Ulama Saudi: Rezim Kerajaan Harus Dihapus
Ulama terkemuka dan khatib shalat Jumat masjid Imam Husein as di wilayah Awamiya, Arab Saudi menegaskan bahwa rezim kerajaan Saudi harus dihapuskan.
Sheikh Nimr Bagir al-Namr menilai rezim Al Saud sebagai penyebab ketidakamanan di wilayah timur Saudi. Beliau mengatakan, "Para pejabat Riyadh dan pasukan keamanan tengah menyebarkan ketidakamanan di timur negara ini. Namun, ketahuilah bahwa rakyat akan terus bertahan melawan mereka. Ancaman tidak dapat menghalangi teralisasinya tuntutan mereka." Televisi al-Alam melaporkan, Ahad (11/12).
Seraya menyebut rezim kerajaan telah melanggar nilai-nilai Islam, Sheikh Nimr Bagir al-Nimr menandaskan, "Rezim Riyadh yang tidak konsisten dengan demokrasi dan nilai-nilai Islam harus dihapuskan dari negara-negara Arab sekitar Teluk Persia. Sebab, rakyat Saudi menentang rezim kerajaan yang hanya mampu membantai rakyatnya sendiri. Ketahuilah bahwa kesyahidan, kemuliaan dan martabat akan mengubah masa depan."
Ulama papan atas Saudi itu menegaskan kepada rezim Al Saud untuk menghentikan pembantain rakyat. "Rakyat Saudi tidak akan mengabaikan tuntutan mereka guna meraih kebebasan politik, berfikir dan membebaskan para tahanan politik. Para pejabat Riyadh harus bertanggung jawab untuk memenuhi tuntutan rakyatnya dan menghentikan pembantaian rakyat tak berdosa," tegasnya.
Dibagian lain pernyataannya, khatib shalat Jumat Awamiya itu juga mengecam kejahatan Al Saud terhadap rakyat Bahrain. "Pejabat Bahrain melakukan instruksi asing dan menuduh rakyatnya sedang melaksanakan perintah dari negara lain. Hal itu terjadi pula di Arab Saudi. Padahal aksi protes yang terjadi saat ini, murni protes rakyat. Namun, pemerintah berusaha menunjukkan bahwa protes rakyatnya akibat mendapat instruksi asing," tambahnya.
Sheikh al-Namr menambahkan, pemerintah Manama menggunakan militer AS dan Inggris guna menumpas rakyatnya. Sementara, pemerintah Riyadh mamaksa kami untuk diam, tapi kami akan terus melanjutkan perjuangan dan menggelar protes secara damai.
Di akhir pernyataannya, ulama senior Saudi itu menyebut pasukan anti-huru-hara Saudi telah menimbulkan kerusuhan di negara itu dan menjelaskan bahwa pasukan keamanan dengan melakukan pembantaian dan meningkatkan ketegangan, berupaya menciptakan kondisi yang tak menentu di wilayah timur Saudi. Selain itu, beliau juga menegaskan bahwa pasukan Saudi harus keluar dari Bahrain. Ditambahkannya, para pemuda telah siap untuk menjemput kesyahidan guna mendukung rakyat Bahrain dan para tahanan Syiah di Saudi serta meraih kebebasan dan martabat. (IRIB Indonesia/RA/MF)
Polisi Bahrain Tangkap Dua Wartawan New York Times
Pasukan keamanan Bahrain menangkap dua wartawan Amerika Serikat di kota Manama, ibukota negara itu.
Nick Kristof, wartawan koran New York Times dalam jaringan internet menulis bahwa dirinya ditangkap pasukan polisi Bahrain pada tanggal 9 Desember lalu dan ditahan pasukan patroli. Televisi al-Alam melaporkan, Ahad (11/12).
Kristof menambahkan, pasukan polisi juga menangkap rekannya yang bernama Adam Ellick, keturunan Pakistan. Padahal ia dengan lantang berteriak bahwa dirinya wartawan, namun polisi tidak mempedulikannya dan menghancurkan kameranya.
Berdasarkan tulisan Kristof, mereka kemudian dibebaskan setelah beberapa waktu ditahan.
Anehnya, Direktur Informasi Keamanan Kementerian Dalam Negeri Bahrain mengumumkan bahwa departemen ini tidak menangkap wartawan koran New York Times, tapi wartawan itu sendiri meminta perlindungan polisi.
Menanggapi pernyataan Departemen Dalam Negeri Bahrain, Kristof mengatakan, "Saya terkejut dengan statemen itu, sebab Kementerian Dalam Negeri Bahrain mengumumkan sebaliknya." (IRIB Indonesia/RA/MF)
Apa yang Akan Diungkap Assad Menjelang Tahun Baru?
Sumber dekat Presiden Suriah, Bashar Assad, dalam wawancaranya dengan koran al-Ra'yu terbitan Kuwait, mengkonfirmasikan pidato penting Assad sebelum tahun baru yang akan mengungkap peran negatif sejumlah kelompok Lebanon dan Liga Arab, dalam berbagai fenomena di Suriah.
Peran negatif Liga Arab dan sejumlah kelompok di Lebanon itu akan dikaitkan dengan berbagai peristiwa berdarah dan tragedi pembantaian di kota Homs, Suriah. Sekelompok orang bersenjata yang bersembunyi di sebuah kawasan di kota Homs telah melakukan kejahatan keji tersebut.
Assad juga mengecam peran sejumlah ulama yang memprovokasi masyarakat. Presiden Suriah itu kini mengkhawatirkan meletusnya perang sipil di negaranya dan ia mengimbau kepada ulama Syiah dan Sunni untuk berupaya keras memadamkan segala bentuk fitnah.
Api fitnah itu tidak hanya akan membakar Suriah melainkan juga ke seluruh negara di kawasan termasuk, Kuwait, Bahrain, dan Arab Saudi. Peringatan tersebut penting untuk diperhatikan seluruh negara regional, khususnya yang mendukung fitnah di Suriah dan merasa aman dari jilatan api fitnah di negara tersebut.
Dalam pidatonya mendatang, Assad juga akan menyinggung langkah-langkah keliru yang diambil sejumlah pejabat Suriah menyikapi krisis dalam negeri serta kelemahan media massa Suriah dalam meliput serangan dan rongrongan negara-negara Arab dan Barat, ditambah Israel, untuk mengacaukan kondisi dan menggulingkan pemerintah Damaskus.
Assad sangat kecewa dengan peran Turki yang berpartisipasi dalam mengguncang stabilitas dan keamanan di Suriah. Pemerintah Damaskus tidak akan mentolerir politik Turki itu.
Assad menyadari bahwa politik Perdana Menteri Turki, Recep Tayip Erdogan, dan Presiden Turki, Abdullah Gul, tidak seiring dengan perspektif politik Turki lainnya. Namun, bagaimana pun juga, Turki tetap harus menebus aksinya itu. Assad menegaskan bahwa pada tahap pertama dan dalam waktu dekat, seluruh peluang kerjasama ekonomi dengan Suriah akan tertutup bagi Turki dan dengan demikian, hal itu akan menjadi kegagalan bagi pemerintah Ankara di sektor ekonomi.
Namun poin penting yang perlu digarisbawahi adalah bahwa dengan seluruh upaya Barat dan kelompok-kelompok anti-Assad, kondisi di Suriah hingga saat ini tetap terkendali. Selain itu, Assad masih mengantongi banyak opsi untuk menyiasati transformasi di negaranya termasuk di antaranya, masalah Dataran Tinggi Golan, Lebanon, Irak, etnis Kurdi, etnis Alawi Turki, dan juga kekuatan-kekuatan sekutunya di kawasan.(IRIB Indonesia/MZ/MF)
Apa yang Terlintas di Benak Capres AS Ini Soal Bangsa Palestina?
Gerakan Muqawama Islam Lebanon (Hizbullah) mengecam pernyataan rasis kandidat pilpres Amerika Serikat dari kubu Republik, Newt Gingrich, terkait bangsa Palestina.
Gingrich, anggota Republikan dan mantan ketua parlemen, yang kini mencalonkan diri menjadi kandidat pilpres AS, masuk ke dalam daftar para kandidat pilpres yang bersimpuh di hadapan lobi-lobi Zionis, dalam kampanye pilpresnya. Gingrich mengklaim bahwa bangsa Palestina adalah kelompok teroris yang dibentuk untuk menumpas Israel.
Dalam statemennya, Hizbullah menegaskan bahwa pernyataan Gingrich terkait bangsa Palestina itu, memperjelas kebodohan dan ketidaktahuan kandidat pilpres AS tersebut atas berbagai peristiwa sejarah dan kontemporer. Pernyataan Gingrich tidak juga membuktikan distorsi sengaja terhadap fakta sejarah. Tidak ada yang dapat mengingkari bahwa bangsa Palestina selama berabad-abad dan ribuan tahun telah berada di kawasan dan mereka telah menciptakan budaya serta peradaban yang hingga kini tetap hidup dan akan tetap hidup.
Hizbullah menilai pernyataan Gingrich itu bersumber dari dendam dan sikap rasisnya terhadap bangsa Palestina. Hingga kini belum ada satu pihak pun yang menyoal eksistensi, kebudayaan, dan peradaban bangsa Palestina, atau tidak ada pihak yang menilai bangsa Palestina sebagai kelompok teroris kontemporer yang dibentuk untuk menghancurkan Israel. Selain itu, tidak mungkin perempuan dan anak-anak Palestina dicap sebagai teroris.
Statemen Gingrich itu dinilai sebagai fitnah, kezaliman terhadap bangsa Palestina, serta seruan kepada publik untuk menumpahkan darah warga tak berdosa Palestina dan pembantaian mereka.
Dengan tegas Hizbullah mengecam Gingrich dan melontarkan pertanyaan, "Apakah ini nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh para pejabat Amerika Serikat?"
Sekali lagi, Hizbullah menyeru bangsa-bangsa Arab bangkit dan meraungkan dukungan terhadap bangsa Palestina, dan membela bangsa tertindas itu dengan seluruh kemampuan yang dimiliki.
Hizbullah juga mengarahkan telunjuknya kepada Liga Arab dan mempertanyakan sikap dan peran lembaga itu. "Apakah Liga Arab bereaksi menghadapi seruan pembantaian terhadap bangsa Palestina, atau tetap absen di tengah krisis besar dan sangat menentukan nasib bangsa-bangsa Arab dan Muslim." (IRIB Indonesia/MZ/MF)
FATWA AHLUSUNNAH
http://www.oneahlulbait.com/fatwa-islam-sunni/
Sejak sekian lama Universiti Al-Azhar Asy-Syarif yang berada di kota Kairo-Mesir telah menjadi pusat dan kiblat pendidikan bagi masyarakat Ahlus Sunnah. Al-Azhar telah banyak mencetak para ulama dan tokoh Ahlus Sunnah yang kemudian tersebar di segala penjuru dunia, termasuk Malaysia & Indonesia. Para alumni al-Azhar dapat bersaing dengan alumni-alumni Timur Tengah seperti Saudi Arabia, Sudan, Tunis, Moroko, Jordan, Qatar dan negara-negara lainnya. Inilah salah satu penyebab al-Azhar menjadi semakin berpengaruh di berbagai negara muslim dunia, sehingga seorang pemimpin al-Azhar menjadi rujukan dan panutan bagi pemimpin perguruan tingi lain di Timur Tengah.Di sini, penulis akan menunjukkan beberapa fatwa dari para petinggi al-Azhar berkenaan kebebasan beramal dengan mazhab Ja`fari, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Syiah Imamiah Itsna ‘Asyariyah. Kita akan mulai dengan fatwa dari guru besar yang memulai fatwa pembolehan tersebut.
Allamah Syeikh Al-Azhar Mahmud Syaltut
Syekh Mahmud Syaltut adalah seorang ulama, ahli tafsir dan mufti di Kairo. Beliau juga dikenal sebagai penyeru persatuan umat islam. Sebelum dikenal sebagai pemikir dan teolog besar, beliau sudah dikenal sebagai seorang fakih dan pelopor pendekatan antar mazhab Islam.
Beliau telah melakukan langkah-langkah dasar dalam pembenahan pandangan Islam dan pendekatan antar mazhab dengan ide-idenya yang maju. Jasa-jasa beliau dalam hal ini sangatlah besar dan mendasar. Dalam salah satu fatwanya yang paling bersejarah, beliau sebagai ulama besar Ahli Sunah dan mufti Al-Azhar mengumumkan diperbolehkannya mengikuti mazhab Syi’ah.
Syekh Mahmud Syaltut lahir pada tahun 1310 H. di Buhairah, Mesir. Setelah menyelesaikan pendidikannya di universitas Iskandariah Mesir, beliau mengajar di universitas tersebut lalu pindah ke universitas Al-Azhar. Di sana beliau terus berkembang dan maju hingga pada akhirnya pada tahun 1378 H. menjadi mufti umum Al-Azhar. Beliau terus mengemban tanggung-jawab ini hingga wafat pada tahun 1383 H.
Syekh Syaltut seorang fakih yang bijak dan tidak fanatik. Beliau telah melakukan usaha-usaha yang sangat berpengaruh dalam upaya pendekatan mazhab-mazhab Islam. Para ulama dan pembesar Ahli sunah dan Syi’ah juga mendampingi beliau dalam mewujudkan hal ini.
Beliau sempat surat-menyurat dan berdialog dengan tokoh-tokoh besar (Syi’ah) seperti Muhammad Husein Kasyiful Ghita, sayyid Abdul Husein Syarafuddin Amili, dan ayatullah sayyid Husein Borujerdi. Beliau juga telah melakukan banyak hal dalam usaha pendekatan antar mazhab, antara lain:
1. Menyebarkan pemikiran pendekatan antar mazhab Islam untuk menghilangkan pertikaian dan mendirikan yayasan pendekatan antar mazhab Islam di Kairo yang bernama “Dar Al-Taqrib wa Nasyri Majallah Risalah Al-Islam“.
2. Mengumpulkan dan mengoreksi validitas hadis-hadis yang sama antara Ahli Sunah dan Syi’ah, yang berhubungan dengan pendekatan antar mazhab.
3. Memasukkan fikih Syi’ah dalam mata pelajaran fikih Islam komperatif untuk mahasiswa universitas al-Azhar.
4. Dan, yang terpenting adalah fatwa beliau yang telah membenarkan mazhab syi’ah sebagai salah satu mazhab yang sah dan boleh diikuti. Padahal, sampai saat itu belum ada ulama besar dari Ahli Sunah maupun mufti Al-Azhar yang pernah memberikan fatwa seperti itu. Dengan fatwa ini beliau telah menunjukkan kebesarannya dan memperkecil jarak antar mazhab. Karena pentingnya fatwa bersejarah Syeikh Syaltut tentang pembenaran mazhab syiah ini, kami akan membawakan teks fatwa tersebut:
Seseorang telah bertanya, “Sebagian masyarakat berpendapat bahwa setiap muslim harus mengikuti salah satu fikih dari empat mazhab agar amal ibadah dan muamalahnya sah. Sedangakan Syi’ah Imamiyah dan Syi’ah Zaidiyah tidak termasuk dalam empat mazhab tersebut. Apakah anda sepakat dengan pendapat ini dan mengharamkan mengikuti mazhab Syi’ah Itsna Asyariyah (Dua Belas Imam atau Imamiyah)?
Syekh Syaltut menjawab,
1) Agama islam tidak memerintahkan umatnya untuk mengikuti mazhab tertentu. Setiap muslim boleh mengikuti mazhab apapun yang benar riwayatnya dan mempunyai kitab fikih khusus. Setiap muslim yang mengikuti mazhab tertentu dapat merujuk ke mazhab lain (mazhab apapun) dan tidak ada masalah.
2) Mazhab Ja’fari yang dikenal sebagai mazhab Syi’ah Dua Belas Imam adalah mazhab yang secara syariat boleh diikuti seperti mazhab-mazhab Ahli Sunah lainnya.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya umat islam memahami hal ini dan meninggalkan fanatisme buta terhadap mazhabnya, karena agama dan syariat Allah tidak mengikuti mazhab tertentu dan tidak pula terpaku pada mazhab tertentu, akan tetapi semua pemimpin mazhab adalah mujtahid dan ijtihad mereka sah di mata Allah Swt. Setiap muslim yang bukan mujtahid dapat merujuk kepada mazhab yang mereka pilih. Ia boleh mengikuti hukum-hukum fikih dari mazhab yang dipilih itu dan dalam hal ini tidak ada perbedaan antara ibadah dan muamalah.
Dar Al-Taqrib
Syekh Syaltut adalah seorang tokoh besar dan pendiri “Dar Al-Taqrib bayna Al-Madzahib Al-Islamiyah” Mesir. Lembaga ini adalah sebuah institusi yang berusaha mewujudkan pendekatan dan persaudaraan serta menghilangkan perpecahan dan perselisihan yang ada antara Ahli Sunah dan Syi’ah. Yayasan ini juga memiliki misi memperkuat hubungan antara mazhab-mazhab islam; sebuah pusat pergerakan yang pada akhirnya menjadi dasar pikiran berdirinya “Majma-e Jahoni-e Taghrib-e Mazaheb-e Islami” (Forum Internasional Pendekatan Mazhab-mazhab Islam) di Iran.
Pimpinan Universitas Al-Azhar
Beliau menjadi wakil rektor universitas tersebut pada tahun 1957 M. Pada bulan Oktober tahun 1958 beliau diangkat menjadi rektor universitas oleh presiden. Beliau mengemban tanggung-jawab ini hingga akhir hayatnya. Pemimpin besar dan cendekiawan ini wafat pada umurnya yang ke 70 di malam Jum’at tanggal 26 Rajab tahun 1383 H., yang bertepatan dengan tanggal 12 September 1963 M.
Hasil karya beliau yang populer antara lain:
Tafsir Al-Qur’an Al-Karim
Nahju Al-Qur’an fi Bina Al-mujtama’
Al-Islam, Al-Aqidah wa Al-Syariah
Al-Fatawa
Al-Qital fi Al-Islam
Min Tawjihat Al-Islam
Muqaronah Al-Madzahib fi Al-Fiqh
Fiqh Al-Qur’an
Media-media Bayaran Permainkan Data Korban di Suriah
Media-media bayaran dan instansi-instansi tak bertanggung jawab memainkan angka jumlah korban bentrokan militer dan rakyat melawan para pemberontak Suriah yang berafiliasi dengan Barat, Turki dan sejumlah negara Arab.
Sepekan lalu jumlah korban kerusuhan Suriah diumumkan sebanyak 3500 orang, namun data itu tiba-tiba melonjak menjadi 5000 orang pada pengumuman kemarin malam. Hal itu bertujuan meningkatkan keraguan terhadap jumlah korban sebenarnya. Televisi al-Alam melaporkan, Selasa (13/12).
Angka baru tersebut diumumkan oleh kelompok yang mengaku sebagai pembela Hak Asasi Manusia (HAM). Jika laporan itu benar, berarti selama tujuh hari ini, 1500 orang telah tewas di Suriah. Dengan kata lain, rata-rata 200 orang tewas perhari dalam sepekan ini.
Anehnya, jaringan-jaringan berita sewaan dan instansi pengaku pembela HAM itu tidak memiliki perwakilan maupun pusat informasi di Suriah, data mereka hanya diambil dari para saksi yang tidak valid, bahkan dalam data mereka tidak pernah disebutkan nama pemberontak bersenjata dan hanya menyatakan bahwa korban kerusuhan itu adalah rakyat sipil.
Data itu dikutip jaringan dan instansi anti-Suriah pada saat sumber-sumber terpercaya Suriah mengumumkan bahwa serangan para pemberontak bersenjata terhadap militer dan pasukan keamanan Damaskus telah menewaskan 1350 orang. Di sisi lain, lebih dari 500 warga dari Kristen, Druze, Alawi dan Syiah tewas dipenggal kepalanya oleh kelompok bersenjata Wahabi. (IRIB Indonesia/RA/MF)
Upaya Arab Saudi Rombak Yaman
Pemerintah baru Yaman yang dibentuk berdasarkan prakarsa Dewan Kerjasama Teluk Persia (P-GCC) merupakan contoh nyata perubahan manajemen kepemimpinan mulai dari atas hingga bawah, namun dengan poros kontrol dari asing khususnya Arab Saudi dan Amerika Serikat. Pemerintahan baru ini bukan dibentuk atas tuntutan mayoritas rakyat Yaman. Mohamed Salem Basindwah, Perdana Menteri dan anggota Kabinet Rekonsiliasi Nasional belum lama ini melakukan sumpah jabatan di Istana Presiden dan di depan Wakil Presiden Yaman, Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Kabinet baru Yaman terdiri dari 35 anggota dan separuhnya dari partai berkuasa, Partai Kongres Nasional dan sisanya dari berbagai partai oposisi yang tergabung dalam (Joint Meeting Parties –JMP). Pemerintahan ini dibentuk sesuai dengan prakarsa P-GCC untuk menyelesaikan krisis di Yaman. Kabinet ini dicanangkan akan mempersiapkan pemilu di negara ini yang rencananya akan digelar 21 Februari 2012 serta menyusun undang-undang baru.
Prakarsa P-GCC yang dimotori Arab Saudi ini cukup lama digodok dan mendapat dukungan dari kekuatan besar dunia, khususnya Amerika Serikat serta ditujukan untuk mengubah struktur dan manajemen kepemimpinan di Yaman. Saat ini Riyadh dan Washington dapat disebut sebagai pemain utama di Sanaa. Kondisi geopolitik Yaman yang sangat strategis menjadi incaran Arab Saudi dan Amerika Serikat.
Setelah berbulan-bulan memikirkan pemecahan krisis di Yaman, akhirnya Arab Saudi dan kroninya mengusulkan gagasan transisi kekuasaan di Sanaa. Strategi ini selain terkesan halus, juga menelan biaya yang tak besar serta mudah dalam pengontrolannya. Prakarsa ini mengindikaskan posisi penting Yaman bagi Arab Saudi khususnya dan bagi negara kawasan Teluk Persia pada umumnya. Arab Saudi yang memilki hubungan tak mesra dengan Sanaa, dalam beberapa bulan terakhir mulai berusaha memperbaiki hubungannya dengan Yaman. Luasnya wilayah perbatasan dengan Yaman yang dimiliki Arab Saudi membuat petinggi Riyadh mulai memandang serius krisis di negara tetangga ini, karena setiap gejolak yang terjadi di Yaman akan berimbas langsung ke Arab Saudi.
Di sisi lain, Yaman sejak lama menjadi incaran raja Arab Saudi sebagai halaman yang masih kosong. Oleh karena itu, mereka tak segan-segan menanam saham di negara ini dengan harapan Yaman masih tetap berada dalam rangkulannya. Yaman sangat strategis bagi keamanan Riyadh. Jika kubu oposisi sampai berkuasa di Yaman maka posisi Arab Saudi semakin terkepung.
Salah satu kekhawatiran Arab Saudi terhadap Yaman adalah aktivitas kelompok al-Qaeda di negara ini. Larinya anggota al-Qaeda Arab Saudi ke wilayah adat Yaman menjadi ancaman serius bagi keamanan di perbatasan selatan. Kebanyakan pentolan al-Qaeda memiliki hubungan kekeluargaan dan finansial dengan Arab Saudi. Secara ekonomi Yaman juga penting bagi Arab Saudi, karena negara ini memiliki wilayah yang subur untuk pertanian, sehingga kebutuhan pokok warga Saudi banyak bergantung pada negara ini. (IRIB Indonesia/MF)
Pejabat Qatar Habiskan Puluhan Juta Dolar Untuk Meraih Nobel Perdamaian
Di tengah kesibukan upaya pejabat Qatar akhir-akhir ini untuk mengintervensi urusan internal negara-negara lain, khususnya penumpahan darah di Suriah, Emir Qatar Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani dan Perdana Menteri negara itu Sheikh Hamad bin Jassim bin Jaber al Thani justru sibuk mempersiapkan segala sesuatunya guna meraih Hadiah Nobel Perdamaian. Televisi al-Alam melaporkan, Selasa (13/12)
Situs al-Manar Palestina mengutip sumber terpercaya dari dalam kantor sekretariat Hadiah Nobel di Norwegia melaporkan, para pajabat Qatar telah membelanjakan puluhan juta dolar guna meraih Hadiah Nobel Perdamaian di tahun mendatang. Harapan penting mereka adalah Amerika Serikat dan Israel, sebab kedua negara itu mempunyai pengaruh besar di lembaga pemberian nobel.
Menurut situs al-Manar, kedua pejabat Qatar sangat berharap dapat meraih Nobel Perdamaian itu. Sebab keduanya merasa telah mengabdi kepada Israel dan Amerika sejak 15 tahun lalu. Disebutkan pula bahwa tidak ada bedanya antarkedua pejabat Qatar itu, keduanya dari keluarga penipu, pembohong dan licik. Keduanya terkenal karena telah mengabdikan dirinya kepada AS dan Israel. Yang jelas, siapapun dari keduanya yang meraih nobel tersebut tidak akan berpengaruh apapun terhadap kondisi seseorang. (IRIB Indonesia/RA/MF)
Situs al-Manar Palestina mengutip sumber terpercaya dari dalam kantor sekretariat Hadiah Nobel di Norwegia melaporkan, para pajabat Qatar telah membelanjakan puluhan juta dolar guna meraih Hadiah Nobel Perdamaian di tahun mendatang. Harapan penting mereka adalah Amerika Serikat dan Israel, sebab kedua negara itu mempunyai pengaruh besar di lembaga pemberian nobel.
Menurut situs al-Manar, kedua pejabat Qatar sangat berharap dapat meraih Nobel Perdamaian itu. Sebab keduanya merasa telah mengabdi kepada Israel dan Amerika sejak 15 tahun lalu. Disebutkan pula bahwa tidak ada bedanya antarkedua pejabat Qatar itu, keduanya dari keluarga penipu, pembohong dan licik. Keduanya terkenal karena telah mengabdikan dirinya kepada AS dan Israel. Yang jelas, siapapun dari keduanya yang meraih nobel tersebut tidak akan berpengaruh apapun terhadap kondisi seseorang. (IRIB Indonesia/RA/MF)
Menteri Intelijen Iran Bertemu Dengan Pangeran Mahkota Saudi
Kantor berita resmi Arab Saudi melaporkan pertemuan Menteri Intelijen Republik Islam Iran Hojjatol Islam wal Muslimin Haidar Moslehi dengan Putra Mahkota dan sekaligus Menteri Dalam Negeri Saudi Pangeran Nayef bin Abdul Aziz Al Saud.
Pertemuan pejabat dua negara itu berlangsung di istana Yamama, Riyadh, ibukota Arab Saudi. Keduanya membahas isu-isu penting Timur Tengah dan topik-topik penting lainnya berkaitan dengan kedua negara dan peningkatan hubungan Tehran-Riyadh. IRNA melaporkan, Selasa (13/12).
Menurut laporan tersebut, selain membahas topik-topik penting kedua negara, kedua belah pihak juga menegaskan perlunya perluasan hubungan di berbagai sektor.
Pertemuan tersebut dihadiri pula oleh Pangeran Muqrin bin Abdul Aziz Ketua Badan Intelijen Saudi, Saud bin Nayef bin Abdul Aziz ketua kantor Putra Mahkota, Abdul Rahman bin Ali sekretaris khusus Putra Mahkota dan Sayid Mohammed Javad Rasouli Duta Besar Iran untuk Saudi. (IRIB Indonesia/RA/MF)
Pertemuan pejabat dua negara itu berlangsung di istana Yamama, Riyadh, ibukota Arab Saudi. Keduanya membahas isu-isu penting Timur Tengah dan topik-topik penting lainnya berkaitan dengan kedua negara dan peningkatan hubungan Tehran-Riyadh. IRNA melaporkan, Selasa (13/12).
Menurut laporan tersebut, selain membahas topik-topik penting kedua negara, kedua belah pihak juga menegaskan perlunya perluasan hubungan di berbagai sektor.
Pertemuan tersebut dihadiri pula oleh Pangeran Muqrin bin Abdul Aziz Ketua Badan Intelijen Saudi, Saud bin Nayef bin Abdul Aziz ketua kantor Putra Mahkota, Abdul Rahman bin Ali sekretaris khusus Putra Mahkota dan Sayid Mohammed Javad Rasouli Duta Besar Iran untuk Saudi. (IRIB Indonesia/RA/MF)
Nasib Warga Syiah Suriah dalam Krisis Rekayasa Barat
Suriah adalah sebuah negara di selatan Asia barat dan terletak di pesisir timur Mediterania. Negara ini berbatasan dengan Turki di utara, dengan Irak di timur, dengan Lebanon dan laut Mediterania di Barat, dan dengan Yordania dan Palestina pendudukan di selatan. Oleh karena itu, secara geografis Suriah sangat strategis karena menjadi jembatan penghubung antara Asia dan Eropa.
Sekitar 74 persen populasi Suriah beragama Muslim Ahlussunnah, 13 persen lainnya Alawi dan Syiah Imamiyah atau Ismailiyah. 10 persen warga Suriah beragama Kristen, dan tiga persen sisanya adalah warga etnis Druze.
Krisis berdarah di Suriah sejak tujuh bulan lalu dengan campur tangan tidak langsung Amerika Serikat, rezim Zionis Israel, dan Perancis di satu sisi, dan disisi lain diprovokasi oleh sejumlah negara regional termasuk Arab Saudi, Yordania, Turki, dan kelompok-kelompok pro-Barat di Lebanon. Krisis dimulai di sebuah kota di Daraa yang mayoritas Sunni, dan sama seperti fenomena politik-keamanan dan sosial lainnya, krisis itu berubah arah menyusul reaksi dari para pemain di dalam dan luar negeri.
Namun hingga kini, nasib umat Syiah akibat kerusahan itu tidak diperhatikan. Laporan berikut ini akan mengetengahkan informasi mengenai kondisi kaum Syiah di Suriah.
Syiah di Suriah Menyebar
Sebagian besar warga Syiah Suriah tersebar di lima provinsi yaitu, Damaskus, Homs, Halab, Idlib, dan Daraa. Mereka juga tidak terhindar dari eskalasi krisis dan bentrokan di dalam negeri.
Hubungan Warga Syiah di Homs dengan Masyarakat
Populasi Syiah di Provinsi Homs mencapai 150 ribu orang yang merupakan 10 persen dari total populasi di provinsiitu. Selain di Homs, warga Syiah juga tersebar di berbagi wilayah sekitarnya. Hubungan mereka dengan kaum Sunni bersahabat dan tenang. Para pejabat Provinsi Homs menekankan kebijakan pendekatan antarpengikut agama dan mazhab, serta penghindaran friksi. Faktor berikutnya adalah ketegasan pemerintah pusat dalam menindak anasir penyulut friksi dan ketegangan antarmazhab. Bahkan kerusuhan pada bulan Juli lalu telah memperkokoh persatuan dan keharmonisan warga Syiah dan Sunni.
Faktor-Faktor Perusak Keharmonisan
Namun keharmonisan dan persahabatan yang telah terjalin selama bertahun-tahun itu terkoyak secara tragis. Sebabnya, pertama adalah gerakan dan gejolak mazhab yang meluas di seluruh negara-engara Islam dan yang pada puncaknya muncul pada awal-awal pendudukan Amerika Serikat atas Irak.
Di sisi lain, media massa dan propaganda kelompok radikal Salafi, melalui televisi satelit dan situs-situs juga semakin menjamur. Di suriah penyusupan Salafi dapat dirasakan di sejumlah wilayah. Hal itu diperparah dengan penistaan yang dilakukan oleh media dan situs-situs Syiah esktrim terhadap nilai-nilai suci Ahlussunnah.
Sikap Kaum Syiah di Masa-masa Krisis
Sejak dimulainya krisis Suriah, para tokoh dan ulama Syiah negara ini, mengumukan netaralitas mereka dan tidak akan ikut campur. Karena mereka berpendapat bahwa menentukan dalam transformasi tersebut akan merugikan umat Syiah. Warga Syiah Suriah sendiri berpendapat bahwa sebagai kelompok minoritas, mereka akan menjadi sasaran aksi pembalasan. Akan tetapi di satu sisi, warga Syiah senantiasa mendukung pemerintah pusat.
Warga Syiah Suriah, sangat menjaga dan berhati-hati dalam bersikap, karena jika tidak maka akan muncul bentrokan dan krisis sektarian di negara ini.
Dampak Krisis Terhadap Warga Syiah
Banyak pendemo Suriah yang berpendapat bahwa warga Syiah mendukung pemerintahan yang brutal dalam menindak instabilitas. Mereka memberikan berbagai dalih di antaranya:
1- Dukungan kuat Republik Islam Iran dan Hizbullah Lebanon terhadap pemerintah Suriah.
2- Menuding warga Syiah Suriah mendukung pemerintah dan para suporternya dalam menumpas demonstrasi dan ini merupakan tuduhan yang sama terhadap kelompok-kelompok minoritas Suriah.
3- Provokasi secara terang-terangan anti-Syiah di berbagai situs, televisi satelit, dan bahkan oleh mufti-mufti ekstrim.
Pembunuhan Warga Syiah
Tidak diragukan lagi bahwa hubungan keharmonisan dan kerukunan warga Syiah dan Sunni Suriah, serta berlanjutnya komunikasi antara para ulama dari dua mazhab itu, menjadi penghalang terseretnya instabilitas itu ke arah kerusuhan sektarian dan etnis. Namun hubungan tersebut sudah tidak berguna lagi ketika senjata telah jatuh ke tangan para perusuh.
Setelah itu, dimulailah propaganda anti-Syiah yang dituding terlibat dalam aksi penumpasan warga Syiah. Tidak hanya itu, para ulama ekstrim juga menginstruksikan para pendemo untuk “membersihkan” kota-kota dari keberadaan “kaum Zoroaster” (merujuk pada bahwa pengikut kaum Syiah terbanyak adalah di Iran dan sebelum masuknya Islam, bangsa Iran adalah penganut Zoroaster). Menyusul seruan tersebut, dimulai pula aksi pembunuhan dan penculikan warga Syiah Suriah khususnya para pemuda. Prosesnya cepat dan meluas hingga sejumlah kelompok bersenjata termasuk Brigade Khaled bin Walid, menyatakan bertanggung jawab atas sejumlah operasi anti-warga Syiah.
Akan tetapi ini bukan berarti warga Sunni Suriah setuju atas aksi tersebut, karena banyak kelompok Sunni moderat dan mereka yang menentang segala bentuk kekerasan, menolak aksi brutal itu. Namun suara mereka tenggelam dalam hiruk-pikuk krisis, terlebih lagi mereka dituding munafik dan menjadi antek-antek pemerintah.
Kerugian dan Penderitaan Warga Syiah
Berikut ini sebagian penderitaan dan kerugian yang dialami warga Syiah Suriah dalam lima bulan kerusuhan:
1- Dibunuh dan diculik.
2- Mengungsi dari wilayah mayoritas Sunni, karena menerima bahaya dan ancaman.
3- Perampokan dan penjarahan, serta pembakaran rumah dan tokok-toko, khususnya yang pemiliknya telah mengungsi.
4- Kesulitan ekonomi yang diakibatkan karena beberapa faktor. Pertama, pemecatan dari tempat kerja mereka di sektor swasta. Kedua, sebagian besar warga Syiah tidak dapat kembali bekerja setelah sejumlah rekan mereka terbunuh. Dan ketiga, lemahnya perekonomian lokal karena kerusuhan dan instabilitas. (DarutTaqrib/IRIB Indonesia/sa)
JUST Galang Kampanye Global Anti AS
Gerakan Internasional untuk Dunia yang Adil (JUST) mengundang warga dunia untuk bergabung dengan kampanye global, yang bertujuan mencegah bencana kolosal di Asia Barat.
Kampanye dengan tema, "Tidak untuk intervensi militer di Suriah dan tidak untuk serangan militer terhadap Iran" akan memobilisasi tanda tangan dari orang-orang di setiap benua untuk menunjukkan kepada pusat-pusat kekuasaan di Barat dan sekutu mereka bahwa setiap tindakan militer atas Suriah dan Iran, adalah kedok yang tidak dapat diterima.
Menurut organisasi itu, intervensi militer asing di Suriah bisa merusak stabilitas seluruh kawasan. Mengingat penentangan Presiden Basar al-Assad atas pendudukan rezim Zionis Israel terhadap Dataran Tinggi Golan dan Palestina, serta hegemoni AS. Ditambahkannya, setiap upaya untuk menggulingkan pemerintah Assad melalui kekuatan militer eksternal akan memancing reaksi keras dari kelompok-kelompok dan pemerintah di sejumlah negara tetangga, selain dari Suriah sendiri.
"Dorongan untuk perubahan rezim di Suriah terkait erat dengan agenda AS-Israel dan juga punya tujuan untuk melumpuhkan pemerintah Iran dan program energi nuklirnya. Para analis yakin bahwa momentum sedang dibangun bagi serangan militer terhadap Iran. Konsekuensi dari serangan seperti itu bagi kawasan dan dunia akan cukup menggemparkan," tambahnya.
"Oposisi kami terhadap intervensi militer asing di Suriah sejalan dengan komitmen kami untuk perubahan melalui cara damai. Kami memperbarui seruan kepada Presiden Assad untuk mempercepat pelaksanaan reformasi demokrasi di Suriah. Presiden harus melakukan dialog dengan semua pendukung perubahan yang menjauhi kekerasan," tulis organisasi yang berbasisi di Malaysia itu.
Dalam kasus Iran, itu harus benar-benar transparan tentang program nuklirnya dan menghapus kecurigaan tentang dugaan mengembangkan senjata nuklir. Afrika Utara dan Timur Tengah harus menjadi zona bebas senjata nuklir. Ini berarti Israel harus segera memusnahkan arsenal nuklirnya. Ini akan menjadi langkah positif menuju perdamaian di kawasan. (IRIB Indonesia/RM)
berita hoax!!!