Nasib Zona Euro yang Semakin Terpuruk
Gelombang krisis yang menghantam negara-negara zona Euro semakin menggurita. Para pemimpin Eropa melakukan berbagai cara untuk meredakan amukan pusaran krisis itu.
Belum lama ini mereka bertemu di Brussels untuk menggalang dukungan dari 27 anggota Uni Eropa mengenai penyesuaian kesepakatan Uni Eropa. Tapi para pemimpin Eropa itu gagal menyepakati rencana untuk memodifikasi perjanjian Uni Eropa yang bertujuan untuk menegakkan disiplin anggaran yang ketat.
Ketidaksepakatan itu muncul setelah Perdana Menteri Inggris David Cameron mengancam akan memveto keputusan baru Uni Eropa sebagai upaya untuk "melindungi kepentingan Inggris."
Sebaliknya, Jerman dan Prancis terus mendorong untuk menegakkan disiplin anggaran ketat bagi negara-negara zona euro. Sebelumnya Presiden Prancis Nikolas Sarkozy dan Kanselir Jerman Angela Merkel mengadakan pembicaraan menyerukan amandemen perjanjian baru Uni Eropa.
Perubahan yang diusulkan itu dimaksudkan untuk memeriksa belanja tak terkendali dan pinjaman yang menyebabkan krisis utang negara zona euro yang menggunung. Usulan amandemen termasuk pengenaan sanksi terhadap setiap negara zona euro yang memiliki defisit anggaran melebihi 3 persen dari PDB.
Krisis ekonomi di Eropa dimulai pada 2008. kebangkrutan sekarang mengancam sejumlah negara Eropa seperti Yunani, Portugal, Italia, Irlandia dan Spanyol.
Kini muncul kekhawatiran bahwa penundaan penanganan krisis akan menyebabkan virus bencana finansial itu akan menyebar tidak hanya Eropa. Namun upaya itu membentur dinding. Presiden Perancis, Nicolas Sarkozy hari Jum'at (9/12) menilai dukungan Perdana Menteri Inggris, David Cameron terhadap rencana perubahan di perjanjian Uni Eropa tak mungkin diraih.
Cameron memberikan syarat yang tak sulit diterima untuk menyetujui rencana revisi di perjanjian Uni Eropa. Inggris meminta sejumlah kelonggaran di bidang jasa serta undang-undang finansial sebagai syarat penambahan satu butir protokol di perjanjian Uni Eropa. Cameron juga mengancam, jika tidak ada jaminan penuh maka London memilih keluar dari perjanjian ini.
Para pengamat ekonomi meyakini bahwa penggabungan utang negara-negara anggota zona Euro merupakan solusi terbaik untuk menyelesaikan krisis saat ini. Meski demikian, masalah lebih besar mengancam Eropa. Jika krisis finansial yang menimpa negara-negara anggota dibiarkan berlarut-larut, nasib Uni Eropa akan terpecah-belah. Tidak ada lagi Eropa bersatu, yang ada adalah nasionalisme negara masing-masing untuk menyelamatkan dirinya sendiri.(IRIB Indonesia/Indonesia)
0 comments to "Ekonomi Dunia..."