Home , , , , , , , , , , , , � Rusuh Sampang, Penjarahan Masih Berlanjut

Rusuh Sampang, Penjarahan Masih Berlanjut




"Jika petugas tidak mampu mengamankan harta benda pengikut kami yang masih tertinggal, maka kami lebih baik pulang dan kami tidak akan peduli, meski harus dibunuh oleh kelompok Islam Sunni di sana,"


Rusuh Sampang, Penjarahan Masih Berlanjut
Menurut Kantor Berita ABNA, sebagaimana dinukil dari Faktapos.com, penjarahan harta benda pengikut kelompok Islam Syiah, korban pertikaian dengan kelompok Islam Sunni, di Sampang, Madura, hingga saat ini masih berlanjut.
"Kali ini yang menjadi sasaran penjarahan, hewan ternak yang masih kami tinggal di rumah," kata seorang pengikut Syiah, Hubaidi, di Sampang, Minggu (01/01).
Pengikut kelompok Islam Syiah yang sebelumnya tinggal di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Sampang itu mengaku, beberapa ekor ayam miliknya sudah habis dijarah massa.
Penjarahan di rumah Hubaidi setelah aksi serupa di rumah pengikut Syiah Ulul Albab, pada Jumat (30/12).
Saat itu, harta benda milik Ulul Albab berupa sepeda motor, STNK, SIM, dan semua isi tokonya habis dijarah massa yang dicurigai dilakukan oleh kelompok pelaku pembakaran madrasah, mushalla dan rumah pimpinan Islam Syiah, yakni kelompok Islam Sunni.
"Mungkin setelah itu pelaku bergerak menuju rumah saya dan mengambil semua hewan ternak yang kami tinggal di sana," kata Hubaidi.
Pria berusia 35 tahun itu berharap, petugas bisa menjaga komitmen dan janji menjaga harta benda kelompok Islam Syiah yang masih tertinggal di rumahnya masing-masing.
Ia mengaku bersama 351 pengikut Syiah lainnya bersedia dievakuasi petugas karena sebelumnya petugas menjamin keamanan harta benda mereka yang masih tertinggal seperti rumah, ternak, dan berbagai harta lainnya.
Penasihat kelompok Islam Syiah Iklil Almilal sempat mempertanyakan keseriusan petugas Polres Sampang dalam melakukan pengamanan, sebab penjarahan harta benda pengikutnya bukan hanya sekali terjadi.
"Kalau hanya sekali kami terima, tapi aksi itu sudah dua kali terjadi, dan di sana katanya sudah ada petugas," kata Iklil Almilal.
Harta benda kelompok Islam Syiah lainnya yang saat ini masih tertinggal di rumah-rumah mereka di Kecamatan Karangpenang dan Kecamatan Omben, berupa 140 ekor sapi dan tujuh ekor kambing.
Sebelumnya Kepala Polres Sampang AKBP Solehan menyatakan, pihaknya telah memerintahkan anak buah untuk menjaga keamanan harta benda milik kelompok Islam Syiah Sampang di Kecamatan Karangpenang dan Ombem.
Bahkan, katanya, setiap rumah kelompok Islam Syiah telah dijaga petugas gabungan dari unsur polisi dan TNI.
"Jika petugas tidak mampu mengamankan harta benda pengikut kami yang masih tertinggal, maka kami lebih baik pulang dan kami tidak akan peduli, meski harus dibunuh oleh kelompok Islam Sunni di sana," kata Iklil Almilal.
Konflik bernuansa SARA antara kelompok Islam Sunni dengan Syiah di Sampang itu telah menyebabkan ratusan keluarga terlantar. Mereka terpaksa tinggal di lokasi penampungan.

Sebanyak 270 dari total 351 orang lebih anggota kelompok Islam Syiah dievakuasi ke GOR Wijata Kusuma, di depan Kantor Bupati Sampang.
Konflik tersebut sudah terjadi sejak 2006, namun hingga saat ini belum bisa diredam sehingga terjadi aksi anarkis berupa pembakaran madrasah, mushalla dan rumah pimpinan Syiah, serta pondok tempat tinggal santri. 
Apa Dosa Syiah?

Menurut Jalaludin Rahmat, penduduk Indonesia yang mayoritas Sunni menganggap Syiah berbeda dengan Islam pada umumnya. Atas dasar inilah, dialog ilmiah secara nasional diperlukan agar masyarakat faham bahwa Syiah tidak berbeda dengan Islam yang dianut mayoritas rakyat Indonesia.

Smith Alhadar

Apa Dosa Syiah?
Pada 29 Desember lalu, warga Sunni di Sampang, Madura, membakar sebuah pesantren, satu masjid, dan tiga rumah milik penganut Syiah. Setelah tiga ratusan penganut Syiah dievakuasi, warga Sunni pun menjarah harta milik pemeluk Syiah. Dikatakan, persoalan berawal dari perselishan antara kakak beradik, yakni KH Tajul Muluk dan Roisul Hukamah. Keduanya, awalnya adalah penganut Syiah. Karena berselisih, Roisul pindah ke kelompok Sunni dan dengan kelompoknya meneyarng kelompok Syiah yang dipimpin Tajul.
Menurut Jalalulldin Rahmat, tokoh Syiah Indonesia pendiri IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia), penduduk Indonesia yang mayoritas Sunni menganggap Syiah berbeda dengan Islam pada umumnya. Syiah disebutkan memiliki al-Qur’an tersendiri, memiliki adzan yang berbeda, dan memperbolehkan kawin mut’ah (kawin kontrak). Padahal, hal-hal ini tidak sepenuhnya benar.
Kaum Syiah punya rukun Islam seperti kaum Sunni, membaca syahadat bahwa Allah itu Esa, Ahad, tidak ada Tuhan selain Dia, dan Muhammad SAW adalah Rasul terakhir. Mereka juga mendirikan shalat menghadap ke Baitullah lima kali sehari, mengelaurkan zakat, puasa wajib di bulan Ramadhan dan berhaji bagi yang mampu. Juga mereka punya rukun Imam seperti kita, mereka percaya pada Allah yang Esa, para malaikat, Kitab-kitan yang diturunkan Allah untuk Nabi-nabinya mulia, percaya akan Rasul-rasulnya, hari kemudian dan takdir Allah.
Yang membedakannya adalah keyakinan Syiah terhadap kepemimpinan ahlul bait. Syiah percaya bahwa setelah Rasulullah wafat, Ali bin Abi Thalib dan sebelas keturunannya harus mengambil alih kememimpinan. Namun, ternyata Abu Bakar as-Sidiq, Umar bin Khaththab, dan Usman bin Affan yang telah menmgambil tongkat kepemimpinan Rasulullah. Mereka ini dipercaya telah melakukan persekongkolan untuk tidak membiarkan tongkat kepemimpinan jatuh ke tangan Bani Hasyim. Sebagai konsekuensinya, mereka menganggap kepemimpinan tiga Khulafah ur-Rasyidin itu tidak valid. Karena itu, ketiga tokoh besar Islam ini dianggap telah merampok kepemimpinan Ali yang didukung oleh ayat-ayat al-Qur’an secara implisit dan hadis-hadis Nabi.
Syiah menganggap mestinya kaum Muslim dipimpin oleh orang-orang yang ma’sum (tidak pernah berdosa), yaitu 12 Imam yang dimulai dari Ali bin Abi Thlaib dan ditutup oleh Imam Mahdi yang sedang ghaib.Mereka ma’sum  karena mendapat ilham dari Allah, disucikan Allah, saleh, tidak mencuri, berzinah, membunuh orang yang tidak berdosa, yang menjalankan perintah Allah, dan menjauhi larangan-Nya. Allah SWT berfirman: Allah hanya membersihkan (segala) kenistaan daripadamu ahlul bait Rasulullah dan mensucikan kamu sesuci-secinya (Surah al-Ahzab: 33). Yang dimaksud Allah adalah Ali, Fatimah, Hasan dan Husain di samping Rasulullah sendiri.
Ke-ma’sum-an para Imam keturunan Ali bin Thalib ini merupakan keniscayaan. Sebab kalau mereka tidak ma’sum, sementara mereka memimpin kaum muslimin, maka terbuka kemungkinan mereka dapat berbuat salah. Logikanya, kalau mereka dapat berbuat salah, maka mereka dapat menyesatkan umat yang mereka pimpin. Hal ini tidak boleh terjadi karena Islam akan rusak di bawah pimpinan orang-orang yang tidak ma’sum.
Menjalankan taqiyah adalah suatu kebolehan dalam Islam, berdasarkan nash. Seorang Muslim yang lemah dan tertindas boleh menyangkal keimanannya bila nyawanya terancam seperti yang dialami Ammar bin Yasir. Ulama Syiah kontemporer Allamah Tabataba’i, misalnya, membolehkan seseorang menyangkal keimanannya dalam keadaan terpaksa, untuk menyelamatakan nyawanya, kehormatan perempuan, atau hartanya yang bila dirampas ia tidak dapat memberi nafkah kepada anak-isterinya. Tapi kenyataannya memang ada orang Syiah yang melakukan taqiyah padahal nyawa dan harta mereka tidak sedang terancam. Hal inilah yang dipandang kaum Sunni sebagai tindakan munafik.
Al-Qur’an kaum Syiah dan Sunni sama dan itu-itu juga, silakan memasuki masjid-masjid kaum Syiah di Saudi Arabia, Lebanon, Iran, Irak, Bahrain, Bahrain dan di mana saja orang Syiah berada. Kita tidak akan menemukan al-Qur’an yang lain. Jangan berkata sesuatu by hearsay. Alangkah mudah kita menyurati kedutaan kita di negeri-negeri tersebut dan memohon mereka untuk membeli sebuah al-Qur’an. Lihatlah isinya, apakah ada perbedaan dengan al-Qur’an terbitan Kementerian Agama kita?
Kaum Syiah telah membantah tuduhan-tuduhan yang tak berguna ini, termasuk Nurcholish Madjid. Memang ada buku Syiah yang mengatakan seperti itu. Tapi jangan membicarakan Syiah yang fanatik, kaum ghulat, karena pengecualian tidak dapat mewakili golongan terbanyak. Annadir la yu’tabar. Kaum Syiah Itsna Asyariyah atau Syiah Ja’fariyah yang dipeluk mayoritas kaum Syiah di seluruh dunia juga menolak anggapan kaum Syiah fanatik, kaum ghulat ini. Kaum Syiah menganggap bahwa barang siapa saja yang meyakini al-Qur’an kita telah berubah, maka ia telah meragukan kekuasaan Allah SWT telah berfirman: “Sesungguhnya, Kamilah yang menurunkan al-Qur’an dan Kamilah yang menjaganya (Surah al-Hijr: 9).
Kita juga tidak perlu keberatan dengan kawin mut’ah karena hal ini memang dipraktekkan di zaman Nabi. Salah satu sahabat besar Rasulullah, Zubair bin Awwam, orang yang terkenal keberaniannya, kawin mut’ah dengan Asma putri Abu Bakar, khalifah pertama. Dari perkawinan mereka lahir Abdullah dan Urwah bin Zubair. Juga banyak sahabat yang lain, sebagaimana tercatat dalam buku-buku tarikh Sunni. Mengapa kita tidak sekalian mengeritik Rasul Karen mengizinkan perkawinan mut’ah tersebut.
Kawin mut’ah secara teoritis oleh Syiah dibenarkan. Tapi dalam prakteknya hampir tidak ada orang Iran yang melakukan ini. Kaum Sunni antikawin mut’ah karena Umar bin Khaththab melarangnya. Tetapi larangan Umar ini tidak dapat dipegang karena perkawinan mut’ah terdapat dalam al-Qur’an (An-Nisa: 24, Shahih Bukhari jilid 7, bab Kitab an-Nikah; Shahih Muslim, Jilid 1, hlm 535). Islam tidak mengajarkan kita untuk mengawini tiap wanita yang kita temui di jalan, kawin biasa, kawin sirri, atau kawin mut’ah. Saya pernah tinggal di Iran selama dua tahun (1984-1986), tapi tidak pernah menemukan adanya pasangan yang melakukan kawin mut’ah.
Syiah menganggap shalat Jumat tidak wajib sampai kedatangan Imam Mahdi. Dalam al-Qur’an jelas-jelas dikatakan shalat Jumat itu wajib. Tapi Syiah tidak menganggapnya sebagai shalat wajib mungkin dikarenakan mereka khawatir akan dibunuh para penguasa Umayah dan Abbasiyah bila  ketahuan mereka Syiah karena Syiah memiliki sedikit perbedaan dalam shalat, yaitu mereka tidak melipat tangan dan mereka menggunakan turbah, tempat menyandarkan dahi ketika sujud. Pada zaman Syah Muhammad Reza Pahlevi yang dijatuhkan oleh revolusi pimpinan Ayatullah Ruhullah Khomeini tahun 1979 shalat Jumat tidak dijalankan. Tapi setelah berdiri Republik Islam, shalat Jumat didirikan. Shalat ini disebut juga sebagai shalat siasah. Ketika penulis berada di Iran selama dua tahun, penulis menyaksikan muslim Iran berbondong-bondong ke masjid pada hari Jumat. Rupanya shalat Jumat mulai dianjurkan – tapi tetap tidak diwajibkan – oleh Imam Khomeini setelah Republik Islam Iran berdiri.
Dalam mazhab Syiah, hadis terbuka lebar untuk disortir dengan metode-metode yang ada. Berbeda dengan pandangan Sunni terhadap hadisnya, kaum Syiah tidak mengklaim semua hadis dalam kitab-kitab mereka sebagai hadis shahih. Misalnya, Muhammad bin Ya’qub al-Kulaini, yang mengumpulkan hadisnya dalam sebuah kitab hadis berjudul al-Kafi Fi’l Ilm ad-Din. Ia mengumpulkan hadis dari para perawi dari pengikut salah satu dari para Imam. Di dalamnya banyak kemasukan hadis yang meriwayatkan mukjizat para Imam yang berasal dari para pengikut orang Kufa yang ekstrem, yang disebut kaum ghulat. Tetapi dalam hadis-hadis ini juga terdapat penolakan Imam Ja’far Shadiq (Imam Keenam) dan Imam Baqir (Imam Kelima) yang menunjukkan kemarahannya kepada kaum ghulat atau semi ghulat.
Karena itu, orang Syiah tidak menganggap seluruh hadis mereka sebagai hadis shahih. Meminjam kata-kata Sayyid Hasyim Ma’ruf Hasani: “Para pendahulu tidak pernah bersepakat bahwa semua hadis dalam al-Kafi adalah shahih, baik secara umum maupun terperinci. Hadis-hadis dalam al-Kafi mencapai 16.199 hadis, yang dianggap shahih adalah 5.072 hadis.
Kita sering salah pandang tentang kedudukan hadis di kalangan Syiah yang dianggap serupa dengan pandangan Sunni terhadap hadis-hadis Sunni. Beberapa ulama yang ingin kengkafirkan Syiah sering membawa kitab hadis ke mana-mana dan membacakan hadis-hadis mereka di hadapan umum yang justru ditolak oleh kaum Syiah sendiri. Perlu dicatat bahwa Kaum Syiah  mengambil hadis hanya yang berasal dari para Imam. Mereka menolak hadis-hadis Sunni yang tidak berasal dari para pemuka Syiah, apalagi mengambil hadis dari Abu Bakar, Umar, dan Usman.
Tapi mereka juga kritis terhadap hadis-hadis yang dikatakan berasal dari para Imam. Kaum Kufah ekstrem yang mula-mula mendukung Muhammad bin al-Hanafiyah dan anaknya Abu Hasyim Abdullah, sebagai Imam Mahdi, setelah kedua orang ini meninggal, sebagian beralih mendukung Imam-Imam Syiah. Mereka bergabung mendukung Imam Kelima Muhammad al-Baqir dan kemudian Imam Keenam Ja’far Shadiq yang tinggal di Madinah. Yang terkenal dari mereka adalah Hamzah bin Umarah, al-Buraidi, Bayan bin Sim’an, Said bin Nahdi, Mughirah bin Sa’id, Miqlas bin Abi’i Khaththab. Mereka, misalnya, menyebarkan berita bahwa para Imam tersebut adalah inkranasi Tuhan, mengetahui yang ghaib, dan mengetahui peristiwa yang akan datang, dan bahwa Nur Ilahi berada pada diri Ali seperti nyala dari sebuah lampu.
Bagaimanapun, secara keseluruhan, Haji Abdul Malik Karim Amarullah (HAMKA)  mengatakan, dalam beberapa ranting yang mengenai kepercayaan, terdapat perbedaan sedikit-sedikit antara Sunni dan Syiah. H. Abubakar Aceh dalam bukunya “Syi’ah, Rasionalisme dalam Islam” membenarkan pendapat banyak ulama bahwa mazhab Syafii yang dianut mayoritas muslim di Indonesia lebih dekat ke mazhab Syi’ah daripada mazhab Hanafi. Demikian pula H. Abdullah bin Nuh, seorang ulama besar yang banyak mempelajari Syiah. Penulis ini bukan saja sangat menghormati mazhab Syiah, tetapi malah berpendapat bahwa penyebar Islam di Indonesia kebanyakan adalah orang Syiah dan banyak orang Iran tinggal di kota-kota Indonesia. Memang pembela Syiah belum tentu menganut faham Syiah, seperti KH Abdurrahman Wahid, Nurcholish Madjid, Amien Rais, Din Syamusddin, Said Aqil Siradj, dll. Mereka membela karena banyak membaca sejarah, punya rasa keadilan serta tidak menyetujui pengafiran terhadap lebih dari dua ratus juta kaum Syiah secara serampangan.
Syiaisme, bagi banyak orang Indonesia, tidak saja merupakan masalah agama, tapi juga untuk sementara orang merupakan masalah politik. Demikian kata Nucholish Madjid dalam kata pengantar “Awal dan Sejarah Berkembangnya Islam Syiah, dari Saqifah sampai Imamah” oleh Sayyid M. Jafri, terjemahan Meth Kieraha, Pustaka Hidayah, 1989, hlm 6). Sementara Ahmad Amien berkata: “Kepentingan politik dan ketamakan pribadi tidak menginginkan kecuali menghembuskan fitnah, membuat tipu daya dan menghancurkan ukhuwah (Prof Allamah Ahmad Amin, guru besar Fakultas Sastra Universitas Mesir, dalam pengantar buku “Wawasan Baru Tarikh al-Qur’an” oleh Abu Abdullah Az-Zanjani, penerbit Mizan, cetakan ketiga, 1993, hlm 11).
Maka bisa jadi serbuan mereka yang mengatasnamakan kelompok Sunni terhadap pesantren, masjid, dan rumah kaum Syiah di Sampang, Madura, baru-baru ini bermotifkan politik. Ada mastermind di balik insiden ini untuk tujuan politiknya. Maka kita perlu berhati-hati melihat masalah ini. Pengurus IJABI, terkait dengan masalah ini, meminta dialog ilmiah secara nasional antara pengikut Syiah dan Sunni di Indonesia. Dialog diperlukan agar pengikut Sunni yang mayoritas di Indonesia tidak salah faham memandang aliran Syiah yang minoritas sehingga ke depan, Syiah tidak lagi dianggap sebagai ajaran sesat.
Menurut Jalaludin Rahmat, penduduk Indonesia yang mayoritas Sunni menganggap Syiah berbeda dengan Islam pada umumnya. Atas dasar inilah, dialog ilmiah secara nasional diperlukan agar masyarakat faham bahwa Syiah tidak berbeda dengan Islam yang dianut mayoritas rakyat Indonesia. Jika ada perbedaan, sifatnya tidak fundamental. Ketua Badan Pembelaan Hukum dan Hak Asasi Manusia IJABI Maheswara Prabandono menambahkan, tanpa adanya dialog ilmiah nasional antara Sunni dan Syiah, perselisihan keduanya di tingkat akar rumput akan terus terjadi. Perselisihan tidak terjadi di level atas.
[Sumber: http://www.faktapos.com]
PBNU Sesalkan Pembakaran Pesantren Syiah

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyesalkan peristiwa pembakaran pesantren Syiah oleh massa di Sampang, Madura, Jawa Timur, yang menambah panjang daftar kekerasan yang mengatasnamakan agama.


PBNU Sesalkan Pembakaran Pesantren Syiah
Menurut Kantor Berita ABNA, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyesalkan peristiwa pembakaran pesantren Syiah oleh massa di Sampang, Madura, Jawa Timur, yang menambah panjang daftar kekerasan yang mengatasnamakan agama.
"Saya nyatakan bahwa kekerasan atas nama apapun tidak dibenarkan oleh agama," kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di Jakarta, Jumat.
Said Aqil meminta semua pihak bisa menahan diri, sehingga Islam "rahmatan lil alamin" (rahmat bagi semesta alam) benar-benar bisa ditunjukkan.
"Dan wajah ketimuran kita tidak hilang karena tindak kekerasan," katanya.
PBNU juga mengimbau masyarakat tidak mudah main hakim sendiri jika ada persoalan di tengah pergaulan sosial.
"Ini negara hukum, masyarakat tidak boleh main hakim sendiri," katanya menegaskan.
Terkait kasus pembakaran pesantren tersebut, PBNU meminta polisi segera mengambil langkah-langkah strategis supaya peristiwa ini tidak melebar.
PBNU juga mendesak agar pemerintah bersungguh-sungguh dalam menunaikan kewajibannya menegakkan hukum serta memberikan perlindungan kepada segenap warga negara tanpa membedakan agama dan keyakinannya.
MUI Pusat: Syiah Tidak Sesat

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Umar Shihab tak sependapat dengan MUI Jawa Timur yang menyebut aliran Syiah sesat. Umar menegaskan bahwa MUI tidak pernah mengeluarkan fatwa bahwa ajaran Syiah sebagai aliran sesat.


MUI Pusat: Syiah Tidak Sesat
Menurut Kantor Berita ABNA, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Umar Shihab tak sependapat dengan MUI Jawa Timur yang menyebut aliran Syiah sesat. Umar menegaskan bahwa MUI tidak pernah mengeluarkan fatwa bahwa ajaran Syiah sebagai aliran sesat.
Mengenai insiden pembakaran pesantren Syiah di Sampang, Madura beberapa waktu lalu, Umar berpendapat insiden hanyalah ditumpangi pihak-pihak yang ingin mengadu domba umat Islam dengan kedok ajaran Syiah yang dituding sesat.
"MUI tidak pernah menyatakan bahwa Syiah itu sesat. Syiah dianggap salah satu mazhab yang benar sama halnya dengan ahli sunnah wal jama'ah ialah mazhab yang benar dan mazhab dua tersebut sudah ada sejak awal Islam," katanya saat ditemui okezone di kediamannya, kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Minggu (1/1/2012).
Kendati pun ada perbedaan pandangan, kata dia, Islam juga tidak pernah menghalalkan kekerasan, apalagi perusakan tempat ibadah dan majelis taklim seperti terjadi di Sampang.
"Kita menginginkan ukhuwah islamiyah dan jangan antara kita saling menyesatkan. Mungkin adanya (insiden pembakaran) karena adanya provokator yang menyatakan bahwa ajaran syiah itu sesat," ujarnya.
Ajaran Syiah, tegas dia, sudah diakui di dunia islam sebagai mazhab yang benar sampai saat ini. "Karena itu jangan kita membuat peryataan yang bisa mengeluapkan gejolak di tengah-tengah masyarakat kita dan bisa menyebabkan korban, korban harta dan lain-lain," tutupnya.
Pernyataan Tahun 2007
Pernyataan bahwa Syiah tidak sesat bukan kali ini saja dikatakan Umar. Sebelumnya, pada tahun 2007, Umar pernah melontarkan hal senada ketika Redaksi Syiar mewancarainya mengenai Syiah.
"MUI tidak menganggap bahwa salah satu mazhab itu benar. Kita berdiri di semua pendapat bahwa semua mazhab itu benar. Begitu juga terhadap mazhab lain, mazhab Syiah misalnya. MUI berprinsip, bahwa kalau dunia Islam sudah mengakui Syiah sebagai mazhab yang benar, lalu kenapa MUI harus menolak?" tegasnya.
Umar pun mengatakan fatwa waspada yang dikeluarkan MUI pada tahun 1984 sudah tidak lagi berlaku.
"Ya, itu pada tahun 84. Sekarang eranya sudah lain. Fatwa itu bisa berubah karena perubahan kondisi. Di Sunni sendiri juga ditetapkan seperti itu, bahwa fatwa bisa berubah karena perbedaan kondisi. Karena perbedaan tempat, Imam Syafii sendiri pernah mengubah fatwanya ketika beliau pindah ke Mesir dari Irak," imbuhnya.
"Begitu juga dengan beberapa fatwa lain di MUI. Saya bisa kasih contoh fatwa tentang aborsi. Semua aborsi itu dilarang. Islam tidak pernah membenarkan aborsi. Tapi, kemudian terjadi perubahan kondisi di mana terjadi kehamilan akibat perkosaan, sehingga aborsi pada kondisi tersebut dikecualikan," sambungnya.
Terkait beberapa kasus dimana ulama daerah menisbahkan dirinya kepada fatwa MUI Pusat tahun 1984 atau fatwa ulama lain yang menyatakan Syiah itu sesat, Umar kembali menegaskan bahwa Syiah tidak sesat.
"Sekali lagi, kita tidak pernah menyatakan Syiah itu sesat. Kita menganggap Syiah itu salah satu mazhab dalam Islam yang dianggap benar. Mengapa saya nyatakan demikian? Karena dunia Islam sendiri mengakui keabsahan mazhab ini," katanya.
"Apabila ia sesat, mustahil dan tidak boleh ia masuk ke Masjdil Haram. Kenapa mereka boleh masuk ke Masjidil Haram? Itu artinya orang Saudi sendiri mengakui bahwa mereka tidak sesat. Ia tetap Muslim, hanya saja mazhabnya berbeda dengan kita," tambahnya. (Pz/berbagai sumber)
Rahbar: Diplomasi Iran Harus Mengenalkan Peran Rakyat dan Nilai Ilahi

Menurut Rahbar, para pejabat tinggi Departemen Luar Negeri dan Duta Besar Republik Islam Iran berada di front terdepan dalam pertarungan diplomasi dunia.


Rahbar: Diplomasi Iran Harus Mengenalkan Peran Rakyat dan Nilai Ilahi
Menurut Kantor Berita ABNA, Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Rabu (28/12) pagi dalam pertemuan dengan Menteri dan para pejabat tinggi Departemen Luar Negeri serta para Duta Besar Republik Islam Iran di berbagai negara menyebut kebangkitan Islam di kawasan dan perkembangan yang terjadi di negara-negara Barat sebagai fenomena yang belum pernah terjadi dan sangat urgen. Beliau mengimbau lembaga diplomasi negara untuk memanfaatkan kondisi yang kompleks dan menentukan ini dengan menyampaikan pemikiran Republik Islam tentang dua hal penting yang berperan di tengah kehidupan masyarakat, yaitu partisipasi rakyat dan norma-norma Ilahi.

Menurut beliau, para pejabat tinggi Departemen Luar Negeri dan Duta Besar Republik Islam Iran berada di front terdepan dalam pertarungan diplomasi dunia. Seraya menyinggung gesekan kepentingan di dunia, beliau menandaskan, para Dubes Republik Islam memikul tugas yang lebih besar dari sekedar misi diplomasi yang dikenal secara umum di dunia. Sebab, mereka mewakili negara yang sistem pemerintahan Islaminya bertolak belakang dengan esensi kaum arogan.

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyinggung kecemasan kubu arogansi menghadapi Islam dan menambahkan, "Islam menentang dasar dan landasan arogansi yaitu kezaliman, agresi dan pendudukan. Karena itu kaum arogan dunia dicekam kekhawatiran saat menyaksikan rakyat bangkit dan menginginkan Islam. Mereka terang-terangan mengakui cemas menyaksikan perkembangan di kawasan dalam beberapa bulan terakhir, seperti demonstrasi besar rakyat di sejumlah negara dan kemenangan kubu Islam pada pemilihan umum."

Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan posisi Republik Islam Iran saat ini di kancah dunia seraya menyebutnya sebagai bukti nyata akan terlaksananya janji Ilahi kepada kaum mukmin yang berjuang di jalan Allah.

"Dengan iman yang mengiringi kerja keras dan jihad rakyat dan para pejabat Iran, keterasingan dan derita yang dialami di awal-awal revolusi Islam sekarang sudah berubah menjadi kehormatan dan kemuliaan. Bahkan saat ini, slogan-slogan bangsa Iran terdengar di negara-negara yang selama 30 tahun memusuhi bangsa Iran. Ini berarti kemajuan, kekokohan dan kekuatan yang hakiki," kata beliau.

Mengenai slogan ‘Allahu Akbar' dan slogan-slogan lainya yang bernafaskan Islam di negeri Mesir yang pernah dikuasai oleh Anwar Sadat dan Hosni Mubarak, Rahbar mengatakan, "Tidak penting mencari tahu dari mana slogan-slogan ini terilhami. Yang penting adalah, ungkapan kata-kata, slogan dan tuntutan yang diserukan bangsa Iran dalam 30 tahun sekarang terdengar di kawasan Timur Tengah, Teluk Persia dan utara Afrika."

Beliau menyebut perkembangan di negara-negara Islam di kawasan yang umumnya Arab sebagai gerakan yang benar-benar revolusioner dengan skala yang berbeda. "Pada dekade 1960 Masehi terjadi transformasi penting di sejumlah negara Arab di kawasan ini. Pada dekade 1990 gejolak besar terjadi wilayah Eropa Timur. Tapi yang terjadi saat ini di kawasan yang diikuti dengan aksi protes luas di Dunia Barat menunjukkan bahwa transformasi ini sangat berbeda dengan apa yang terjadi sebelumnya," kata beliau.

Seraya menyinggung keterlibatan massa secara langsung dan penentangan Amerika Serikat (AS) terhadap apa yang terjadi, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebutnya sebagai dua pembeda utama antara fenomena yang terjadi saat ini di kawasan dan di dunia dengan apa yang terjadi pada beberapa dekade lalu. Beliau menolak anggapan sebagian kalangan yang menyebut transformasi ini dikendalikan di balik layar oleh AS. "Analisa ini tak lebih dari isapan jempol. Dulu 30 tahun lalu sebagian orang juga beranggapan bahwa revolusi Islam di Iran sengaja dirancang oleh AS," tegas beliau.

Pemimpin Besar Revolusi Islam menjelaskan lebih jauh transformasi yang memengaruhi perubahan fundamental dalam peta politik dunia. Beliau menandaskan, sebuah perkembangan besar sedang terjadi di kawasan, juga di Eropa dan dunia. Perkembangan ini harus dimonitor dengan cermat.

Ayatollah al-Udzma Khamenei lebih lanjut menerangkan sikap AS dalam menanggapi perkembangan yang terjadi di Mesir dan negara-negara lain, seraya mengatakan, "AS memang tidak keberatan dengan turunnya Mubarak untuk digantikan oleh unsur yang moderat dan populis. Tapi ini tidak mungkin terjadi. Sebab jika orang yang merakyat, nasionalis dan benar-benar demokrat naik ke kursi kekuasaan dia pasti akan menentang AS dan orang-orang Zionis."

Media Barat, kata beliau, kini mengakui bahwa kemenangan kubu Islam dalam pemilu di sejumlah negara kawasan menunjukkan hakikat keislaman revolusi-revolusi ini. "Dalam kondisi yang demikian vital dan menentukan ini, lembaga kebijakan politik luar negeri dan diplomasi, harus bisa menyampaikan ide-ide baru yang ada pada Republik Islam dan mengenalkannya kepada bangsa-bangsa lain dan masyarakat dunia," kata beliau.

Rahbar: Meski Diembargo Iran Tetap Maju dan Terus Berkembang

"Dalam menghadapi kubu arogansi serta jaringan ekonomi dan propagandanya yang kompleks dan berskala luas, Iran yang Islami telah mengukir berbagai keberhasilan yang mengagumkan. Diantara keberhasilan itu adalah kemampuannya melawan embargo dan mencapai kemajuan di bidang nuklir. Proses keberhasilan demi keberhasilan ini akan terus berjalan."


Rahbar: Meski Diembargo Iran Tetap Maju dan Terus Berkembang
Menurut Kantor Berita ABNA, Ketiadaan pondasi keilmuan dan spiritual yang kokoh adalah masalah besar era sebelum revolusi Islam yang membuat Iran bergantung kepada pihak asing. Hal itu dikatakan Rahbar Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Ahad pagi (1/1) dalam pertemuan dengan anggota Asosiasi Organisasi Islam Mahasiswa Iran di Eropa.

Dalam pertemuan itu, Rahbar menyebut para mahasiswa sebagai putra-putri bangsa dan kekayaan negara yang sangat berharga. Beliau menyatakan bahwa diantara tugas penting yang diemban mahasiswa adalah ‘menimba ilmu dengan maknanya yang tepat' dan ‘menyebarkan pemikiran yang benar dan mengenalkan kebijakan hakiki pemerintahan Republik Islam Iran'.

Mengenai tugas mahasiswa untuk menimba ilmu, Pemimpin Besar Revolusi Islam menjelaskan, "Kemenangan Revolusi Islam dan kepasrahan mutlak Imam Khomeini yang tak bisa dilukiskan dalam menyerahkan segalanya kepada Allah Swt dan mengandalkan rakyat telah menciptakan gelombang rasa percaya diri di tengah bangsa, mengeluarkan rakyat Iran dari penjara diri dan mengatasi berbagai masalah negara."

Ayatollah al-Udzma Khamenei lebih lanjut menerangkan tugas kedua yang dipikul para mahasiswa di luar negeri, yaitu menyebarkan pemikiran yang benar dan menjelaskan kebijakan hakiki pemerintahan Islam di Iran dalam menghadapi lawan-lawannya. Beliau menambahkan, "Dalam menghadapi kubu arogansi serta jaringan ekonomi dan propagandanya yang kompleks dan berskala luas, Iran yang Islami telah mengukir berbagai keberhasilan yang mengagumkan. Diantara keberhasilan itu adalah kemampuannya melawan embargo dan mencapai kemajuan di bidang nuklir. Proses keberhasilan demi keberhasilan ini akan terus berjalan."

Tak lupa Rahbar menekankan soal perjuangan, kerja keras, memperkokoh keberhasilan dan terus meningkatkan kemampuan keilmuan. Beliau mengatakan, "Meski menerapkan berbagai langkah politik, keamanan dan ekonomi di semua bidang dan dalam skala yang sangat luas untuk melawan Republik Islam Iran, tapi musuh terus menerus mendapat pukulan dan menelan kegagalan."

Menelisik Syiah


Oleh Syafiq Basri Assegaff

Memasuki tahun baru 2012, kekerasan atas nama agama meletus lagi.

Ratusan orang membakar pesantren, mushala, dan rumah warga di Kecamatan Omben, Sampang, Madura. Dosa mereka: karena pesantren yang dipimpin Ustaz Tajul Muluk itu mengajarkan Islam mazhab Syiah yang dianggap sesat.
Reaksi pun datang dari berbagai pihak. Ketua Muhammadiyah Din Syamsuddin dan Ketua Majelis Ulama Indonesia Umar Shihab menyusul menegaskan bahwa Syiah tidak sesat.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siroj mengingatkan ada desain besar di balik itu karena sejak dulu tak pernah ada perselisihan Sunni dan Syiah di Madura. Said Aqil menduga ada pihak yang ingin merusak suasana damai di Indonesia. "Salah satunya lewat kasus pembakaran pesantren Syiah di Sampang," katanya.
Dugaan yang logis. Sebab, Syiah Dua Belas Imam (Itsna'asyariyah) memiliki banyak kesamaan dengan mazhab Syafi'i, salah satu mazhab Ahlus-Sunnah (Sunni) yang menjadi panutan mayoritas nahdliyin di Indonesia. Kultur NU juga sangat mencintai Ahlul Bait (keluarga) Nabi Muhammad SAW dan keturunannya.

Peringatan haul, acara tahlil orang meninggal tiga hari, 40 hari, dan sebagainya—yang banyak dilakukan warga NU—sesungguhnya serupa dengan upacara-upacara Syiah. Nahdliyin juga pantang menikahkan anak atau berpesta pada hari Asyura, yang merupakan hari kesedihan memperingati syahidnya cucu Nabi, Al-Husain (Imam Syiah ketiga). Di kalangan NU juga sering dibacakan Salawat Dibb, di mana di dalamnya disebutkan nama-nama Imam Syiah dan keistimewaan Ahlul Bait.

Banyak studi menunjukkan bahwa versi Islam yang pertama datang ke Indonesia sesungguhnya adalah Islam Syiah, sebagaimana dibuktikan hadirnya tradisi Syiah di Aceh. Menurut Syafiq Hasyim (mengutip Marcinkowski dalam Irasec's Discussion Papers, 2011) muslimin di Indonesia berutang kepada para ulama dan pedagang Syiah yang membawa Islam ke Indonesia.

Dari pedang ke pena
Studi lain menyebutkan, pada sekitar 320 H, Ahmad bin Isa "Al-Muhajir" bin Muhammad bin Ali bin Ja'far As-Shadiq—keturunan kesembilan dari Nabi SAW—hijrah dari Irak ke Hadramaut, Yaman bagian selatan. Pedagang kaya itu menghindari teror penguasa Bani Abbasiyah, saat keturunan Nabi SAW, yang notabene Syiah, dikejar-kejar kaki tangan khalifah di Irak (Walter Dostal dalam The Saints of Hadramawt, 2005).

Cucu Imam Syiah keenam (Ja'far As-Shadiq) itu kemudian mematahkan pedangnya. Sebagai gantinya, Al-Muhajir mengajak para pengikutnya memproklamasikan dakwah secara damai dengan pena. Di Hadramaut itu ia mengajarkan tarekat Al-Alawiy yang sufi. Sebagian sejarawan mengatakan ia bermazhab Syafi'i, tetapi ada pula yang menunjukkan bahwa sebenarnya ia Syiah, tetapi menutupinya demi keselamatan dari kejaran penguasa.

Pada sekitar tahun 1600-an, anak cucu Al-Muhajir—yang menyandang gelar sayid, syed, sharif, atau habib—melakukan
diaspora ke sejumlah negara, termasuk Indonesia. Di berbagai belahan dunia itu, anak cucu Al-Muhajir selalu memilih dakwah secara damai dan anti-fundamentalisme. Para habib muda yang sekarang pun berdakwah secara damai meski kadang dikritik memacetkan jalanan Jakarta.

Kita tak tahu berapa juta umat Islam di Indonesia yang bermazhab Syiah. Yang kita tahu, dua pokok ajaran kelompok minoritas (sekitar 20 persen dari total umat Islam di dunia) ini adalah keharusan mengikuti Ahlul Bait (keluarga) Nabi SAW—mulai dari khalifah keempat Ali bin Abithalib hingga ke-11 anak cucunya—dan berdasarkan Al Quran dan hadis serta mengakui kepemimpinan Ali sebagai penerus Nabi SAW.

Ali itulah salah seorang Ahlul Bait Nabi SAW yang utama. Anggota yang lain adalah putri Nabi (yang juga istri Ali), Siti Fatimah Az-Zahra, serta kedua anak mereka, Hasan dan Husain. Sebagai dalil naqli, Syiah merujuk beberapa ayat Al Quran; juga pada hadis Nabi SAW mengenai kata "Ahlul Bait"' dalam Surat Asyu'ara 23, yang menyatakan kewajiban mencintai keluarganya. Yang menarik adalah bahwa tidak kurang dari 45 ulama Sunni terdahulu juga meriwayatkan hadis itu, di antaranya Ahmad bin Hanbal, Al-Thabrani, Al-Hakim, Jalaluddin Al-Suyuti, dan Ibnu Katsir.

Itu sebabnya, kecintaan kepada Ahlul Bait Nabi SAW bukan hanya monopoli kaum Syiah, melainkan seluruh muslimin. Berderet nama ulama Sunni tersohor menegaskan hal ini. Imam Syafi'i, misalnya, secara gamblang menunjukkan kecintaannya kepada Ahlul Bait. "Sekiranya mencintai keluarga Rasul itu Syiah, maka saksikanlah wahai seluruh jin dan manusia bahwa aku ini Syiah," kata Syafi'i.

Toleransi dan persatuan
Walhasil, kini kita bisa membayangkan: apabila Syiah yang secara kultural dekat dengan NU saja diserang, apatah lagi yang akan terjadi pada pengikut ajaran lain yang punya lebih banyak perbedaan? Selayaknya semua pihak menyadari bahwa berbagai mazhab dalam Islam sendiri baru muncul setelah masa tabi'in, sekitar abad kedua Hijriah. Di kalangan Sunni sendiri terdapat belasan mazhab, termasuk empat yang besar: Maliki, Hanafi, Syafi'i, dan Hambali.

Melihat beragamnya mazhab itu, sejak lama banyak ulama Sunni dan Syiah menekankan perlunya persatuan ukhuwah Islamiyah. Pada era 2000-an upaya persatuan itu diperkuat dengan hadirnya lembaga Pendekatan Antar-Mazhab Dunia (Al-Majma' al-Alamy lit-Taqrib baina al-Madzahib), yang banyak sidangnya juga dihadiri ulama-ulama dari Indonesia.

Maka, dalam konteks persatuan, tokoh Sunni, seperti Quraish Shihab, mengingatkan umat Islam tidak boleh main tuduh. Mengutip mantan Guru Besar Universitas Al-Azhar Syaikh Muhammad Abul Azhim az-Zarqany yang mengecam kesalahan kelompok yang saling memaki, Quraisy mengatakan, "Jangan sampai menuduh seorang Muslim dengan kekufuran, bidah, atau hawa nafsu hanya disebabkan dia berbeda dengan kita dalam pandangan Islam yang bersifat teoritis…" (Shihab, 2007).

Memang orang Syiah, sebagaimana saudaranya yang Sunni, percaya pada hadis tentang pentingnya Al Quran dan Sunnah. Namun, berbeda dengan Sunni, mereka lebih kuat berpegang pada hadis lain (juga diriwayatkan banyak sumber Sunni) yang mengharuskan berpegang kepada Al Quran dan Ahlul Bait—yang mana keduanya tidak akan berpisah hingga akhir zaman sehingga tidak akan tersesat siapa pun yang berpegang pada keduanya.

Namun, sebagian ulama berpendapat bahwa perbedaan itu hanya soal cabang agama (furu'), dan bukan masalah pokok ajaran Islam (ushuluddin). Tak aneh jika tokoh sekaliber Abdurrahman Wahid mengakui bahwa Syiah adalah mazhab kelima dalam Islam (Daniel Dhakidae, 2003). (IRIBIndonesia/Kompas/SL)

Syafiq Basri Assegaff Penggagas Gerakan Anti-Radikalisme Islam (Garis); Peneliti di Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Universitas Paramadina




Jurus Sakti “PECAH BELAH” SESAMA KELOMPOK ISLAM ala RAND Corporation






Penulis : Hendrajit (Direktur Eksekutif Global Future Institute) dan Ferdiansyah Ali (Manajer Program dan Peneliti Global Future Institute).

Entah bocor, atau sengaja dibocorkan guna membentuk opini, atau cuma sekedar deception, atau lainnya -- entahlah! Yang jelas, dekade 2003-an muncul dokumen RAND Corporation berjudul:"CIVIL DEMOCRATIC ISLAM: Partners, Resources and Strategies".

RAND Corp adalah Pusat Penelitian dan Kajian Strategis tentang Islam di Timur Tengah atas biaya Smith Richardson Foundation, berpusat di Santa Monica-California dan Arington-Virginia, Amerika Serikat (AS). Sebelumnya ia perusahaan bidang kedirgantaraan dan persenjataan Douglas Aircraft Company di Santa Monica-California, namun entah kenapa beralih menjadi think tank (dapur pemikiran) dimana dana operasional berasal dari proyek-proyek penelitian pesanan militer.

Garis besar dokumen Rand berisi kebijakan AS dan sekutu di Dunia Islam. Inti hajatannya adalah mempeta-kekuatan(MAPPING), sekaligus memecah-belah dan merencanakan konflik internal di kalangan umat Islam melalui berbagai (kemasan) pola, program bantuan, termasuk berkedok capacity building dan lainnya.

Sedang dokumen lain senada, terbit Desember tahun 2004 dibuat oleh Dewan Intelijen Nasional Amerika Serikat (National Inteligent Council) atau NIC bertajuk Mapping The Global Future. Tugas NIC ialah meramal masa depan dunia.

Tajuk NIC di atas pernah dimuat USA Today, 13 Februari 2005 -- juga dikutip oleh Kompas edisi 16 Februari 2005.

Inti laporan NIC tentang perkiraan situasi tahun 2020-an. Rinciannya ialah sebagai berikut: (1) Dovod World: Kebangkitan ekonomi Asia, dengan China dan India bakal menjadi pemain penting ekonomi dan politik dunia; (2) Pax Americana: Dunia tetap dipimpin dan dikontrol oleh AS; (3) A New Chaliphate: Bangkitnya kembali Khilafah Islamiyah, yakni Pemerintahan Global Islam yang bakal mampu melawan dan menjadi tantangan nilai-nilai Barat; dan (4) Cycle of Fear: Muncul lingkaran ketakutan (phobia). Yaitu ancaman terorisme dihadapi dengan cara kekerasan dan akan terjadi kekacauan di dunia -- kekerasan akan dibalas kekerasan.

Jujur harus diakui, ke-empat perkiraan NIC kini riil mendekati kebenaran terutama jika publik mengikuti "opini global" bentukan media mainstream yang dikuasai oleh Barat.

Isi dokumen NIC di atas menyertakan pandangan 15 Badan Intelijen dari kelompok Negara Barat. Tahun 2008 dokumen ini direvisi kembali tentang perkiraan atas peran AS pada tata politik global. Judulnya tetap Mapping The Global Future, cuma diubah sedikit terutama hegemoni AS era 2015-an diramalkan bakal turun meski kendali politik masih dalam cengkeraman.

Tahun 2007, Rand menerbitkan lagi dokumen Building Moderate Muslim Networks, yang juga didanai oleh Smith Foundation.
Dokumen terakhir ini memuat langkah-langkah membangun Jaringan Muslim Moderat pro-Barat di seluruh dunia. Baik Rand maupun Smith Foundation, keduanya adalah lembaga berafiliasi Zionisme Internasional dimana para personelnya merupakan bagian dari Freemasonry-Illuminati, sekte Yahudi berkitab Talmud.

Gerakan tersebut memakai sebutan "Komunitas Internasional" mengganti istilah Zionisme Internasional. Maksudnya selain menyamar, atau untuk mengaburkan, juga dalam rangka memanipulasi kelompok negara non Barat dan non Muslim lain. Pada gilirannya, kedua dokumen tadi diadopsi oleh Pentagon dan Departemen Luar Negeri sebagai basis kebijakan Pemerintah AS di berbagai belahan dunia.

Berikut ialah inti resume dari Agenda dan Strategi Pecah Belah yang termuat pada kedua dokumen tersebut, antara lain:

Pertama, Komunitas Internasional menilai bahwa Dunia Islam berada dalam frustasi dan kemarahan, akibat periode keterbelakangan yang lama dan ketidak-berdayaan komparatif serta kegagalan mencari solusi dalam menghadapi kebudayaan global kontemporer;

Kedua, Komunitas Internasional menilai bahwa upaya umat Islam untuk kembali kepada kemurnian ajaran adalah suatu ancaman bagi peradaban dunia modern dan bisa mengantarkan kepada Clash of Civilization (Benturan Peradaban);

Ketiga, Komunitas Internasional menginginkan Dunia Islam yang ramah terhadap demokrasi dan modernitas serta mematuhi aturan-aturan internasional untuk menciptakan perdamaian global;

Keempat, Komunitas Internasional perlu melakukan pemetaan kekuatan dan pemilahan kelompok Islam untuk mengetahui siapa kawan dan lawan, serta pengaturan strategi dengan pengolahan sumber daya yang ada di Dunia Islam;

Kelima, Komunitas Internasional mesti mempertimbangkan dengan sangat hati-hati terhadap elemen, kecenderungan, dan kekuatan-kekuatan mana di tubuh Islam yang ingin diperkuat; apa sasaran dan nilai-nilai persekutuan potensial yang berbeda; siapa akan dijadikan anak didik; konsekuensi logis seperti apa yang akan terlihat ketika memperluas agenda masing-masing; dan termasuk resiko mengancam, atau mencemari kelompok, atau orang-orang yang sedang dibantu oleh AS dan sekutunya;

Keenam, Komunitas Internasional membagi Umat Islam ke dalam Empat Kelompok, yaitu:
(1) Fundamentalis: kelompok masyarakat Islam yang menolak nilai-nilai demokrasi dan kebudayaan Barat Kontemporer, serta menginginkan formalisasi penerapan Syariat Islam;
(2) Tradisionalis: kelompok masyarakat Islam Konservatif yang mencurigai modernitas, inovasi dan perubahan. Mereka berpegang kepada substansi ajaran Islam tanpa peduli kepada formalisasinya;
(3) Modernis: kelompok masyarakat Islam Modern yang ingin reformasi Islam agar sesuai dengan tuntutan zaman, sehingga bisa menjadi bagian dari modernitas;
(4) Sekularis: kelompok masyarakat Islam Sekuler yang ingin menjadikan Islam sebagai urusan privasi dan dipisah sama sekali dari urusan negara.

Ketujuh, Komunitas Internasional menetapkan strategi terhadap tiap-tiap kelompok, sebagai berikut:

1) Mengkonfrontir dan menentang kaum fundamentalis dengan tata cara sebagai berikut: (a) menentang tafsir mereka atas Islam dan menunjukkan ketidak-akuratannya; (b) mengungkap keterkaitan mereka dengan kelompok-kelompok dan aktivitas-aktivitas illegal; (c) mengumumkan konsekuensi dari tindak kekerasan yang mereka lakukan; (d) menunjukkan ketidak-mampuan mereka untuk memerintah; (e) memperlihatkan ketidak-berdayaan mereka mendapatkan perkembangan positif atas negara mereka dan komunitas mereka; (f) mengamanatkan pesan-pesan tersebut kepada kaum muda, masyarakat tradisionalis yang alim, kepada minoritas kaum muslimin di Barat, dan kepada wanita; (g) mencegah menunjukkan rasa hormat dan pujian akan perbuatan kekerasan kaum fundamentalis, ekstrimis dan teroris; (h) kucilkan mereka sebagai pengganggu dan pengecut, bukan sebagai pahlawan; (i) mendorong para wartawan untuk memeriksa isue-isue korupsi, kemunafikan, dan tak bermoralnya lingkaran kaum fundamentalis dan kaum teroris; (j) mendorong perpecahan antara kaum fundamentalis.

2) Beberapa aksi Barat memojokkan kaum fundamentalis adalah dengan menyimpangankan tafsir Al-Qur'an, contoh: mengharaman poligami pada satu sisi, namun menghalalkan perkawinan sejenis di sisi lain; mengulang-ulang tayangan aksi-aksi umat Islam yang mengandung kekerasan di televisi, sedang kegiatan konstruktif tidak ditayangkan; kemudian "mengeroyok" dan menyerang argumen narasumber dari kaum fundamentalis dengan format dialog 3 lawan 1 dan lainnya; lalu mempidana para aktivis Islam dengan tuduhan teroris atau pelaku kekerasan dan lain-lain.

3) Mendorong kaum tradisionalis untuk melawan fundamentalis, dengan cara: (a) dalam Islam tradisional ortodoks banyak elemen demokrasi yang bisa digunakan counter menghadapi Islam fundamentalis yang represif lagi otoriter; (b) menerbitkan kritik-kritik kaum tradisionalis atas kekerasan dan ekstrimisme yang dilakukan kaum fundamentalis; (c) memperlebar perbedaan antara kaum tradisionalis dan fundamentalis; (d) mencegah aliansi kaum tradisionalis dan fundamentalis; (e) mendorong kerja sama agar kaum tradisionalis lebih dekat dengan kaum modernis; (f) jika memungkinkan, kaum tradisionalis dididik untuk mempersiapkan diri agar mampu berdebat dengan kaum fundamentalis, karena kaum fundamentalis secara retorika sering lebih superior, sementara kaum tradisionalis melakukan praktek politik "Islam pinggiran" yang kabur; (g) di wilayah seperti di Asia Tengah, perlu dididik dan dilatih tentang Islam ortodoks agar mampu mempertahankan pandangan mereka; (h) melakukan diskriminasi antara sektor-sektor tradisionalisme berbeda; (i) memperuncing khilafiyah yaitu perbedaan antar madzhab dalam Islam, seperti Sunni - Syiah, Hanafi - Hambali, Wahabi - Sufi, dll; (j) mendorong kaum tradisionalis agar tertarik pada modernisme, inovasi dan perubahan; (k) mendorong mereka untuk membuat isu opini-opini agama dan mempopulerkan hal itu untuk memperlemah otoritas penguasa yang terinspirasi oleh paham fundamentalis; (l) Mendorong popularitas dan penerimaan atas sufisme;

4) Mendukung sepenuhnya kaum modernis, dengan jalan: (a) menerbitkan dan mengedarkan karya-karya mereka dengan biaya yang disubsidi; (b) mendorong mereka untuk menulis bagi audiens massa dan bagi kaum muda; (c) memperkenalkan pandangan-pandangan mereka dalam kurikulum pendidikan Islam; (d) memberikan mereka suatu platform publik; (e) menyediakan bagi mereka opini dan penilaian pada pertanyaan-pertanyaan yang fundamental dari interpretasi agama bagi audiensi massa dalam persaingan mereka dengan kaum fundamentalis dan tradisionalis, yang memiliki Web Sites, dengan menerbitkan dan menyebarkan pandangan-pandangan mereka dari rumah-rumah, sekolahan, lembaga-lembaga dan sarana lainnya; (f) memposisikan sekularisme dan modernisme sebagai sebuah pilihan "counterculture" kaum muda Islam yang tidak puas; (g) memfasilitasi dan mendorong kesadaran akan sejarah pra-Islam dan non-Islam dan budayanya, di media dan di kurikulum dari negara-negara yang relevan; (h) membantu dalam membangun organisasi-organisasi sipil independen, untuk mempromosikan kebudayaan sipil (civic culture) dan memberikan ruang bagi rakyat biasa untuk mendidik diri sendiri mengenai proses politik dan mengutarakan pandangan-pandangan mereka.

Beberapa bukti tindakan program ini misalnya mengubah kurikulum pendidikan di pesantren-pesantren dengan biaya dari Barat, kemudian menghembuskan dogma "Time is Money  - dengan pengeluaran sekecil-kecilnya menghasilkan pendapatan sebesar-besarnya".

5) Tempo doeloe, pernah dalam mata pelajaran PMP dtampilkan gambar rumah ibadah masing-masing agama dengan tulisan dibawahnya: "semua agama sama".
Mendirikan berbagai LSM yang bergerak dibidang kajian filsafat Islam, menyebar artikel dan tulisan produk LSM yang dibiayai Amerika. Intinya menyimpulkan bahwa semua agama adalah hasil karya manusia dan merupakan peradaban manusia. Tujuannya tak lain guna menggoyah keyakinan beragama, termasuk mendanai beberapa web site di dunia maya dan lainnya.

6) Mendukung secara selektif kaum sekularis, dengan cara: (a) mendorong pengakuan fundamentalisme sebagai musuh bersama; (b) mematahkan aliansi dengan kekuatan-kekuatan anti Amerika berdasarkan hal-hal seperti nasionalisme dan ideologi kiri; (c) mendorong ide bahwa dalam Islam, agama dan negara dapat dipisahkan dan hal ini tidak membahayakan keimanan tetapi malah akan memperkuat.

7) Untuk menjalankan Building Moderate Muslim Networks, AS dan sekutu menyediakan dana bagi individu dan lembaga-lembaga seperti LSM, pusat kajian di beberapa universitas Islam maupun universitas umum lain, serta membangun jaringan antar komponen untuk memenuhi tujuan-tujuan AS. Contoh keberhasilan membangun jaringan ini ketika mensponsori Kongres Kebebasan Budaya (Conggress of Cultural Freedom), dimana pertemuan ini berhasil membangun komitmen antar elemen membentuk jaringan anti komunis.

Hal serupa juga dilakukan dalam rangka membangun jaringan anti Islam. Kemudian membangun kredibilitas semu aktivis-aktivis liberal pro-Barat, demi tercapai tujuan utama memusuhi Islam secara total. Bahkan apabila perlu, sikap tidak setuju atas kebijakan AS sesekali diperlihatkan para aktivisnya seolah-olah independen, padahal hanya tampil pura-pura saja.

AS dan sekutu sadar, bahwa ia tengah terlibat dalam suatu peperangan total baik fisik (dengan senjata) maupun ide. Ia ingin memenangkan perang dengan cara: "ketika ideologi kaum ekstrimis tercemar di mata penduduk tempat asal ideologi itu dan di mata pendukung pasifnya".

Ini jelas tujuan dalam rangka menjauhkan Islam dari umatnya. Muaranya adalah membuat orang Islam supaya tak berperilaku lazimnya seorang muslim.

Pembangunan jaringan muslim moderat ini dilakukan melalui tiga level, yaitu: (a) menyokong jaringan-jaringan yang telah ada; (b) identifikasi jaringan dan gencar mempromosi kemunculan serta pertumbuhannya; (c) memberikan kontribusi untuk membangun situasi dan kondisi bagi berkembangnya sikap toleran dan faham pluralisme.

Sebagai pelaksana proyek, Departemen Luar Negeri AS dan USAID telah memiliki mandat dan menunjuk kontraktor pelaksana penyalurkan dana dan berhubungan dengan berbagai LSM, dan para individu di negeri-negeri muslim yaitu National Endowment for Democracy (NED), The International Republican Institute (IRI) The National Democratic Institute (NDI), The Asia Foundation (TAF), dan The Center for Study of Islam and Democracy (CSID).  

Pada fase pertama, membentuk jaringan muslim moderat difokuskan pada organisasi bawah tanah, dan kemudian setelah melalui penilaian AS selaku donatur, ia bisa ditingkatkan menjadi jaringan terbuka.

Adapun kelompok-kelompok yang dijadikan sasaran perekrutan dan anak didik adalah : (a) akademisi dan intelektual muslim liberal dan sekuler; (b) cendikiawan muda muslim yang moderat; (c) kalangan aktivis komunitas; (d) koalisi dan kelompok perempuan yang mengkampanye kesetaraan gender; (e) penulis dan jurnalis moderat.

Para pejabat Kedutaan Amerika di negeri-negeri muslim harus memastikan bahwa kelompok ini terlibat, dan sesering mungkin melakukan kunjungan ke Paman Sam. Adapun prioritas pembangunan jaringan untuk muslim moderat ini diletakkan pada sektor: (a) Pendidikan Demokrasi. Yaitu dengan mencari pembenaran nash dan sumber-sumber Islam terhadap demokrasi dan segala sistemnya; (b) dukungan oleh media massa melakukan liberalisasi pemikiran, kesetaraan gender dan lainnya -- yang merupakan "medan tempur" dalam perang pemikiran melawan Islam; (c) Advokasi Kebijakan. Hal ini untuk mencegah agenda politik kelompok Islam.

AS dan sekutu sadar bahwa ide-ide radikal berasal dari Timur Tengah dan perlu dilakukan "arus balik" yaitu menyebarkan ide dan pemikiran dari para intelektual moderat dan modernis yang telah berhasil dicuci otak dan setuju westernisasi yang bukan berasal dari Timur Tengah, seperti Indonesia dan lainnya. Tulisan dan pemikiran moderat dari kalangan di luar Timur Tengah harus segera diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, kemudian disebarkan di kawasan Timur Tengah.

Agaknya inilah jawaban, kenapa Indonesia seringkali dijadikan pertemuan para cendikiawan dan intelektual muslim dari berbagai negara yang disponsori AS dan negara Barat lain. Banyak produk baik tulisan maupun film diproduksi "Intelektual Islam Indonesia", kemudian disebarkan dan diterjemahkan dalam bahasa Arab. Semua bantuan dana dan dukungan politik ini tujuannya guna memecah-belah umat Islam.

Seperti berkembang banyak LSM memproduk materi-materi dakwah atau fatwa namun isinya justru "menjerumuskan" Islam, termasuk munculnya banyak tokoh liberal sebagai opinion maker di tengah masyarakat, merupakan isyarat bahwa konspirasi menghancur Islam itu ada, nyata dan berada (existance). Yang paling memprihatinkan, justru jurus pecah belah dilakukan menggunakan tangan-tangan (internal) kaum muslim itu sendiri di negara tempat mereka lahir, tumbuh dan dibesarkan, sedang mereka "tak menyadari" telah menjadi penghianat bagi bangsa, negara dan agamanya! (IRIB Indonesia/theglobalreview/PH)

DaftarBacaan :
http://en.wikipedia.org/wiki/Smith_Richardson_Foundation
http://www.rand.org/
http://www.dni.gov/nic/NIC_globaltrend2020.html
http://arashirin.wordpress.com/2007/12/22/jangan-terjebak-politik-belah-bambuislam-moderat-islam-radikal/
http://www.rand.org/pubs/monographs/MG574.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Douglas_Aircraft_Company
http://www.foreignaffairs.com/articles/60656/gideon-rose/mapping-the-global-future-report-of-the-national-intelligence-co
http://forum.detik.com/showpost.php?p=2819467&postcount=376


Arab Saudi Siap Tampung dan Lindungi Anggota MKO




Arab Saudi dilaporkan siap memberikan perlindungan setidaknya 70 anggota Organisasi Teroris Mujahidin Khalq (MKO) setelah adanya rencana pengusiran terhadap kelompok teroris tersebut dari Irak.

Menurut laporan yang bersumber dari Baghdad, Amerika Serikat meminta sekutu-sekutunya di kawasan, termasuk Arab Saudi, Azerbaijan, Yordania, Qatar dan Pakistan untuk memberikan perlindungan kepada anggota MKO.

Langkah ini muncul setelah pemerintah Baghdad menyatakan tekad untuk menutup Kamp Ashraf yang merupakan basis kelompok teroris tersebut dan mengusir seluruh anggota MKO dari Irak. Kamp Ashraf terletak di timur Provinsi Diyala.

Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki telah berulang kali mengatakan bahwa pemerintah Baghdad tidak akan mengizinkan lagi geng kriminal itu berada di negaranya.

Sementara itu, kelompok teroris MKO juga mengumumkan kesiapannya untuk meninggalkan Kamp Ashraf secara bertahab.

Kamp Ashraf terletak di sekitar 120 kilometer (74,5 mil) dari barat perbatasan Iran dan lebih dari 3.400 anggota MKO tinggal di tempat itu. Kamp Ashraf dijadwalkan akan ditutup pada akhir tahun 2011, tetapi beberapa hari sebelum pengusiran,  pemerintah Irak di bawah tekanan AS menyetujui permohonan PBB untuk memperpanjang selama enam bulan dari tenggat waktu. Setelah itu, Baghdad akan menutup basis teroris anti-Iran tersebut dan mengusir mereka dari Irak.

Organisasi Mujahidin Khalq telah melakukan berbagai tindakan teror dan kekerasan terhadap warga sipil dan pejabat pemerintah iran. Kelompok tersebut melarikan diri ke Irak pada tahun 1986 dan mendapatkan fasilitas dan dukungan dari mantan diktator Saddam Hussein dan bahkan ikut berjuang bersama pasukan Irak untuk menyerang Iran pada perang delapan tahun.

Kelompok teroris ini juga diketahui telah berkolaborasi dengan Saddam dalam penindasan berdarah Muslim Syiah di Irak selatan pada tahun 1991. Selain itu, mereka juga terlibat dalam pembantaian suku Kurdi Irak di utara negara itu.

Iran telah berulang kali menyerukan pemerintah Irak untuk mengusir kelompok teroris ini, tetapi AS mencegah pengusiran dengan cara menekan pemerintah Baghdad.

Meskipun MKO di bawah hukum AS telah terdaftar sebagai organisasi teroris dan para pejabat Departemen Luar Negeri telah menjelaskan bahwa kelompok tersebut sebagai kultus represif, namun akhir-akhir ini The New York Times melaporkan bahwa Washington akan menghapus MKO dari daftar teroris dan memberikan perlindungan kepada semua anggotanya. (IRIB Indonesia/RA)


Cara Al Khalifa Berangus Protes Rakyat Bahrain




Rezim Al Khalifa baru-baru ini mendesak rakyatnya supaya segera mengakhiri unjuk rasa damai anti pemerintah. Departemen Pembangunan Sosial Bahrain Selasa (3/1) menyatakan bahwa berlanjutnya aksi protes rakyat terutama yang dilakukan kaum muda negara itu terhadap rezim Manama menimbulkan krisis dalam negeri yang semakin serius.

Bersamaan dengan itu, Wakil Ketua Dewan Tinggi Pengadilan Bahrain mengungkapkan keputusan terbaru mengenai peninjauan ulang vonis pengadilan luar biasa terkait tahanan yang terlibat kerusuhan terbaru di negara itu. Sheikh Khalifa Bin Rashid Al Khalifa mengatakan, tim yang terdiri dari sejumlah jaksa pengadilan sipil akan meninjau ulang aturan mengenai kebebasan berbicara.

Sementara itu, pasukan keamanan Bahrain yang didukung tentara Saudi justru semakin gencar menekan rakyatnya yang menyuarakan hak-hak mereka secara damai. Akibat serangan itu, seorang perempuan demonstran hari ini (Rabu 4/1) tewas akibat keracunan gas kimia yang disemprotkan petugas keamanan.

Sebelumnya, tentara Bahrain juga menyerang para demonstran damai anti-pemerintah Bahrain yang menyebabkan sedikitnya enam pengunjuk rasa di desa Dair cidera pada Senin (2/1). Serangan itu terjadi satu hari setelah pasukan rezim menembakkan gas air mata ke arah pengunjuk rasa dan memukuli mereka di kota Sitra untuk membubarkan konsentrasi massa.

Ribuan warga Bahrain turun ke jalan untuk mengiringi prosesi pemakaman seorang remaja yang tewas akibat serangan pasukan keamanan sehari sebelumnya. Sayyid Hashem Saeed 15 tahun, tewas pada Ahad setelah dirinya dianiaya dan dipukul kepalanya oleh pasukan keamanan. Sejak meletusnya gelombang protes damai rakyat pada Februari 2011, sejumlah orang tewas dan ribuan lainnya ditangkap atau dipecat dari pekerjaan mereka.

Pada tanggal 23 November 2011, Komisi Penyelidik Independen Bahrain (BICI) mengeluarkan sebuah laporan bahwa rezim Manama telah menggunakan kekuatan yang berlebihan, termasuk pengakuan paksa terhadap tahanan dalam menanggapi demonstrasi di negara ini.

Kini, rezim Al Khalifa terus mencari berbagai cara untuk meredam aksi protes massa mulai dari cara-cara lunak hingga kekerasan, bahkan tidak segan-segan meminta bantuan negara Arab lainnya untuk memberangus protes rakyatnya sendiri. Manama mengira dengan cara itu akan membendung protes rakyat yang kian membuncah.

Sejatinya, selama tuntutan rakyat Bahrain tidak dipenuhi oleh rezim Al Khalifa, maka suara protes damai itu akan terus mengalir deras, bahkan lambat atau cepat akan menjadi air bah yang memporak-porandakan rezim monarki Arab yang telah berkuasa selama puluhan tahun itu.(IRIB Indonesia/PH)



Masa Depan Palestina dan Perundingan Kompromi




Pemerintah Otorita Ramallah dan Israel bertemu di ibukota Yordania, Amman untuk pertama kali setelah 15 bulan dan mereka sepakat untuk bertemu lagi pada Jumat ini. Sikap kompromi Otorita Ramallah dengan rezim Tel Aviv mengundang kritik luas dari faksi-faksi Islamis dan nasionalis Palestina, termasuk Hamas, Jihad Islam, Gerakan al-Ahrar, Front Rakyat untuk Kebebasan Palestina, dan Front Demokratik untuk Kebebasan Palestina. Hamas sendiri menilai pertemuan tersebut tidak akan membuahkan hasil dan buang-buang waktu.

Sementara Amerika Serikat menyebut perundingan itu sebagai perkembangan positif setelah berbulan-bulan kebuntuan karena penolakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk memperbaharui pembekuan pembangunan pemukiman Zionis di Tepi Barat. Dalam pernyataannya kepada media massa, Menteri Luar Negeri Hillary Clinton mengatakan yang paling hakiki dari pertemuan tersebut adalah kedua pihak memanfaatkan peluang perundingan ini.

Kuartet Timur Tengah yang mencakup Uni Eropa, Rusia, PBB dan AS, mencoba untuk menarik kedua belah pihak kembali ke meja perundingan, meminta mereka untuk menyepakati proposal komprehensif tentang wilayah dan keamanan. Padahal perundingan-perundingan kompromi sebelumnya senantiasa gagal dan menemui jalan buntu akibat tingkah Israel.

Dalam kondisi seperti itu, kelanjutan perundingan hanya akan mendorong Zionis untuk memperluas kejahatannya di wilayah Palestina. Momen itu juga akan memberi kesempatan lebih besar kepada Tel Aviv untuk menyelesaikan proyek yahudisasi kota Quds, merampas tanah-tanah milik warga Palestina, dan melanjutkan brutalitas terhadap bangsa tertindas itu.

Israelmemandang perundingan kompromi sebagai peluang untuk memajukan kebijakan-kebijakan ekspansionisnya dan memaksanya kepada rakyat Palestina. Selain itu, rezim Zionis melihat pertemuan tersebut sebagai instrumen untuk menyusup ke faksi-faksi Palestina guna menciptakan keretakan dan perpecahan di tengah mereka. Tel Aviv ingin menarik tokoh-tokoh Palestina untuk bekerjasama dengan Israel.

Beberapa hari lalu, faksi-faksi Palestina telah mencapai kemajuan dalam pembicaraan rekonsiliasi nasional dan bertekad untuk mensukseskan kesepakatan Kairo. Masalah itu tentu saja sinyal buruk bagi Israel dan meminta Kuartet Timur Tengah untuk menghidupkan kembali perundingan dengan Palestina. Di samping itu, kebangkitan Islam yang menerpa negara-negara Arab telah membuat Zionis semakin terisolasi. Rezim-rezim Arab yang menjadi tembok pengaman bagi Israel akan runtuh seiring kebangkitan rakyat.

Transformasi Timur Tengah menunjukkan bahwa posisi Israel di kawasan mulai goyang. Sentimen anti-Zionis tumbuh subur di kawasan dan dunia menyusul kebangkitan global menentang penjajahan dan pendudukan. (IRIB Indonesia/RM)




Pemilu Parlemen Mesir dan Ketakutan Israel




Hari ini, Selasa (3/1) rakyat Mesir menggelar pemilu parlemen putaran ketiga yang berlangsung selama dua hari. Warga sembilan provinsi yang tersisa dari 27 provinsi di hari ini berbondong-bondong mendatangi tempat pemungutan suara untuk memilih 1202 kandidat yang berasal dari 181 parpol.

Rakyat Mesir kali ini memberikan suara dalam putaran akhir pemilu parlemen setelah dalam dua putaran lalu dimenangi oleh kelompok-kelompok Islam. Tahap akhir pemungutan suara akan berlangsung selama dua hari di sembilan provinsi, termasuk Provinsi Delta Nil, Qaliubiya, Gharbiya dan Daqahliya. Sebanyak 15 juta pemilih akan memutuskan siapa yang berhak atas 150 kursi di parlemen.

Pada pemilu parlemen tahap kedua, Ikhwanul Muslimin memimpin perolehan suara sebelumnya dan kemenangan partai-partai Islam telah melahirkan kekhawatiran di negara-negara Barat.

Kubu Ikhwanul Muslimin memenangkan mayoritas suara dalam putaran pertama pemilu. Partai Islam itu dilarang selama 30 tahun di masa pemerintahan rezim diktator Mubarak.

Partai kebebasan dan Keadilan meraih 47 persen suara, dan Partai Al-Nour yang merupakan partai Islam lainnya meraup 21 persen. Kemenangan kedua partai itu berhasil mengamankan sekitar 68 persen kursi dalam putaran pertama pemilu legislatif yang diadakan pada tanggal 28 November lalu.

Dengan berakhirnya pemilu itu, parlemen sekarang mampu bergerak lebih cepat untuk menyusun sebuah konstitusi baru. Sementara pemilu presiden akan digelar pada Juni 2012.

Ikhwanul Muslimin telah mengumpulkan lebih dari dua pertiga suara pada pemilu putaran pertama, dan diproyeksikan untuk memenangkan semua tiga tahapan pemilu di Mesir. Sementara itu, Blok Liberal Mesir berada di urutan berikutnya dengan perolehan suara bahkan lebih sedikit dari pemilu lalu.

Besarnya dukungan rakyat Mesir terhadap partai Islam memicu kekhawatiran Israel. Menteri Peperangan Israel, Ehud Barak menyebut kemenangan kubu Islam di Mesir dalam pemilu legislatif tahap sebelumnya sebagai ancaman bagi keberlangsungan Israel.

Untuk itu, dengan berbagai cara Israel dan AS menerapkan berbagai cara guna menjegal naiknya kubu Islam sebagai poros kekuasaan di Negeri Piramida itu.(IRIB Indonesia/PH)  




Isu Iranphobia, Cara AS Menjajakan Senjata



Penjualan senjata Amerika Serikat ke negara-negara di Timur Tengah, selain telah memaksa Arab Saudi untuk merogoh kocek 60 miliar dolar, juga menciptakan perlombaan senjata di kawasan strategis ini. AS setuju mempersenjatai rezim-rezim Arab dengan catatan senjata itu tidak digunakan untuk melawan Zionis Israel. Negara adidaya itu juga menandatangani kesepakatan untuk menjual senjata senilai 3,5 miliar dolar ke Uni Emirat Arab.

Perlombaan senjata khususnya di Timur Tengah senantiasa berlangsung akibat intervensi kekuatan-kekuatan asing yang haus perang. Namun akhir-akhir ini, kompetisi itu terjadi sangat cepat sebagai upaya Washington untuk menyelamatkan ekonomi AS yang hancur akibat krisis.  

Pemerintah Presiden Barack Obama baru-baru ini mengumumkan finalisasi kontrak penjualan senjata senilai 60 miliar dolar dengan Saudi. Implementasi kesepakatan itu akan menggairahkan perekonomian AS sebesar 3,5 juta dolar setiap tahunnya. Mengkondisikan bahaya kawasan Timur Tengah dan mengesankan Iran sebagai sebuah ancaman besar bagi Arab, telah menjadi trik AS untuk menjajakan senjatanya ke negara-negara seperti Saudi.

Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Politik-Militer, Andrew Shapiro mengatakan, penjualan itu mengirimkan pesan yang kuat ke negara-negara di kawasan bahwa Amerika berkomitmen untuk keamanan di Teluk Persia. Dia mengakui bahwa Iran sebagai ancaman terhadap negara-negara Arab di kawasan, meskipun membantah adanya hubungan antara waktu pengumuman kontrak tersebut dan ancaman terakhir Tehran untuk menutup Selat Hormuz. AS telah lama mengidentifikasi Iran sebagai ancaman utama, didasarkan pada dugaan bahwa program nuklir Tehran memiliki aspek militer rahasia.

Penjualan senjata ke Saudi juga sering meningkatkan kekhawatiran Israel, tetapi pemerintahan Obama meyakinkan bahwa kontrak itu tidak akan mengurangi keunggulan militer Zionis.

AS memaksa penjualan senjata ke negara yang bahkan tidak bisa mengoperasikannya. Pesawat dan rudal-rudal yang dijual terbilang sangat canggih dan tidak dapat dioperasikan oleh kru lokal, terlepas dari jumlah pelatihan.

Proyek Iranphobia telah menjadi alat Washington untuk menakut-nakuti negara-negara Arab di kawasan. Ini merupakan cara efektif untuk mendorong Arab mengoleksi senjata Barat. Seharusnya Arab mewaspadai konspirasi AS dan Israel yang ingin menjadikan mereka sebagai mesin uang atas kelesuan ekonomi kapitalis dan melindungi Israel. (IRIB Indonesia/RM)



Mencermati Pesan Imam Khomeini ra di 20 Tahun Bubarnya Uni Soviet



Imam Khomeini ra dalam suratnya kepada Mikail Gorbachev sempat memprediksi masa depan sistem Kapitalisme dan menyebut sistem ini bakal menghadapi pelbagai masalah. Sistem Kapitalisme tidak dapat menjadi sandaran yang aman. Krisis finansial dan ekonomi yang dihadapi sistem Kapitalisme saat ini menunjukkan pemahaman mendalam Imam Khomeini ra akan sistem Kapitalisme.

20 tahun peringatan bubarnya Uni Soviet berlalu dan masih saja mempengaruhi transformasi politik dalam negeri Rusia pasca pemilu legislatif 4 Desember 2011 lalu. Sebuah fenomena yang bukan hanya menciptakan perubahan geografi politik dunia dalam teori sosial dan politik. Karena bubarnya Uni Soviet sejatinya merupakan kegagalan pemikiran Marxisme. Sebuah pemikiran yang dibangun berdasarkan materialisme dan penafian pencipta alam demi menciptakan persamaan dan keadilan.

Para pengikut pemikiran Marxisme di Rusia menbangun sebuah pemerintahan militer dengan menguasai negara-negara tetangganya dan menamakannya Uni Soviet. Dengan menyamakan segala sesuatu, menafikan kepemilikan sesuatu serta menciptakan sebuah kondisi politik yang tertutup mereka mengklaim ingin menciptakan persamaan dan keadilan. Pemikiran ini hendak dijadikan contoh bagi bangsa-bangsa lain yang berada dalam penindasan dan di bawah sistem Kapitalisme. Partai-partai beraliran Marxis di kebanyakan negara aktif mengkampanyekan pemikirannya dengan dukungan para pemimpin Uni Soviet untuk memperluas pengaruhnya menghadapi Amerika dan sekutunya.

Banyak negara selama beberapa dekade berada di bawah pengaruh Uni Soviet atau bahkan menjadi negara satelitnya. Akan tetapi Uni Soviet bukan hanya tidak mampu menciptakan contoh dari masyarakat yang adil dan tanpa kelas. Sebaliknya, masyarakat Uni Soviet menjadi masyarakat yang tertutup dan tertekan di dunia. Mikail Gorbachev merupakan pemimpin terakhir Uni Soviet dan berhasil menyelamatkan Marxisme dari kehancuran dengan menerapkan kebijakan reformasi politik dan ekonomi. Gorbachev seorang Marxis. Ia bukan pribadi yang ingin mengubah pandangan Marxisme, apa lagi menghancurkannya. Tugas Gorbachev adalah mencari solusi untuk mempertahankan esensi ideologi Marxisme-Leninisme dan pada saat yang sama berusaha memperkuat ekonomi Uni Soviet.

Slogan Mikail Gorbachev yang terkenal adalah "Kita semua dilahirkan di satu masa dan kita harus melakukan perubahan. Dengan slogan ini Gorbachev melakukan reformasinya di dua bidang Perestroika dan Glasnost dengan mengaktifkan demokrasi dan tidak terpisahnya Sosialisme dan Demokrasi serta perluasan partisipasi politik. Ketika Gorbachev memulai program perubahannya, ia mengenal dengan baik masalah politik dan ekonomi masyarakat Uni Soviet. Sekalipun menghadapi banyak masalah, Uni Soviet tetap masih menjadi pemimpin blok Timur.

Imam Khomeini ra menulis surat kepada Mikail Gorbachev saat Uni Soviet masih menjadi kekuatan adidaya dunia. Membaca kembali surat Imam setelah 23 tahun masih memberikan pelajaran penting. Khususnya bagi sistem Kapitalisme yang kini tengah menghadapi krisis luar biasa. Krisis yang dihadapinya mengingatkan akan kondisi buruk ekonomi Uni Soviet. Surat historis Imam Khomeini ditulis untuk pemimpin Uni Soviet ketika semua menanti hasil reformasi Gorbachev dan dampaknya bagi blok Timur.

Sangat sedikit orang yang berbicara secara lantang mengenai dampak dari perubahan ini. Tapi Imam Khomeini ra tidak berbicara hanya untuk dunia komunis. Seraya menganalisa akar krisis dunia komunis, kepada Gorbachev Imam Khomeini ra menulis, "Kebenaran harus diungkapkan bahwa masalah utama negara Anda bukanlah masalah kepemilikan, ekonomi, dan kebebasan. Masalah utama Anda adalah ketiadaan keyakinan terhadap Tuhan sebagaimana yang juga dialami oleh negara-negara Barat. Ketidakyakinan Barat terhadap Tuhan inilah yang kini membawa, atau akan membawa, mereka ke jalan buntu. Masalah utama Anda adalah pertempuran yang panjang dan tanpa arti dengan Tuhan dan Pencipta Segala Wujud."

Imam dalam suratnya menambahkan, "Yang Terhormat Gorbachev, bagi semua orang, telah jelas bahwa sejak saat ini, komunisme harus dicari dari dalam musium sejarah politik dunia. Saya harap Anda mempelajari Islam secara sungguh-sungguh. Hal ini bukan karena Islam dan umat Islam memerlukan Anda, namun karena nilai-nilai Islam yang tinggi dan universal-lah yang mampu memberikan jalan kesejahteraan dan kebebasan bagi semua bangsa."

Imam Khomeini ra mewasiatkan kepada Gorbachev, "Boleh jadi pada kenyataannya Anda tidak menolak sebagian ide Marxisme. Bila memang demikian, sampaikan pemikiran Anda secara total dalam wawancara. Tapi Anda sendiri tahu bahwa pada hakikatnya tidak demikian. Pemimpin Cina adalah orang pertama yang menghantam Komunisme dan Anda adalah orang kedua, dan tampaknya orang terakhir yang menghancurkan tubuh Komunisme. Hari ini, kita sudah tidak lagi memiliki sesuatu bernama Komunisme di dunia. Tapi saya serius meminta kepada Anda agar tidak terjerumus ke dalam penjara Barat dan Setan Besar ketika berusaha menghancurkan dinding fantasi bernama Marxisme. Saya berharap Anda dapat meraih penghargaan hakiki dalam menghapus kulit rusak dunia Komunisme yang bertahan selama 70 tahun dari wajah sejarah dan negara Anda."

Imam Khomeini ra sebagai pemimpin umat Islam mengajak Gorbachev agar mengenal lebih jauh tentang Islam. Beliau mengatakan, "Saya ingin agar Anda meneliti dengan serius tentang Islam. Ini tidak ada hubungannya dengan Islam dan kemusliman Anda. Karena Islam memiliki nilai yang tinggi dan universal. Islam dapat dengan mudah menjadi penyelamat seluruh umat manusia dan menjadi solusi atas masalah mendasar manusia.

Cara pandang yang serius terhadap Islam mungkin dapat menyelamatkan Anda untuk selamanya baik masalah itu di Afghanistan atau di tempat lain di dunia. Kami menilai umat Islam di seluruh dunia seperti seorang muslim yang ada di negara kami dan senantiasa merasa senasib dengan apa yang terjadi terhadap mereka. Dengan kebebasan relatif dalam melaksanakan ritual keagamaan di sebagian negara di bawah Uni Soviet berarti Anda telah menunjukkan bahwa Anda tidak seperti orang yang berpikir bahwa agama adalah candu masyarakat."

Menurut Imam Khomeini ra, "Sejujurnya, apakah agama yang ada di Iran tegar seperti gunung menghadapi kekuatan adidaya adalah candu? Apakah agama yang menuntut dilaksanakannya keadilan di dunia dan kebebasan manusia dari kungkungan materi dan spiritual adalah candu masyarakat? Benar, agama yang hanya menjadi alat agar kekayaan materi dan spiritual negara-negara Islam dan non Islam di tangan kekuatan-kekuatan adidaya serta dengan lantang menyatakan agama terpisah dari politik adalah candu masyarakat. Tapi perlu diketahui bahwa ini sudah bukan agama yang hakiki, tapi agama yang disebut oleh masyarakat sebagai Agama Amerika."

Dalam suratnya kepada Gorbachev, pemimpin terakhir Uni Soviet, Imam Khomeini ra berusaha memahamkannya tiga poin penting. Pertama, berbeda dengan gambaran Marx dan Lenin, Islam dan nilai-nilai keagamaan merupakan fenomena abadi dan pemberi semangat bangsa-bangsa. Kedua, Komunisme dan Materialisme tidak berdasar dan akan musnah. Ketiga, Barat bukan tempat bersandar yang baik dalam menyelesaikan masalah Uni Soviet.

Imam Khomeini ra meninggal dunia tujuh bulan setelah menulis surat ini dan tiga tahun setelah penulisan surat itu kepada Gorbachev, Uni Soviet pada 25 Desember 1991 bubar dan 15 negara yang berada di bawahnya menyatakan kemerdekaannya. Prediksi Imam Khomeini ra tentang runtuhnya Uni Soviet disampaikan ketika tidak ada seorangpun yang memikirkannya. Hal itu menunjukkan pandangan mendalam Imam Khomeini akan transformasi dunia. Imam Khomeini ra dalam suratnya juga memprediksi nasib sistem Kapitalisme. Beliau menyebut sistem ini juga tengah menghadapi banyak masalah dan tidak dapat menjadi sandaran yang pasti.

Krisis finansial dan ekonomi yang tengah melilit sistem Kapitalisme dan tidak adanya solusi untuk keluar dari masalah ini menunjukkan pemahaman mendalam Imam Khomeini ra akan sistem ini. Dengan prediksinya ini Imam ingin membuktikan bahwa hanya Islam yang mampu menyelamatkan manusia dari kondisi krisis di pelbagai bidang seperti ekonomi, sosial dan moral. Semakin luasnya penyebaran Islam di penjuru dunia dan kecenderungan masyarakat di negara-negara Islam akan hukum Islam menjadi bukti kebenaran prediksi Imam Khomeini ra. (IRIB Indonesia/SL/NA)




0 comments to "Rusuh Sampang, Penjarahan Masih Berlanjut"

Leave a comment