Anbiyah as khususnya masa kehidupan nabi Muhammad saww, beliau juga mendapatkan penentangan dan perlawanan dari orang-orang yang menolak kebenaran karena sombong."

Hadhrat Ayatullah Makarim Syirazi selanjutnya mengatakan, "Hari inipun demikian, namun dalam bentuk yang sedikit berbeda. Mereka memang tidak menutup telinga dengan jari-jari mereka sebagaimana umat nabi Nuh as, tetapi mereka tetap bersikeras melakukan kekejian dan kemungkaran meskipun telah mendapat peringatan sebelumnya. Namun mereka tidak mau mendengarkan kebenaran yang disampaikan."

Ayatullah Makarim Syirazi lebih lanjut mengatakan Wahabi sebagai salah satu sekte dalam Islam yang mewakili kekeraskepalaan dan kesombongan dalam menerima kebenaran. Beliau mengatakan, "Bayangkan, di setiap perpustakaan Saudi tidak satupun terdapat kitab yang ditulis ulama Syiah. Sementara kitab-kitab yang didatangkan dari Mesir, mereka memilah-milahnya, jika memuat materi yang mengkritisi amalan dan keyakinan mereka, maka mereka akan menolaknya. Ini adalah bentuk penolakan baru terhadap kebenaran."

Beliau kemudian menyinggung perbedaan tradisi keilmuan di dunia Syiah dengan Wahabi dengan mengatakan, "Kita memegang landasan keyakinan kita dengan kuat dengan berdasar pada argumen yang logis, dan kita tidak khawatir sedikitpun terhadap apa-apa yang mereka tulis sebab itu tidak akan pernah membahayakan aqidah Syiah. Namun mereka sebaliknya, wahabi memiliki keyakinan yang rapuh yang tidak memiliki landasan argument yang kuat dan logis, sehingga mereka khawatir untuk membaca kitab-kitab Syiah sebab itu dapat meruntuhkan bangunan berpikir dan keyakinan mereka."

Hadhrat Ayatullah Makarim Syirazi dipenggalan akhir ceramahnya mengatakan, "Kita berharap semoga ulama-ulama dan cerdik pandai dari kalangan Wahabi bersedia untuk memperbaharui pemikiran mereka dan mengizinkan kepada kaum muda dikalangan pengikut mereka untuk lebih banyak belajar lagi khususnya belajar dari khazanah keislaman yang dimiliki kelompok lain. Perbedaan-perbedaan harus senantiasa didiskusikan untuk kemudian mencari titik temunya sehingga kita bisa menetapi kebenaran yang sesungguhnya. Kalaupun perbedaan tersebut tidak bisa diselesaikan minimal ia harus mampu dijelaskan dengan menggunakan argument-argumen yang kuat dan berdasar bukan dilandasi oleh fanatisme dan taklid buta." (http://abna.ir/data.asp?lang=12&id=259391)

Mujahidin yang Ikhlas Tidak Pernah Merugi
Ayatullah Subhani dalam ceramahnya menyatakan, "Berjihad harus niat ikhlas berperang di jalan Allah, bukan karena menghendaki kekayaan dan harta duniawi. Mujahidin yang ikhlas tidak pernah menerima kekalahan dan kerugian, kalau ia gugur maka ia syahid dan balasannya pahala dan surga Allah, dan jika menang, maka ia memperoleh kemuliaan sebagai pahlawan dan pejuang Islam. Tujuan mereka bukanlah harta dan kedudukan melainkan ridha Allah, sehingga gugur ataupun tetap hidup dalam peperangan mereka tetap memperolehnya selama mereka ikhlas menjalaninya."
Mujahidin yang Ikhlas Tidak Pernah Merugi

Menurut Kantor Berita ABNA, Ayatullah Al Uzhma Ja'far Subhani dalam lanjutan pembahasan tafsirnya mengenai surah As Shaf sabtu (13/8) yang berlangsung di Madrasah Hujjatiyah Qom menyatakan, "Ayat pertama dalam surah tersebut dibuka dengan bahasa yang begitu indah mengenai pengagungan kepada Allah swt yang bertasbih segala apa yang ada di langit dan di bumi atas-Nya yang kemudian dilanjutkan dengan ayat yang berhubungan dengan jihad. Dan dalam ayat tersebut Allah swt menyatakan kecintaan-Nya terhadap jihad."

"Jihad termasuk salah satu amalan terpenting dalam Islam. Sebagaimana empat amalan utama lainnya (shalat, zakat, puasa dan haji) yang memiliki rukun-rukun, jihad juga memiliki rukun-rukun tersendiri yang hampir sama." Jelas beliau.

Lebih lanjut mengenai jihad, ulama yang termasuk tenaga pengajar hauzah ilmiyah Qom ini menyatakan, "Jihad pada hakikatnya adalah satu bentuk muamalah antara hamba dengan Tuhan, tidak ubahnya jual beli sebagaimana yang kita kenal. Dalam transaksi jual beli ini, muslimin dan mujahidin menjual nyawa dan jiwa mereka kepada Allah di jalan iman dan Allah membayarnya dengan pengambunan atas dosa-dosanya dan memberinya nikmat berupa surga yang merupakan tempat kediaman yang abadi."

Beliau lebih lanjut menjelaskan, "Nabi Muhammad saww menjadikan ayat ini sebagai pemicu bagi kaum muslimin berjihad menegakkan amar ma'ruf dan nahi mungkar. Beliau juga lewat ayat ini mendidik dan mengajarkan rela berkorban kepada sahabat-sahabat dan kaum muslimin saat itu."

Ayatullah Subhani selanjutnya menambahkan, "Berjihad harus niat ikhlas berperang di jalan Allah, bukan karena menghendaki kekayaan dan harta duniawi. Mujahidin yang ikhlas tidak pernah menerima kekalahan dan kerugian, kalau ia gugur maka ia syahid dan balasannya pahala dan surga Allah, dan jika menang, maka ia memperoleh kemuliaan sebagai pahlawan dan pejuang Islam. Tujuan mereka bukanlah harta dan kedudukan melainkan ridha Allah, sehingga gugur ataupun tetap hidup dalam peperangan mereka tetap memperolehnya selama mereka ikhlas menjalaninya."

Beliau kemudian mengatakan bahwa ayat jihad tersebut untuk masa ini begitu sangat dibutuhkan pengaplikasiannya, dan masyarakat revolusioner Iran telah menunjukkan bukti ampuhnya ayat tersebut. "Iran mampu menjaga kedaulatannya sebagai sebuah Negara yang merdeka dari ronrongan musuh-musuhnya akibat rakyat yang percaya kepada janji-janji Allah dan rela mengorbankan jiwanya di medan jihad. Rakyat Iran bukanlah rakyat yang mencari-cari musuh dan suka dengan peperangan namun jika menghadapi serangan musuh rakyat Iran tidak akan gentar sampai harus lari dari peperangan. Rakyat Iran akan mengerahkan seluruh tenaga dan kesungguhannya untuk berjihad agar tidak diinjak-injak oleh musuh."

Dalam lanjutan pembahasan tafsirnya, Ayatullah Ja'far Subhani kemudian mengatakan, "Dari ayat ini kita bisa mengambil pelajaran, pentingnya kedudukan iman dalam kehidupan manusia. Kita di dunia ini jangan hanya semata-mata mementingkan kepentingan duniawi dan mengejar kebutuhan material semata, namun lebih dari itu kebutuhan ruhani akan nilai-nilai spritual harus juga dipenuhi dan mendapat perhatian yang lebih."

Selanjutnya beliau menyebutkan bahwa ayat jihad dalam Al-Qur'an adalah salah satu berita gaib yang disampaikan Allah melalui RasulNya. "Jauh-jauh sebelumnya Allah swt lewat ayat-ayatNya telah mengisyaratkan kemenangan perang Khaibar dan terjadinya Fathul Makkah, ini adalah bentuk kabar gaib yang disampaikan Allah swt kepada Nabi-Nya Muhammad saww."

Pada bagian lain ceramahnya, Ayatullah Ja'far Subhani menjelaskan, "Allah swt dari surah Al-Baqarah telah menjelaskan Islam adalah agama yang menselaraskan antara kehidupan maknawi dan kehidupan material, dan mengajarkan kepada umat manusia agar tidak hanya memperhatikan satu sisi dan mengabaikan sisi lainnya. Sementara agama lainnya, terkadang lebih mementingkan kehidupan maknawi dan spritual dan mengabaikan kehidupan material begitu juga sebaliknya."

Mengenai kehidupan maknawi dan pendidikan Islam, ulama yang juga marja taklid ini mengatakan, "Mendidik anak jangan mengambil contoh-contoh buruk dari dunia barat, melainkan didiklah generasi muda dengan merujuk pada pendidikan Islam yang mengutamakan keduanya, duniawi dan ukhrawi."(http://abna.ir/data.asp?lang=12&id=259410)

0 comments to "Wahabi, Sekte Islam yang Keras Kepala ( Buku sendiri dijajakan ''Gratis'', buku orang ''Tidak Berani dibuka apalagi di baca dan dipelajari"....."

Leave a comment