Pengakuan Seorang Mata-mata CIA
|
Muhammad Rusli Malik
Hanya berselang beberapa hari setelah ‘menangkap’ pesawat intai siluman tercanggih tanpa awak Amerika RQ-170, Iran kembali menagkap seorang agen (mata-mata) CIA yang sudah sangat terlatih dan berpengalaman: Amir Mirza-Hekmati. Tugas yang sedang diemban Hekmati saat tertangkap sungguh luar biasa dan beresiko tinggi. Dia coba disusupkan oleh CIA ke dalam Dinas Intelijen Republik Islam Iran (RII) untuk memberikan setumpuk informasi palsu dan menyesatkan. Targetnya, selain menyerang instalasi nuklir dan lembaga-lembaga vital RII, juga rencananya akan mengacau kembali Iran usai Pemilu tahun depan.
Secara teknis, Hekmati tidak mengalami kesulitan melaksanakan tugas ini sebab dia sendiri adalah keturunan asli Persia yang mukim di Amerika. Bahasa dan tampangnya sangat mendukung. Tetapi CIA tidak sadar kalau pasukan Imam Zaman-nya RII telah mengikuti gerak-gerik Hekmati sejak bertugas di Afghanistan dan Iraq—sebagaimana tidak sadarnya ketika gambar RQ-170 dilayar monitornnya sebetulnya sudah diganti dengan pesawat imaginer dan yang asli telah diambil alih oleh komputer Iran. Sehingga begitu bukti-bukti dianggap cukup, agen RII pun membekapnya. Kemudian pihak RII berhasil membujuknya untuk membeberkan jati dirinya beserta tugas-tugas yang ada di pundaknya di depan kamera televisi yang memancarkannya ke seluruh dunia, sehingga pihak Paman Sam tidak bisa mengelak atau berdusta—seperti yang sering dilakukannya selama ini. Maka yang bisa dilakukan oleh Washington hanya meminta agar agen andalannya itu segera dibebaskan sebagaimana Obama meminta agar pesawat mata-mata termoderennya itu dikembalikan.
Inilah sebagian dari pengakuan Hekmati:
“Saya tamat SMA tahun 2001 dan memutuskan untuk bergabung dengan Mileiter Amerika. Agustus 2001, saya secara resmi memakai seragam Tentara Amerika dan menerima pelatihan kemiliteran. Setelah menjalani pelatihan kemiliteran secara umum dan khusus, saya kemudian dikirim ke sebuah universitas khusus untuk mempelajari bahasa-bahasa Timur Tengah....
“Setelah itu, saya masuk wilayah Iraq sebagai seorang analis intelijen dengan menggunakan seragam militer Amerika, dan missi utama saya ialah mengidentifikasi sejumlah tokoh diantara pejabat-pejabat negara. Saya melakukan penilaian terhadap pendapat pejabat-pejabat tersebut mengenai Amerika dan kehadiran tentara Amerika di Iraq. Tujuan kami ialah untuk menemukan sosok diantara pemimpin dan pejabat yang condong ke Amerika dan melakukan sesuatu sehingga, jika ada insiden yang terjadi, mereka mendukung tentara dan pemerintah Amerika Serikat. Dan setelah mengirim laporan kami ke Dinas Intelejen Amerika, petugas keamanan mengadakan pertemuan rahasia bersama pejabat-pejabat ini dan coba membangun hubungan yang lebih dekat dengan mereka.
“Amerika bermaksud membangkrutkan OPEC dengan mengambil alih sumur-sumur minyak Iraq dan berbuat sesuatu agar minyak hanya diperdagangkan dalam dollar dan agar kekuatan Amerika lebih besar ketimbang Cina dan Rusia.
“Salah satu alasan di balik kehadiran AS di Iraq ialah untuk bercokol di Timur Tengah dan melakukan infiltrasi ke tengah masyarakat Muslim dengan cara menyusupi kelompok-kelompok Islam dan menciptakan perpecahan (di antara mereka).
“Tujuan lainnya ialah agar Amerika tetap memegang kendali di Timur Tengah, termasuk Iran, Syria, Lebanon, Iraq, Bahrain, dan bahkan Tunisia, untuk mencegar Republik Islam Iran menjadi model bagi negara-negara ini.
“Saya juga pernah dipekerjakan di KUMA (Perusahaan Game). Perusahaan komputer ini menerima uang dari CIA untuk memproduksi, mendisain, dan mendistribusikan secara gratis game-game dan filem-filem khusus dengan tujuan memanipulasi opini publik di Timur Tengah. Tujuan perusahaan ini ialah meyakinkan masyarakat Iran dan seluruh dunia bahwa apa saja yang Amerika lakukan di negara-negara ini adalah sebuah langkah yang baik....”
Kemudian hanya berselang beberapa hari, pemerintah Iraq mengeluarkan Surat Penangkapan kepada Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas keterlibatannya dalam pembunuhan sejumlah pejabat Iraq. Menurut pengakuan 13 orang bodyguard-nya, Hashemi memerintahkan kepada mereka untuk melakukan pembunuhan terhadap sejumlah jenderal, anggota militer, polisi, seorang pejabat kementerian kesehatan, dan juga seorang pejabat kementerian luar negeri. Setiap order, mereka menerima 3.000 (tiga ribu) dollar.
Apakah kasus Tareq al-Hashemi ini ada kaitannya dengan pengakuan Amir Mirza-Hekmati tadi? Sangat mungkin.
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (4:142)
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kalian menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kalian tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kalian nafkahkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kalian tidak akan dianiaya (dirugikan). Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan jika mereka bermaksud hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mu'min.” (8:60-62)
Sumber:
1).http://tehrantimes.com/politics/93702-cia-spy-us-sought-to-prevent-iran-from-being-a-model-in-mideast-
4). Kitab Suci al-Qur’an.
0 comments to "Spionase Zionis cs VS Spionase Pasukan Imam Mahdi"