AS Mulai Khawatir Penutupan Selat Hormuz
Juru bicara Departemen Pertahanan AS mengatakan militer Amerika telah mendeteksi tidak ada tanda-tanda bahwa Iran mempersiapkan diri untuk menutup Selat Hormuz meskipun ada retorika keras dari Tehran.
"Kami memiliki beberapa pengetahuan tentang niat untuk menghambat lalu lintas maritim Selat Hormuz. Kami tidak melihat adanya langkah-langkah aktif yang diambil oleh Iran untuk menutup kawasan itu," ujar George Little seperti dikutip AFP pada Selasa (10/1).
Menyinggung ancaman Tehran baru-baru ini untuk menutup Selat Hormuz jika sanksi dikenakan pada sektor minyak Iran, pejabat Pentagon itu menyerukan penurunan ketegangan di kawasan Teluk Persia.
"Kami benar-benar ingin menurunkan ketegangan di seputar Selat Hormuz. Ini merupakan perairan penting bagi wilayah tersebut dan bagi Iran sendiri," jelas Little.
Selat Hormuz merupakan salah satu jalur yang paling penting di dunia pelayaran, dengan transfer harian sekitar 15 juta barel minyak. Jumlah tersebut menyumbang 90 persen dari ekspor minyak dari negara-negara kaya minyak di pesisir Teluk Persia dan hampir 40 persen dari seluruh konsumsi minyak global.
Penutupan rute strategis itu mungkin akan memiliki konsekuensi serius bagi perekonomian dunia, karena akan sangat mengurangi pasokan minyak mentah dan gas alam cair. (IRIB Indonesia/RM)
Fitch: Nasib Euro Ada di Gerbang Roma
Lembaga pemeringkat Fitch Rating mengumumkan bahwa perekonomian bermasalah Italia menimbulkan ancaman terbesar bagi krisis keuangan Eropa.
Menurut David Riley, analis utama Fitch Rating untuk Amerika Serikat mengatakan, Italia berada di urutan terdepan krisis utang Eropa, mengingat program pinjaman raksasa negara itu dapat menyebabkan situasi berbahaya.
"Masa depan euro akan diputuskan di gerbang Roma," tambah Riley.
Lembaga pemeringkat ini juga menyatakan rating kredit Italia mungkin akan menurun pada akhir Januari dan ekonomi zona euro terbesar ketiga ini mungkin harus meninggalkan blok euro tahun ini.
Riley juga memperingatkan bahwa 17 negara zona euro harus meningkatkan pendapatannya 2 triliun euro pada tahun 2012 dalam rangka untuk mengatasi krisis ekonomi meskipun utang besar mereka.
Italia, Spanyol, Belgia, Slovenia, Siprus, dan Irlandia berada di bawah pengawasan finansial lembaga Fitch.
Perdana Menteri Italia Mario Monti telah memperingatkan bahwa negara itu bisa "runtuh" seperti Yunani tanpa langkah-langkah penghematan baru. Dikatakannya, paket pengetatan yang disahkan oleh Senat akan membantu memecahkan krisis utang zona euro.
Utang Italia yang diumumkan sekitar 1,9 triliun euro, setara dengan 120 persen dari Produk Domestik Bruto negara itu.
Pemerintah menyatakan akan memenuhi target penyeimbangan anggaran hingga tahun 2013, tetapi memperingatkan perekonomian Italia akan tergelincir kembali ke dalam resesi tahun 2012. (IRIB Indonesia/RM)
Eropa Akan Bertemu Bahas Embargo Minyak Iran
Para diplomat Eropa mengatakan negara anggota Uni Eropa akan bertemu akhir bulan ini untuk membahas usulan embargo ekspor minyak Iran.
Duta Besar Uni Eropa bertemu di Brussels pada hari Selasa (10/1) untuk membuat keputusan akhir pada pertemuan puncak mendatang, yang semula dijadwalkan akan berlangsung pada tanggal 30 Januari, menurut laporan Reuters.
"Namun, tampaknya pertemuan itu akan dimajukan pada 23 Januari," kata salah seorang diplomat.
Uni Eropa telah menyetujui garis-garis besar embargo minyak Iran. Ini merupakan langkah terbaru dalam serangkaian tindakan yang diambil oleh negara-negara Barat untuk menekan Tehran atas program nuklir damainya.
Sejauh ini anggota Uni Eropa gagal mencapai kesepakatan akhir tentang rincian embargo, seperti waktu yang tepat untuk menjatuhkan sanksi atas Iran. Menurut sejumlah diplomat Eropa, butuh waktu berbulan-bulan sebelum sanksi benar-benar diterapkan, karena beberapa anggota Uni Eropa telah meminta penundaan untuk melindungi mereka yang dilanda utang dan krisis ekonomi.
Yunani, yang sangat tergantung pada minyak mentah Iran, mendorong untuk penundaan terlama, sementara Inggris, Perancis, Belanda dan Jerman mengatakan mereka membutuhkan waktu maksimal tiga bulan.
Negara-negara Uni Eropa membeli sekitar 500.000 barel per hari minyak Iran, menjadikan blok itu sebagai pasar terbesar bagi minyak mentah Iran. (IRIB Indonesia/RM)
Iran: Barat Over Acting Sikapi Fordo
Duta Besar Iran untuk Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan bahwa kegaduhan yang diciptakan Barat atas dimulainya kegiatan pengayaan uranium di situs nuklir Fordo terlalu berlebihan dan bermotif politik.
Ali Asghar Soltanieh mengatakan kepada ISNA pada Selasa (10/1) bahwa inspeksi IAEA ke instalasi nuklir Fordo mengundang reaksi besar-besaran dan bermotif politik dari negara-negara Barat, tapi perilaku seperti ini bukan hal baru.
"Fasilitas pengayaan uranium Fordo diumumkan kepada IAEA dua tahun lalu dan badan dunia itu telah mengawasi semua tahapan, termasuk pemasangan sentrifugal," kata Soltanieh.
Pejabat Iran menegaskan semua kegiatan nuklir di Iran, termasuk situs pengayaan uranium di Natanz dan Fordo, berada di bawah pengawasan penuh IAEA.
Pada hari Senin, juru bicara IAEA, Gill Tudor mengatakan bahwa lembaga ini telah mengkonfirmasikan dimulainya produksi uranium yang diperkaya hingga 20 persen oleh Iran di fasilitas Fordo. Dia menambahkan semua bahan nuklir di fasilitas itu tetap di bawah pengawasan IAEA.
Menyusul pernyataan IAEA, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Victoria Nuland mengklaim bahwa pengayaan uranium sampai 20 persen di situs Fordo adalah eskalasi pelanggaran Iran secara terus-menerus terkait kewajiban nuklir mereka.
AS dan sekutunya menuduh Iran mengejar program nuklir militer dan telah menekan Dewan Keamanan PBB untuk menerapkan empat putaran sanksi terhadap Tehran.
Sebagai penandatangan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan anggota IAEA, Iran bersikeras berhak untuk memanfaatkan energi nuklir untuk tujuan damai.
Fasilitas Fordo dapat memperkaya uranium sampai 20 persen dan jika diperlukan, juga dapat menghasilkan 3,5 persen dan bahkan empat persen uranium yang diperkaya.
Fasilitas nuklir Fordo, situs kedua Iran untuk memperkaya uranium, terletak di Provinsi Qom, 160 kilometer (100 mil) selatan Tehran. (IRIB Indonesia/RM)
Menkeu AS Galang Dukungan Anti Iran
Menteri Keuangan Amerika Serikat Timothy Geithner mengunjungi Beijing untuk mencari dukungan bagi sanksi AS pada industri minyak Iran, tetapi kemungkinan akan kecewa.
Selain itu, Geithner direncanakan membahas situasi ekonomi global dan masalah ekonomi lainnya yang menjadi perhatian bersama. Dia juga akan menggelar pertemuan pada Rabu (11/1) dengan beberapa pejabat tinggi Cina dalam lawatannya di Beijing, termasuk Perdana Menteri Wen Jiabao, Wakil Presiden Xi Jinping, dan Wakil Perdana Menteri Li Keqiang.
Cina membeli hampir sepertiga ekspor minyak Iran dan menolak sanksi AS sebagai alat untuk mengendalikan program nuklir Tehran. Ini akan menjadi langkah mundur bagi Washington jika pemerintah ekonomi terbesar kedua di dunia itu menolak untuk bekerja sama.
"Cina tidak memiliki alasan untuk bergabung dengan mereka," kata Wang Lian, seorang ahli Iran di Universitas Hubungan Internasional Peking. "Cina tidak ingin terlihat membantu AS ketika Beijing sendiri memiliki kepentingan," tambahnya.
Sebelumnya, Cina telah mengatakan menentang sanksi terbaru Presiden AS Barack Obama, yang menargetkan Bank Sentral Iran. Akhir-akhir ini, Cina juga telah berubah menjadi mitra dagang utama Iran, setelah penarikan perusahaan asing sesuai dengan sanksi sebelumnya yang dikenakan oleh Barat.
Geithner akan melanjutkan kunjungan ke Jepang pada 12 Januari. Selama kunjungan itu, Geithner juga akan membicarakan masalah kelanjutan tekanan terhadap Iran. (IRIB Indonesia/RM)
Hacker Israel Bobol Kartu Kredit Bank Arab Saudi
Hacker-hacker rezim Zionis Israel melakukan serangan massal ke situs perdagangan Arab Saudi. Dalam aksinya ini mereka berhasil memasuki sistem kartu kredit bank-bank Arab Saudi.
Koran Yediot Aharonot Selasa (10/1) menulis, hacker tersebut saat diwawancarai mengatakan, aksi mereka ini merupakan balas dendam atas serangan seorang hacker Arab Saudi pekan lalu yang berhasil membobol kartu kredit ribuan warga Zionis.
Kelompok hacker ini mengklaim, dalam aksinya ini mereka berhasil masuk dalam sistem pribadi warga Arab Saudi dan menunggu waktu yang tepat untuk menyebarkan data pribadi ini di situs internet.
Banyak pengamat yang meyakini Israel tidak memiliki bahan yang besar untuk berbicara di bidang perang cyber, karena rezim ini tidak memiliki kemampuan besar di bidang ini. Hal ini juga membuat berbagai lembaga dan pusat-pusat penting Israel terancam serangan cyber. (IRIB Indonesia/MF/SL)
Larijani: Pemilu Simbol Demokrasi Agama di Iran
Ketua Parlemen Republik Islam Iran, Ali Larijani menyebut penyelenggaraan pemilu pasca kemenangan Revolusi Islam Iran sebagai simbol demokrasi di negara ini.
Penyelenggaraan 30 pemilu dalam kurun waktu 32 tahun di Iran merupakan simbol demokrasi yang kokoh. Hal ini juga mengindikasikan kian kokohnya masyarakat madani di roda pemerintahan, ungkap Ali Larijani.
Ketua parlemen Iran menjelaskan, demokrasi agama di pemerintahan Islam Iran berbeda dengan demokrasi kapitalis Barat yang bertumpu pada kekayaan parusahaan raksasa.
Larijani mengisyaratkan bahwa menjaga sendi-sendi pemerintah Islam merupakan ajaran Islam. Ia menambahkan, penyelenggaraan pemilu yang lancar selama 32 tahun pasca kemenangan Revolusi Islam mengindikasikan terpeliharanya dengan baik etika pemilu serta undang-undang. (IRIB Indonesia/MF/SL)
Israel dan Yordania Tingkatkan Perdagangan Bilateral
Rezim Zionis Israel dan Yordania dengan bantuan Amerika Serikat menandatangani nota kesepakatan perdagangan baru.
Yordania dan Israel dalam beberapa hari mendatang akan menandatangani perjanjian perdagangan baru dengan melibatkan AS, tulis Koran Maariv Selasa (10/1).
Di tengah-tengah gelombang kebangkitan Islam dan runtuhnya sejumlah diktator pendukung Tel Aviv di kawasan, AS menyatakan minatnya untuk andil dalam kesepakatan dagang segitiga dengan Israel dan Yordania.
Koran Haaretz menulis, kesepakatan ini untuk menurunkan biaya produksi sebesar 10 persen dari harga asli barang impor AS. Hal ini sesuai dengan koridor bersama Israel dan Yordania untuk membebaskan bea cukai barang impor dari kedua pihak.
Rencananya pemerintah AS dengan kebijakannya ini mengurangi keterkucilan Israel di arena internasional dan serta menambah pemasukan Tel Aviv serta Amman.
Di sisi lain, rakyat Yordania seraya menolak peningkatan hubungan politik dan ekonomi dengan Israel menekankan pembatalan kesepakatan damai dengan rezim ilegal ini. Mereka juga meminta Raja Abdullah II memutus hubungan dengan Israel dan mengusir dubes rezim ini dari Amman.
Yordania setelah Mesir merupakan negara Arab yang menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada tahun 1994. (IRIB Indonesia/MF/SL)
Ketegangan Antara AS dan Venezuela Meningkat
Bersamaan kunjungan Presiden Republik Islam Iran ke Venezuela, Washington mengusir seorang diplomat Caracas.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat pada Ahad (8/1) mengumumkan bahwa Livia Acosta Noguera, Konsul Venezuela di Miami adalah orang yang tidak dapat di terima di Amerika dan dalam waktu tiga hari ini dia harus meninggalkan negara ini.
Meskipun Departemen Luar Negeri AS tidak menyebutkan alasan pengusiran diplomat Venezuela ini, namun koran Miami, Herald mengutip Polisi Federal Amerika (FBI) melaporkan bahwa Acosta Noguera dituduh berupaya melakukan serangan cyber di AS.
William Ostick, juru bicara Departemen Luar Negeri AS berkaitan dengan hal itu mengatakan, Washington tidak dapat mempublikasikan detail keputusan pengusiran terhadap Acosta Noguera. Keputusan AS ini diambil hanya dua hari pasca statemen intervensif Amerika Serikat dalam memperingatkan negara-negara Amerika Latin yang menjalin hubungan dengan Iran.
Menurut para pakar politik, keputusan AS mengusir diplomat Venezuela bersamaan dengan kunjungan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad ke negara itu, menunjukkan dalamnya rasa frustasi Amerika Serikat terhadap keintiman Venezuela dan Iran. Amerika menganggap Iran sebagai salah satu musuh strategis Washington di kawasan dan Venezuela juga sebagai negara yang paling anti-kebijakan Washington di kawasan Amerika Latin.
Washington selalu mengeluarkan tuduhan-tuduhan tak berdasar kepada negara-negara yang menginginkan independensi dari kebijakan-kebijakan AS. Tuduhan terhadap Konsul Venezuela yang dianggap berupaya melakukan serangan cyber di AS termasuk tuduhan yang tak berdasar itu, di mana muncul akibat permusuhan Washington terhadap Caracas.
Setiap tahun, Amerika Serikat selalu menuduh Venezuela, Kuba, Bolivia dan negara-negara kawasan lain yang tidak mempunyai hubungan baik dengan Washington sebagai pendukung terorisme dan mengambil kebijakan yang tidak demokratis serta mendukung penyelundup obat-obatan terlarang.
Mengingat sejarah penipuan dan kebohongan yang sering dilakukan AS, maka tuduhan-tuduhan semacam itu tidak berpengaruh apapun, tapi justru menambah buruknya hubungan Washington dengan negara-negara tersebut. Selain itu, sikap AS itu akan menyebabkan negara-negara Amerika Latin menjaga jarak dengan Gedung Putih.
Sejak kemenangan Hugo Chavez Presiden Venezuela hingga kini, Amerika Serikat selalu berupaya merugikan kepentingan-kepentingan Amerika Latin. Upaya-upaya AS itu diantaranya, berusaha melakukan kudeta anti-Venezuela hingga memprovokasi rakyat untuk menggelar demonstrasi di jalan-jalan, serta mogok di industri-industri minyak.
Secara keseluruhan, tampaknya ancaman Barack Obama Presiden AS dan Victoria Nuland, juru bicara Departemen Luar Negeri negara ini tidak berpengaruh terhadap sikap Venezuela. Oleh sebab itu, mereka berusaha sedikit mengobati kekecewaannya dengan cara mengusir diplomat Venezuela. (IRIB Indonesia/RA/NA)
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat pada Ahad (8/1) mengumumkan bahwa Livia Acosta Noguera, Konsul Venezuela di Miami adalah orang yang tidak dapat di terima di Amerika dan dalam waktu tiga hari ini dia harus meninggalkan negara ini.
Meskipun Departemen Luar Negeri AS tidak menyebutkan alasan pengusiran diplomat Venezuela ini, namun koran Miami, Herald mengutip Polisi Federal Amerika (FBI) melaporkan bahwa Acosta Noguera dituduh berupaya melakukan serangan cyber di AS.
William Ostick, juru bicara Departemen Luar Negeri AS berkaitan dengan hal itu mengatakan, Washington tidak dapat mempublikasikan detail keputusan pengusiran terhadap Acosta Noguera. Keputusan AS ini diambil hanya dua hari pasca statemen intervensif Amerika Serikat dalam memperingatkan negara-negara Amerika Latin yang menjalin hubungan dengan Iran.
Menurut para pakar politik, keputusan AS mengusir diplomat Venezuela bersamaan dengan kunjungan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad ke negara itu, menunjukkan dalamnya rasa frustasi Amerika Serikat terhadap keintiman Venezuela dan Iran. Amerika menganggap Iran sebagai salah satu musuh strategis Washington di kawasan dan Venezuela juga sebagai negara yang paling anti-kebijakan Washington di kawasan Amerika Latin.
Washington selalu mengeluarkan tuduhan-tuduhan tak berdasar kepada negara-negara yang menginginkan independensi dari kebijakan-kebijakan AS. Tuduhan terhadap Konsul Venezuela yang dianggap berupaya melakukan serangan cyber di AS termasuk tuduhan yang tak berdasar itu, di mana muncul akibat permusuhan Washington terhadap Caracas.
Setiap tahun, Amerika Serikat selalu menuduh Venezuela, Kuba, Bolivia dan negara-negara kawasan lain yang tidak mempunyai hubungan baik dengan Washington sebagai pendukung terorisme dan mengambil kebijakan yang tidak demokratis serta mendukung penyelundup obat-obatan terlarang.
Mengingat sejarah penipuan dan kebohongan yang sering dilakukan AS, maka tuduhan-tuduhan semacam itu tidak berpengaruh apapun, tapi justru menambah buruknya hubungan Washington dengan negara-negara tersebut. Selain itu, sikap AS itu akan menyebabkan negara-negara Amerika Latin menjaga jarak dengan Gedung Putih.
Sejak kemenangan Hugo Chavez Presiden Venezuela hingga kini, Amerika Serikat selalu berupaya merugikan kepentingan-kepentingan Amerika Latin. Upaya-upaya AS itu diantaranya, berusaha melakukan kudeta anti-Venezuela hingga memprovokasi rakyat untuk menggelar demonstrasi di jalan-jalan, serta mogok di industri-industri minyak.
Secara keseluruhan, tampaknya ancaman Barack Obama Presiden AS dan Victoria Nuland, juru bicara Departemen Luar Negeri negara ini tidak berpengaruh terhadap sikap Venezuela. Oleh sebab itu, mereka berusaha sedikit mengobati kekecewaannya dengan cara mengusir diplomat Venezuela. (IRIB Indonesia/RA/NA)
Diplomasi Ahmadinejad; Membalik Tekanan di Teluk Persia dengan Perluasan Hubungan Politik di Amerika Latin
Hubungan Tehran dengan negara-negara kawasan strategis Amerika Latin telah dilakukan secara aktif sejak periode pertama Mahmoud Ahmadinejad menjabat sebagai Presiden Iran dan kini mengalami pertumbuhan luar biasa. Secara keseluruhan lebih dari 100 kali lawatan, pertemuan resmi dan percakapan telepon antara presiden Iran dan negara-negara di kawasan inis elama 6 tahun terakhir. Semua ini menunjukan hubungan dekat antara Tehran dan Amerika Latin
Kawasan strategis Amerika Latin yang dikenal dengan "halaman belakang" Amerika Serikat akibat pengaruh dan hegemoni Gedung Putih, kini telah berubah menjadi tanah air dan negara anti arogansi dan imperialisme. Kebanyakan negara-negara kawasan ini punya banyak kesemaaan dengan bangsa Iran seperti kebencian terhadap kekuatan hegemoni. Oleh karenanya, mereka kemudian memilih para pemimpinnya yang memiliki semangat yang sama.
Kesamaan ini membuat Presiden Ahmadinejad pada Ahad (08/01) sebelum bertolak ke Caracas mengingatkan kembali kesadaran dan semangat revolusioner bangsa-bangsa Amerika Latin dan secara spesifik menilai revolusi rakyat Nicaragua berbarengan dengan Revolusi Islam Iran. Penentangan akan struktur tidak adil dunia dan kritik terhadap sistem hegemoni dengan mengakui hak-hak bangsa-bangsa membuat Tehran dan ibukota negara-negara Amerika Latin semakin dekat.
Dalam kondisi yang demikian, grafik hubungan Amerika Latin dan Iran terus menunjukkan kenaikan. Menariknya pertumbuhan hubungan ini tampak nyata sekalipun ada propaganda negatif dari kekuatan-kekuatan arogansi dunia untuk menghalangi hubungan baik ini. Para pejabat Amerika kembali hanya dapat mengulangi pernyataan-pernyataan sebelumnya yang mengkhawatirkan perluasan hubungan Iran dengan negara-negara Amerika Latin. Hal itu terlihat menjelang persiapan keberangkatan Presiden Ahmadinejad ke Venezuela, dimana Barack Obama, Presiden Amerika kembali memperingatkan hubungan ini.
Menurut para analis, karpet merah yang terhampar di ibukota negara-negara Amerika Latin yang akan dikunjungi Ahmadinejad menunjukkan kekalahan strategi Amerika. Sementara di sisi lain, hal ini menunjukkan pentingnya lawatan Ahmadinejad. Sebagian kepala negara yang negaranya akan dikunjungi Ahmadinejad seperti Hugo Chavez secara transparan menjawab ancaman Amerika dan menyebut ucapan para pejabat AS sebagai omongan tak bernilai dan lucu.
Lawatan Timbal Balik Berdasarkan Statistik
Melihat data statistik hubungan Iran dengan negara-negara Amerika Latin dan kunjungan timbal balik di tingkat tinggi, pertemuan resmi dan percakapan telepon antara presiden Iran dan kepala-kepala negara kawasan ini sejak musim panas 6 tahun lalu hingga kini frekuensinya sangat tinggi.
Sejak awal aktivitas kabinet kesembilan Iran, Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Iran dan Hugo Chavez, Presiden Venezuela masing-masing telah 4 kali mengunjungi negara sahabatnya. Kepala negara Iran dan Venezuela telah melakukan lebih dari 30 pertemuan resmi dan percakapan telepon.
Sekaitan dengan hubungan Iran dan Brazil sebagai kekuatan ekonomi besar di Amerika Latin, lawatan 2 tahun lalu Ahmadinejad ke Brazil menjadi titik perubahan baru dalam hubungan kedua negara. Karena Ahmadinejad merupakan presiden Iran pertama yang mengunjungi Brazil pasca kemenangan Revolusi Islam Iran.
Setahun setelah lawatan Ahmadinejad, Presiden Brazil waktu itu, Luis Inacio Lula da Silva melakukan kunjungan balasan ke Tehran. Dalam lawatan ini banyak dokumen kerjasama yang ditandatangani oleh pejabat kedua negara. Sementara kunjungan timbal balik menteri luar negeri Iran dan Brazil dalam dua tahun terakhir serta percakapan telepon dan penjajakan yang bertubi-tubi dilakukan para pejabat kedua negara menunjukkan pentingnya hubungan kedua negara.
Selain keinginan tinggi Tehran dan Brazilia untuk memperluas hubungan ekonomi dan peningkatan angka transaksi dagang bilateral, pernyataan kesiapan Brazil untuk menyelesaikan masalah nuklir damai Iran dan dukungan pemerintah Brazilia menandai hubungan khusus kedua negara.
Ahmadinejad dalam lawatan kali ini di Amerika Latin, selain mengunjungi Venezuela, untuk kedua kalinya akan melawat Kuba, Nicaragua dan untuk pertama kalinya akan mengunjungi Ekuador. Lawatan pertama Ahmadinejad ke Kuba dan Nicaragua dilakukan pada lima tahun lalu.
Data-data ini hanya menyebutkan lawatan-lawatan resmi para pejabat Iran dan negara-negara Amerika Latin.
Lawatan Ahmadinejad Jadi Sorotan Dunia
Karpet merah yang dibentangkan Caracas sebagai negara tuan rumah pertama lawatan periodik Ahmadinejad menjadi perhatian dunia. Tayangan langsung kedatangan dan upacara penyambutan Ahmadinejad oleh media-media internasional menjadi bukti pentingnya kunjungan ini. Sedemikian pentingnya kunjungan ini hingga jaringan televisi Amerika memutuskan programnya untuk menayangkan kedatangan Ahmadinejad di Venezuela.
Televisi CNN terpaksa menayangkan langsung kedatangan Ahmadinejad, sekalipun pemerintah AS bertahun-tahun berusaha mengisolasi Iran, tapi diplomasi aktif yang diterapkan Ahmadinejad berdasarkan keadilan dan saling menghormati membuat "halaman belakang" Amerika dikuasai Iran. (IRIB Indonesia/SL/NA)
Kawasan strategis Amerika Latin yang dikenal dengan "halaman belakang" Amerika Serikat akibat pengaruh dan hegemoni Gedung Putih, kini telah berubah menjadi tanah air dan negara anti arogansi dan imperialisme. Kebanyakan negara-negara kawasan ini punya banyak kesemaaan dengan bangsa Iran seperti kebencian terhadap kekuatan hegemoni. Oleh karenanya, mereka kemudian memilih para pemimpinnya yang memiliki semangat yang sama.
Kesamaan ini membuat Presiden Ahmadinejad pada Ahad (08/01) sebelum bertolak ke Caracas mengingatkan kembali kesadaran dan semangat revolusioner bangsa-bangsa Amerika Latin dan secara spesifik menilai revolusi rakyat Nicaragua berbarengan dengan Revolusi Islam Iran. Penentangan akan struktur tidak adil dunia dan kritik terhadap sistem hegemoni dengan mengakui hak-hak bangsa-bangsa membuat Tehran dan ibukota negara-negara Amerika Latin semakin dekat.
Dalam kondisi yang demikian, grafik hubungan Amerika Latin dan Iran terus menunjukkan kenaikan. Menariknya pertumbuhan hubungan ini tampak nyata sekalipun ada propaganda negatif dari kekuatan-kekuatan arogansi dunia untuk menghalangi hubungan baik ini. Para pejabat Amerika kembali hanya dapat mengulangi pernyataan-pernyataan sebelumnya yang mengkhawatirkan perluasan hubungan Iran dengan negara-negara Amerika Latin. Hal itu terlihat menjelang persiapan keberangkatan Presiden Ahmadinejad ke Venezuela, dimana Barack Obama, Presiden Amerika kembali memperingatkan hubungan ini.
Menurut para analis, karpet merah yang terhampar di ibukota negara-negara Amerika Latin yang akan dikunjungi Ahmadinejad menunjukkan kekalahan strategi Amerika. Sementara di sisi lain, hal ini menunjukkan pentingnya lawatan Ahmadinejad. Sebagian kepala negara yang negaranya akan dikunjungi Ahmadinejad seperti Hugo Chavez secara transparan menjawab ancaman Amerika dan menyebut ucapan para pejabat AS sebagai omongan tak bernilai dan lucu.
Lawatan Timbal Balik Berdasarkan Statistik
Melihat data statistik hubungan Iran dengan negara-negara Amerika Latin dan kunjungan timbal balik di tingkat tinggi, pertemuan resmi dan percakapan telepon antara presiden Iran dan kepala-kepala negara kawasan ini sejak musim panas 6 tahun lalu hingga kini frekuensinya sangat tinggi.
Sejak awal aktivitas kabinet kesembilan Iran, Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Iran dan Hugo Chavez, Presiden Venezuela masing-masing telah 4 kali mengunjungi negara sahabatnya. Kepala negara Iran dan Venezuela telah melakukan lebih dari 30 pertemuan resmi dan percakapan telepon.
Sekaitan dengan hubungan Iran dan Brazil sebagai kekuatan ekonomi besar di Amerika Latin, lawatan 2 tahun lalu Ahmadinejad ke Brazil menjadi titik perubahan baru dalam hubungan kedua negara. Karena Ahmadinejad merupakan presiden Iran pertama yang mengunjungi Brazil pasca kemenangan Revolusi Islam Iran.
Setahun setelah lawatan Ahmadinejad, Presiden Brazil waktu itu, Luis Inacio Lula da Silva melakukan kunjungan balasan ke Tehran. Dalam lawatan ini banyak dokumen kerjasama yang ditandatangani oleh pejabat kedua negara. Sementara kunjungan timbal balik menteri luar negeri Iran dan Brazil dalam dua tahun terakhir serta percakapan telepon dan penjajakan yang bertubi-tubi dilakukan para pejabat kedua negara menunjukkan pentingnya hubungan kedua negara.
Selain keinginan tinggi Tehran dan Brazilia untuk memperluas hubungan ekonomi dan peningkatan angka transaksi dagang bilateral, pernyataan kesiapan Brazil untuk menyelesaikan masalah nuklir damai Iran dan dukungan pemerintah Brazilia menandai hubungan khusus kedua negara.
Ahmadinejad dalam lawatan kali ini di Amerika Latin, selain mengunjungi Venezuela, untuk kedua kalinya akan melawat Kuba, Nicaragua dan untuk pertama kalinya akan mengunjungi Ekuador. Lawatan pertama Ahmadinejad ke Kuba dan Nicaragua dilakukan pada lima tahun lalu.
Data-data ini hanya menyebutkan lawatan-lawatan resmi para pejabat Iran dan negara-negara Amerika Latin.
Lawatan Ahmadinejad Jadi Sorotan Dunia
Karpet merah yang dibentangkan Caracas sebagai negara tuan rumah pertama lawatan periodik Ahmadinejad menjadi perhatian dunia. Tayangan langsung kedatangan dan upacara penyambutan Ahmadinejad oleh media-media internasional menjadi bukti pentingnya kunjungan ini. Sedemikian pentingnya kunjungan ini hingga jaringan televisi Amerika memutuskan programnya untuk menayangkan kedatangan Ahmadinejad di Venezuela.
Televisi CNN terpaksa menayangkan langsung kedatangan Ahmadinejad, sekalipun pemerintah AS bertahun-tahun berusaha mengisolasi Iran, tapi diplomasi aktif yang diterapkan Ahmadinejad berdasarkan keadilan dan saling menghormati membuat "halaman belakang" Amerika dikuasai Iran. (IRIB Indonesia/SL/NA)
0 comments to "Karena di Zhalimi Barat & Zionis cs, negara Islam segera TUTUP selat Hormouz : "Tak ada setetes pun minyak lewat diperairan ini"...Hidup ISLAM...!!!!!!"