Home , , , , , , , , � Harta Banyak tapi ''KIKIR'', kemiskinan dan kelaparan pun tak membuat si Kaya ''bergeming'' untuk membantu..!!!!!! Ingat Mati wal aiiiii.....

Harta Banyak tapi ''KIKIR'', kemiskinan dan kelaparan pun tak membuat si Kaya ''bergeming'' untuk membantu..!!!!!! Ingat Mati wal aiiiii.....


Pangeran Saudi yang Bergelimang Harta

Ada yang begitu menusuk mata menyaksikan fenomena yang terjadi di dunia Islam. Di Somalia, banyak yang mati akibat kelaparan yang begitu akut.

Begitu juga di negara-negara muslim lainnya. Kemiskinan dan kelaparan menjadi sesuatu yang lumrah, bahkan menjadi keseharian yang menyayat hati.

Tapi di belahan dunia Islam lainnya, di negara yang menjadi pusat ibadah Umat Islam dunia, Mekah, para raja Arab Saudi menghambur-hamburkan uang berfoya-foya, tanpa tersentuh hukum Islam yang diberlakukan secara keras terhadap para pekerja dari negara lain, seperti tragedi yang menimpa Ruyanti yang dipancung di negara Arab itu. Hadi Suprapto dalam liputannya di rubrik sorot vivanews mengungkapkan profil para pangeran Saudi yang hidup bermewah-mewahan.

Kingdom Tower, menara pencakar langit ini adalah monumen tak terbantahkan tentang gelimang harta keluarga raja-raja Arab. Dirancang tegak setinggi 1.000 meter di Jeddah, Arab Saudi, gedung ini akan menjadi yang paling tinggi di muka bumi. Ia bakal mengalahkan Burj Khalifa di Dubai, yang saat ini dinobatkan sebagai gedung terjangkung sedunia.

Bloomberg melaporkan "Menara Kerajaan" yang berisi hotel, apartemen, dan perkantoran ini, sedang dibangun dengan biaya hingga 4,6 miliar real Saudi atau sekitar Rp10,5 triliun.


Sang pemilik adalah Pangeran Al-Walid bin Talal bin Abdul Aziz al-Saud. Tak lain, dia adalah keponakan Raja Saudi, Abdullah bin Abdul Aziz. Ayahnya, Talal bin Abdul Aziz al-Saud, adalah putra pendiri Kerajaan Saudi. Ibunya, Mona El-Solh, adalah putri perdana menteri pertama Lebanon, Riad El-Sohl.


Dilahirkan pada 7 Maret 1955--dia baru berumur 46 tahun--Al-Walid memulai karier bisnisnya pada 1979 setelah lepas dari bangku kuliah.


Associated Press melaporkan, setahun kemudian dia sudah menerima pinjaman senilai US$300 ribu dari Saudi American Bank--sekarang dikenal sebagai Samba, yang dijalankan oleh Citicorp. Jumlah itu terbilang besar pada saat itu.


Langkahnya sebagai investor mulai jadi pembicaraan ketika ia membeli sebagian besar saham Citicorp. Kala itu, Citicorp oleng gara-gara mengalami kerugian kredit di Amerika Latin dan ambruknya harga properti di Amerika Serikat.

Pangeran Walid menginvestasikan US$590 juta di Citicorp pada 1991, yang belakangan nilainya menggelembung menjadi sekitar US$6 miliar.

Sebagai anggota keluarga kerajaan Saudi, tentu saja, dia memanfaatkan kekayaan minyak negaranya. Tetapi, yang lebih dominan adalah berbagai keuntungan besar yang berhasil diraupnya dari sejumlah investasi yang dia tanamkan. Antara lain, di Rupert Murdoch News Corp, Fairmont Raffles Hotels International, Time Warner, Apple, PepsiCo, dan Walt Disney Co. Karena kelihaian dia berinvestasi, Majalah Time pada 2006 menobatkannya sebagai "Warren Buffet dari Arab".

Di bisnis hotel, nama Al-Walid juga terkenal. Dia adalah pemilik Savoy Hotel di London, Plaza Hotel di New York, dan jaringan Hotel Four Seasons-- termasuk Four Seasons Jakarta yang diakusisi dari Regent pada 2007.


Semua kekayaan ini, membuat Al-Walid jadi langganan tetap di daftar orang terkaya dunia versi Majalah Forbes. Maret lalu, Forbes menempatkan dia di urutan ke-26, dengan nilai kekayaan US$19.4 miliar atau setara Rp127,3 triliun.


Semua bisnis Al-Walid dikontrol melalui Kingdom Holding Co, di mana dia memiliki 95 persen saham.


Orang terkaya di Jazirah Arab ini memiliki istana seluas 85,9 meter di Riyadh, Arab Saudi. Menurut Time, di sinilah Al-Walid tinggal bersama kedua istrinya. Istana ini ditaksir dibangun dengan ongkos US$300 juta atau sekitar Rp2,6 triliun.


Di halaman depan, terhampar pasir berwarna. Di dalam, ada 317 kamar berlantai 1.500 ton marmer Italia, karpet oriental sutra, keran berlapis emas, dan 250 televisi. Dapurnya ada empat macam: untuk masakan Arab, Barat, Asia, dan satu lagi, dapur khusus untuk makanan penutup. Keempatnya didesain supaya sanggup memasak untuk 2.000 orang sekaligus. Tak cuma itu, istana ini juga dilengkapi laguna dan 5 ruang bioskop bawah tanah yang masing-masing berisi 45 kursi penonton.


Ditulis Bloomberg, Al-Walid juga memiliki kapal pesiar yang digunakan dalam pembuatan film James Bond "Never Say Never Again". Kapal tersebut awalnya dimiliki triliuner Amerika Donald Trump, lalu dia beli ketika triliuner Amerika ini lagi kesulitan duit.


Kapal pesiarnya tentu tak cukup satu. Menurut Majalah Economist, dia juga memiliki kapal pesiar lebih baru yang disebut 5KR-- memiliki panjang 173 meter dan dibuat dengan biaya sebesar US$500 juta.


Itu untuk di laut. Di udara, sebagaimana dilaporkan Discovery Channel, Al-Walid memiliki beberapa pesawat pribadi, antara lain: Boeing 747, Airbus 321, dan Hawker Siddeley 125. Bahkan, menurut Associated Press, dia juga pernah memesan pesawat terbesar dunia, Airbus A380. Ini membukukan nama Al-Walid sebagai pemesan perorangan pertama untuk pesawat seharga US$300 juta ini.


Bila dipakai maskapai komersial, Airbus A380 bisa memuat 525 penumpang untuk tiga kelas bisnis dan lebih dari 800 lainnya di kelas ekonomi. Pesawat ini dilengkapi bar, kasino, kamar mandi, dan tempat tidur bagi penumpang kelas satu. Luas ruangan pesawat ini setara dengan ballroom Hotel Savoy London miliknya. Pantas saja bila Associated Press menyebut pesawat ini sebagai "istana terbang" Al-Walid.


Suatu waktu, sang pangeran menyatakan bahwa segala yang spektakuler memang telah menjadi tujuan hidupnya. Dia berkata, "Jika saya melakukan sesuatu, saya akan melakukannya dengan spektakuler, atau saya tidak akan melakukannya sama sekali."


Pangeran Arab lainnya punya cara istimewa bagaimana menikmati kekayaan. Sheikh Hamad bin Hamdan Al Nahyan, misalnya. Lelaki 63 tahun itu berasal dari keluarga kerajaan Abu Dhabi. Ia punya koleksi 200 mobil, dengan nilai total US$20 juta (Rp170,9 miliar).

Itu termasuk tujuh Mercedes 500 SEL bercatkan warna-warna pelangi. Itu sebabnya dia dijuluki Sheikh Pelangi. Untuk menyimpan kendaraannya, ia membangun garasi berbentuk piramida. "Kami tak pernah sekali pun menyimpan uang di bank. Kami selalu menghamburkan uang yang kami dapatkan," ungkapnya kepada Discovery Channel.

Dia memang tak pernah berhenti menarik perhatian. Misalnya, dia mengerjakan proyek mengukir namanya sendiri pada sebuah pulau. Di pasir Al Futaisi, demikian nama pulau itu, Hamad mencetak namanya di hamparan sepanjang 3 kilometer. Tinggi hurufnya sekitar 800 meter. Kata itu, yakni sama dengan namanya - Hamad - lantas dialiri air. Konon, ukiran nama itu bisa ditatap dari luar angkasa.

Itu bukan pertama kali dia punya kegilaan terhadap sesuatu "yang besar", atau "yang maha". Misalkan, pada awal 1980an, ia pernah merakit truk terbesar di dunia. Modelnya adalah tiruan Dodge Power Wagon produksi Amerika Serikat. Truk rancangannya punya ukuran delapan kali lebih besar dari ukuran Dodge biasa. Bobotnya 50 ton. Di dalamnya, ada empat kamar tidur. Di bak truk itu, ada landasan helikopter. Yang mengagumkan, kendaraan itu bisa dioperasikan.

***

Walid dan Hamad hanyalah sebagian kecil dari ratusan pangeran kerajaan Arab yang terkenal bergelimang harta. Turut ada di dalam daftar: Muhammad bin Issa al-Jabir, Muhammad al-Amudi, Issam al-Zahid, dan Keluarga Bin Laden, untuk menyebut beberapa nama. Pada 2010 saja, seperti dilansir laman Arabian Business, nilai kekayaan 50 orang terkaya di jazirah Arab mencapai US$245 miliar (sekitar Rp2.000 triliun).

Tak semua pundi berisi uang dari minyak, komoditas andalan tanah Arab, di mana Saudi sendiri menyumbang 20 persen cadangan minyak dunia. Rezeki para raja itu juga mengalir dari properti, bisnis konstruksi, investasi di perusahaan multinasional, dan sebagainya.

Tapi menjadi kaya tak selamanya juga bernama harum. Yang kadang terdengar di kuping orang banyak adalah pelbagai rahasia di balik tembok istana. Masih terang di ingatan, pada penutupan milenium lalu, ada skandal penyelundupan kokain melibatkan seorang pangeran kerajaan Saudi.

Kasus itu luar biasa. Nilai barang haram itu mencapai US$15 juta (atau berkisar Rp128 miliar). Dari Kolombia, negeri dari mana kokain itu diterbangkan dengan Boeing 727 milik pribadi, Pangeran Nayef bin Fawaz al-Shaalan, sang otak di balik penyelundupan, membawanya ke Prancis.

Tuduhan lebih gawat pun meruyak. Penyidik dari badan penanggulangan narkotika AS (DEA) menyatakan keuntungan penjualan kokain itu konon akan digunakan sang pangeran membiayai teroris. Tak jelas, tudingan itu terbukti atau tidak.
Persidangan Nayef pun berjalan in absentia. Pengadilan menyatakan ia bersalah, dan wajib membayar denda US$100 juta. Tapi di manakah Nayef saat hakim mengetuk palu vonis?

Tak ada tempat senyaman rumah, demikian kata pepatah. Ia telah berada di Saudi, berkat akal-akalan cukup mujarab: kekebalan diplomatik. Sialnya, Prancis tak punya perjanjian ekstradisi dengan Saudi. Nayef pun tak tersentuh jangkauan hukum internasional. Di negeri sendiri, ia sudah pasti kebal hukum.

Skandal lain, yang dulunya terdengar lamat-lamat, tiba-tiba menggelegar bak meriam. Akhir tahun lalu, bocoran nota diplomatik AS disebarkan laman WikiLeaks. Dilaporkan soal kegemaran para pangeran Saudi menggelar pesta besar-besaran. Di sana ada obat-obatan terlarang, alkohol, dan tentunya seks massal.

Seperti dinukil dari laman The Guardian, para pejabat dari konsulat Jeddah melukiskan pesta Halloween diadakan diam-diam oleh para pemuda berdarah biru itu. Tak ada lagi penghormatan atas segala perbuatan yang dilarang di dalam Islam, ajaran yang jadi pegangan bagi seluruh rakyat Saudi, terutama para anggota kerajaan.

Hal ini seturut temuan stasiun televisi ABC tentang gaya hidup berlebih-lebihan para keturunan kerajaan Saudi dalam investigasi mereka di French Riviera. Dalam penelusuran itu, ABC menemui seorang wanita panggilan yang punya koneksi luas ke lingkaran dekat kaum elit, dan berpengaruh Prancis.

Sang sumber menuturkan dalam semalam, para pangeran sanggup menghabiskan sekurangnya US$50 ribu demi menjemput kesenangan dari para wanita panggilan. Abdul Aziz bin Fahd, 38, anak kesayangan almarhum Raja Fahd, adalah salah satu pelanggan utama mereka. Ia tak pernah ragu menghabiskan lebih banyak uang ketika bersama para wanita panggilan.

Di Arab Saudi, perilaku semacam itu jelas melanggar hukum, dan dapat diancam hukuman berat. Apalagi jika dilakukan oleh rakyat biasa. Tapi itu tak berlaku bagi anggota kerajaan. "Ketika anda mendengar pelanggar hukum, maka pertanyaannya adalah siapa yang melakukannya," Mai Yamani, seorang antropologis yang juga anak mantan Menteri Perminyakan, Sheikh Ahmad Zaki Yamani, seperti dikutip dari ABC. Menurutnya, di Saudi berlaku semacam ketentuan tak tertulis: para pangeran Saudi tak tersentuh hukum. Mereka ada di atas hukum. Mereka di luar hukum.

Itu sebabnya sanksi hukum seakan muskil dijatuhkan kepada keluarga istana. Tak heran Pangeran Nayef, sang penyelundup kokain itu, bebas berkeliaran di tanah Arab. Aksi protes warga, yang rata-rata berasal dari golongan minoritas Syiah, kadang muncul meningkahi tindak-tanduk keluarga istana.

Tapi protes itu seperti teriakan yang menguap di padang pasir. Kebebasan berbicara dibatasi. Tuntutan warga dihadapi secara personal. Aturan agama yang terlalu ortodoks tetap berlaku, dan petugas keamanan bersenjata lengkap kapan pun dapat menindak kaum yang tak diinginkan. Sejauh ini, keluarga kerajaan, yang juga memerintah negeri, mampu menangkis tuntutan reformasi. (IRIB/vivanews/10/9/2011)

0 comments to "Harta Banyak tapi ''KIKIR'', kemiskinan dan kelaparan pun tak membuat si Kaya ''bergeming'' untuk membantu..!!!!!! Ingat Mati wal aiiiii....."

Leave a comment