Thebes adalah kota kuno Mesir. Kota ini selama berabad merupakan ibu kota Mesir Kuno. Letak kota ini berada di tepi sungai Nil, kurang-lebih 725 Km bagian Selatan dari Kairo (ibu kota kiwari Mesir). Thebes adalah kota yang diidentifikasi dalam ALKITAB bahasa Ibrani sebagai NO (kota) atau No-Amon (Kota Tuhan). Thebes oleh orang-orang Yunani, disebut Diospolis (Kota Tuhan). Thebes (baca: Thebs) di samping di Mesir, juga terdapat di Yunani. Thebes Mesir lebih antik dan kuno ketimbang Thebes yang terdapat di Yunani (479 BC). Thebes menjadi istimewa dan mempesona setidaknya bagi saya karena konon menurut sejarawan dan penafsir al-Qur’an di ibu kota Mesir inilah Nabi Yusuf melewati hampir seluruh masa hidupnya. Semenjak menjadi budak hingga menjadi seorang gubernur yang dicintai tidak hanya oleh Akhenatun (1150 BC) Raja Mesir kala itu, tapi juga oleh seluruh rakyat Mesir, termasuk Zulaikha, kisah amor seorang aristokrat jelita yang tertawan keindahan Yusuf meski ia adalah seorang budak belian. Di Thebes, untuk beberapa tahun kemudian, Yusuf muda memproklamirkan risalahnya yang menyeru manusia untuk meninggalkan sesembahan tuhan-tuhan batu dan besi menuju kepada Tuhan yang Esa. Di kota Mesir Kuno inilah, pesona, keindahan tutur kata, keelokan tingkah laku, kesucian jiwa, ketepatan ta’bir dan takwil mimpi serta kebijakan Yusuf dalam menghadapi setiap persoalan sepelik apa pun menjadi buah-bibir setiap warga kota serta hikmah yang mengalir dari lisan Yusuf bak Nil yang memberi kehidupan bagi rakyat Mesir di sepanjang alirannya.
Nabi Yusuf didaulat Menjadi Gubernur oleh Akhenatun setelah menakwil mimpi Raja Mesir ini
Di tempat inilah Jum’at kemarin saya dan keluarga melakukan “ziarah”. Anda jangan kaget dulu. Saya dan keluarga tidak berziarah ke kota kuno ini dengan mengendarai mesin waktu seperti yang sering ditayangkan di film-film. Juga tidak sedang melakukan ziarah ruhani dengan melintasi lorong ruang dan waktu dengan menjumpai ruh-ruh yang hidup pada masa 1150 BC (sebelum masehi). Namun saya berziarah ke tempat itu di pinggiran kota Teheran, tepatnya di lokasi syuting sinetron Nabi Yusuf As yang kini sedang ditayangkan setiap malam Sabtu oleh Channel 1, jam 22.15 di seluruh Iran. Dan kabarnya sinetron ini telah disiarkan selain bahasa Persia, juga disiarkan dalam berbahasa Arab dan Turki.
Berziarah ke Thebes ini merupakan sebuah perjalanan yang menarik. Meski berupa replika Thebes Mesir, tapi perjalanan ke Thebes Iran ini mengantarkan kita kepada sebuah cakrawala baru tentang sebuah karya seni, peradaban, dan sebuah kematangan. Menyitir Sa’adi, pujangga terkemuka Iran:
Bisyâr bâyad safar kard
Ta pukhte syawad Khâmi
Banyaklah melakukan perjalanan
Hingga engkau menjadi matang, wahai belia
Iya.. segala perjalanan yang saya atau Anda lakukan adalah sebuah upaya ekskursif untuk melihat dunia baru dan mencicipi hidangan atmosfer baru untuk menjadi lebih matang dan dewasa dari sebelumnya. Betapa tidak, misalnya, ziarah ke Thebes ini kita dapat melihat sebuah karya seni, peradaban dan kematangan hidup orang-orang Thebes di masa Nabi Yusuf dan apresiasi tinggi seniman-seniman Iran atas kisah yang digelari al-Qur’an sebagai kisah terbaik (ahsanul qishas) dalam format sinetron Nabi Yusuf.
Dua aktor figuran Iran yang sedang syutingan film perang, dari kejauhan tampak S. Nil
“Thebes ala Iran” tempat pembuatan sinetron Nabi Yusuf ini dibuat di lokasi syuting film “Defâ-e Muqaddas (holy defence) yang banyak melahirkan film-film perang yang berkecamuk antara Iran dan Iraq. Sebelum memasuki “Thebes” kita akan melewati “medan perang” dengan tank-tank tempur bertebaran di mana-mana, barak-barak militer yang di depannya berjejer kendaraan-kendaaran tempur. Di mana pada waktu kami berkunjung ke tempat ini, terdapat beberapa krue film, aktor dan aktris sedang sibuk mengambil film untuk konsumsi festival film Fajr, dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Iran yang jatuh pada tanggal 10 Februari mendatang.
Thebes ala Iran ini kini setelah dua tahun usainya proses pembuatan sinetron dijadikan sebagai museum oleh dinas pariwisata dan kebudayaan pemerintah setempat. Jadi kalau Anda kini mengenal dan bahkan pernah berkunjung ke Thebes yang ada di Mesir atau Yunani, kini Anda juga harus mengenal dan berkunjung ke Thebes di pinggiran kota Teheran. Sebagaimana Thebes yang asli di Mesir ada sungai Nilnya, ada patung Luxor atau Spinxnya, pahatan-pahatan kuno, dan patung Amenhotep III ayah Amenhotep IV, yang kemudian mengubah gelarnya menjadi Akhenatun setelah menjawab seruan Yusuf menyembah Tuhan yang Esa, kini Anda juga dapat melihatnya di pinggiran kota Teheran. Demikianlah apresiasi seni sineas Iran dalam menyuguhkan film-film religius dan bersejarah.
Hingga kini, para sineas Iran telah dan kini sedang membuat beragam film yang bercorak sejarah dan religius. Anda barangkali pernah mendengar bahkan telah menyaksikan film The Seven of Ephesus(Ashabul Kahf), atau Saint Mary (Maryam-e Muqaddas), atau membaca tentang pembuatan film Jesus Spirit of God dan The Kingdom of Solomon. Mengangkat kisah-kisah historis dan religius yang sarat dengan pesan-pesan samawi juga nasihat-nasihat bumi merupakan sebuah keahlian tersendiri para sineas Iran. Kisah-kisah al-Qur’an yang diangkat ke layar lebar atau dijadikan sinetron ini tentu bukan pekerjaan mudah, diperlukan selaksa nara-sumber baik berupa kitab-kitab klasik sejarah, tafsir, hadis, Sunni-Syiah, serta eksplorasi berani seorang sutradara. Dan yang lebih pelik lagi adalah ketika menukil sumber-sumber hadis yang sahih dan membedakannnya dari hadis-hadis Israiliyyat yang banyak bersileweran dalam kitab-kitab hadis, umumnya Ahlusunnah.
Dalam domain film-film kemanusiaan, sineas bangsa Persia ini acapkali menjadi langganan juara di beberapa festival film internasional yang berpengaruh di dunia. Tentu terkecuali Oscar yang memang lebih cenderung pada obyek perfilman komersil, sensual dan serba kolosal.
Nabi Yusuf didampingi Istrinya Asnat di Istana Akhenatun
Sinetron Nabi Yusuf, atau Yusuf-e Payambar dalam Persianya, merupakan salah satu sinteron paling anyar yang dibuat oleh sineas ternama Iran, Farajullah Salahsyur. Sinetron ini dibuat selama 4 tahun dengan menelan biaya produksi kurang-lebih 7 Milyar Toman (sekitar 70 Milyar Rupiah). Sinetron besutan Farajullah Salahsyur merupakan hasil dari 8 tahun riset di perpustakaan al-Azhar Mesir dan kunjungan ke museum Musée du Louvre, Paris, lantaran di museum ini, benda-benda purbalaka perdaban kuno Mesir banyak tersimpan. Sinetron ini mengangkat kisah Nabi Yusuf, semenjak usia belia hingga diangkat menjadi nabi. Hasil riset 8 tahun dan telaah kurang-lebih 60 kitab tafsir kini berbentuk 45 episode dengan durasi tayang 60 menit. “Utamanya saya banyak merujuk kepada tafsir al-Mizan karya Allamah Thaba-thabai,” Aku Salahsyur.
Yang istimewa dari sinteron ini adalah pemerannya adalah seorang yang sama sekali “perawan” dalam dunia perfilman. Berbekal wajah ganteng dan tiadanya pengalaman dalam seni akting, dalam proses casting sang sutradara menjatuhkan pilihan kepada pemuda belia, Mustafa Zamani untuk melakoni peran Nabi Yusuf. “Keperawanan” Mustafa Zamani untuk memerankan tokoh suci Yusersif (dalam film ini, Yusuf oleh orang-orang Thebes dipanggil dengan nama ini) sangat penting karena ketika aktornya telah pernah bermain film dan sinetron dalam beragam peran, apakah itu protagonist atau antagonis dapat menimbulkan kesan dan citra yang kurang baik bagi Yusuf, “Tutur Salahsyur. Apatah lagi kalau aktor ini pernah bermain film komedian. Tentu bakalan lebih runyam lagi.
Oleh itu, untuk membekali Mustafa Zamani guna tidak canggung di depan kamera, sang sutradara memintanya untuk menempuh pelajaran intensif seni akting selama lima sampai enam bulan supaya ia dapat menyesuaikan diri dengan peran yang akan dimainkannya. Bahkan, Mustafa Zamani terikat kontrak untuk tidak bermain di film manapun hingga tayangan perdana oleh itu, ia dibayar secara percuma sebesar 500.000 Toman (kurang lebih 5 jutaan Rupiah) tiap bulan meski proses take film udah lama usai. Konon, setelah tayangan perdana dimulai, pelakon Yusuf ini sudah banyak menerima tawaran main film, tapi ia masih saja menolak alasannya ingin mempertahankan citranya sebagai tokoh Yusuf dalam film tersebut. Sikap ini tentu saja Anda tidak akan dapatkan di dunia perfilman nusantara yang serba “boleh” dengan peran apa saja asalkan tetap dapat dipakai.
Thebes dari atas...kini jadi museum setelah 2 tahun usai penyutingan
Ihwal penggalan-penggalan cerita sinetron barangkali akan dialokasikan pada waktu yang lain, namun dari sisi pendekatan bagi Anda yang ingin memahami ayat-ayat Tuhan yang terabadikan dalam surah Yusuf, barangkali menyaksikan sinetron ini akan sangat membantu terwujudkannya keinginan itu. Mengikut Vernon A. Magnesen, dalamQuantum Teaching, yang menyatakan bahwa manusia belajar sebanyak 50 % dari apa yang didengar dan dilihat. Pelajaran audio-visual berupa sinteron yang mengangkat kisah Nabi Yusuf dapat kita ikuti dengan menyaksikan film ini. Sebagai seorang Muslim yang ingin melakukan tadabbur dantafakkur atas surah Yusuf ini barangkali dengan menyaksikan film ini dapat memperoleh pelajaran sebanyak 50 % selebihnya pada taufik dari Tuhan untuk dapat memahami dan mengamalkan pesan-pesan yang tertimbun di dalamnya. Kabarnya, penerbit Al-Huda Jakarta pernah menerbitkan buku tafsir ukuran saku, Tafsir Surah Yusuf untuk Kawula Muda, yang dikarang oleh Mohsen Qiraati. Tentu dengan gaya bahasa Mohsen Qiraati yang lugas, sederhana tapi menukik akan mengantarkan Anda berziarah abadi secara ruhani dengan Nabi Yusuf melintasi ruang lorong dan waktu, menjambangi kota Thebes fantasi dalam penyingkapan (mukasyafah, disclosure) dan penyaksian (syuhud, witnessing) Anda. Tapi sepertinya Anda sementara ini harus bersabar sampai sinetron Nabi Yusuf ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, atau minimal bahasa Inggris sehingga Anda dapat segera memulai pelancongan ruhani ini. Kalaulah Anda telah melancong, jangan lupa sampaikan salam saya kepada Yusuf As. Terima kasih.
para ahli sejarah telah mengetahuinya secara pasti dan ini sudah menjadi maklum bagi mereka. karena berdasarkan hasil penelitian ahli sejarah/maupun ulama syiah terdahulu imam ke 11 ini tidak memiliki anak laki2. terus dari mana anda mengatakan kalau imam mahdi yang anda klaim itu berasal dari keturunan imam ke 11..???
2. Agama ini akan tetap teguh.
3. Urusan umat akan tetap dalam keadaan baik.
(Ikmal al-Din, jilid 1, hal. 253, dengan makna yang hampir sama dalam Yanabi’ al-Mawaddah, hal.117)
* Syawahidul Tanzil:1/48 hadis 202-204
* Tafsir Razi:3/375
IMAM MAHDI….DIGAIBKAN OLEH ALLAH SWT KETIKA AKAN DIBUNUH PENGUASA ZALIM.
MELALUINYA PEMERINTAHAN AKAN TERKALAHKAN OTORITER/HEGEMONI ZALIM KONSPIRASI GLOBAL.