Home , , , , , , , � Wowwww!!!!!...Pesawat "Siluman" Barat + Zionis VS Pesawat "Ababil" Negara Islam

Wowwww!!!!!...Pesawat "Siluman" Barat + Zionis VS Pesawat "Ababil" Negara Islam


Iran Tembak Jatuh Pesawat RQ170 Amerika Serikat

Sebuah pesawat tanpa awak Amerika Serikat tipe RQ170, yang memasuki zona udara Republik Islam Iran di perbatasan timur negara ini, berhasil ditembak jatuh oleh militer Iran.

Staf Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran Ahad petang (4/12)menyebutkan, pesawat tanpa awak Amerika Serikat yang menyusup ke zona udara Republik Islam Iran melalui wilayah perbatasan timur berhasil ditembak jatuh.

Mengutip sumber militer di Iran, aktivitas pesawat RQ170 itu terdeteksi radar Iran dan militer Republik Islam langsung menggelar operasi menjatuhkan pesawat tersebut.

Pesawat tanpa awak RQ170 itu diterbangkan dari Afghanistan untuk mengumpulkan informasi di Iran dan Pakistan.

Januari lalu, Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran berhasil menjatuhkan dua pesawat tanpa awak yang menyusup ke zona udara Iran. (IRIB Indonesia/MZ/SL)


Video Pesawat Tanpa Awak Iran Rekam Kapal Induk Amerika

Pesawat tanpa awak Pasdaran Republik Islam Iran

Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran berhasil merekam video dari kapal induk USS Ronald Reagan dan penayangan video tersebut menuai ketakjuban dan kekaguman di antara kawan dan lawan.

Aksi serupa terjadi lagi di perairan yang lebih jauh. Pada tahun 2010 dan 2011, operasi pengintaian terhadap kapal induk USS Abraham Lincoln dan USS George Bush, dilakukan dengan sukses.

Pesawat tanpa awak Pasdaran Republik Islam Iran merekam perjalanan kapal induk Amerika

Tampaknya pesawat dan sistem radar super-moderen Amerika Serikat tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka dengan menyaksikan video tersebut mampu mengukur kekuatan pertahanan Iran khususnya pesawat tanpa awak Ababil.

Untuk saat ini, Iran belum dapat memberikan keterangan teknis apapun dalam hal ini. Video yang diedarkan pun dalam ukuran kecil, namun jika diperlukan, resolusi asli akan dipublikasikan. (IRIB Indonesia)








NATO Reaksi Jatuhnya Pesawat RQ170 di Iran

Pasukan Pakta Pertahanan Atalntik Utara (NATO) mereaksi jatuhnya pesawat pengintai tanpa awak Amerika Serikat RQ170 dalam sebuah operasi yang dilancarkan oleh satuan perang elektronik Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran.

Fars News (5/12) melaporkan, NATO membenarkan bahwa pesawat tersebut adalah milik milter Amerika Serikat dan pesawat tersebut sudah lepas kontrol.

Menyusun jatuhnya pesawat pengintai Amerika Serikat di timur Iran itu, NATO merilis pernyataan bahwa pekan lalu, sebuah pesawat pengintai Amerika Serikat yang sedang beroperasi di timur Afghanistan, lepas kontrol.

NATO dalam statemennya juga menyatakan bahwa kemungkinan pesawat yang diberitakan jatuh oleh para pejabat Iran itu adalah pesawat yang telah lepas kendali pekan lalu.

NATO mulai menyelidiki kasus lenyapnya pesawat pengintai Amerika itu.

Media massa Afghanistan mengutip keterangan para pejabat Iran melaporkan bahwa pesawat tersebut berhasil dijatuhkan oleh Angkatan Bersenjata Republik Islam di timur negara itu dan kini berada di tangan militer Iran dengan hanya mengalamai sedikit kerusakan.

Sumber milter Iran kepada Fars News mengatakan, "Dengan mekanisme kontrol yang tepat, satuan perang elektronik Angkatan Bersenjata Iran berhasil mengambil alih kontrol pesawat RQ170 dan berhasil menjatuhkannya hanya dengan tingkat kerusakan minimum."

Pesawat tanpa awak RQ170 itu diterbangkan dari Afghanistan untuk mengumpulkan informasi di Iran dan Pakistan.

Januari lalu, Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran berhasil menjatuhkan dua pesawat tanpa awak yang menyusup ke zona udara Iran. (IRIB Indonesia/MZ)


AL Iran Sukses Kawal Jalur Maritim Internasional

Komandan Angkatan Laut Iran Laksamana Habibollah Sayyari mengatakan, angkatan laut telah berhasil mempertahankan keamanan maritim di Teluk Aden dan perairan internasional.

"Kami berhasil dalam menciptakan keamanan untuk transit kapal komersial dan tanker minyak Iran," kata Sayyari pada hari Sabtu (3/12).

Sayyari menambahkan bahwa Angkatan Laut Iran telah mengawal 1.300 kapal komersial dan kapal tanker minyak selama dua setengah tahun terakhir, membantu mereka untuk menghindari ancaman pembajakan, kantor berita ISNA melaporkan.

"Angkatan laut tidak akan membiarkan keselamatan pelayaran Iran terancam di utara Samudera Hindia, Teluk Aden, Selat Bab al-Mandab, Laut Merah dan pantai India," tegas Sayyari.

Menurutnya, kehadiran kapal perusak Jamaran di perairan internasional, penyebaran kapal selam dan pelayaran sukses armada kapal perang melalui Terusan Suez, adalah salah satu karakteristik yang unik dari Angkatan Laut dan Angkatan Darat Iran.

Kapal perusak Jamaran dan kapal perang Bandar Abbas, memulai misi pertamanya di perairan internasional pada tanggal 9 Oktober lalu, sebagai bagian dari upaya untuk memberikan keamanan bagi kapal-kapal perdagangan Iran dari aksi perompak laut.

Angkatan Laut Iran telah melakukan patroli anti-pembajakan di Teluk Aden sejak November 2008 untuk mengawal perdagangan maritim dan kapal-kapal tertentu dan tanker minyak yang dimiliki atau disewa oleh Iran. (IRIB Indonesia/RM)


Vahidi: Iran Akan Ajari AS Seperti Apa Perang yang Sebenarnya

Menteri Pertahanan Republik Islam Iran, Brigadir Jenderal Ahmad Vahidi mengatakan, "Iran akan memberikan pelajaran kepada Israel jika para pejabat rezim Zonis mencoba menyerang Republik Islam."

Fars News melaporkan, hal itu dikemukakan Vahidi Ahad (27/11) bahwa Israel tidak akan memiliki kesempatan sedikit pun untuk dapat bertahan setelah menyerang Iran, karena Angkatan Bersenjata Iran akan membombardir seluruh wilayah Israel dengan ribuan rudal.

Dikatakannya, "Musuh harus menjawab pertanyaan ini, jika menyerang Iran, mereka telah bersiap untuk bertempur berapa lama dan seberapa banyak mereka siap kehilangan kapal perang?"

"Mengapa rezim Zionis mengancam (terhadap Iran)? Berapa banyak rudal yang telah mereka persiapkan? 10,000? 20,000? 50.000? 100.000? 150,000 atau lebih?" tanya Vahidi.

Dia mengimbau AS dan sekutunya untuk menyadari kekuatan massif Iran dan bahwa perang dengan Republik Islam akan memberikan pelajaran kepada Amerika tentang seperti apa perang dan pasukan militer yang sebenarnya."

Vahidi menegaskan pula bahwa Angkatan Bersenjata Iran tidak akan ragu dalam mempertahankan kedaulatan negara. Jika rezim Zionis memutuskan untuk melaksanakan ancamannya terhadap Iran, pasukan Basij akan melancarkan balasan terhadap penindasan yang dilakukan Israel terhadap bangsa-bangsa tertindas selama bertahun-tahun."

Amerika Serikat dan Israel berulang kali mengancam akan menyerang Tehran dengan alasan kemungkinan adanya penyimpangan dalam program nuklir Iran untuk tujuan militer.

Iranmembantah tuduhan itu dan menyatakan bahwa sebagai penandatangan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan anggota IAEA, Tehran berhak mengembangkan dan menikmati teknologi nuklir untuk tujuan damai.

Di sisi lain, hingga kini Israel tidak mengizinkan tim inspektor IAEA meninjau instalasi nuklirnya dan juga menolak bergabung dengan NPT. (IRIB Indonesia/MZ)


Komandan Iran: Sanksi Anti Iran, Bumerang

Seorang komandan senior Iran mengatakan, sanksi yang dikenakan Barat terhadap Republik Islam Iran telah menjadi bumerang.

"Musuh, yang berusaha mengancam Iran dengan permainan sanksi, telah memperoleh hasil yang berlawanan dan menyaksikan pembusukan politiknya sendiri," kata Wakil Komandan Pasdaran, Brigjend Hossein Salami seperti dikutip IRNA pada hari Kamis (1/12).

Komentarnya muncul setelah Uni Eropa mengadopsi sanksi baru terhadap Iran. Kebijakan itu akan melarang individu dan 180 perusahaan untuk bertransaksi dengan Tehran.

Salami menambahkan bahwa gelombang kebangkitan Islam di kawasan menemukan semangat baru setiap harinya. Gerakan-gerakan rakyat, kata pejabat militer itu, telah menyebabkan emansipasi bangsa untuk membebaskan diri dari cengkeraman kekuatan arogan global. (IRIB Indonesia/RM/PH)


Jenderal Iran: Timteng Masuki Fase Berbahaya

Seorang pejabat senior militer Iran mengatakan, negara-negara Timur Tengah tidak akan pernah melihat kedamaian selama pemimpin mereka tetap bergantung pada kekuatan asing.

Jenderal Yahya Rahim Safavi, penasehat senior bidang militer Pemimpin Revolusi Islam Iran, mengatakan Jumat (2/12) bahwa Timur Tengah saat ini berada pada titik sensitif dan rumit, serta melewati sebuah fase berbahaya.

"Dengan wilayah yang luas dan sumber daya berlimpah, musuh tidak akan pernah berpaling dari kawasan ini," ujarnya seperti dikutip IRNA.

Dia menambahkan bahwa musuh-musuh Iran berusaha untuk mencegah penyebaran revolusi Islam di negara-negara regional lainnya, tapi berkat kehendak Allah Swt, bangsa-bangsa regional telah menunjukkan sebaliknya.

Sejak Januari lalu, revolusi telah menyapu Timur Tengah dan Afrika Utara, mengakhiri kekuasaan para diktator di Tunisia, Mesir dan Libya.

Negara-negara lain seperti Yaman dan Bahrain juga sedang menghadapi gelombang demonstrasi menentang penguasa despotik, yang didukung Barat. (IRIB Indonesia/RM)


Iran: Islam Menang, Barat Takut

Juru bicara Departemen Luar Negeri Iran, Ramin Mehmanparast mengatakan, kemenangan kandidat dari partai-partai Islam di seluruh Timur Tengah membuat Barat ketakutan.

"Kemenangan itu telah menjadikan Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel ketakutan, dan kita tidak akan membiarkan skema mereka untuk menyimpangkan gerakan bangsa-bangsa berjalan di kawasan," kata Mehmanparast pada hari Sabtu (3/12).

"Barat ingin menggambarkan Iran sebagai ancaman utama, mereka ingin menunjukkan bahwa kita adalah penyebab ketidakamanan dan ketidakstabilan di kawasan," jelasnya seperti dikutip kantor berita ISNA.

Pejabat Iran itu menuturkan, upaya Barat ditujukan untuk menebarkan Iranphobia dan memicu perselisihan antara Republik Islam Iran dan negara-negara lain di Timur Tengah.

Mengacu pada pengusiran misi diplomatik Iran dari Inggris, Mehmanparast menandaskan, AS dan sekutunya menuduh Iran berniat untuk melanggar hukum internasional dan memprovokasi kedutaan di Iran agar mempertimbangkan kembali hubungan mereka dengan Tehran. (IRIB Indonesia/RM)


Hidden Agenda Kompak Barat Tekan Iran

Negara-negara Barat secara serempak melancarkan tekanan sanksi bertubi-tubi terhadap Tehran. Belum lama ini Inggris memutuskan hubungan finansial dengan Tehran. Tidak hanya itu, London juga menyatakan tidak akan mengizinkan pesawat terbang Iran, Iran Air mengisi bahan bakar di negara itu sejak 8 Desember.


Di PBB, negara-negara Barat semakin agresif menekan Iran. Kanada dengan dukungan sejumlah negara Barat menggulirkan draf resolusi baru mengenai pelanggaran hak asasi manusia di Iran yang disusun berdasarkan laporan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Dari 193 negara anggota Majelis Umum PBB, hanya 83 anggota yang memberikan dukungan suara positif. Sedangkan 44 negara menolak, dan 59 absen dalam pengambilan suara.

Bulan lalu, Uni Eropa juga menjatuhkan sanksi baru terhadap 37 individu dan 143 perusahaan maupun organisasi Iran, serta menjatuhkan embargo atas sektor minyak negara itu.

Pada tanggal 21 November, Amerika Serikat, Inggris dan Kanada menjatuhkan sanksi sepihak terhadap energi Iran dan sektor keuangan setelah Badan Energi Atom Internasional (IAEA) merilis laporan tentang program nuklir Tehran pada tanggal 8 November.

Gelombang tekanan terhadap Tehran tidak hanya berbentuk sanksi ekonomi, bahkan kini mengarah pada opsi serangan militer. Israel sesumbar akan menyerang Iran. Rezim Zionis terus memperbaharui retorika ambisiusnya terhadap Iran. Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak terang-terangan mengancam akan menerapkan opsi serangan militer terhadap Iran. Senada dengan itu, Presiden Israel Shimon Peres menyatakan bahwa serangan terhadap Iran menjadi "sangat mungkin."

Amerika Serikat, Inggris, dan Israel terus menebar teror dan kerusuhan di Republik Islam Iran. Seorang analis Inggris, Dwight Pratt menyatakan Amerika mengambil kebijakan mengejutkan dengan menghapus nama kelompok teroris Organisasi Mojahedin-e Khalq (MKO) dari daftar kelompok teroris dunia.

Para analis di Timur Tengah menilai Dinas Intelijen Amerika Serikat (CIA), Inggris (MI6) dan Israel (Mossad) menggunakan anasir-anasir MKO dalam melancarkan operasi teror di Iran termasuk pembunuhan para pejabat Iran.

Pada 29 November 2010 lalu, dua akademisi Iran menjadi sasaran serangan teror. Teroris tak dikenal meledakkan bom di kendaraan Dr Majid Shahriari dan Profesor Fereydoun Abbasi di lokasi terpisah di Tehran. Shahriari langsung meninggal di tempat kejadian, sementara Profesor Abbasi dan istrinya menderita luka-luka dan segera dilarikan ke rumah sakit. Para pejabat teras Tehran menyebut pembunuhan terhadap ilmuwan Iran menunjukkan keputusasaan AS dan Israel menghadapi Tehran.

Lalu apa yang diinginkan negara-negara Barat yang begitu kompak menekan Iran dari berbagai aspek itu. Sebuah jawaban pendek pernah diungkapkan Imam Khomeini semasa hidupnya beberapa tahun yang lalu. Menurut Bapak Revolusi Islam Iran itu, Selama Republik Islam ini menjadi landasan negara Iran, kekuatan arogan Barat akan terus-menerus memusuhi Iran. Yang mereka inginkan hanya satu, Iran bertekuk lutut dan melepaskan Islam dari Iran.(IRIB Indonesia/PH)


Insiden Mykonos dan Tamparan Bersejarah Iran untuk Eropa

"Suatu hari salah satu negara Eropa menyatakan sangat berkeinginan untuk menjalin hubungan, keakraban, dan semacamnya. Negara yang sama pula yang membentuk pengadilan mengenai ‘Insiden Mykonos' yang menuding pejabat teras Iran dalam pengadilan tersebut. Negara-negara Eropa lain juga mendukung pemerintah tersebut dan mereka semua menarik para duta besar mereka dari Tehran. Kami belum melupakan peristiwa itu. Mereka ingin menampar, akan tetapi mereka merasakan tamparan yang lebih keras. Dari huseiniyah ini, sedemikian keras mereka merasakan tamparan itu yang [sakitnya] tidak cepat berakhir. Di setiap kesempatan, mereka berusaha menampar."

Ini adalah pernyataan Rahbar, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Khamenei, dalam pertemuan dengan para pejabat tinggi negara. Tamparan Republik Islam Iran kepada Eropa pada masa itu sedemikian keras sehingga bertahun-tahun berikutnya, mereka berusaha menebus tamparan tersebut. Namun, aksi para mahasiswa Iran dalam menduduki Kedutaan Besar Inggris yang telah berubah menjadi sarang spionase itu, merupakan pukulan telak bagi pemerintah London. Oleh karena itu, dalam beberapa hari terakhir, pemerintah Inggris berusaha membalasnya dengan merangkul negara-negara Eropa lain untuk menarik duta besar mereka dari Tehran. Langkah tersebut merupakan pengulangan sejarah pasca ‘Insiden Mykonos' dan tampaknya Eropa enggan mengambil pelajaran dari masa lalu.

Sikap tegas Rahbar terkait ‘Insiden Mykonos' dan tamparan keras kepada negara-negara Eropa dari Huseiniyah Imam Khomeini ra, dapat memperjelas nasib dari langkah negara-negara Eropa terebut. Dibandingkan dengan kondisinya pada masa lalu, Eropa saat ini lebih rentan menyusul krisis ekonomi dan meluasnya protes rakyatnya. Tidak diragukan, reaksi balasan dari Iran terhadap Uni Eropa kali ini, jauh lebih berdampak buruk dibandingkan masa lalu. Dan kemungkinan balasannya sudah tidak dapat dikategorikan sebagai tamparan lagi.

Akan tetapi apa sebenarnya ‘Insiden Mykonos' dan tamparan keras dari Republik Islam Iran itu?

Kamis 17 September 1992, terjadi insiden pembunuhan di sebuah restoran Yunani, Mykonos, di Berlin. Restoran tersebut menjadi favorit orang-orang Iran di Jerman. Sekitar pukul 22:50, mendadak tiga orang bersenjata masuk ke restoran tersebut menembaki enam orang Iran yang berkumpul di sebuah meja. Akibatnya empat orang tewas dan dua lainnya cedera.

Sadeq Sharafkandi, Sekjen Partai Demokrat Kurdistan Iran, Homayun Ardalan, wakil Partai Demokrat Kurdistan Iran di Jerman, Fallah Abdoli, wakil Partai Demokrat Iran di Eropa, dan Nouri Dehkordi, seorang pegawai Palang Merah, tewas dalam insiden tersebut.

Lima tahun kemudian, pada 10 April 1997, dibentuk sebuah pengadilan yang menindaklanjuti ‘Insiden Mykonos' itu dan berdasarkan keputusan pengadilan itu, Kazem Darabi, seorang warga Iran yang bekerja di sebuah toko, Abbas Rhayel, seorang warga Lebanon, dihukum penjara seumur hidup karena terlibat dalam pembunuhan tersebut. Adapun Yusuf Amin dan Mohammad Atris, dua warga Lebanon juga divonis 11 dan lima tahun penjara.

Akan tetapi yang membuat keputusan pengadilan ‘Insiden Mykonos' itu menjadi isu internasional adalah vonis penangkapan terhadap menteri intelijen Iran waktu itu, Hojjatul Islam Ali Fallahian, karena telah mengeluarkan instruksi pembunuhan di Berlin.

Mereaksi kebijakan pemerintah Jerman itu, Ali Akbar Velayati, yang saat itu menjabat sebagai menlu, pada tahap awal, memanggil Duta Besar Jerman di Tehran dan menyampaikan protes Republik Islam kepada pemerintah Jerman. Sebagai balasannya, Jerman menarik pulang dubesnya dari Tehran serta mengusir empat diplomat Iran dari Berlin. Akhirnya Iran pun menarik duta besarnya dari Berlin.

Setelah itu, semua negara Eropa tampak tergesa-gesa ikut menarik pulang duta besar mereka dari Tehran. Langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya itu, dimaksudkan menekan pemerintah Iran. Akan tetapi jika mereka sedikit merenungkan dampak dari aksi tersebut, mereka tidak akan pernah melakukannya.

Sebulan setelah keputusan pengadilan itu, Rahbar menyampaikan pidato bersejarah beliau yang menjadi tamparan keras bagi Eropa. Rahbar mengatakan, "Orang-orang Eropa itu, yang kemarin bersidang di Luxemburg, memanjangkan jenggot mereka, berbicara serta menetapkan kebijakan, mereka yang telah menjajah puluhan negara. Jika penjajahan dan penistaan hak bangsa-bangsa adalah dosa, maka dosa itu ditanggung oleh pemerintahan tersebut yang wakil-wakilnya bersidang kemarin dan berbicara soal Iran serta menuntut [Tehran] menghormati hak asasi manusia."

"Memangnya ada yang peduli apa yang mereka bicarakan? Meski sikap pemerintah [Iran]alhamdulillah cukup baik dalam menghadapi aksi-aksi jahat mereka, namun mulai sekarang harus dilakukan dengan ketegasan. Pada tahap awal, Duta Besar Jerman harus tidak boleh kembali ke Iran sampai beberapa waktu. Dan lainnya jika mereka ingin kembali sebagai langkah damai, tidak mengapa. Mereka sendiri yang pergi dan mereka sendiri pula yang datang kembali. Mereka menyadari bahwa kepergian mereka ternyata tidak penting. Mereka yang ingin kembali, tidak mengapa, akan tetapi menyangkut kembalinya Dubes Iran untuk bertugas ke negara-negara mereka [Eropa], tidak boleh terburu-buru. Harus sabar dan pada waktu yang tepat, kita lihat maslahat apa yang terbaik."

"Poin ini juga harus diketahui oleh Eropa dan negara-negara lain. Eropa jangan sampai berpikir bahwa kita membutuhkan mereka. Tidak sama sekali. Kami sama sekali tidak membutuhkan Eropa. Misalnya, jika empat produk-produk mewah dari sebuah negara tidak masuk ke Iran, biarkan saja, apa pentingnya? Apa yang diperlukan oleh rakyat akan diproduksi di dalam negeri dan jika ada sesuatu yang kita perlukan, masih banyak negara yang mengantri untuk menjualnya kepada kita. Lalu apa pentingnya segelintir negara Eropa yang mengira diri mereka sebagai pemilik dunia?"

Setelah pidato Rahbar itu, para duta besar Eropa, kembali satu-persatu ke Iran dan pada tahap akhir, Jerman juga mengirim kembali duta besarnya ke Iran. Dengan demikian, berakhir pula berkas ‘Insiden Mykonos'.

Hal itu menjadi pelajaran bersejarah bagi Eropa untuk tidak terjun pada krisis yang mereka rekayasa sendiri. Contoh lain adalah Amerika Serikat yang lebih dari 30 tahun mengembargo Iran, dengan berbagai macam cara berusaha untuk membuka jalan komunikasi. Dengan pertimbangan peristiwa sebelumnya dan dalam kondisi seperti saat ini, diragukan jika Eropa bersedia melakukan kebodohan tersebut. (IRIB Indonesia/MZ/SL)


0 comments to "Wowwww!!!!!...Pesawat "Siluman" Barat + Zionis VS Pesawat "Ababil" Negara Islam"

Leave a comment