|
Seiring dengan kebangkitan warga
Syiah di Arab Saudi, ulama Wahabi Abdul Aziz al Syaikh dan Syaikh Ali Al Huzaifi menyatakan kebencian dan ketidaksenangannya dengan menyerang Syiah secara provokatif di depan umum dalam khutbah Jum'atnya di Madinah dan Riyadh sambil mengaitkan kebangkitan Islam di kawasan Timur Tengah akibat pengaruh Republik Islam Iran.
ketidaksenangannya dengan menyerang Syiah secara provokatif di depan umum dalam
khutbah Jum'atnya di Madinah dan Riyadh sambil mengaitkan kebangkitan Islam di
kawasan Timur Tengah akibat pengaruh Republik Islam Iran.
Mufti Arab Saudi, Syaikh Abdul Aziz Abdullah Al Syaikh menuduh kebangkitan rakyat telah menimbulkan kekacauan sosial begitupun telah merusak pergaulan internasional sambil
mengatakan, "Penyebab kekacauan dan kerusakan di negara-negara Arab
umumnya, dan khususnya di negara Arab Saudi adalah fitnah sebuah kelompok sesat
yang mengenakan jubah Islam dan bersembunyi di balik topeng kemunafikan mereka.
Di balik pakaian ini mereka menyerang ummat dari dalam".
Ulama besar kerajaan tersebut menyampaikan ucapan tersebut di dalam rangkaian acara shalat Jum'at di Masjid Jami' Turki bin Abdullah di Riyadh, ibu kota Arab Saudi. Merujuk kepada Syiah Arab Saudi yang menuntut hak mereka yang diinjak-injak, beliau
mengatakan, "Mereka ini adalah orang yang lemah imannya. Mereka ini musuh
Allah dan Rasulullah, dari dulu sampai hari ini mereka berseteru dengan agama
Islam. Mereka ini tidak beriman dengan Kitab Allah, tidak percaya dengan sunnah
nabi, tidak suka kepada para sahabat serta tidak suka dengan Islam dan
penganutnya. Sebaliknya dari dahulu sampai sekarang, hati mereka bersama dengan
musuh-musuh Allah dan orang-orang kafir. Mereka inilah yang menjatuhkan dan
memukul umat Islam dengan kerja-kerja dan sikap Islami. Semua huru-hara di
sepanjang zaman dahulu terjadi melalui mereka dan kerja-kerja kelompok sesat ini."
Pengurus Majelis Ulama Saudi tersebut lebih lanjut menyamakan Republik Islam Iran sebagai tentara bayaran dari luar dan berkata, "Allah telah menganugerahkan kita dengan
berkhidmat kepada Haramain dan mengurusi keperluan para jama'ah haji. Oleh karena
itu tidak akan tercetus pertentangan antara masyarakat umum dengan pemerintah
jika tidak diprovokasi oleh tentara bayaran yang telah diupah oleh pihak asing untuk tetap memusuhi Islam."
Beliau kemudian menuding Konferensi Internasional Membela Intifadhah Palestina yang baru saja terselenggara di Teheran, ibu kota Republik Islam Iran sebagai pertemuan yang
sia-sia saja dan menunjukkan kebenciannya terhadap kebangkitan Islam dengan mengatakan, "Tiba-tiba timbul rasa tidak senang kepada negara-negara Islam oleh masyarakat Internasional
karena kita menyaksikan situasi tidak tenteram dan kekacauan di kalangan
masyarakat. Kita kecewa dan bersedih hati karena ketentraman dan kenyamanan
hidup warga selama ini dirusak oleh fitnah yang dihembuskan oleh kelompok sesat
yang konon mereka mendakwahkan diri membantu pembebasan Palestina. Bahkan
mereka telah menyelenggarakan konferensi internasional guna mendukung Palestina padahal tidak ada kebaikan apapun yang didapat dari pertemuan tersebut, selain hanya kepura-puraan dan rasa lelah saja."
Beliau mengatakan, "Setiap umat Islam tidak boleh simpatik kepada orang-orang seperti mereka apalagi sampai termakan isu bahwa mereka adalah kaum revolusioner yang menuntut
pembaharuan dan penegakan syariat Islam. Seorang muslim adalah yang aman lidah
dan tangannya bagi muslim yang lain. Namun mereka itu sebaliknya, sepanjang
sejarah hanyalah menentang Islam. Dakwaan keislaman mereka hanyalah sebuah kedustaan
yang tidak lebih dari kata-kata yang bertentangan dengan apa-apa yang mereka
kerjakan". (http://abna.ir/data.asp?lang=12&id=273077)
Seraya menjelaskan hegemoni kuat jaringan zionisme atas para petinggi AS dan Eropa, kepada para pemimpin Barat, Rahbar mengatakan, jika kelak rakyat kalian mengetahui bahwa faktor yang menyengsarakan mereka dan yang memicu kesulitan adalah ketundukan kalian kepada zionis, api kemarahan mereka akan berkobar untuk membakar sistem kapitalisme arogansi dan mengubahnya menjadi abu. |
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Rahbar
atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei di
hari kelima kunjungan ke Provinsi Kermanshah bertatap muka dengan ribuan
mahasiswa, dosen dan kalangan akademisi Kermanshah. Dalam pidatonya, beliau
menyatakan bahwa generasi muda memainkan peran kunci di negara ini baik di masa
lalu, sekarang maupun masa yang akan datang. Karena itu, pertemuan dengan para
pemuda memiliki nilai penting.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut saat ini sebagai masa perjuangan,
resistensi dan kearifan. Seraya menyinggung gelombang kebangkitan Islam dan
persaingan baik yang terbuka maupun terselubung untuk menentukan sistem
kenegaraan di Mesir, Tunisia dan negara-negara lain kawasan, beliau mengatakan,
di masa yang menentukan ini yang diwarnai dengan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan baru di kawasan, kondisi umum pemerintahan Republik Islam menjadi salah satu faktor yang berpengaruh dominan yang memainkan peran penting terhadap kondisi
sekarang dan masa depan kawasan ini.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan tentang revolusi Islam dan menuturkan,
"Revolusi Islam berarti gerakan yang menumbangkan kekuasaan rezim Syah
yang bobrok lalu membuka jalan bagi terbentuknya sebuah pemerintahan.
Pemerintahan Islam berarti identitas dan bentuk umum negara seperti yang
dimaukan oleh rakyat. Pembentukan pemerintahan Islam berarti tegaknya rangkaian
lembaga dan institusi pengelolaan negara, pembentukan masyarakat Islam dan pada
tahap berikutnya, pembentukan umat Islam. Semua itu adalah mata rantai yang
memperjelas langkah di masa lalu, sekarang dan esok."
Beliau lebih lanjut menerangkan bahwa tahap keempat dari mata rantai ini yaitu
pembentukan masyarakat Islam adalah target menengah tapi sangat penting dan
mulia. "Masyarakat Islam adalah masyarakat yang mewujudkan cita-cita besar
Islam untuk umat manusia," kata beliau.
Masyarakat Islami menurut Rahbar memiliki sederet kriteria seperti keadilan,
kebebasan, peran serta rakyat dalam mengelola negara, harga diri bangsa,
kesejahteraan umum, dan kemajuan di berbagai bidang yang mesti diwujudkan.
"Tentunya, tujuan utama dari masyarakat Islami adalah membawa manusia
kepada kesempurnaan maknawiyah, penghambaan dan makrifat kepada Allah,"
tambah beliau.
Beliau mengingatkan untuk tidak menafsirkan ide pembentukan masyarakat Islami
dengan persepsi Barat. Sebagai contoh, keadilan, kebebasan dan martabat manusia
yang menjadi ciri khas masyarakat Islami hanya mengacu pada ajaran Islam hakiki
yang berbeda dengan persepsi Barat.
Meski demikian, lanjut Rahbar, Barat juga tidak komitmen dengan slogan-slogan
dan persepsi yang dibuatnya. Di Afghanistan, Irak, Libya dan negara-negara
lain, Barat mengangkat slogan-slogan seperti demokrasi, perang melawan senjata
atom, dan perang anti terror yang ternyata hanya kamuflase untuk menunjang
kepentingan busuknya seperti menguasai kawasan-kawasan penting ekonomi dan
kekayaan bangsa-bangsa lain serta untuk melindungi rezim Zionis Israel dan
menyempurnakan mata rantai arogansinya di dunia.
Di bagian lain pembicaraannya, Rahbar menyinggung skenario AS yang menuduh Republik
Islam Iran terlibat dalam sebuah rencana teror. Seraya menjelaskan bahwa
Republik Islam memantau dengan jeli segala gerak gerik di balik tabir skenario
ini, kepada para petinggi Washington beliau memperingatkan, dengan sekuat
tenaga, Republik Islam akan membalas setiap tipu daya dan gerakan destruktif
yang mengganggu.
Menurut beliau, skenario AS mungkin ditujukan untuk meredam gejolak yang
ditimbulkan oleh gerakan anti Wall Street. "Rakyat di 80 negara mendukung
gerakan yang semakin besar ini, dan ini menjadi fenomena yang pahit dan sulit
bagi para petinggi AS," tandas beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, tindakan represif polisi dan tentara
mungkin bisa meredam gerakan ini tapi tak akan pernah bisa menghilangkannya,
dan ia akan menjadi api dalam sekam.
Seraya menjelaskan hegemoni kuat jaringan zionisme atas para petinggi AS dan
Eropa, kepada para pemimpin Barat, beliau mengatakan, jika kelak rakyat kalian
mengetahui bahwa faktor yang menyengsarakan mereka dan yang memicu kesulitan
adalah ketundukan kalian kepada zionis, api kemarahan mereka akan berkobar
untuk membakar sistem kapitalisme arogansi dan mengubahnya menjadi abu.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menambahkan, "Kalian telah meninggalkan rakyat
dan mayoritas mereka membenci kalian. Kondisi di Republik Islam Iran justeru
sebaliknya. Pertemuan akbar rakyat menunjukkan tekad kuat dan keteguhan mereka
untuk melawan setiap tipudaya."
Seraya mengingatkan bahwa selama 32 tahun, Republik Islam tak pernah tunduk
kepada kemauan lawan, beliau menandaskan, "Seluruh bangsa kita ada di
tengah medan. Kita semua adalah bagian dari bangsa dan prajurit untuk negara
dan Islam. Tubuh bangsa yang satu dan kuat ini siap melawan segala bentuk
konspirasi dan langkah setan tanpa mengenal kata mundur."
Permusuhan setan yang paling keji di dunia terhadap bangsa Iran dan
pemerintahan Republik Islam, menurut Rahbar, menunjukkan kebenaran janji Ilahi.
"Seperti yang dikatakan al-Qur'an, segala kekejian itu hanya akan menambah
keimanan kita. Pertolongan Ilahi akan menunjukkan kemenangan bangsa Iran atas
para perancang tipudaya," imbuh beliau.(http://abna.ir/data.asp?lang=12&id=273738)
Rahbar: Para Petinggi AS Bahkan Terkucil di Negara Sendiri
"Dengan melayangkan tuduhan tak berdasar yang mengaitkan beberapa warga Iran, mereka berusaha mencari alasan untuk mengesankan Republik Islam Iran sebagai pendukung terorisme, untuk selanjutnya menjadikannya sasaran serangan diplomasi dan propaganda media. Tapi, konspirasi ini gagal, akan gagal dan tidak akan berhasil seperti konspirasi-konspirasi yang sebelumnya. Tidak seperti yang mereka bayangkan, konspirasi ini malah akan membuat mereka semakin terkucil," tegas Rahbar.
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei di hari keempat kunjungan ke provinsi Kermanshah bertatap muka dengan ribuan warga Gilan-e Gharb. Dalam pertemuan akbar itu, beliau menyebut rakyat Iran khususnya para pemuda negeri ini sebagai pembela jatidiri, identitas dan harga diri bangsa dan agama. Seraya menyinggung tuduhan yang dialamatkan Amerika Serikat (AS) baru-baru ini terhadap Republik Islam Iran, beliau mengatakan, musuh berusaha keras untuk menyebarkan Iranphobia, tetapi seperti yang sudah-sudah, tak ada yang mereka dapatkan kecuali kebencian bangsa-bangsa di dunia terhadap AS yang semakin besar dan kian meningkatnya kecintaan umum kepada slogan-slogan bangsa Iran yang membanggakan.
Dalam pertemuan agung yang digelar di lapangan olahraga Gilan-e Gharb Sabtu (15/10) pagi ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut keteguhan warga kota ini selama masa serbuan rezim Baath sebagai kebanggaan bagi para pemuda daerah ini. Seraya menceritakan kunjungan beberapa kali ke Gilan-e Gharb dan daerah-daerah sekitarnya selama perang delapan tahun, beliau menambahkan, para pemuda daerah ini mesti menyadari bahwa mereka dibesarkan di lingkungan keluarga yang mengkombinasikan antara keberanian dengan keterasingan mereka selama Perang Pertahanan Suci.
"Ini sangat membanggakan dan menunjukkan adanya potensi besar spiritualitas dan nilai kemanusiaan," kata beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menilai era ini sebagai era suci untuk membela jatidiri dan harga diri bangsa serta keyakinan Islam yang kokoh. Beliau mengatakan, "Para pemuda, putra, putri dan semua mukmin yang tidak mengalami era pertahanan bangsa dan negara dengan senjata, kini tetap menyandang semangat kebangsaan dan siap membela kemuliaan dan jatidiri bangsa dan agama."
Menyinggung tipudaya dan konspirasi asing untuk mengucilkan Republik Islam Iran, beliau menegaskan, AS, Eropa dan rezim-rezim dependen melakukan segala hal untuk melumpuhkan resistensi bangsa Iran. Realita ini menunjukkan keagungan nilai kegigihan dan keteguhan bangsa Iran terhadap cita-citanya.
Dalam beberapa hari terakhir, jelas Rahbar, jaringan media massa Zonisme internasional gencar memberitakan dukungan Iran kepada terorisme dan ini adalah bagian dari mata rantai tipudaya terus menerus yang dilakukan kubu arogansi dunia.
"Dengan melayangkan tuduhan tak berdasar yang mengaitkan beberapa warga Iran, mereka berusaha mencari alasan untuk mengesankan Republik Islam Iran sebagai pendukung terorisme, untuk selanjutnya menjadikannya sasaran serangan diplomasi dan propaganda media. Tapi, konspirasi ini gagal, akan gagal dan tidak akan berhasil seperti konspirasi-konspirasi yang sebelumnya. Tidak seperti yang mereka bayangkan, konspirasi ini malah akan membuat mereka semakin terkucil," tegas beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam lebih lanjut menjelaskan transformasi terkini di kawasan dan dunia seraya menyebut AS sebagai rezim dan negara yang paling dibenci oleh bangsa-bangsa di dunia. Beliau menambahkan, "Dua tahun lalu, Presiden AS saat berkunjung ke Mesir membuat pernyataan-pernyataan yang muluk untuk menipu opini umum di kawasan. Tapi kini, di negara yang sama dan di negara-negara lain di kawasan, rakyat justeru meneriakkan slogan-slogan anti AS."
Seraya menerangkan kecemasan Presiden AS menghadapi bangsa-bangsa di kawasan, beliau mengungkapkan, "Saat berkunjung ke Afghanistan yang dikuasai oleh pasukan AS dan NATO, orang ini bahkan sama sekali tidak keluar dari pangkalan militer Begram. Dia tidak berani pergi ke Kabul. Sebab, dia terkucilkan di mata bangsa-bangsa dunia, dan takut terhadap mereka."
Berbicara tentang kondisi di dalam negeri AS, Rahbar mengangkat masalah gerakan anti Wall Street yang merebak ke berbagai kota lainnya di AS. Kepada para petinggi AS beliau mengatakan, "Kalian bahkan dikucilkan oleh bangsa sendiri dan kalian takut kepada mayoritas rakyat kalian. Apakah dengan kondisi ini kalian ingin menyebarkan Iranphobia dengan omongan kosong kalian?"
Di bagian lain pembicaraannya, Ayatollah al-Udzma Khamenei memuji keteguhan bangsa Iran dalam menghadapi kubu arogansi dunia, seraya mengatakan, "Ingatlah selalu bahwa Republik Islam Iran berpihak kepada bangsa-bangsa tertindas dan melawan kaum penindas. Dengan segenap tenaga Republik Islam Iran siap menghadapi arogansi dan tak akan mundur sedikitpun dari cita-citanya."
Seraya menyatakan bahwa slogan-slogan Republik Islam Iran diminati oleh bangsa-bangsa lain di dunia, beliau menambahkan, seiring dengan kecenderungan yang semakin besar ini, para petinggi AS hanya memiliki pengagum yang berjumlah kecil yakni hanya satu persen.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut kebangkitan Islam di kawasan yang semakin luas sebagai transformasi yang sangat penting di Timur Tengah. Beliau menjelaskan, para pemuda yang cerdas di negara ini harus mempertahankan Islam sebagai faktor yang menyelamatkan kehidupan materi dan spiritual. Tak diragukan, bahwa masa depan adalah milik Islam. Panji Islam, insya Allah, akan berkibar di seluruh kawasan dan akan terbentuk satu komunitas dari bangsa-bangsa di kawasan yang kuat, kompak dan terhormat.
Rahbar dalam pidatonya menyebut organisasi Basij sebagai prakarsa inovatif dari Imam Khomeini (ra). Beliau menyatakan bahwa Iran memerlukan semangat Basij untuk meraih kemajuan di berbagai bidang.
|
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei di hari ketiga kunjungan ke provinsi Kermanshah Jum'at (14/10) pagi hadir dalam sebuah pertemuan dengan ribuan relawan Basij Kermanshah. Pertemuan itu berlangsung dalam suasana penuh khidmat dan loyalitas kepada revolusi dan kepemimpinan revolusi.
Rahbar dalam pidatonya menyebut organisasi Basij sebagai prakarsa inovatif dari Imam Khomeini (ra). Beliau menyatakan bahwa Iran memerlukan semangat Basij untuk meraih kemajuan di berbagai bidang.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menjelaskan cita-cita agung revolusi Islam dan resistensi pemerintahan Islam menghadapi kubu hegemoni dan arogansi dunia. Beliau mengatakan, "Pemerintahan seperti ini pasti berhadapan dengan berbagai tantangan. Karena itu, Imam Khomeini merintis pembentukan organisasi Basij sebagai salah satu pilar utama kesiapan pertahanan negara. Saat itu beliau mengatakan, jika sebuah negara memiliki kekuatan 20 juta manusia yang siap membela pertahanan, tidak akan ada satu kekuatan pun yang berani mengusiknya, dan negara seperti ini tidak akan pernah kalah."
Ayatollah al-Udzma Khamenei menambahkan, "Tentunya kesiapan Basij ini tidak meniscayakan keterlibatan seluruh anggotanya dalam lingkup militer. Tetapi yang dimaksud adalah kesiapan untuk berjuang. Bangsa dengan seluruh anasirnya yang siap berjuang tidak akan terkalahkan. Dan, Imam Khomeini adalah sumber dari inovasi ini."
Beliau menandaskan, jika dulu di tahun 1358 HS (1980) targetnya adalah membentuk kekuatan 20 juta Basij, kini target yang dikejar adalah puluhan juta.
"Tentunya masalah militer dan pertahanan hanya satu dimensi dari Basij, sebab Basij juga meliputi dimensi-dimensi lainnya seperti keilmuan, kreativitas dan inovasi."
Rahbar menerangkan bahwa salah satu keistimewaan Basij adalah keikhlasannya dalam bekerja. "Semangat Basij dengan kriteria ini bisa muncul di semua bidang aktivitas di negara ini. Tetapi hal itu tidak lantas membuat semangat Basij lalai akan kesiapan pertahanan."
Berbicara mengenai resisten bangsa Iran dalam 32 tahun terakhir dan merebaknya pemikiran Islam dan revolusioner bangsa Iran di kawasan serta tipudaya kubu adidaya dunia yang tak berkesudahan, beliau menandaskan, untuk mencapai kemenangan akhir banyak tantangan dan perjuangan yang mesti dihadapi. Karena itu, pemerintahan Islam selalu memerlukan kekuatan pertahanan yang kuat, sadar, kokoh dan siaga, yang terjelma dalam jiwa Basij.
Kesabaran, keteguhan, dan keyakinan akan pertolongan Allah, kata beliau, adalah kunci utama bagi kemenangan front kebenaran.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menambahkan, terkait gerakan umum revolusi dan pemerintahan Islam, Basij memainkan peran lintas masa. Jika merasa ada penyimpangan dalam gerakan revolusi dan pemerintahan, Basij akan bangkit melawannya.
Ayatollah al-Udzma Khamenei lebih lanjut mengimbau para pemuda khususnya pemuda Basij untuk memperdalam pengetahuan agama, memperluas daya pengaruhnya terhadap lingkungan dan memperkuat hubungan spiritualnya.
"Loyalitas generasi muda saat ini kepada kepercayaan dan norma-norma Islam lebih besar dan lebih dalam dibanding tahun-tahun pertama revolusi," tandas beliau.
Seraya menjelaskan bahwa prospek cerah menanti negara ini, tidak seperti yang dikatakan oleh musuh dan oknum-oknum yang berpikiran jahat, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, gerakan revolusi Islam adalah gerakan yang sukses. Buktinya adalah realita yang bisa disaksikan dan kemajuan yang berhasil dicapai bangsa Iran dalam 32 tahun ini.
Wakil Ayatullah Sistani dibunuh di Karbala
Beliau menggarisbawahi bahwa gerakan maju revolusi tidak menafikan adanya berbagai kesulitan. Akan tetapi, segudang pengalaman di berbagai bidang bisa menjadi bekal bagi para pengelola berbagai instansi negara.
Ulama dan wakil Ayatullah Sistani yang dikenali sebagai Mahand Mi’mar (Abu Zainab) meninggal di Karbala akibat serangan teroris. |
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Mahand Mi’mar (Abu Zainab), ulama dan wakil Ayatullah Sistani terbunuh dalam satu serangan teroris di kota Karbala.
Ulama tersebut ditembak sampai mati oleh sekelompok bersenjata sewaktu dalam perjalanan pulang setelah selesai shalat Maghrib dan Isya' di kawasan Saif Sa'd.
Menurut saksi, beberapa orang yang tidak dikenali keluar dari sebuah mobil dan menghampiri Syaikh Mahand Al-mi'mar. Akibat serangan tersebut beliau dan pembantunya mati seketika di tempat kejadian.
Pelaku penembakan segera melarikan diri ketika melihat korbannya terkapar dan peristiwa tersebut dapat disaksikan dengan mudah oleh orang banyak yang berada di lokasi kejadian.
Setelah mendapat laporan, pihak kepolisian segera menuju lokasi kejadian dan melakukan pengepungan dan menutup batas kota Karbala. Belakangan ini kelompok teroris semakin merajalela dan akibat kebiadaban mereka tercatat 22 orang meninggal dalam beberapa hari yang lalu.
Rahbar: Iranphobia Disebar AS Karena Iran Semakin Kuat
Ayatollah al-Udzma Khamenei mengatakan, rezim arogan Amerika Serikat (AS) terjebak dalam kesulitan akibat kebijakan dan langkahnya yang keliru.
|
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Apel bersama satuan tentara dan polisi provinsi Kermanshah di markas Divisi 81 Kendaraan Lapis Baja Angkatan Darat Tentara Republik Islam Iran Kamis (13/10) sore dihadiri oleh Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei. Kehadiran Rahbar di Markas Divisi 81 itu diawali dengan tugu syuhada untuk membawa surat al-Fatihah bagi ketinggian derajat para syuhada. Beliau kemudian meninjau barisan satuan-satuan yang hadir dalam apel tersebut.
Rahbar yang juga Panglima Tertinggi Seluruh Korps Angkatan Bersenjata dalam pidatonya menyinggung kekuatan angkatan bersenjata Republik Islam Iran yang semakin meningkat dalam tiga dekade ini seraya mengatakan, hari ini, bangsa Iran, pemerintahan Republik Islam dan angkatan bersenjatanya mendapat tempat yang terhormat di mata bangsa-bangsa di kawasan.
Beliau menjelaskan bahwa faktor utama yang mendorong kekuatan arogan untuk menebar Iranphobia dan Islamphobia adalah kekuatan dan kekokohan pemerintahan Islam di Iran yang semakin besar.
"Tindakan bodoh dan tak menghasilkan yang berulang kali dilakukan oleh para politikus Barat untuk menebar Iranphobia tidak akan membuah hasil," tandas beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei mengatakan, rezim arogan Amerika Serikat (AS) terjebak dalam kesulitan akibat kebijakan dan langkahnya yang keliru.
Beliau menambahkan, cara-cara materi, tatapan yang congkak dan jiwa agresor bukan solusi yang tepat untuk keluar dari kesulitan AS seperti yang dihadapinya di Afghanistan. Tapi solusi yang benar adalah cara yang dilakukan oleh Republik Islam, yaitu dengan logika, akal, dan spiritualitas.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menilai angkatan bersenjata memiliki kelebihan yang istimewa. "Menjaga keamanan sebagai kondisi yang diperlukan untuk kemajuan di semua bidang dan keimanan yang kokoh untuk mengorbankan jiwa adalah dua kriteria menonjol yang dimiliki angkatan bersenjata Republik Islam Iran," tegas beliau.
Menyinggung kekalahan rezim Saddam dan kekuatan adidaya yang membelanya termasuk Setan Besar, AS, dalam perang delapan tahun, Rahbar mengungkapkan, resistensi dan kemenangan bangsa Iran dalam perang yang dipaksakan telah membuktikan kepada dunia bahwa agresi ke Republik Islam Iran harus dibayar mahal.
Di akhir upacara, satuan-satuan tentara dan polisi yang hadir dalam apel bersama melakukan parade di depan Panglima Tertinggi Seluruh Korps Angkatan Bersenjata.
Tabasi: Huzaifi Ingkar Sunnah Nabi dan Keluar dari Islam
Hujjatul Islam Wal Muslimin Najmuddin Tabasi menunjukkan reaksinya terhadap propaganda murahan Imam shalat Jum'at Madinah dengan mengatakan, "Al-Huzaifi yang bersikap lancang terhadap anak cucu Nabi tanpa hak di atas mimbar baginda perlu tahu, bahwa menurut fatwa Ahlusunnah sendiri dia jelas mengingkari sunnah Rasul dan menyebabkan ia keluar dari Islam".
|
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Hujjatul Islam Wal Muslimin Najmuddin Tabasi menunjukkan reaksinya terhadap propaganda murahan Imam shalat Jum'at Madinah dengan mengatakan, "Al-Huzaifi yang bersikap lancang terhadap anak cucu Nabi tanpa hak di atas mimbar baginda perlu tahu, bahwa menurut fatwa Ahlusunnah sendiri dia jelas mengingkari sunnah Rasul dan menyebabkan ia keluar dari Islam".
Beliau menjelaskan demikian pada hari sabtu lalu dalam wawancara dengan wartawan ABNA. Katanya, "Sebagaimana Al-Quran menjelaskan: "و اذا خاطبهم الجاهلون قالوا سلاما" (dan apabila orang-orang yang berkelakuan keji, hadapkan kata-kata kepada mereka, mereka menjawab dengan perkataan yang selamat). Penghinaan Al-Huzaifi lebih kecil berbanding para marja', ulama Syiah atau hauzah ilmiyah".
Ustad Aqidah ini menerangkan kedudukan mimbar Nabi lebih tinggi dari manusia hina seperti Huzaifi yang mendudukinya. Beliau menambah, "Meletakkan beliau di atas mimbar Masjid Nabawi, penghinaan beliau ke atas Imam Mahdi dan simbol suci Islam yang lain bukanlah hal yang baru karena orang-orang yang terdahulu sebelumnya di atas mimbar yang sama telah menghina Ali bin Abi Talib."
"Marwan Hakam, Hajjaj Thaqafi, Busr bin Arthah, Musrif bin Uqbah, Khalid bin Abdullah Al-Qashri, Mughirah bin Shu'bah dan puluhan orang yang sama seperti individu ini adalah golongan terdahulu sebelum Huzaifi di mana di atas mereka menghina kesucian Ahlul Bait di atas mimbar".
Akhtari: Kebencian terhadap Ahlul Bait Membuat Mereka Buta
Hujjatul Islam Muhammad Hasan Akthari berkaitan dengan ucapan ulama Wahabi yang menghina Syiah mengatakan, "Tanggapan kami terhadap ucapan yang tidak berasas tersebut adalah jelas, bahwa Abdul Aziz Al Syaikh berupaya menutup-nutupi hal sebenarnya yang terjadi di Arab Saudi terutama syariat yang diinjak-injak oleh Raja Saudi."
|
|
Menurut Kantor Berita ABNA, seiring dengan penghinaan Abdul Aziz al Syaikh, imam Shalat Jum'at di Riyadh atas pengikut mazhab Ahlul Bait as dan kelancangan khatib Madinah Syaikh Huzaifi terhadap imam Zaman, pimpinan Majma Jahani Ahlul Bait mengecam keras ucapan dan propaganda negatif mereka terutama upaya mereka melindungi kezaliman pemerintah Kerajaan Saudi.
Hujjatul Islam Muhammad Hasan Akthari berkaitan dengan ucapan mereka mengatakan, "Tanggapan kami terhadap ucapan yang tidak berasas tersebut adalah jelas, bahwa Abdul Aziz Al Syaikh berupaya menutup-nutupi hal sebenarnya yang terjadi di Arab Saudi terutama syariat yang diinjak-injak oleh Raja Saudi."
Merujuk kepada kebencian Syaikh Huzaifi terhadap Ahlul Bait, Akhtari mengatakan, “Huzaifi telah beberapa kali mengadili mazhab Syiah secara in absentia dan dengan kelancangan bahasanya. Ia telah beberapa kali bersikap biadab, mencela dan menuduh secara tidak adil terhadap pengikut Ahlul Bait as”.
Beliau menegaskan bahwa kebanyakan ulama Wahabi Arab Saudi memperalat kedudukan agama mereka demi mengambil bagian dalam membela pemerintah yang membunuh banyak orang tidak berdosa. Kata beliau, “Sudah tentu Huzaifi sendiri telah memberi jawaban kepada dirinya sendiri di dalam ucapannya. Beliau menuduh sebuah negara asing telah masuk campur dalam urusan Arab Saudi; sedangkan jika masuk campur dalam urusan sebuah negara itu adalah tidak sah, terlebih dahulu lebih baik beliau memprotes kerajaan Saudi yang melakukan kezaliman dan turut campur dengan urusan dalam negeri Bahrain dan menuntut pasukan militer mereka keluar dari Bahrain”.
“Apa hak mereka menyerang Bahrain dan menjajahnya? Apa sebab dan hasrat mereka menjadikan rakyat Bahrain sebagai musuh mereka? dan mereka juga membunuh lelaki, perempuan, kanak-kanak, remaja dan orang tua? Sekarang sudah berpuluh-puluh rakyat Bahrain dibunuh. Jikalau mencampuri urusan dalam negeri sesebuah negara tidak dibenarkan -yaitu kita juga tidak membenarkannya - Huzaifi dan Al Syaikh hendaklah mengawali kritikan terhadap kerajaan Arab Saudi. Jikalau mereka berani, hendaklah mereka menyerang Raja Saudi dan bertanya: Mengapa kalian mengirim militer yang kemudian menyerang penduduk sipil Bahrain?"
“Perumpamaan Huzaifi tidak akan sekali-kali menjadi sebagian daripada iman kepada Allah. Beliau memperalat shalat dan mimbar demi hawa nafsu dan mengeruk kepentingan peribadi. Beliau selalu menyalahgunakan mimbar-mimbar masjidil haram dan masjid Nabawi”. Tegas ketua Majma Jahani Ahlul Bait ini.
Mengenai fatwa-fatwa ulama Wahabi yang kebanyakan tidak Islami, beliau mengatakan, “Mereka mempergunakan kedudukan pemberi fatwa bukan untuk kebenaran dan lebih seringnya malah untuk mengkafirkan umat Islam yang tidak sepahaman dengan mereka. Mereka belum cukup dengan hanya mengkafirkan Syiah saja”.
Anggota Majelis Ilmu Rahbar ini turut mengkritik keangkuhan Huzaifi dalam membicarakan akidah mahdawiyat. Akhtari mengatakan, “Orang ini jahil dan tidak mengetahui apa-apa sehingga biadab terhadap Imam Zaman. Masalah kehadiran Imam Zamanpun sangat jelas bahkan bagi mereka yang awam sekalipun. Namun orang seperti beliau tidak bersedia merujuk kepada kitab-kitab sendiri seperti Kutubu Sittah, untuk melihat dan memahami riwayat-riwayat tentang Imam Mahdi yang dinantikan. Tokoh-tokoh dan ulama Syiah selalu menyampaikan bahwa kami bersedia berbicara bersama mereka di dalam pertemuan-pertemuan resmi dan ilmiah supaya mereka membawa dalil dan argumentasi mereka untuk kami dengar. Namun mereka tidak pernah bersedia untuk berdiskusi”.
Pimpinan Majma Jahani Ahlul Bait turut menyinggung mengenai dakwaan-dakwaan ulama Wahabi bahwa Saudi memberikan kebebasan kepada masyarakat Syiah di negaranya. Beliau mengatakan, “Sekiranya mereka prihatin terhadap rakyat Arab Saudi dan hak-hak Syiah, lebih baik mereka ke kawasan penduduk Syiah seperti wilayah Timur dan melihat dengan mata sendiri secara lebih dekat, di mana Syiah di Arab Saudi dilarang dan diharamkan dari melangsungkan shalat berjamaah dan mengadakan majelis-majelis Al-Quran. Apakah mereka tidak melihat samada Huzaifi memberi kebebasan atau menyakiti pengikut Ahlul Bait di Madinah, Makkah, Qatif dan Awwamiyah? Atau karena mereka jahil dan fanatik untuk memahami apa yang terjadi?”.
Akhtari mengatakan kepada Huzaifi dan Al Syaikh, “Mereka mesti memberikan jawaban mengapa Syiah di Arab Saudi disisihkan dari kerajaan dan tidak mendapat jabatan apapun dalam kerajaan? Mengapakah mereka dilarang dari memperolehi hak-hak sebagaimana penduduk di kawasan Arab Saudi yang lain? Semua ini terjadi sedangkan lebih 3 juta Syiah, mazhab-mazhab dan berbagai suku tinggal di Arab Saudi”.
“Saya dapat merasakan bahwa Huzaifi dan Al Syaikh sebagaimana Bin Baz dan para ulama yang lain serta penyokong kezaliman, disebabkan mempunyai rasa benci dan perseteruan dengan Ahlul Bait, mereka menjadi seperti hari ini. Sungguh pun mereka juga mendakwah mencintai Ahlul Bait, namun ungkapan cinta pada Ahlul Bait tidak dapat memperdayakan umat Islam dan mereka tidak menerima kata-kata seperti ini”. Tegas Akhtari.
Beliau menambahkan, “Dari sisi lain, semua orang tahu bahwa individu seperi mereka adalah boneka. Mereka adalah orang upahan Al Saud dan kerajaan Saudi tidak sering turun ke lapangan politik dan masyarakat. Mereka tidak mampu menghadapi tuntutan-tuntutan hak rakyat, disamping menyerang kebebasan berpikir dan yayasan-yayasan hak asasi manusia. Agen mereka ini digerakkan dan mereka diminta berbicara tentang ini”.
Selain itu, beliau turut menceritakan tentang berbagai kerusakan di kalangan keluarga Raja Saudi, “Kerusakan dan kekejian mereka serta keluarga mereka di Eropa, dan berbagai tempat yang lain adalah sesuatu yang tidak dapat dinafikan. Sekarang jikalau ulama Wahabi jujur berbicara, persoalkanlah tentang mereka yang meminum arak, judi dan bermain anjing. Jikalau mereka ini sadar tentang Islam, sekurang-kurangnya ada sekali dalam setahun mengkritik semua kekejian dan kerusakan keluarga Al Saud, termasuk melakukannya di dalam Haramain. Namun individu seperi ini tidak berani dan enggan berbicara untuk menentang kehendak Al Saud. Mereka ini adalah kaki tangan dan tidak mempunyai pilihan lain dari seorang hamba selain berkata iya di depan tuannya”.
Berkaitan dengan kebangkitan penduduk Syiah di Arab Saudi, ulama Saudi Abdul Aziz Al Syaikh dan Syaikh Ali Al-Huzaifi dalam khutbah Jumaat lalu di kota Riyadh dan Madinah melancarkan serangan sengit terhadap Syiah sambil menyatakan rasa sakit hati terhadap kesadaran dan kebangkitan rakyat kawasan yang dikaitkan dengan Iran. Akibatnya merekapun tidak segan-segan mengeluarkan opini yang menghina kesucian mazhab Ahlul Bait as.
Rahbar: Membendung Fitnah adalah Tugas Ulama Syiah dan Sunni
Rahbar dalam ceramahnya menyinggung upaya tiada henti yang dilakukan musuh untuk menebar perselisihan di antara Syiah dan Sunni seraya menyebutnya sebagai modus untuk melemahkan Islam. Beliau berkata "Para ulama Syiah dan Sunni harus jeli membaca tipu daya musuh. Perlu digelar pertemuan bersama dan kerjasama untuk menyusun strategi membendung konspirasi itu." |
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Rahbar
atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Rabu
(12/10) malam dalam acara pertemuan dengan para ulama, rohaniawan dan pelajar
agama Syiah dan Sunni provinsi Kermanshah menjelaskan perkembangan dan
gelombang ketiga kecenderungan kepada Islam di kawasan yang muncul setelah
kebangkitan Islam dan lahirnya gerakan anti kapitalisme Barat. Beliau
menyatakan bahwa dalam situasi seperti ini, tugas yang diemban ulama dan
rohaniawan semakin berat.
"Hari ini, ketika klaim Republik Islam tentang kegagalan sistem marxisme
sudah terbukti dan sistem kapitalisme kini sedang bergerak ke arah kebuntuan,
dengan memanfaatkan landasan logika dan sesuai dengan tuntutan zaman, para
ulama dan rohaniawan harus tampil mengenalkan ajaran Islam yang logis kepada
para pendamba Islam di seluruh dunia yang jumlahnya semakin meningkat,"
kata beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengimbau kalangan rohaniawan supaya mempersiapkan
mental dan keilmuan secara matang untuk masuk ke arena-arena yang baru dan
sulit. "Jangan pernah gentar melihat kesulitan kerja. Tapi sebaliknya,
kejarlah pekerjaan-pekerjaan yang nampaknya mustahil dan tidak mungkin
dilakukan," imbuh beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut kemenangan revolusi Islam di Iran dan
kemenangan besar revolusi Mesir saat ini sebagai fenomena yang nampak mustahil.
Beliau menandaskan, "Para ulama dan ruhaniawan mesti menatap target yang
besar dalam bertabligh dan melaksanakan tugas mereka."
Rahbar menyinggung upaya tiada henti yang dilakukan musuh untuk menebar
perselisihan di antara Syiah dan Sunni seraya menyebutnya sebagai modus untuk
melemahkan Islam. Beliau menambahkan, "Para ulama Syiah dan Sunni harus
jeli membaca tipu daya musuh. Perlu digelar pertemuan bersama dan kerjasama
untuk menyusun strategi membendung konspirasi itu."
Pemimpin Besar Revolusi Islam lebih lanjut membagi gelombang kecenderungan
kepada Islam di dunia ke dalam tiga periode. Pertama, geliat Islam yang muncul
seiring dengan kemenangan revolusi Islam di Iran. Kedua, adalah kecenderungan
kepada Islam yang lahir bersama dengan runtuhnya sistem marxisme. Dan periode
ketiga adalah gerakan rakyat di kawasan akhir-akhir ini yang diwarnai pula dengan
kekecewaan umum terhadap sistem kapitalisme.
"Dalam kondisi yang krusial seperti ini, ruhaniawan harus membekali diri
dengan senjata spiritual dan ilmu agar dapat mengenalkan ajaran Islam sesuai
al-Qur'an dan Sunnah dengan cara yang logis dan dipahami oleh geneasi
sekarang," kata beliau.
Rahbar: Pengorbanan Syuhada adalah Penyelamat Negara dan Bangsa
Rahbar Kamis (13/10) pagi dalam acara pertemuan dengan keluarga para syuhada, pejuang dan veteran cacat perang menyebut pertemuan dengan keluarga syuhada, pejuang dan veteran perang sebagai salah satu pertemuan yang agung. |
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Rahbar
atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Kamis
(13/10) pagi dalam acara pertemuan dengan keluarga para syuhada, pejuang dan
veteran cacat perang menyebut pertemuan dengan keluarga syuhada, pejuang dan
veteran perang sebagai salah satu pertemuan yang agung. Beliau mengatakan,
"Jiwa pengorbanan adalah penyelamat negara dan bangsa. Tidak ada satupun
masyarakat yang meraih kemuliaan dan keagungan tanpa jiwa pengorbanan."
Ayatollah al-Udzma Khamenei
menjelaskan bahwa salah satu sisi jiwa pengorbanan adalah mengenal dengan benar
waktu yang tepat untuk melaksanakan kewajiban. Beliau menekankan kembali peran
rakyat dalam pemerintahan Islam seraya menegaskan, kekokohan benteng yang
melindungi jatidiri dan kehormatan bangsa dan negara bergantung pada
pengetahuan rakyat dan peran mereka secara sadar.
Sistem pemerintahan Iran, kata beliau, adalah Republik Islam yang berarti
demokrasi agama. Kelaziman dari sistem kenegaraan ini adalah peran rakyat di
semua bidang dan pemanfaatan potensi dan kapasitas rakyat dengan benar.
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan kembali kearifan Imam Khomeini,
seraya mengatakan, "Ketika keputusasaan menyelimuti segala hal dan
semuanya nampak tak bisa dicapai, Imam Khomeini (ra) justeru berbicara tentang
optimisme, kemajuan dan keberhasilan. Dan akhirnya, semua orang pun tercengang
tak percaya menyaksikan terwujudnya apa yang beliau ucapkan."
Ketaatan kepada Pemimpin Negara Wajib Hukumnya
Menyikapi aksi unjuk rasa yang semakin marak, ulama Saudi mengeluarkan fatwa pengharamannya sembari mengatakan, ketaatan kepada penguasa adalah kewajiban setiap warga negara tanpa memberi pengecualian meskipun sang penguasa dzalim dan berlaku tidak adil. |
Menurut Kantor
Berita ABNA, Syaikh Saleh bin Fauzan al Fauzan saat diajukan pertanyaan
mengenai ketaatan kepada pemerintah sebuah Negara memberikan jawaban bahwa
ketaatan kepada Waliyul Amri pada sebuah Negara adalah sebuah kewajiban. Beliau
menyebutkan ketidaktaatan kepada pemimpin kaum muslimin sebagai penyebab
kefasikan dan kehancuran sebuah Negara dan menurutnya segala bentuk
penentangan, protes termasuk aksi-aksi unjuk rasa dan demonstrasi yang sedang
marak belakangan ini sebagai bentuk penentangan terhadap aturan Islam.
Jawaban yang
diajukan salah seorang mufti Arab Saudi ini menanggapi ceramah Ayatullah Namr
Al Namr salah seorang ulama besar Syiah Arab Saudi dalam khutbah Jum'atnya yang
menyebutkan Al Saud bukanlah wali amr bagi semua warga Arab Saudi.
Ulama Syiah tersebut
dalam khutbah Jum'atnya menegaskan bahwa ketaatan sepenuhnya hanya diberikan
kepada Allah SWT, Nabi Muhammad SAWW, Ahlul Bait Nabi dan ulama-ulama yang
setia memegang kukuh ajaran Islam. "Apakah mungkin kita memberikan
ketaatan kepada orang yang jelas-jelas mengkhianati Islam dan berbuat zalim
kepada rakyatnya sendiri? Ketaatan yang diperintahkan Allah SWT kepada pemimpin
bukan untuk pemimpin yang dzalim kepada rakyatnya." Tegasnya.
0 comments to "Dengan IRAN koq "Takut".... Kita semua adalah bagian dari bangsa dan prajurit untuk negara dan Islam ( IRANphobia..kasian bangetz )"