"menerobos" protokol komunikasi sinyal satelit militer pentagon, kemudian meng-cut sinyal up-link, diteruskan menjebol sistem kendali siluman RQ170 untuk dikuasai, adakah dalam sejarah "perang modern" negara yang memiliki kemampuan dahsyat seperti teknik hacking Iran ini?!?!..wowwwww..
Washington – KabarNet: Inilah untuk pertama kalinya Amerika Serikat (AS) mengakui “secara resmi” kebenaran berita dilumpuhkan dan disitanya pesawat mata-mata AS oleh militer Iran. Tak tangung-tanggung, Presiden AS Barrack Obama sendiri yang mewakili negaranya mengakui bahwa pesawat siluman pengintai RQ-170 Sentinel yang berteknologi canggih itu berada di tangan Iran. Sebagaimana dilaporkan oleh kantor berita AFP, walaupun tidak disampaikan secara eksplisit, namun konfirmasi Obama itu bisa diartikan sebagai sebuah pengakuan bahwa pihaknya telah melanggar wilayah udara Iran. Namun bukannya meminta maaf atas pelanggaran militer AS atas wilayah udara sebuah negara, Obama malah meminta pemerintah Iran untuk mengembalikan pesawat pengintai tersebut.
“Kami telah memintanya kembali. Kita akan lihat bagaimana respon Iran,” ujar Obama dalam sebuah konferensi pers pada hari Selasa (13/12/2011).
Apa yang dikatakan Presiden Barrack Obama itu merupakan konfirmasi terbuka pertama yang disampaikan AS bahwa pesawat siluman itu memang benar milik AS. Sebelumnya pemerintah Iran telah menyatakan bahwa pesawat mata-mata itu ditembak jatuh oleh militer Iran saat menyusup ke dalam wilayah negera itu.
Saat dicecar oleh pertanyaan wartawan, Obama menolak berkomentar lebih jauh terkait misi pesawat tak berawak itu ataupun mengapa pesawat yang tadinya berbasis di pangkalan militer AS di Afghanistan itu bisa masuk sampai sejauh 250 KM ke dalam wilayah udara Iran.
“Tentang keberadaan pesawat tanpa awak itu di Iran, saya tak akan berkomentar seputar masalah intelijen yang sifatnya rahasia,” cetus Obama berkelit.
Dalam pada itu, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton juga mengakui bahwa pemerintah AS telah mengajukan permintaan resmi kepada Teheran untuk mengembalikan pesawat pengintai itu. Akan tetapi Hillary meragukan bahwa Iran akan bersedia mengembalikannya.
“Mengingat perilaku Iran hingga saat ini, kami ragu mereka akan menuruti,” ujar Hillary, seperti dilaporkan oleh kantor berita AFP.
Petinggi militer AS mengatakan, bahwa pesawat pengintai tak berawak, RQ-170 Sentinel tersebut sebetulnya dirancang mampu menghindar dari deteksi radar. Tadinya pesawat itu tengah menjalankan suatu misi CIA ketika hilang dari kendali militer AS minggu lalu. Pada mulanya Iran mengklaim pihaknya telah menembak jatuh pesawat siluman AS tersebut. Namun kemudian Iran memperbarui pernyataanya bahwa pasukan elite Iran yang tergabung dalam satuan Unit Perang Elektronik berhasil melumpuhkan sistem kendali penerbangan pesawat tersebut ketika masih berada di udara, kemudian membajaknya secara electronic remote control untuk dipaksa masuk ke dalam semacam perangkap elektronik, dan memaksanya mendarat dengan kerusakan minimum.
Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad menolak mengembalikan pesawat mata-mata AS yang disita militer Iran
Menyikapi permintaan Presiden AS, Barrack Obama, agar Teheran mengembalikan pesawat mata-mata AS tersebut, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad tidak bersedia memenuhi permintaan Obama itu.
“Mungkin Amerika telah memutuskan untuk memberikan pesawat mata-mata ini kepada kami,” ujar Ahmadinejad sambil tertawa dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Venezuela, Selasa (13/12/2011).
Inilah foto Petinggi Militer Iran sedang memeriksa Pesawat Siluman Mata-Mata milik AS, RQ-170 Sentinel, yang berteknologi canggih dan konon tak terdeteksi oleh radar.
“Kami sekarang memiliki kontrol sepenuhnya atas pesawat ini. Di Iran ada orang-orang yang telah mampu mengendalikan pesawat mata-mata ini, dan tentu saja dapat juga menganalisa sistem pesawat ini. Bagaimanapun, kami sekarang memiliki pesawat mata-mata,” ujar Ahmadinejad sambil tersenyum-senyum.
Sementara itu, TV Iran memberitakan pada hari Senin (12-12-2011) kemarin, bahwa para ahli Iran tengah melalui tahapan akhir pengambilan data-data penting dari pesawat siluman RQ-170 Sentinel tersebut. Teheran mengistilahkan bahwa penyitaan pesawat tersebut merupakan kemenangan bagi Iran. {KbrNet/adl]
Iran Akan Menunjukkan Drone Sitaan dari Israel, AS IslamTimes - Iran telah dilaporkan memutuskan untuk menayangkan Unmanned Aerial Vehicles (UAV) AS dan Israel yang disita angkatan bersenjata Iran di wilayah udara negara itu dalam waktu dekat. |
Akan disiarkan empat drones Israel yang telah melanggar wilayah udara Iran di sepanjang perbatasan timur dan tiga pesawat remote dikendalikan AS yang telah memasuki negara itu di sepanjang perbatasan timur baik atau selatan, Tehran Times mengutip sebuah sumber informasi mengatakan.
Pameran akan dibuka untuk wartawan nasional dan duta besar asing yang berbasis di Tehran.
Peralatan perang terbaru elektronik produksi dalam negeri juga akan jadi fitur dalam pameran.
Iran merilis rekaman video pada 8 Desember dari pesawat siluman AS RQ-170 Sentinel yang telah dibawa turun dengan kerusakan minimal oleh unit perang elektronik Angkatan Darat Iran empat hari sebelumnya.
Pesawat telah terbang di atas kota timur laut Iran Kashmar, beberapa 225 kilometer (140 mil) dari perbatasan Afghanistan.
Sejumlah negara dilaporkan telah meminta izin Iran untuk memeriksa pesawat.
Pada 11 Desember, seorang anggota parlemen senior Iran mengatakan bahwa Iran berada di tahap akhir decoding data pesawat itu. Iran juga telah mengumumkan bahwa mereka berniat untuk mereproduksi pesawat melalui reverse engineering. [IT/r]
'Permintaan Drone Menjatuhan Arogansi AS' IslamTimes - Seorang ulama senior Iran mengatakan permohonan AS meminta kembali pesawat pengintai dengan pengenaan sanksi Washington terhadap Tehran mengkhianati "sifat arogan" dari negara ini. |
"Bahwa pemerintah AS mengatakan memungkinkan mencapai pemahaman dan kembali drone itu sebagai isyarat [indikasi] itikad tidak baik lain dari sifat hegemonik negara ini, karena bahkan setelah membuat permintaan seperti itu, mereka terus menjatuhkan sanksi dan melakukan segala sesuatu mereka mampu untuk menentang Iran," kata Ayatullah Mohammad Emami-Kasyani.
Pesawat stealth AS RQ-170 Sentinel \'diturunkan\' dengan kerusakan minimal oleh unit perang elektronik Angkatan Darat Iran pada Minggu, 4 Desember, 2011, ketika terbang di atas kota timur laut Iran Kashmar, sekitar 225 kilometer (140 mil) dari Afghanistan perbatasan.
Sementara Imam Shalat Jumat Tehran menambahkan bahwa berdasarkan Pasal dua dari Bab IV Piagam PBB pelanggaran wilayah udara Iran dan kedaulatan teritorialnya oleh pesawat AS merupakan "kejahatan langsung."
"Artikel ini mengutuk dan mengancam penggunakan kekerasan terhadap kemerdekaan dan integritas wilayah negara lain," Ayatullah Emami Kashani-mengatakan dikutip IRNA .
Dia menekankan bahwa AS telah melakukan kejahatan lain tidak bisa dimaafkan dengan mencoba untuk memata-matai Iran.
Ulama yang menuduh komentar yang bertentangan para pejabat AS tentang pesawat dan berkata, "Jika Amerika ingin mengklaim bahwa pesawat jatuh ketika melakukan kesalahan melanggar wilayah udara Iran, mereka harus meminta maaf [dengan sesuai] dan mengatakan bahwa mereka bersalah."
Ayatullah Emami Kashani menyatakan terkejut-bahwa alih-alih permintaan maaf, Amerika telah menuntut pesawat mereka untu dikembalikan.
Ulama senior Iran mengecam pengerahan pasukan AS di Bahrain dan wilayah lain di dunia, memperingatkan kelanjutan penumpahan darah orang tak berdosa dan melakukan kejahatan pasti akan mengakibatkan hilangnya harga diri AS.
Ayatullah Emami Kashani menunjuk-dari sembilan ketetapan resolusi PBB menentang Israel pekan lalu dan mengatakan ini menunjukkan aib rezim Zionis terhadap dirinya sendiri di dunia.
"Komentar tantang rancangan mereka membuat Israel dari Nil hingga Eufrat," katanya. [IT/r]
"Tentara Iran 'Hack' Sistem Pesawat AS' IslamTimes - Mengomentari kemampuan Iran 'menurunkan' pesawat tak berawak AS baru baru ini, mantan agen CIA mengatakan ahli Angkatan Darat Iran berhasil meng-hack sistem cyber pesawat dan kemudian membawanya turun. |
Jatuhnya pesawat oleh Iran adalah kekalahan bagi Amerika Serikat di bidang spionase, Robert Baer, mantan petugas Central Intelligence Agency (CIA), yang pernah beroperasi di Timur Tengah, dikutip oleh koran Swiss berbahasa Perancis 20 Menits mengatakan, IRNA melaporkan pada Sabtu.
Pada 4 Desember, unit perang elektronik militer Iran mengumumkan bahwa Iran telah menjatuhkan dengan kerusakan minimal pesawat siluman pengintai AS RQ-170 Sentinel, sementara itu melanggar wilayah udara Iran.
Pesawat, dirancang dan dikembangkan oleh perusahaan Amerika Lockheed Martin, telah menyeberangi perbatasan Iran dengan Afghanistan dan dibawa turun karena terbang di atas kota timur laut Kashmar.
Baer juga menyatakan keprihatinan tentang akses Iran untuk teknologi canggih dari pesawat stealth, khususnya mekanisme operasional kamera perekam-gambar .
Iran telah mengumumkan bahwa mereka berniat untuk melaksanakan reverse engineering bongka pasang) pada pesawat udara itu, yang juga dikenal sebagai Beast of Kandahar, dan mirip di desain pembom siluman B-2 Angkatan Udara AS . [IT/r]
Google Puji Iran Atas Jatuhnya Drone IslamTimes - CEO Google Inc Eric Schmidt telah mengakui kemampuan luar biasa dari para ahli perang cyber di Iran, yang bereaksi terhadap jatuhnya sebuah pesawat mata-mata AS oleh Angkatan Darat Iran baru-baru ini . |
"Ahli Iran yang berkemampuan luar biasa dalam perang cyber untuk beberapa alasan kita tidak sepenuhnya mengerti," kata Schmidt dalam sebuah wawancara dengan CNN, yang disiarkan pada hari Kamis.
Pada 4 Desember, unit perang elektronik militer Iran mengumumkan bahwa Iran telah 'menjatuhkan' dengan kerusakan minimal pesawat siluman pengintai AS RQ-170 Sentinel, sementara dia melanggar wilayah udara Iran.
Pesawat, dirancang dan dikembangkan oleh perusahaan Amerika Lockheed Martin, telah menyeberangi perbatasan Iran dengan Afghanistan dan dibawa turun ketika terbang di atas kota timur laut Kashmar.
Iran telah mengumumkan bahwa mereka berniat untuk melaksanakan reverse engineering pada pesawat udara itu, yang juga dikenal sebagai Beast of Kandahar, dan mirip di desain untuk seorang pembom siluman B-2 Angkatan Udara AS.
Mengakui kemampuan Iran untuk melakukan reverse engineering pesawat udara, Peter Grier, seorang staf penulis harian Christian Science Monitor online, menulis dalam sebuah artikel pada hari Kamis, "Ini pernah dilakukan sebelumnya, oleh suatu negara yang pada saat itu Amerika Serikat menganggap dia berteknologi rendah . "
Menurut Grier, pada Agustus 1947, Uni Soviet mengarak pesawat Tu-4 Bull, replika dari sebuah pembom B-29 Amerika, yang telah disita pemerintah Soviet pada tahun 1944 setelah pesawat terpaksa melakukan pendaratan darurat di pangkalan Uni Soviet.[IT/r]
Standar Ganda HAM “Made in” Barat
Komisi III Majelis Umum PBB baru-baru ini merilis resolusi mengenai pelanggaran HAM di Iran. Sebelumnya, Kanada dengan dukungan sejumlah negara Barat mengeluarkan draf resolusi baru pelanggaran hak asasi manusia di Iran yang disusun berdasarkan laporan ilegal. Dari 193 negara anggota Majelis Umum PBB, hanya 83 anggota yang memberikan dukungan suara positif. Sedangkan 44 negara menolak, dan 59 absen dalam pengambilan suara.
Mohammad Jawad Larijani, Penasehat Urusan Internasional Ketua Mahkamah Agung Iran pasca pertemuan Komisi III Majelis Umum PBB mengatakan, "Resolusi ini tidak ada kaitannya dengan hak asasi manusia. Sebagaimana tudingan Barat terhadap Tehran sebelumnya menyangkut masalah nuklir dan dukungan terhadap teroris yang menunjukkan babak baru eskalasi kebencian Barat terhadap Iran."
Seraya menyinggung lemahnya institusi PBB dalam menjalankan tugasnya sesuai mekanisme yang acapkali ditunggangi kepentingan adidaya arogan, Jawad Larijani mengatakan, "PBB masih jauh dari tujuan idealnya sebagai lembaga milik seluruh negara anggotanya." Bukan pertama kalinya negara-negara Barat mengintervensi PBB, dan memanfaatkan lembaga internasional itu untuk membenamkan kepentingannya terhadap negara lain.
Kali ini, dalih hak asasi manusia Barat menekan ekonomi dan politik Iran serta mengucilkan Tehran di arena internasional. Di saat yang sama Barat bungkam menyikapi berbagai pelanggaran HAM di negara-negara kawasan seperti Yaman, Bahrain dan Arab Saudi. Hingga kini, negara-negara Barat tidak pernah mengeluarkan sikap tegas bahkan yang paling kecil sekalipun mengenai pelanggaran HAM di negara-negara despotik itu.
Selama ini para penguasa di sejumlah negara kawasan seperti Arab Saudi, Bahrain dan Yaman tidak pernah mematuhi prinsip-prinsip hak asasi manusia dan demokrasi sebagaimana digariskan Barat. Namun negara-negara Barat diam seribu bahasa menyikapi pelanggaran Hak asasi manusia yang dilakukan rezim-rezim Arab, sebab mereka adalah sekutu stategis dan kunci bagi negara-negara Barat di Timur Tengah.
Kini, hampir setahun berlalu sejak meletusnya gelombang kebangkitan rakyat melawan rezim despotik yang didukung Barat di kawasan Teluk Persia hingga Afrika Utara. Tumbangnya rezim diktator seperti Ben Ali di Tunisia, dan Mubarak di Mesir menjadi pukulan telak bagi Barat sendiri. Hingga kini Barat juga masih saja melindungi rezim-rezim monarki yang tidak demokratis itu demi melindungi kepentingannya di kawasan.
Sikap represif pasukan rezim Yaman, Bahrain dan Arab Saudi menimbulkan korban dari pihak rakyat sipil yang terus berjatuhan. Di negara-negara itu, tuntutan damai rakyat mewujudkan pemerintahan demokratis tidak pernah terwujud bahkan menjadi bumerang bagi para penuntutnya sendiri.
Para demonstran yang menuntut hak-haknya secara damai justru ditangkap dan dijebloskan dalam penjara tanpa mekanisme pengadilan dan pembelaan diri. Di Saudi sendiri dilaporkan lebih dari 30.000 tahanan politik dikurung di penjara-penjara negara itu. Para aktivis HAM mengungkapkan bahwa sebagian besar tokoh politik ditahan oleh pemerintah tanpa pengadilan atau tuduhan yang sah dan mereka ditangkap hanya karena terlihat mencurigakan. Beberapa tahanan dilaporkan dikurung tanpa pengadilan selama lebih dari 16 tahun.
Human Rights Watch mengatakan lebih dari 160 oposisi telah ditangkap sejak Februari, sebagai bagian dari tindakan keras pemerintah Saudi terhadap pengunjuk rasa. Menurut lembaga HAM berbasis di Saudi, Human Rights First Society (HRFS), para tahanan telah mengalami penyiksaan baik secara fisik dan mental.
Ironisnya, hingga kini organisasi hak asasi manusia PBB secara resmi tidak pernah mengirimkan satu tim pemantau independen untuk menyelidiki kejahatan anti kemanusiaan di Bahrain, Arab Saudi dan Yaman.
Dalam kondisi demikian, Komisi III HAM Majelis Umum PBB berdasarkan laporan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan validitasnya menuding Iran melanggar hak asasi manusia. Tudingan Barat terhadap Iran tersebut sepenuhnya politis demi kepentingan negara-negara arogan dunia.
Sejarah membuktikan bahwa negara-negara Barat yang getol menyebut dirinya sebagai pengusung hak asasi manusia adalah para pelaku utama berbagai kejahatan kemanusiaan dan hak asasi manusia di dunia. Mereka juga merupakan imperialis yang menjarah kekayaan negara-negara dunia ketiga.
Pemerintahan Barat alih-alih tidak bersedia mengakui berbagai kejahatan kemanusiaan yang dilakukannya di masa lalu, justru melakukan sejumlah pelanggaran hak asasi manusia. Pemerintah London mengeluarkan izin melakukan berbagai bentuk kejahatan bagi pasukan keamanan Inggris bukan hanya di dalam negeri bahkan dilakukan di negara lain. Faktanya adalah kejahatan perang dan kemanusiaan yang dilakukan pasukan Inggris dan AS di Irak dan Afghanistan.
Jika kejahatan ini dilakukan oleh negara lain tentu saja para pemimpin negara itu akan diseret ke meja hijau dengan dakwaan melakukan kejahatan perang. Tapi ka rena kejahatan itu dilakukan oleh negara adidaya seperti Inggris dan AS maka para pemimpin negara itu lolos dari dakwaan tersebut. Pasca terbongkarnya kejahatan perang yang dilakukan para serdadu dan perwira militer Inggris dan AS di penjara Abu Ghuraib dan Begram di Irak dan Afghanistan, ironisnya tidak seorangpun dari militer kedua negara arogan dunia itu diseret ke meja hijau.
Dengan track record buruk di bidang hak asasi manusia itu mereka kini malah mengklaim sebagai pengusung hak asasi manusia dan menuding negara lain seperti Iran sebagai negara pelanggar HAM. Mereka juga tidak tanggung-tanggung memperalat organisasi internasional semacam PBB untuk mengeluarkan resolusi sanksi baru terhadap Tehran. Inilah motif draf resolusi sanksi baru anti Iran di komisi III hak asasi manusia Majelis Umum PBB mengenai tudingan pelanggaran HAM Iran.
Kini, negara-negara arogan dunia seperti AS dan Inggris menghalalkan berbagai cara untuk meningkatkan tekanan terhadap Iran supaya Tehran bertekuk-lutut terhadap ambisi kepentingan Barat. Namun dugaan mereka keliru. Semakin ditekan, Iran kian mandiri dan maju dengan caranya sendiri. Sanksi itu lambat atau cepat justru menjadi bumerang bagi Barat.
Saat ini, Washington dan London gagal mewujudkan tujuannya menginvasi Irak dan Afghanistan. AS dan Inggris akhirnya meninggalkan negara muslim itu dengan tangan kosong, meski mereka telah menggelontorkan biaya yang sangat besar yang ditarik dari para pembayar pajak dalam negeri. Di sisi lain, posisi AS pun semakin terpuruk menyusul tumbangnya rezim despotik boneka mereka di kawasan. Sementara itu, gejolak protes di dalam negeri akibat guncangan krisis ekonomi semakin akut dari sebelumnya.(IRIB Indonesia/PH)
Mengenal Populasi Muslim Dunia (Bagian pertama)
Saat ini jumlah populasi muslimin dunia tercatat mencapai satu setengah miliar jiwa atau sekitar 23 persen dari seluruh penduduk bumi. Umat Islam tersebar di lebih dari 120 negara, sementara di 35 negara, warga Muslim tercatat sebagai mayoritas sementara di sekitar 29 negara, umat Islam adalah warga minoritas yang berpengaruh. Di 28 negara, Islam ditetapkan sebagai agama resmi seperti di Republik Islam Iran, Mesir, Kuwait, Irak, Maroko, Pakistan dan Arab Saudi.
Dari seluruh negara di dunia, Indonesia menempati urutan teratas jumlah populasi Muslim terbanyak dengan lebih dari 200 juta jiwa, menyusul setelahnya Pakistan dengan lebih dari 170 juta jiwa dan India dengan 160 juta jiwa. Tempat keempat hingga keenam diduduki oleh Bangladesh, Mesir dan Nigeria. Sementara Iran, Turki, Aljazair dan Maroko berada di urutan berikut.
Berdasarkan data yang dihimpun tahun 1980, populasi umat Islam tercatat sebanyak 800 juta jiwa. Jumlah itu membengkak menjadi 1,3 miliar jiwa pada tahun 2004. Sejak tahun 1995, India tercatat sebagai negara dengan pertumbuhan warga Muslim paling pesat di dunia disusul kemudian oleh Pakistan, Indonesia, Nigeria dan Bangladesh. Perkembangan dan meningkatnya jumlah populasi Muslim di dunia khususnya di Eropa menjadi fenomena yang menarik perhatian para sosiolog. Fenomena ini ditanggapi oleh para pemimpin negara-negara Barat dengan sinis dan dianggap sebagai bahaya yang mengancam kepentingan mereka.
Peningkatan populasi umat Islam tidak bisa lepas dari kian membaiknya indeks kesehatan di negara-negara Islam yang disertai dengan menurunnya angka kematian bayi. Banyak pakar yang meyakini bahwa negara-negara Barat menutup mata dari membaiknya kondisi kesehatan dan kemajuan kedokteran di negara-negara Muslim sehingga mengaitkan pertumbuhan pesat populasi Muslim dunia dengan peningkatan angka kelahiran semata. Padahal, keberhasilan negara-negara Islam dalam menekan angka kematian bayi merupakan faktor yang sangat signifikan.
Dewasa ini ada dua pandangan dan analisa tentang demografi umat Islam di dunia yang menunjukkan bahwa masalah kependudukan, khususnya menyangkut umat Islam dipengaruhi oleh kondisi politik. Pandangan pertama melihat dari ketaatan dalam melaksanakan ibadah dan kewajiban beragama. Untuk itu, mereka yang digolongkan ke dalam komunitas Muslim hanya mereka yang melaksanakan shalat dan aktif dalam kegiatan agama.
Sementara pandangan kedua dengan cakupan yang lebih luas adalah memasukkan kecenderungan budaya dan keagamaan, sehingga menyebut semua orang yang menerima Islam sebagai bagian dari komunitas Muslim. Tentunya jika parameter pertama yang menjadi ukuran, mayoritas umat Yahudi dan Kristen akan dikeluarkan dari kelompok agama mereka, karena sebagian besar tidak mengikuti ritual keagamaan yang mereka anut.
Pertumbuhan populasi umat Islam di dunia dianggap sebagai ancaman oleh sejumlah rezim Barat dengan mengesankannya sebagai revolusi populasi kependudukan dunia oleh umat Islam. Hal itu sengaja dilakukan sebagai upaya dari Islamphobia yang memang sedang digalakkan oleh Barat. Padahal dalam 30 tahun terakhir, keluarga Muslim cenderung mengurangi jumlah anak yang tentunya berakibat pada menurunnya jumlah populasi umat.
Tahun 1975 tercatat rata-rata keluarga Muslim memiliki 6,5 anak. Angka ini menurun menjadi 4 anak pada tahun 2004, bahkan di sejumlah negara Muslim penurunan terjadi lebih drastik menjadi 2,6 anak dalam setiap keluarga. Kondisi yang lebih parah terjadi di masyarakat Muslim di Indonesia, Aljazair dan negara-negara Asia tengah termasuk Rusia. Sementara kondisi di Turki dan Azerbaijan sama dengan kebanyakan masyarakat Eropa. Memang di sejumlah kawasan, mengingat peningkatan jumlah warga Muslim di wilayah yang berdekatan dengan kawasan non Muslim terjadi peningkatan yang signifikan akibat pertumbuhan internal atau imigrasi umat Islam dalam skala besar.
Timur Tengah, Eropa, Rusia dan India adalah kawasan di mana demografi kependudukan sangat menentukan pergeseran kondisi sosial, politik dan budaya. Sebelum memasuki penjelasan masalah ini perlu dicermati unsur geopolitik dan hubungannya dengan benturan dan gesekan antar umat beragama di kawasan tersebut. Dengan demikian, besarnya jumlah populasi akan menentukan keunggulan satu kelompok.
Misalnya, di Palestina, pertumbuhan populasi warga Arab dibanding warga Yahudi sangat menentukan perimbangan kekuatan warga Palestina. Tahun 2004, di wilayah yang oleh Barat disebut Israel, jumlah populasi warga Arab mencapai satu juta 70 ribu jiwa atau sekitar 16 persen dari total warga Israel. Dari jumlah itu 450 ribu berusia di bawah 15 tahun. Pertumbuhan warga Arab dilihat dari angka kelahiran anak mencapai 3,4 persen sementara angka ini di kalangan warga Yahudi tidak lebih dari 1,4 persen.
Masih tentang Palestina. Di wilayah otonomi jumlah populasi warga mencapai 3,5 juta jiwa. Di Gaza warga Palestina tercatat sebanyak 1,25 juta jiwa dengan pertumbuhan 4 persen. Tercatat, pertumbuhan populasi warga Palestina tiga kali lipat lebih besar dari pertumbuhan warga Yahudi. Di sela-sela masalah pengungsi Palestina yang belum juga tuntas, populasi warga Palestina lebih besar dua kali lipat dibanding warga Yahudi.
Israel, yang mengklaim diri sebagai negara Yahudi di tengah lautan umat Islam hanya memiliki populasi 7,5 juta jiwa. Sementara, negara-negara yang bertetangga dengan Palestina pendudukan yaitu Negara-negara Arab-Islam yang terdiri dari Lebanon, Suriah, Jordania dan Mesir memiliki populasi penduduk lebih dari 100 juta jiwa. Israel semakin terjepit dengan menurunnya angka imigrasi warga Yahudi ke Palestina.
Yang lebih menarik adalah berkurangnya populasi warga Kristen di sejumlah negara Timur Tengah seperti Mesir, Suriah, Lebanon dan Palestina. Tahun 1914, warga Kristen mencapai 26 persen populasi negara-negara ini. Namun data tahun 1995 angka itu menurun drastis menjadi 9,2 persen.
Kondisi yang terjadi di Rusia juga menarik perhatian para pemerhati. Pendataan yang dilakukan tahun 1989 menunjukkan bahwa populasi warga Muslim Rusia tercatat sebanyak 12 juta jiwa atau delapan persen dari total kependudukan negara itu. Sementara pada tahun 2002 dicatat peningkatan populasi warga Muslim menjadi lebih dari 14 juta jiwa. Sejumlah sumber tak resmi bahkan menyebutkan angka yang mencapai 20 juta jiwa. Tahun 2005, Ketua Dewan Mufti Rusia Ainuddin mengatakan bahwa jumlah warga Muslim di Rusia mencapai 23 juta jiwa. Diperkirakan bahwa salah satu faktornya adalah imigrasi warga Muslim dari negara-negara Muslim bekas Uni Soviet ke Rusia. Dengan demikian, Islam menempatkan diri sebagai agama mayoritas kedua di Rusia.
Data tahun 1991 menyebutkan adanya 300 masjid di Rusia. Jumlah ini meningkat menjadi delapan ribu masjid pada saat ini. Ketika Uni Soviet runtuh dan Republik Federasi Rusia terbentuk, tidak ada satupun pusat pendidikan agama Islam di sana. Namun kini minimal ada 50 sampai 60 sekolah Islam yang memberikan pendidikan agama kepada lebih dari lima ribu pelajar Muslim. Tahun 1991, hanya 40 warga Muslim Rusia yang menunaikan ibadah haji. Akan tetapi angka itu meningkat menjadi 13500 orang pada tahun 2005.
Data tak resmi menyebutkan bahwa di ibukota Moskow terdapat 1,5 juta warga Muslim dengan enam masjid. Dengan demikian, Moskow menjadi ibukota Eropa dengan populasi jumlah warga Muslim terbesar. Sebagian kalangan bahkan memprediksikan bahwa kedepannya Rusia bakal menjadi negara dengan mayoritas penduduknya yang beragama Islam. (IRIB Indonesia)
Mengenal Populasi Muslim Dunia (Bagian kedua)
Imigrasi orang Islam ke Amerika terjadi secara bertahap. Pada abad 19, kelompok-kelompok Muslim didatangkan ke Amerika untuk menggarap pekerjaan-pekerjaan yang tidak bisa dilakukan oleh orang-orang keturunan Eropa. Setelah berakhinya perang saudara di Negara itu dan sebelum pecahnya Perang Dunia I, pemerintah Amerika mendatangkan orang-orang Arab dari Suriah, Lebanon, Jordania dan Palestina untuk bekerja di sana. Mereka umumnya beragama Kristen namun ada pula kelompok Muslim di antara mereka, meliputi Muslim Sunni, Syiah, Alawi dan Druz.
Setelah berakhirnya Perang Dunia I yang disusul dengan runtuhnya imperium Utsmani terjadi gelombang kedua imigrasi orang Islam ke Amerika. Mereka umumnya berasal dari negara-negara yang dulunya berada di bawah kendali pemerintahan Utsmani. Pemetaan kependudukan berdasarkan etnik dalam undang-undang keimigrasian Amerika yang di awal abad 20 lebih banyak diperuntukkan bagi warga Eropa, jumlah imigran Muslim di Amerika masih sangat terbatas.
Gelombang ketiga imigrasi dimulai pada tahun 1930. Saat itu, berdasarkan undang-undang keimigrasian Amerika warga Muslim berhak untuk mengundang sanak keluarganya berhijrah ke Amerika. Gelombang keempat imigrasi terjadi pasca Perang Dunia II dan berlanjut sampai dekade 1960. Kebanyakan mereka yang berhijrah ke Amerika pada periode ini adalah pedagang, mahasiswa, dan teknisi di berbagai bidang. Mereka memilih berhijrah ke AS karena faktor ekonomi, budaya, pendidikan, dan sosial. Dengan adanya perubahan mendasar pada undang-undang keimigrasian di Amerika pada tahun 1965, pemerintah setempat menghapuskan pemetaan imigrasi berdasarkan etnis dan kebangsaan untuk digantikan dengan keahlian dan unsur ekonomi. Undang-undang ini kembali membuka peluang bagi sebagian warga Muslim untuk berpindah ke Amerika.
Gelombang kelima imigrasi berbarengan dengan terjadinya transformasi di tingkat global, kemelut di sejumlah negara Islam dan keterbatasan yang didapat di benua Amerika. Imigrasi gelombang, umumnya terjadi dengan tujuan wilayah Amerika utara dan Amerika Serikat. Imigran Muslim terbanyak pada periode ini berasal dari Pakistan, Bangladesh, Afghanistan, Iran, Indonesia, Malaysia, India, negara Arab, Palestina, Turki dan Afrika utara. Imigran Muslim ke Amerika semakin meningkat karena dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya perang Arab-Israel yang terjadi pada tahun 1967 dan 1973, perang saudara di Lebanon pada dekade 1970-80, dan pendudukan negara-negara Islam seperti Afghanistan yang dijajah oleh Uni Soviet. Transformasi lain yang berpengaruh adalah serangan Israel ke Lebanon, dua perang yang terjadi di Irak, kemerdekaan negara-negara Kaukasus dari Uni Soviet, dan pergolakan politik di wilayah utara Afrika.
Setengah abad yang lalu, para sosiolog dan pakar ilmu politik di Dunia Barat tak pernah menduga bahwa Islam di kemudian hari bakal menjadi satu kekuatan besar dalam tatanan internasional. Sebab, sampai saat itu, pengaruh umat Islam dalam percaturan politik, ekonomi, budaya dan regional sangat kecil. Di Amerika utara dan Amerika Serikat, komunitas Muslim dan aktivitas mereka tak pernah dipertimbangkan. Namun sejak tiga dekade silam, tepatnya setelah kemenangan revolusi Islam di Iran, semua prediksi dan peta kekuatan mendadak berubah. Islam kini menjadi satu kekuatan besar yang diperhitungkan oleh semua pihak dalam percaturan internasional.
Sejauh ini belum ada data akurat tentang populasi Muslim di Amerika. Sebab sensus kependudukan di negara itu yang dilakukan setiap sepuluh tahun sekali tidak menyertakan mazhab dan agama dalam pendataan. Karenanya, jumlah warga Muslim di negara tidak lebih dari perkiraan saja. Dalam datanya, pemerintah AS menyatakan bahwa sejak kemerdekaan Amerika sampai tahun 1965 jumlah imigran Muslim yang datang ke negara ini sangat kecil dibanding imigran dari negara-negara dan masyarakat non-Muslim. Ditambahkan bahwa jumlah imigran Muslim yang datang ke Amerika antara tahun 1820 sampai 1965 tercatat sebanyak 520 ribu orang yang kebanyakannya berasal dari kawasan Balkan di Eropa, Turki, India, Pakistan, dan Bangladesh.
Sementara itu, dari tahun 1966 sampai tahun 1980, imigran yang datang ke Amerika dari negara-negara Muslim meningkat hingga 800 ribu orang. Meski mayoritas mereka beragama Islam namun sebagian menganut agama lain seperti Kristen dan Yahudi. Jumlah imigran dari negara-negara Muslim kembali menunjukkan peningkatan mencapai 920 ribu jiwa pada dekade 1980 dan lebih dari satu juta jiwa antara tahun 1990 sampai 1997. Dengan penjelasan tadi, berarti jumlah imigran dari negara-negara Muslim yang datang ke AS antara tahun 1820 sampai 1997 mencapai total 3,3 juta jiwa atau hanya lima persen dari keseluruhan jumlah imigran yang mencapai 64 juta jiwa.
Saat ini populasi warga Muslim di AS diperkirakan berjumlah minimal enam juta dan maksimal 10 juta jiwa. Dari sekitar 10 juta warga Muslim sebagian besar menganut mazhab Ahlussunnah dan sekitar dua juta jiwa mengikuti mazhab Syiah. Sebagian besar Muslim Syiah di Amerika berasal dari Iran yang diperkirakan jumlah mereka mencapai satu juta jiwa. Selain dari Iran, warga Muslim Syiah di Amerika berasal dari Irak, Lebanon, Afghanistan, Arab Saudi, Pakistan, India, Azerbaijan, Tajikistan, Turkmenistan, Suriah dan negara-negara lain. Pada dekade 1970 dan 1960, Syiah di Amerika tergolong sebagai komunitas muslim yang aktif di kancah politik. Mereka memiliki andil besar dalam menggalang persatuan di antara umat Islam di Amerika.
Kecenderungan kepada Islam di kalangan Afro-Amerika menarik perhatian para pakar kependudukan. Sebagian besar mereka bermazhab Sunni dan hanya sebagian kecil yang mengikuti mazhab Syiah. Kelompok Muslim Amerika keturunan Afrika ini biasanya menunjukkan identitas keislaman lewat nama dan tradisi mereka.
Tingkat kecenderungan untuk memeluk Islam di Amerika pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 20 ribu kasus. 63 persen di antaranya berkenaan dengan warga keturunan Afrika, 27 persen wawrga kulit putih dan sembilan persen dari etnis Hispanik. Belum lama ini Radio Amerika seksi siaran bahasa Persia dalam sebuah laporannya membahas tentang perkembangan Islam di Amerika. Laporan ini dimulai dengan suara adzan. Reporter selanjutnya mengatakan bahwa suara adzan ini bukan berasal dari salah satu jalanan di Jakarta atau sebuah desa di Pakistan, tetapi dari menara Pusat Islam Washington yang berada di jalan Massachusset Washington tempat kebanyakan kedutaan besar asing berada. Pertumbuhan Islam di Amerika sedemikian pesat dan hal ini diakui oleh para petinggi Gedung Putih.
Mantan Menteri Luar Negeri AS Madeline Albright dalam sebuah pidatonya di Asosiasi Asia di New York menyebut Islam sebagai agama yang tumbuh pesat lebih cepat dibanding agama yang lain di Amerika. Sebagian besar warga Muslim Amerika tinggal di New York yang jumlah diperkirakan mencapai satu juta jiwa. Setelah New York, Los Angeles menempati urutan kedua disusul oleh Washington dan Detroit tempat kebanyakan imigran Arab Muslim memilih bertempat tinggal. Di New York terdapat 50 masjid dan pusat agama Islam yang sebagiannya dikelola oleh Louis Farrakhan. (IRIB Indonesia)
AS dan Strateginya Menghadapi Kebangkitan Islam
Sejak kemenangan Revolusi Islam Iran dan dimulainya proses kebangkitan Islam, wacana dunia Islam memiliki definisi dan makna baru yang tak lagi terikat dengan batasan geografis. Republik Islam Iran sebagai pusat gejolak dan kebangkitan Islam merupakan markas krisis dan gejolak. Harus diakui bahwa pengaruh terpenting dari Revolusi Islam Iran adalah dampaknya terhadap kebangkitan dunia Islam. Prosesnya tidak hanya terjadi dalam kehidupan spiritual individu saja melainkan menjalar hingga ke sektor politik. Saat ini, agama Islam dijadikan sebagai landasan politik dan bahkan undang-undang negara-negara Islam. Sebab itu, gelombang kebangkitan Islam dalam lembaga dan organisasi perjuangan anti-aroganisme kini memilki format baru.
Sejak empat abad lalu, dunia merupakan ajang pementasan kolonialisme dan imperialisme Barat. Namun Revolusi Islam Iran telah mengilhami setiap bangsa untuk bangkit melawan arogansi Barat khususnya AS. Dukungan para pemimpin Republik Islam Iran terhadap lembaga-lembaga Islam di berbagai negara telah menimbulkan kesulitan bagi para kaum arogan yang merasa kepentingan mereka terancam. Pasca kemenangan Revolusi Islam, AS menyusun strategi baru dan menciptakan medan perang baru dalam menghadapi Iran. Propaganda AS dalam hal ini ditargetkan agar dapat membendung perluasan gelombang kebangkitan Islam di Iran ke berbagai negara lainnya. Strategi pertama adalah dengan menghantam pemerintah Iran dalam rangka menampilkan kegagalan sistem pemerintahan Islam.
Dalam dua dekade terakhir AS gagal dalam membendung derasnya arus kebangkitan dan pertumbuhan gerakan-gerakan islami di berbagai negara. Bahkan kini AS merasa sangat terhimpit bahaya besar yang mengancam kepentingannya. Salah satu contohnya adalah perlawanan para pejuang Hezbollah Lebanon menghadapi agresi Rezim Zionis Israel. Kemenangan Hezbollah serta terusirnya pasukan Israel dari wilayah pendudukan Lebanon merupakan alarm bahaya bagi AS dan sekutunya. Mereka mengkhawatirkan gelombang kebangkitan dan perlawasan Hezbollah itu menyebar ke seluruh penjuru dunia. Oleh karena itu, AS memilih strategi untuk memperlemah peran organisasi Islam di Lebanon dan lebih menitik-beratkan pada peran pemerintah. Namun peluang keberhasilan strategi tersebut sangat kecil mengingat Hezbollah telah memiliki tempat yang sangat istimewa di hati masyarakat Lebanon. Tidak hanya itu, Hezbollah juga mendapat dukungan spriritual dan finansial dan warga Lebanon dan terus melangkah maju dalam merealisasikan tujuan-tujuan islaminya.
Terlepas dari masalah tadi, AS sendiri juga telah memperluas jangkauan konfrontasinya dengan dunia Islam dengan menggulirkan prakarsa Timur Tengah Raya dan jargon pemberantasan terorisme. Apalagi AS berniat menindaklajuti politiknya itu secara lebih ekstrim dan agresif. Perlu diingat bahwa agresi ke Irak dan Afghanistan merupakan bagian dari pencegahan kebangkitan Islam. Adapun terkait negara-negara tetangga Iran dan di luar kawasan Timur Tengah, AS dan sekutunya juga tampak lebih cerdik dan terperinci dalam meredam gelombang kebangkitan Islam. Caranya adalah dengan menekan pihak pemerintah untuk lebih mempersempit ruang gerak organisasi islami negara negara yang bersangkutan.
Dalam menghadapi fenomena tersebut, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan pemerintah negara-negara Islam. Pertama, pemerintah dapat bertindak sebagai pengarah kebangkitan dan perkembangan pemikiran islami. Dalam konteks itu, pemerintah juga harus lihai dalam mengantisipasi setiap penyimpangan yang terjadi guna menjaga persatuan. Pada saat yang sama, pemerintah juga dituntut untuk menyusun program jangka panjang khususnya di bidang budaya dalam rangka membendung propaganda asing. Dewasa ini, organisasi pergerakan kecil yang beraktivitas di dalam negeri dapat mempengaruhi transformasi global. Contoh nyatanya adalah gelombang dan gemuruh perjuangan Hezbollah Lebanon melawan pasukan Israel. Dunia menyaksikan besarnya pengaruh kemenangan Hezbollah terhadap transformasi dunia Islam dan global.
Poin kedua adalah dukungan spiritual dan finansial pemerintah terhadap gerakan-gerakan islami agar aktivitas mereka dapat lebih ditingkatkan dalam menghadapi politik konfrontatif asing.
Ketiga, pemerintah diharapkan memberikan penjelasan dan definisi yang tepat terkait terorisme agar tidak dapat diselewengkan untuk menumpas gerakan-gerakan islami. Hal ini dinilai sangat urgen mengingat setiap negara Islam memiliki visi dan strategi yang berbeda-beda di sektor politik, budaya, dan ekonomi. Jika hal ini dapat terwujud, penyelarasan kebijakan antarnegara Islam akan dengan sangat mudah tercapai.
Pada hakikatnya, terciptanya peluang interaksi dan kerjasama konstruktif dalam hubungan budaya, ekonomi, politik, dan keamanan, antarnegara Islam dapat mewujudkan akar interaksi dan hubungan yang erat serta berlandasakan pada nilai-nilai Islami.(Ap/sa)
Pengabdian Bersejarah Obama untuk Israel
Presiden Amerika Serikat Barack Obama bangga pada pemerintahannya, karena memiliki kontribusi paling besar sepanjang sejarah kepada rezim Zionis Israel, di tengah kondisi ekonomi AS yang mengerikan.
Berbicara di Majelis Umum Uni Reformasi Yudaisme pada hari Jumat (16/12), Obama mengatakan, "Saya bangga bahkan di masa-masa sulit, kami telah berjuang untuk memberi pendanaan bersejarah kepada Israel."
"Komitmen Amerika dan komitmen saya untuk Israel dan keamanannya adalah tak tergoyahkan," tegas Obama.
"Saya bangga untuk mengatakan bahwa dukungan kami bagi keamanan Israel lebih besar dari yang pernah diberikan oleh pemimpin-pemimpin lain AS. Dan jangan biarkan orang lain memberitahu Anda sebaliknya. Ini adalah sebuah fakta," katanya.
"Kami akan selalu bersama teman-teman dan sekutu Israel, seperti yang telah kami lakukan ketika mereka sangat membutuhkan kita," tambahnya.
AS memberikan dukungan penuh kepada Israel dan bahkan membela setiap brutalitas Zionsi di tanah pendudukan Palestina. (IRIB Indonesia/RM)
Pesawat RQ-170; Bukti Kemenangan Intelijen dan Militer Iran atas Amerika
Pesawat pengintai RQ-170, atau Sentinel, atau yang disebut denganBeast of Kandahar, terperangkap dalam jebakan sistem pertahanan elektronik udara Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran. Kontrol pesawat tersebut berhasil direbut dari tangan militer Amerika Serikat dan sukses didaratkan dengan tingkat kerusakan minimum. Sepekan berlalu setelah kesuksesan ini, para pejabat Amerika masih kaget dan cemas akan kemampuan hebat militer Iran. Karena pesawat RQ-170 merupakan pesawat tanpa awak Amerika paling canggih yang ada selama ini.
RQ-170 memiliki berat sekitar 3850 kilogram dan daya jelajahnya hingga 1500 kilometer. Satu dari tugas penting pesawat ini adalah mematikan sistem radar dan komunikasi musuh. Badan pesawat ini dibuat dari bahan khusus yang mampu membuatnya tidak dapat dideteksi oleh radar. Mesinnya dibuat dengan teknologi modern dan komplek, sehingga mampu membuatnya terus menerus di udara hingga beberapa hari.
Pesawat RQ-170 dapat terbang dengan pelbagai kecepatan yang telah diatur dan bahkan bisa tetap berada di udara tanpa bergerak. Pesawat mata-mata AS ini memiliki kamera dan antena pengirim canggih. Pesawat ini mampu merekam gambar hingga radius 250 kilometer dan mengirimkannya ke pusat komando. Gambar yang diambil sangat jelas, sekalipun dari jarak yang amat jauh. Saking canggihnya pesawat ini, pemerintah Amerika tidak memberikannya kepada Pentagon dan hanya beberapa unit yang diserahkan kepada Dinas Rahasia Amerika (CIA).
Begitu diumumkan bahwa pesawat ini telah dikontrol dan direbut oleh Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran di kedalaman 250 kilometer teritorial Iran, sebagian media Amerika bahkan memberikan kemungkinan akan ada aksi militer AS untuk mengambilnya kembali atau menghancurkannya. Langkah itu harus dilakukan guna mencegah terungkapnya teknologi canggih yang ada pada pesawat ini. Namun pada akhirnya diberitakan bahwa para pejabat Gedung Putih akhirnya memilih tidak melakukan aksi apapun, mengingat mereka tidak dapat memprediksi reaksi yang akan dilakukan Iran.
Reaksi Barack Obama, Presiden Amerika dan Hillary Clinton, Menteri Luar Negeri Amerika pada akhirnya mereaksi direbutnya kontrol pesawat RQ-170 oleh Iran dan meminta agar Iran sudi menyerahkan pesawat itu. Pernyataan ini membuktikan pekerjaan besar yang telah dilakukan oleh para pakar perang elektronik Angkatan Bersenjata Iran dalam mengontrol dan mengambil pesawat itu. Dengan mengetahui informasi mengenai pesawat canggih ini, dapat diketahui seberapa besar kekuatan satuan perang elektronik Amerika dalam perang cyber.
Para pakar militer Iran di bidang elektronik dan komputer dalam operasi mengambil kontrol pesawat RQ-170 ini pada awalnya memutuskan hubungan pesawat ini dengan pangkalan Amerika. Pesawat mata-mata canggih AS ini punya dua sistem otomatis saat menghadapi masalah; pertama secara otomatis kembali ke pangkalannya dan kedua, menghancurkan dirinya sendiri. Di sini, para pakar perang elektronik Iran pada tahap kedua mematikan sistem penghancur dirinya sendiri. Sementara pada tahap ketiga mengontrol pesawat ini hingga ke darat dengan kerusakan yang sangat minim. Pada tahap akhir, melindungi informasi yang dimiliki pesawat in. Karena seketika hubungan dengan komando terputus, pesawat ini punya sistem otomatis untuk menghapus segala informasi yang ada padanya.
Operasi menguasai pesawat mata-mata RQ-170 menunjukkan kesiapan penuh Iran dalam perang elektronik dengan Amerika. Sementara Gedung Putih dalam beberapa waktu belakangan menebar ancaman perang elektronik untuk mematikan persenjataan militer dan instalasi-instalasi industri Iran. Sebelumnya, Amerika telah memulai perang cyber terhadap Iran dengan menyebarkan virus Stuxnet guna menghentikan aktivitas reaktor nuklir Bushehr. Tapi dalam perang cyber ini para pakar Iran berhasil mengalahkan Amerika dan membuat malu Gedung Putih.
Pemerintah Amerika dan sekutunya hingga saat ini menganggap remeh kemampuan pemerintah Iran di bidang perang elektronik. Namun operasi mengontrol pesawat canggih RQ-170 menjadi bukti bahwa Iran juga sangat maju dalam perang elektronik. Karena operasi pelik semacam ini membutuhkan radar canggih dan super komputer untuk membuka sandi-sandi. Artinya, Iran telah memiliki radar modern dan super komputer yang mampu membuka kode-kode keamanan dan sensitif pesawat RQ-170.
Melacak, mengontrol, mengarahkan dan pada akhirnya menurunkan pesawat canggih Amerika RQ-170 tanpa banyak kerusakan merupakan keberhasilan Iran dan capaian besar. Tentu saja apa didemonstrasikan militer Iran baru sebagian dari kemampuannya. Menurut para pakar masalah strategis, kemajuan di bidang elektronik dan cyber penentu perang militer di masa depan. Kontrol Iran atas pesawat canggih AS, RQ-170 jelas-jelas membuat Amerika dan sekutunya kebingungan.
Republik Islam Iran yang selama ini diembargo sedemikian rupa pada akhirnya mampu mengontrol pesawat mata-mata paling canggih AS. Kenyataan ini membuat mereka terbuka matanya betapa Iran telah mengalami kemajuan luar biasa di bidang ini. Hal ini yang membuat para pejabat politik dan militer Washington dan sekutu Amerika menjadi sangat cemas. Sekaitan dengan hal ini, Brigjend Salami, Wakil Pasdaran Iran menjelaskan bagaimana cara mengontrol pesawat RQ-170 dan hal ini menghilangkan banyak ketidakjelasan selama ini. Penjelasan itu menjadi bukti kuat akan kemampuan Iran dalam perang elektronik.
Mengenai cara mengontrol pesawat mata-mata Amerika ini, Brigjend Salami mengatakan, " Pesawat ini dikontrol oleh sistem sekunder. Ini sebuah teka-teki yang harus dipikirkan oleh Amerika dan yang lain." Urgensi masalah ini dapat dilihat dari penyusupan terpisah Iran terhadap sistem kontrol pesawat ini di pangkalan militer sebagai contoh nyata kemampuan elektronik Iran. Surat kabar The Nation dalam sebuah laporannya di bidang ini menulis, intelijen Iran mengawasi terbangnya pesawat-pesawat Amerika yang terbang di atas Pakistan dan Afghanistan dengan ketelitian luar biasa. Para pemuda Iran berlatih keras tanpa kenal lelah hingga meraih kemampuan melakukan operasi ini.
The Nation menulis, ketika Iran mampu menyusup ke sistem informasi Amerika, dengan mudah mereka menguasainya. Menyusupi sistem software Israel sangat mudah bagi Iran. Terlebih lagi sistem Israel telah berkali-kali disusupi oleh Hizbullah. Ditambahkan lagi, Iran dengan mudah menyusup ke dalam sistem komputer Eropa dan Amerika. Harus dikatakan juga bahwa ketika sistem yang dipakai pada satelit, radar dan rudal lebih mudah ketimbang yang dipakai pesawat RQ-170, maka dengan mudah Iran akan menguasai semua itu. Kepada pemerintah Pakistan, penulis koran The Nation menulis, Pakistan harus belajar dari Iran bagaimana menghadapi musuh dan memperlakukannya. Iran mengontrol pesawat mata-mata Amerika dalam waktu yang tepat. (IRIB Indonesia/SL/NA)
0 comments to "Perang Cyber Negara Islam VS Amerika cs & Zionis Israel..wowwwww"