Farsnews melaporkan (10/9), rakyat revolusioner Mesir berbondong-bondong menuju Kedubes Arab Saudi dan meneriakkan yel-yel anti-politik rezim Saudi. Mereka berkumpul di depan gedung Kedubes Arab Saudi sambil melemparkan batu ke arah gedung itu. Pasukan keamanan dikerahkan untuk menjaga agar Kedubes Saudi itu tidak bernasib sama dengan gedung Kedutaan Besar Israel yang telah dirusak massa. Setelah berhasil meruntuhkan tembok sekitar, massa menjebol ke gedung Kedutaan Besar Israel di Kairo dan membakarnya. Adapun kemarahan rakyat Mesir terhadap Arab Saudi adalah campur tangan rezim al-Saud dalam urusan internal Mesir dan dukungan Riyadh terhadap kelompok Salafi di negara ini serta perilaku aparat dan pejabat Saudi terhadap para jemaah umrah dari Mesir.(IRIB/MZ/11/9/2011) Berdasarkan laporan tahunan soal kondisi kemiskinan di Israel yang dirilis oleh lembaga tersebut, tahun 2011 disebut-sebut sebagai tahun krisis bagi warga Israel. Warga Arab di seluruh wilayah pendudukan Palestina adalah kelompok yang paling miskin dalam populasi Israel. Laporan itu dirilis di saat warga Zionis melanjutkan aksi demo massif mereka menentang ketidakadilan sosial di Israel. Protes terjadi pada pertengahan Juli lalu dengan dimulainya aksi para aktivs mendirikan tenda-tenda di Tel Aviv sebagai protes atas kebijakan ekonomi dan sosial Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu. Rabu pekan lalu, polisi Israel terlibat bentrok dengan warga yang berdemo dalam rangka memprotes mahalnya biaya hidup. Dalam insiden itu, polisi menangkap 40 warga Zionis. Dalam aksi mereka, para demonstran juga menentang ekspansi permukiman ilegal Zionis di wilayah Palestina pendudukan. Seperti dilaporkan Fars mengutip al-Hayat, Ketua Dinas Intelijen Arab Saudi, Pangeran Turki al-Faisal yang juga mantan dubes Saudi di Inggris dan Amerika berusaha menyamakan Iran dengan Rezim Zionis Israel. Berbicara di konferensi "Strategi Baru" yang digelar di London, Turki al-Faisal mengkhususkan pidatonya dengan tema Timur Tengah yang bersih dari senjata pemusnah massal. Di pidatonya ia berusaha menyamakan Iran dengan Israel dan menuding program nuklir Iran menyimpang. Turki al-Faisal yang negaranya baru-baru ini menandatangani kontrak pembelian senjata dari AS senilai 60 miliar dolar dan mengirim pasukan ke Bahrain untuk menumpas aksi demo rakyat Manama menyatakan, mengingat merebaknya berbagai bentrokan, Timur Tengah saat ini merupakan salah kawasan militer di dunia. Ia menilai ambisi negara kawasan untuk memiliki senjata pemusnah massal mempunyai beragam motif, di antaranya adalah untuk kepentingan pertahanan, perlombaan senjata dan kekuatan serta menghentikan anggaran belanja senjata klasik. Ia menambahkan, Israel adalah pihak pertama yang berusaha memiliki kekuatan nuklir dan tahun 1956 Perancis berjanji membantu Tel Aviv untuk memiliki reaktor nuklir dengan kekuatan 24 megawatt dan pusat riset kimia di Dimona. Turki al-Faisal seraya mengisyaratkan apa yang ia istilahkan mimpi Iran untuk memiliki senjata pemusnah massal mengklaim, proses ini akan mengubah strategi di kawasan. "Iran dengan permainan provokatifnya "Kucing dan Tikus" bermain dengan masyarakat internasional. Hal ini membuat keseriusan Iran dipertanyakan," ungkap al-Faisal. Dalam upayanya menuding Iran, Turki al-Faisal senantiasan mensejajarkan Iran dengan Israel dan menyeru keduanya menghentikan program nuklirnya. Klaim ini dirilis di saat Israel memiliki ratusan hulu ledak nuklir, namun laporan resmi Badan Energi Atom Internasional (IAEA) serta petinggi Tehran berulang kali menekankan status damai program nuklir Iran. Di bagian lain pidatonya, Turki al-Fisal menekankan pentingnya dilanjutkannya sanksi atas negara yang tidak bersedia bergabung dengan Traktat Non Proliferasi Nuklir (NPT). Bahkan ia mendesak Dewan Keamanan PBB menjatuhkan sanksi politik, ekonomi dan militer kepada negara tersebut hingga mereka bersedia bergabung dengan NPT. Di sisi lain, pekan lalu Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad menyebut hubungan Tehran-Riyadh menguntungkan kawasan. Sikap bersahabat Ahmadinejad ini ditujukan untuk menghapus friksi antar negara Islam seperti Iran, Arab Saudi dan Mesir. (IRIB/Fars/MF/11/9/2011) Fars News melaporkan, sehari pasca pendudukan kedubes Israel dan aksi demo di depan kedubes Arab Saudi, kini giliran kedubes AS yang menjadi sasaran protes warga Mesir. Mereka dalam aksinya menuntut pengusiran dubes AS dan pemutusan hubungan dengan Washington. United Press International (UPI) melaporkan, ratusan warga Mesir Sabtu (10/9) berdemo di depan Kedutaan Besar AS di Kairo menuntut pengusiran dubes Washington dari negara ini dan pemutusan hubungan dengan Israel serta AS. Seorang saksi mata kepada UPI mengatakan, para demonstran bergabung dengan warga yang mogok dan keluarga Sheikh Umar Abdul Rahman, pemimpin spiritual Jemaat Islam Mesir. Warga juga berusaha menutup jalan yang menuju kawasan Garden City dengan meletakkan alat-alat penghambat serta perintang guna menghalagi penempatan pasukan keamanan di wilayah tersebut. Aksi ini terjadi sehari setelah pendudukan dan pembakaran gedung kedubes Israel dan memaksa dubes Tel Aviv beserta keluarga serta stafnya melarikan diri dari Mesir. Saksi mata kepada UPI juga menandaskan, meski pasukan keamanan setelah ditempatkan di lokasi berusaha membubarkan demonstran, namun rakyat dengan slogan-slogan anti Amerikanya tetap bersikukuh melanjutkan aksinya. Sejumlah demonstran lainnya meneriakkan slogan "Bebaskan Imam Kami" menuntut pembebasan Sheikh Umar Abdul Rahman yang saat ini mendekam di penjara AS dengan dakwaan terlibat dalam peledakan di New York. Atas dakwaan ini, Sheikh Umar Abdul Rahman dijatuhi hukuman seumur hidup oleh AS. Seorang pejabat keamanan di Departemen Dalam Negeri Mesir kepada UPI menandaskan, saat ini unit-unit khusus anti teror tengah menjaga keamanan kedutaan besar dan Kantor Pelindung Kepentingan negara-negara di Kairo. Menurut sumber ini, unit-unit khusus ini juga bertanggung jawab atas keamanan kedubes Israel dan Arab Saudi di wilayah Al Jizah, Kairo serta tempat kediaman para diplomat mereka dikontrol ketat oleh pasukan khusus ini. (IRIB/Fars/MF/11/9/2011) Televisi internasional Iran melaporkan, Hani Zadeh dalam dialognya dengan jaringan ini, mengatakan, "Kunjungan Erdogan ke Gaza dan rencana pertemuannya dengan warga Gaza hanyalah untuk kepentingan dalam negeri Turki." "Erdogan berusaha menarik opini publik dunia Arab ke Turki. Hal itu dilakukan Erdogan mengingat kondisi dunia Arab dan usaha Turki untuk mewujudkan peranannya di dunia Arab agar Ankara dapat mendongkrak kedudukan dan pengaruhnya di tengah negara-negara Arab," tambahnya. Hani Zadeh juga menambahkan bahwa ditangguhkannya kunjungan Erdogan ke Gaza hanyalah propaganda di kawasan dan tidak akan membantu apapun kepada rakyat Palestina. Ia menjelaskan bahwa dalam kebijakan politik luar negeri pemerintah Turki akan terlihat sebuah mata rantai yang saling bertentangan. Sebagai contoh, dari satu sisi Ankara kelihatannya memutuskan hubungan dengan rezim Tel Aviv. Namun di sisi lain, Ankara memamasang sistem anti rudal NATO di negaranya. Kebijakan tersebut menunjukkan bahwa Turki memanfatkan dengan baik kondisi sensitif dunia Arab dan Islam. Di akhir dialognya, Hani Zadeh menuturkan, "Sikap Erdogan sarat akan propaganda, dan sebenarnya Turki berusaha untuk melewati tahapan ini, yang diistilahkan dengan ‘memakan kue Arab'. Setelah melewati tahapan itu, pada akhirnya Turki akan memulai hubungannya kembali dengan rezim Zionis Israel." (IRIB/RA/RM/11/9/2011) Menurut laporan Qodsna, France 24 di laporannya menyebutkan, serangan terhadap kedubes Israel di Ankara dalam pekan-pekan lalu serta pendudukan kedubes Zionis di Kairo Jum'at malam lalu menunjukkan bahwa gelombang kebencian terhadap Zionis pasca revolusi terbaru di kawasan kian meningkat dan Israel semakin terkucil. Jum'at lalu para demonstran Mesir menyerbu gedung kedubes Rezim Zionis Israel di Kairo dan mendudukinya. Para demonstran selain merusak tembok brikade kedubes Israel juga membakar bendera rezim ilegal ini dan menggantikannya dengan bendera Mesir serta Palestina. (IRIB/Qodsna/MF/11/9/2011) Seperti dilaporkan situs Qodsna, situs chanel 2 Israel dalam laporannya terkait reaksi publik umum Israel pasca pendudukan kedubes Tel Aviv di Kairo menulis, aksi ini membuat geram dan protes Zionis serta dibarengi dengan kekhawatiran mereka. Menurut sumber ini, para politisi menuntut Mesir meminta maaf dan membayar ganti rugi sebesar satu miliar dolar akibat pengerusakan tembok brikade kedubes Israel serta pembakaran ruang gedung kedubes. Pendemo Zionis menyebut aksi pendudukan kedubes melanggar konvensi internasional dan mereka menuntut jawaban Dewan Militer Mesir. Situs ini mengklaim, petinggi Mesir telah menangkap 17 aktivis negara ini yang menjadi otak aksi pendudukan tersebut dan diserahkan ke pengadilan Kairo. Selain itu, pejabat keamanan Mesir mengkonfirmasikan keterlibatan anasir asing yang memprovokasi rakyat untuk menyerang kedubes Israel. Chanel 2 Israel membagi reaksi di tingkap publik umum Zionis terkait pendudukan kedubes rezim ini di Kairo menjadi dua bagian. Pertama mengutuk dan kedua protes atas kelambanan pemerintahan Benjamin Netanyahu mereaksi aksi tersebut. Situs ini mengutip seorang warga Zionis menulis, kami meminta Mesir secepatnya meminta maaf dan memberi ganti rugi sebesar satu miliar dolar. (IRIB/Qodsna/MF/11/9/2011) Sejak terjadi kebangkitan rakyat di Timur Tengah dan Afrika Utara, pemerintah Riyadh dengan berbagai cara selalu melindungi para pemimpin diktator Arab. Di Bahrain misalnya, pemerintah Saudi mengirimkan pasukan ke negara tersebut untuk membantu rezim Al Khalifa. Partisipasi pemerintah Saudi dengan rezim Al Khalifa dalam membantai rakyat Muslim Bahrain, menunjukkan Riyadh telah melanggar secara terang-terangan masalah internal negara lain dan tidak menghiraukan hak rakyat negara tersebut untuk menentukan nasib mereka sendiri. Rakyat dan aktivis Bahrain beurang kali meneriakkan slogan "Kematian untuk Al Saud" guna memprotes sikap Riyadh tersebut. Di Yaman, Al Saud juga berusaha keras menghalangi gerakan kebangkitan rakyat negara itu. Rezim Riyadh memberikan suaka kepada diktator Ali Abdullah Saleh dan memberikan fasilitas pengobatan kepadanya. Riyadh juga menyerahkan dana besar-besaran kepada para loyalis Saleh untuk membantai rakyat Yaman. Pemerintah Saudi melalui program inisiatif Dewan Kerjasama Teluk Persia (PGCC) berusaha mati-matian untuk menjaga rezim Saleh agar tetap berkuasa. Menanggapi hal itu, rakyat Yaman berulang kali menyerukan slogan-slogan "Kematian atas Arab Saudi" di dalam aksi unjuk rasa mereka. Hal itu dilakukan untuk memprotes sikap dan kebijakan politik rezim Riyadh tersebut. Rakyat Yaman juga menuntut Riyadh untuk menghentikan intervensi ke negara mereka. Tak jauh berbeda dengan di Yaman, pemerintah Riyadh juga berusaha mencegah meluasnya aksi unjuk rasa anti pemerintah di Yordania. Berkaitan hal itu, pemerintah Saudi telah memberikan bantuan finansial ke Amman sebesar 1,5 miliar dolar. Bahkan Riyadh mengusulkan kepada Yordania untuk menjadi anggota Dewan Kerjasama Teluk Persia, padahal posisi Yordania tidak terletak dalam kawasan Teluk Persia. Rakyat Yordania, sebagaimana rakyat Bahrain dan Yaman, melampiaskan kebencian mereka kepada Riyadh lewat berbagai aksi unjuk rasa. Pasca tumbanganya diktator Mesir, pemerintah Saudi juga berupaya keras menanamkan pengaruhnya di Kairo. Riyadh menghabiskan dana yang sangat besar di Mesir supaya kaum Wahabi mampu menanamkan pengaruhnya di tubuh pemerintahan Kairo. Ratusan perusahaan dagang dan ekonomi Saudi berada di Mesir. Perusahaan-perusahaan itu menghasilkan keuntungan yang luar biasa kepada pemerintah Riyadh. Dengan banyaknya perusahan dagang Saudi di Mesir, Riyadh berusaha menyokong kelompok Wahabi di Mesir agar menanamkan pengaruh mereka dalam tubuh pemerintahan Mesir mendatang, dengan begitu rezim Riyadh mempunyai posisi kuat di Mesir. Berdasarkan hal itu, rakyat mesir kemarin (Sabtu, 10/9) bersamaan penyerangan ke Kedubes Israel di Kairo, mereka juga menuju Kedubes Arab Saudi untuk memprotes sikap-sikap Riyadh. Alasan kuat rakyat Mesir menggelar aksi protes ke Kedubes Saudi adalah intervensi negara itu terhadap urusan internal Mesir dan dukungan rezim Riyadh terhadap kaum Salafiyah Mesir serta penghinaan terakhir Saudi kepada jamaah umrah Mesir. Rakyat Mesir tidak punya pengalaman baik dengan Arab Saudi, mereka meyakini bahwa purusahaan-perusahaan dagang Saudi di Mesir mengeruk keuntungan yang sangat besar dengan mengekploitasi dan memanfaatkan tenaga kerja Mesir. (IRIB/RA/RM/11/9/2011) Serangan tersebut merupakan aksi brutal menentang kedaulatan dan kemuliaan Mesir. Sebelumnya, rakyat Mesir memberikan kesempatan kepada pemerintahnya untuk mengambil reaksi tegas terhadap aksi rezim tersebut. Pada saat yang sama diumumkan pula peringatan bahaya dengan slogan "Pengusiran Dubes Israel Sebelum Pembakaran Kedubes" Namun pemerintah Mesir dalam mereaksi aksi rezim Zionis Israel tidak mengindahkan tuntutan rakyat dan justru menunjukkan ketidakmampuannya. Hal itu menunjukkan bahwa Kairo tidak menjawab kemarahan rakyat Mesir atas serangan militer Israel tersebut, sehingga rakyat merealisasikan ancaman mereka sesuai slogan yang di umumkan. Rakyat Mesir tidak dapat berharap banyak kepada pemerintahnya untuk menarik Dubes Mesir dari Tel Aviv, mengusir Dubes Israel dari Kairo dan membatalkan Perjanjian Camp David serta meminta ganti rugi kepada Israel, bahkan penuntutan permintaan maaf dari rezim ini. Dan ternyata, pemerintah Mesir tidak melakukan tuntutan rakyatnya, bahkan Kairo tidak mengindahkan kemarahan rakyat dan justru mengikuti kehendak Amerika. Oleh sebab itu, kemarahan rakyat mesir memuncak. Mereka menilai apa yang dilakukan pemerintah bertentangan dengan keinginan rakyat. Dan berdasarkan itu rakyat Mesir menyerang Kedubes Israel dan menurunkan bendera rezim ini. Di satu sisi, aksi tegas rakyat Mesir tersebut sebagai jawaban atas kekejaman dan pelanggaran rezim Zionis. Dan di sisi lain, merupakan reaksi atas dukungan rezim-rezim Barat pendukung Zionis yang dipimpin Presiden Amerika, Barack Obama. Sebelumnya, Obama selalu khawatir akan Kedubes Israel di Kairo dan selalu meminta Mesir untuk mentaati aturan perjanjian internasional dan dilpomatik negara ini. Hal itu disampaikan Obama kepada pemerintah Mesir tanpa mempedulikan kejahatan rezim Zionis terhadap tentara Mesir. Presiden Obama meminta dukungan Kairo untuk melindungi Kedubes Israel. Hal itu disampaikan Obama kepada pemerintah Mesir dengan tanpa menghormati kedaulatan Mesir dan melupakan serangan militer Zionis terhadap Gaza serta pembunuhan rakyat Palestina dengan senjata buatan AS.Sikap Obama tersebut semakin membuat rakyat Mesir geram. Mereka lupa bahwa peristiwa di Kairo merupakan kejadian kedua setelah peristiwa penurunan bendera Zionis dari Kedubes Israel di Tehran. Pada akhirnya Kedubes Israel di Tehran diganti menjadi Kedubes Palestina. Pada saat itu, rakyat Iran dan pemimpin mulia mereka melakukan itu dengan taruhan jiwa mereka, dan hingga kini mereka masih terus menghadapi musuh-musuh seperti Amerika, Zionis dan rezim-rezim Barat. Keberanian rakyat Mesir sama dengan keberanian rakyat Iran, namun rakyat Mesir masih membutuhkan pemerintah yang mampu dan berani memimpin mereka dalam kondisi bahaya saat ini. Suriah saat ini juga menghadapi konspirasi dan ancaman internasional. Para pengikut rezim-rezim imperialis Barat dan Arab yang dipimpin Amerika, di bawah tekanan Zionis berusaha menghancurkan dan melenyapkan kedaulatan Suriah. Mereka berusaha memenuhi keinginan rezim ilegal tersebut. Mereka menggunakan semua fasilitas Negara-negara Teluk Persia untuk menciptakan instabilitas dalam negeri Suriah, khususnya anti militer dan polisi Suriah. Namun pemerintah dan rakyat Suriah terus bertahan menghadapi segala konspirasi tersebut. Perlawanan rakyat revolusioner Mesir tidak jauh berbeda dengan perlawanan rakyat Suriah. Semangat Muqawama rakyat Mesir pun tidak kurang dari Muqawama rakyat Lebanon dan Irak. Dan pada hakekatnya, pertahanan Mesir berada di tangan rakyat negara itu sendiri. Rakyat Mesir akan memperbaiki revolusinya dan melawan anti revolusi, sehingga revolusi ini akan menang dan Mesir akan mampu mengembalikan kedudukannya sebagai pemimpin dunia Arab. Para revolusioner Mesir akan mengambil tanggung jawab dalam memperbaiki kawasan tanpa mempedulikan pernyataan-pernyataan musuh mereka yang kalah. Karena rakyat besar Mesir akan mengambil tanggung jawab dalam peran memperbaiki Timur tengah baru. Rakyat mesir dengan perlawanan gigihnya harus mampu menghancurkan semua peran agresor lama dan baru. Larinya Dubes Israel dan para stafnya dari Kairo dinilai sebagai awal kemenangan besar revolusi Mesir dan tercabutnya akar-akar rezim ini di Palestina. Kita tidak boleh melupakan pengutukan atas serangan Israel kepada lembaga-lembaga keamanan dan militer Mesir, karena sebagian menilai bahwa itu hanya alasan untuk mengabdi kepada program-program Zionis dan antek-antek mereka dengan tujuan menggagalkan revolusi para pemuda Mesir. Mereka juga ingin mengeluarkan Mesir dari dunia Arab, padahal tujuan revolusioner Mesir untuk menyelamatkan negara mereka dari tekanan perjanjian Kamp Daviv. (IRIB/RA/SL/11/9/2011)
Setelah Duduki Israel, Rakyat Mesir Serbu Kedubes SaudiPara pemuda revolusioner Mesir setelah berhasil menguasai Kedutaan Besar Israel di Kairo, menarget Kedutaan Besar Arab Saudi dalam rangka memprotes kebijakan politik rezim Saudi. Satu Dari Empat Warga Israel Miskin Lembaga Ansuransi Nasional Israel menyatakan bahwa satu dari empat warga Israel hidup di bawah garis kemiskinan dan tingkat pengangguran di rezim ini meningkat tajam.
(IRIB/MZ/12/9/2011)Arab Saudi Samakan Iran dengan Israel Hanya berselang beberapa hari setelah pidato bersahabat Presiden Republik Islam Iran terhadap Arab Saudi serta upaya untuk menghapus friksi antar negara Islam, seorang pejabat Riyadh dengan dalih program nuklir Tehran melemparkan tudingan tak berdasar terhadap Iran. Setelah Kedubes Israel, Kini Giliran Kedubes AS di Kairo Ratusan warga Mesir usai menduduki Kedutaan Besar Rezim Zionis Israel di Kairo, berkumpul di depan kedubes Amerika Serikat meneriakkan slogan-slogan anti AS serta menuntut pemutuhan hubungan dengan Washington serta pengusiran dubes AS. Ini Dia Propaganda Baru Erdogan Seorang pengamat masalah internasional, Hasan Hani Zadeh menilai penangguhan lawatan Perdana Menteri Turki Recep Tayyib Erdogan ke Jalur Gaza hanyalah sebuah propaganda pemerintah Ankara. France 24: Kebangkitan Rakyat Arab Mengawali Keterkucilan Israel Chanel France 24 di laporannya seraya mengisyaratkan penyerangan terhadap kedutaan besar Rezim Zionis Israel di Turki dan Mesir menyatakan, gelombang kebangkitan rakyat di negara-negara Arab menjadi awal keterkucilan rezim ilegal ini di kawasan. Kedubesnya Diduduki, Israel Tuntut Mesir Minta Maaf dan Bayar Ganti Rugi Pendudukan Kedutaan Besar Rezim Zionis Israel di Kairo oleh rakyat revolusioner Mesir sebagai reaksi atas tewasnya enam militer negara ini oleh serdadu Israel dua pekan lalu menimbulkan gelombang ketakutan di opini publik Zionis dan disertai dengan upaya-upaya para petinggi Israel untuk memanfaatkan suasana. Kebencian Rakyat Saudi terhadap Pemerintah Riyadh Meningkat Sikap dan kebijakan anti rakyat serta intervensi pemerintah Arab Saudi dalam kebangkitan Islam di negara-negara Arab di kawasan dan Afrika Utara, telah meningkatkan kebencian dan kemarahan rakyat Saudi kepada kelaurga Al Saud. Tehran dan Kairo, Akhir Dua Kedubes Israel Sabtu kemarin (10/9) rakyat revolusioner Mesir menduduki Kedutaan Besar Israel di Kairo. Peristiwa itu tidak begitu saja terjadi, tapi dikarenakan reaksi kemarahan rakyat Mesir atas kejahatan perang rezim Zionis Israel pasca serangan membabi buta militer rezim ini terhadap tentara Mesir di Eilat. Serangan membabi buta militer rezim itu telah menewaskan sejumlah perwira tentara Mesir.
Home � Arab Saudi , Barat , Berita , Headline News , Indonesia , IRAN , Israel , Mesir , Palestina , Sunni dan Syi'ah , Turki � Arab Saudi ( Wahabi pro Zionis ) : IRAN yg Syi'ah = ISRAEL ...!!!!! Benarkah Iran yg membela Palestina yg Sunni itu = Israel..!!!!
Arab Saudi ( Wahabi pro Zionis ) : IRAN yg Syi'ah = ISRAEL ...!!!!! Benarkah Iran yg membela Palestina yg Sunni itu = Israel..!!!!
Posted by Admin on 5:38 PM // 0 comments
0 comments to "Arab Saudi ( Wahabi pro Zionis ) : IRAN yg Syi'ah = ISRAEL ...!!!!! Benarkah Iran yg membela Palestina yg Sunni itu = Israel..!!!!"