Home , , , , , , , , , , , , , , , � Buat apa peduli sama Palestina, Yaman, Bahrain, Tunisia, Mesir, Iran, Suriah....?????!!!!!!!!!!

Buat apa peduli sama Palestina, Yaman, Bahrain, Tunisia, Mesir, Iran, Suriah....?????!!!!!!!!!!

Editor : admin | Kamis, 08 Maret 2012. Pkl. 10:12 WIB
1
WikiLeaks: NATO Dibelakang Oposisi Suriah
Damaskus, Sebuah dokumen yang dirilis situs whistleblower WikiLeaks mengungkapkan bahwa diam-diam pasukan NATO pimpinan Amerika Serikat beroperasi di wilayah Suriah. Mereka berada di negeri itu untuk melatih kelompok-kelompok bersenjata yang menetang Presiden Suriah Bashar al-Assad.
WikiLeaks merilis email rahasia dari seorang analis yang bekerja untuk perusahaan intelijen Stratfor yang berbasis di AS. Dalam email itu, analis tersebut mengklaim telah menghadiri sebuah pertemuan di Pentagon dengan beberapa pejabat NATO dari Prancis dan Inggris pada Desember 2011 lalu.
Menurut analis yang tidak disebutkan namanya itu, dari pertemuan tersebut, dia tahu bahwa pasukan NATO pimpinan AS telah berada di dalam wilayah Suriah. Pasukan khusus tersebut melatih kelompok-kelompok bersenjata antirezim Suriah.
“Tim-tim SOF (Special Operation Forces) yang tampaknya berasal dari AS, Inggris, Prancis, Yordania dan Turki telah berada di darat, fokus ke misi pengintaian dan pelatihan pasukan oposisi,” demikian disampaikan analis tersebut dalam email seperti dilansir Press TV, Rabu (7/3/2012).
Analis Stratfor itu kemudian menyebutkan, hal tersebut diduga untuk melakukan serangan-serangan gerilya dan kampanye pembunuhan” guna menggulingkan rezim Suriah.
Sebelumnya NATO telah berulang kali membantah adanya pengerahan pasukan ke Suriah. Negeri itu telah mengalami pergolakan sejak pertengahan Maret 2011 lalu. Menurut perkiraan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), lebih dari enam ribu orang telah tewas selama konflik tersebut. (ita/nvt)

Editor : admin | Kamis, 08 Maret 2012. Pkl. 10:02 WIB
1
CNN dan Danny Abdul Dayem Bikin Video Palsu Kerusuhan di Suriah
Pekan ini ramai kutukan kepada “aktivis” gadungan Danny Abdul Dayem. Pria 22 tahun warga blesteran Suriah-Inggris ini tertangkap basah membikin video palsu dengan Anderson Cooper dari jaringan TV CNN Amerika. Maka pahlawan sanjungan pemberontak Suriah ini dihujani kutukan di internet. Pemberontak yang tadinya dijuluki al Qaeda sekarang dijuluki “Liberation Army” oleh Amerika dengan penuh sanjungan dan puji puja.
Pada link di bawah ini Anda dapat menyaksikan ulah CNN dan Danny Abdul Dayem merekayasa berita. Danny ketahuan merekayasa video dengan kameramen, agar diatur ada suara tembak menembak. Juga diatur seakan sedang terjadi pembantaian di Homs. Pesan yang mau disampaikan kepada dunia dari Danny adalah agar serdadu Amerika segera menyerbu Suriah, atau intervensi militer PBB ke Suriah.
-THE BANDITS: Anderson Cooper & Danny Dayem:
www.ufo-blogger.com/2012/03/syria-cnn-anderson-cooper-caught-red.html?m=1
-Lipzy Phelan: truth about danny dayem:
www.lizzie-phelan.blogspot.com/2012/03/part-1-addounia-tv-exposes-insurgents.html?m=1
-western propaganda game over shame on you!:
www.abovetopsecret.com/forum/thread816631/pg1
-Thierry Meyssan: Jurnalis Barat Merangkap Serdadu di Baba Amr Suriah:
www.voltairenet.org/The-journalist-combatants-of-Baba
Perbuatan seperti ini entah yang keberapa kalinya. Sebelumnya Danny melakukan interview dengan BBC London untuk mengarang cerita pembantaian yang dilakukan oleh pemerintah Suriah.
Tayangan seperti ini langsung disantap jaringan media besar yang bersekongkol. Yaitu SkyNews, Al Arabiya, Al Jazeera, BBC, Guardian dan The Telegraph. Agar dunia langsung menyambut intervensi militer dengan kedok “humanitarian intervention”, biasanya didahului seruan ramai-ramai dan serantak oleh Human Right Watch milik penjahat perang Henry Kissinger dan LSM-LSM terbang bentukan AS. [Islam Times/on/Kompasiana]

Distorsi Kitab Oleh Wahabi

Sejak abad dua belas Hijriah yang lalu, dunia Islam dibuat heboh oleh lahirnya gerakan baru yang lahir di Najd. Gerakan ini dirintis oleh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Najdi dan populer dengan gerakan Wahabi. Dalam bahasa para ulama gerakan ini juga dikenal dengan nama fitnah al-wahhabiyah, karena dimana ada orang-orang yang menjadi pengikut gerakan ini, maka di situ akan terjadi fitnah. Di sini kita akan membicarakan fitnah Wahabi terhadap kitab-kitab para ulama dahulu.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa aliran Wahabi berupaya keras untuk menyebarkan ideologi mereka ke seluruh dunia dengan menggunakan segala macam cara. Di antaranya dengan mentahrif kitab-kitab ulama terdahulu yang tidak menguntungkan bagi ajaran Wahhabi. Hal ini mereka lakukan juga tidak lepas dari tradisi pendahulu mereka, kaum Mujassimah yang memang lihai dalam men-tahrif kitab.
Pada masa dahulu ada seorang ulama Mujassimah, yaitu Ibn Baththah al-’Ukbari, penulis kitab al-Ibanah, sebuah kitab hadits yang menjadi salah satu rujukan utama akidah Wahabi. Menurut al-Hafizh al-Khathib al-Baghdadi, Ibn Baththah pernah ketahuan menggosok nama pemilik dan perawi salinan kitab Mu’jam al-Baghawi, dan diganti dengan namanya sendiri, sehingga terkesan bahwa Ibn Baththah telah meriwayatkan kitab tersebut. Bahkan al-Hafizh Ibn Asakir juga bercerita, bahwa ia pernah diperlihatkan oleh gurunya, Abu al-Qasim al-Samarqandi, sebagian salinan Mu’jam al-Baghawi yang digosok oleh Ibn Baththah dan diperbaiki dengan diganti namanya sendiri.
Belakangan Ibn Taimiyah al-Harrani, ideolog pertama aliran Wahabi, seringkali memalsu pendapat para ulama dalam kitab-kitabnya. Misalnya ia pernah menyatakan dalam kitabnya al-Furqan Bayna al-Haqq wa al-Bathil, bahwa al-Imam Fakhruddin al-Razi ragu-ragu terhadap madzhab al-Asy’ari di akhir hayatnya dan lebih condong ke madzhab Mujassimah, yang diikuti Ibn Taimiyah. Ternyata setelah dilihat dalam kitab Ijtima’ al-Juyusy al-Islamiyyah, karya Ibn al-Qayyim, murid Ibn Taimiyah, ia telah men-tahrif pernyataan al-Razi dalam kitabnya Aqsam al-Ladzdzat.
Tradisi tahrif ala Wahhabi terhadap kitab-kitab Ahlussunnah Wal-Jama’ah yang mereka warisi dari pendahulunya, kaum Mujassimah itu, juga berlangsung hingga dewasa ini dalam skala yang cukup signifikan. Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar 300 kitab yang isinya telah mengalami tahrif dari tangan-tangan jahil orang-orang Wahabi. Di antaranya adalah:
  1. Kitab al-Ibanah ‘an Ushul al-Diyanah karya al-Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari. Kitab al-Ibanah yang diterbitkan di Saudi Arabia, Beirut dan India disepakati telah mengalami tahrif dari kaum Wahhabi. Hal ini bisa dilihat dengan membandingkan isi kitab al-Ibanah tersebut dengan al-Ibanah edisi terbitan Mesir yang di-tahqiq oleh Fauqiyah Husain Nashr.
  2. Tafsir Ruh al-Ma’ani karya al-Imam Mahmud al-Alusi juga mengalami nasib yang sama dengan al-Ibanah. Kitab tafsir setebal tiga puluh dua jilid ini telah di-tahrif oleh putra pengarangnya, Syaikh Nu’man al-Alusi yang terpengaruh ajaran Wahabi. Menurut Syaikh Muhammad Nuri al-Daitsuri, seandainya tafsir Ruh al-Ma’ani ini tidak mengalami tahrif, tentu akan menjadi tafsir terbaik di zaman ini.
  3. Tafsir al-Kasysyaf, karya al-Imam al-Zamakhsyari juga mengalami nasib yang sama. Dalam edisi terbitan Maktabah al-Ubaikan, Riyadh, Wahabi melakukan banyak tahrif terhadap kitab tersebut, antara lain ayat 22 dan 23 Surat al-Qiyamah, yang di-tahrif dan disesuaikan dengan ideologi Wahabi. Sehingga tafsir ini bukan lagi Tafsir al-Zamakhsyari, namun telah berubah menjadi tafsir Wahabi.
  4. Hasyiyah al-Shawi ‘ala Tafsir al-Jalalain yang populer dengan Tafsir al-Shawi, mengalami nasib serupa. Tafsir al-Shawi yang beredar dewasa ini baik edisi terbitan Dar al-Fikr maupun Dar al-Kutub al-’Ilmiyah juga mengalami tahrif dari tangan-tangan jahil Wahabi, yakni penafsiran al-Shawi terhadap surat al-Baqarah ayat 230 dan surat Fathir ayat 7.
  5. Kitab al-Mughni karya Ibn Qudamah al-Maqdisi al-Hanbali, kitab fiqih terbaik dalam madzhab Hanbali, juga tidak lepas dari tahrif mereka. Wahabi telah membuang bahasan tentang istighatsah dalam kitab tersebut, karena tidak sejalan dengan ideologi mereka.
  6. Kitab al-Adzkar al-Nawawiyyah karya al-Imam al-Nawawi pernah mengalami nasib yang sama. Kitab al-Adzkar dalam edisi terbitan Darul Huda, 1409 H, Riyadh Saudi Arabia, yang di-tahqiq oleh Abdul Qadir al-Arna’uth dan di bawah bimbingan Direktorat Kajian Ilmiah dan Fatwa Saudi Arabia, telah di-tahrif sebagian judul babnya dan sebagian isinya dibuang. Yaitu Bab Ziyarat Qabr Rasulillah SAW diganti dengan Bab Ziyarat Masjid Rasulillah SAW dan isinya yang berkaitan dengan kisah al-’Utbi ketika ber-tawasul dan ber-istighatsah dengan Rasulullah saw, juga dibuang.
Demikianlah beberapa kitab yang telah ditahrif oleh orang-orang Wahabi. Tentu saja tulisan ini tidak mengupas berbagai cara tahrif dan perusakan Wahhabi terhadap kitab-kitab Ahlussunnah Wal Jama’ah peninggalan para ulama kita. Namun setidaknya, yang sedikit ini menjadi pelajaran bagi kita agar selalu berhati-hati dalam membaca atau membeli kitab-kitab terbitan baru. Wallahu a’lam. (DarutTaqrib/NuJombang/Adrikna!)
Penulis: KH. Idrus Ramli (Pengurus Ikatan Alumni Santri Sidogiri (IASS) Jember

Cara Jitu Suriah Tangkal Konspirasi Asing



Rakyat Suriah secara kompak kembali menyatakan dukungannya terhadap pemerintahan Damaskus. Berbagai lapisan masyarakat Suriah Rabu (8/3) menggelar pawai akbar di Damaskus dan al-Hasakah untuk mengungkapkan dukungan terhadap reformasi di negaranya. Para demonstran juga menyuarakan penentangan keras terhadap intervensi asing di negara mereka.

Pengunjuk rasa juga menggelorakan dukungannya terhadap operasi penumpasan teroris yang dilakukan pasukan keamanan Suriah demi mengembalikan stabilitas di negara Arab itu.

Baru-baru ini, Televisi OTV Lebanon mengkonfirmasikan pengungkapan kasus baru penyelundupan senjata ke Suriah. Dilaporkan, militer Suriah juga berhasil menangkap lebih dari 137 perwira intelijen dan instruktur asing. Pasukan keamanan Suriah mampu menangkap sekitar 700 orang di Baba Amr, Homs. Televisi al-Manar, Lebanon mengutip sumber-sumber diplomatik Barat dan Eropa melaporkan lebih dari 137 mereka yang ditangkap militer Suriah adalah para perwira intelijen dan instruktur dari berbagai negara.
  
Setelah setahun aktivitas kelompok-kelompok bersenjata dan berbagai kasus penyelundupan senjata ke Suriah dari perbatasan Lebanon, Yordania, dan Turki, pada Senin (5/3) kembali terungkap kasus baru upaya penyelundupan senjata ke Suriah tapi lagi-lagi berhasil dipatahkan pemerintahan Suriah berkat persatuan rakyat dan pemerintah.

Presiden Bashar Assad dalam pidatonya Rabu (8/3) mengatakan, rakyat Suriah bertekad untuk menghancurkan kelompok teroris dan menindaklanjuti reformasi di negara itu. Assad mengatakan, "Rakyat Suriah, yang berhasil menghancurkan konspirasi asing di masa lalu, kembali membuktikan kapasitas mereka untuk membela bangsa dan membangun Suriah baru dengan tekad reformasi dan perang melawan terorisme yang didukung asing."

Berlanjutnya dukungan rakyat Suriah dari berbagai lapisan terhadap Assad menunjukkan bahwa penyelesaian konflik internal di negara itu hanya bisa dilakukan dengan rekonsiliasi di dalam negeri.

Terbukti, gelombang unjuk rasa rakyat mendukung pemerintah berhasil menangkal berbagai konspirasi asing. Bahkan kegagalan itu diakui sendiri oleh AS. Menteri Pertahanan AS Leon Panetta baru-baru ini mengungkapkan kemarahannya atas kegagalan konspirasi anti-Suriah yang dilancarkan AS dan negara-negara Barat.

Sejatinya, kekompakan antara rakyat dan pemerintah Suriah dalam menghadapi gelombang konspirasi asing merupakan cara jitu yang berhasil ditampilkan di Suriah.(IRIB Indonesia/PH)

Israel dan Referendum Sebelum Serangan ke Iran



Rezim Zionis Israel dalam beberapa waktu terakhir rajin menebar ancaman serangan militer ke Iran dan bahkan para pejabat Tel Aviv mengesankan rencana serangan tersebut seakan operasi militer anti-Iran itu bukan hal yang sulit bagi militer Zionis.

Akan tetapi koran Haaretz terbitan Tel Aviv, dalam laporannya justru mengimbau para pejabat Israel untuk tidak menganggap enteng masalah ini. Koran itu bahkan meminta pemerintah Zionis menggelar referendum sebelum mengambil keputusan soal Republik Islam.

Fars News (8/3) melaporkan, dalam laporan utama yang ditulis oleh Zvi Bar'el, disebutkan bahwa para pejabat Tel Aviv terlalu mengentengkan serangan ke Iran dan sebelum Israel memproklamirkan diri sebagai kekuatan superior di hadapan Iran, rezim Zionis harus menggelar referendum.

Artikel itu dimulai dengan ungkapan, "Jika ada tuntutan untuk menghancurkan kemampuan nuklir Iran, kami akan melakukan segala upaya untuk mencegah kerugian di pihak sipil. Apakah ini pernyataan Menteri Pertahanan Ehud Barak? Atau komentar Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam pertemuan dengan Presiden AS Barack Obama?"

Sebenarnya, ungkapan itu diucapkan pada tahun 2003 oleh mantan menteri pertahanan Israel Shaul Mofaz dalam wawancaranya dengan Radio Israel berbahasa Persia. Menhan Iran kala itu memperingatkan bahwa jika Israel menyerang Iran, maka Tehran akan merespon dengan Shahab, rudal yang dikembangkan khusus membalas serangan rudal Jericho Israel.

Tiga tahun kemudian, para pejabat senior Departemen Pertahanan Israel terbang ke Amerika Serikat untuk mengecek jet tempur siluman F-35 yang akan dibeli Tel Aviv.

Sekitar satu setengah tahun lalu, Barak menyetujui kesepakatan pembelian jet tempur itu, dengan harga selangit. Akan tetapi pesawat canggih itu "akan mempertahankan superioritas Israel di udara," sebagaimana yang dikatakan Barak, dan "bahkan mungkin dalam menyerang Iran."

Pesanan jet tempur siluman F-35 itu akan diterima Israel pada tahun 2016 atau 2018. Jika program nuklir Iran dijadikan alasan untuk membeli pesawat super canggih itu, mengapa Mofaz mengungkapkan kemungkinan serangan terhadap Iran tahun lalu, ketika Israel belum memiliki pesawat? Lalu apa makna dari ungkapan soal kemampuan Israel menyerang Iran, dan keseriusan para pejabat Israel dalam menyatakan kemampuan militer Zionis menyerang Republik Islam?

Haaretz menjelaskan bahwa pernyataan Mofaz itu menunjukkan bahwa sekitar 10 tahun lalu, Israel siap dan mampu menyerang Iran, lalu mengapa mereka ragu melancarkan serangannya? Apakah ancaman Iran tidak terlalu besar? Bukankah pada tahun 2003 Meir Dagan, ketua Dinas Rahasia Israel (Mossad) kala itu, kepada Knesset menyatakan bahwa program nuklir Iran merupakan ancaman terbesar bagi rezim Zionis?

Para pejabat Israel sedemikian mengentengkan serangan ke Iran seperti semudah ungkapan "kita menyerang, lalu pulang". Bahkan mereka berusaha meyakinkan bahwa tanpa bantuan pesawat F-35 pun, Israel dapat menyerang iran dan kurang dari 500 warga sipil yang akan tewas dalam serangan tersebut. Mereka berusaha keras meyakinkan warga Israel bahwa rudal-rudal Shahab Iran tidak lebih dari "mainan".

Haaretz di akhir laporan itu menegaskan, "Daripada diminta untuk meyakini bahwa Israel kuat dan digdaya, lebih baik Israel menggelar referendum untuk rencana serangan ke Iran. Kita mungkin akan terkejut betapa kemuakan atas kebohongan-kebohongan akan membuat kita lebih bijaksana". (IRIB Indonesia/MZ/NA)

Laporan Komunitas Intelijen AS Anti-Iran; Antara Klaim, Tuduhan, dan Fakta



Laporan terbaru Komunitas Intelijen (IC) Amerika Serikat soal ancaman global menekankan bahwa berbagai terobosan yang dicapai Iran di bidang rudal balistik dan produksi nasional rudal jelajah anti-kapal, semakin memancing tekanan yang lebih besar terhadap Republik Islam.

Fars News (7/3) melaporkan, analisa Komunitas Intelijen Amerika Serikat soal ancaman global disusun oleh Direktur Intelijen Nasional, James F. Clapper, pada 16 Februari 2012 dan diserahkan kepada Komisi Angkatan Bersenjata Amerika Serikat. Dalam analisa tersebut disebutkan secara terperinci anasir-anasir pemerintah dan non-pemerintah, transformasi politik, ekonomi dan militer serta kecenderungan trans-nasional, yang semuanya mempengaruhi strategi dan taktik Amerika Serikat.

Yang pasti analisa tersebut tidak akan terlepas dari klaim-klaim infaktual tentang Republik Islam Iran.

Ancaman dari Iran

Clapper mengklaim bahwa rencana teror terhadap Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat pada 2011 menunjukkan bahwa sejumlah pejabat Iran mengubah peritungan mereka dan kini lebih cenderung untuk melancarkan serangan ke Amerika Serikat dalam mereaksi aksi-aksi faktual maupun asumtif Amerika Serikat untuk melancarkan serangan militer ke Iran. "Kita juga mengkhawatirkan perencanaan Iran dalam beraksi menyerang kepentingan Amerika Serikat atau sekutunya di luar perbatasan kita."

Kecenderungan Iran untuk mendukung serangan-serangan mendatang ke Amerika Serikat atau terhadap kepentingan kita di luar perbatasan kemungkinan dilakukan menyusul analisa Tehran soal beban kerugian akibat rencana teror terhadap Duta Besar dan juga penekanan bahwa Iran mengendalikan ancaman-ancaman terhadap Amerika Serikat.

Proliferasi

"Upaya pemerintah Iran di bidang pengembangan, pencapaian, atau proliferasi senjata destruktif massal dan sistem peluncurnya merupakan ancaman utama bagi keamanan Amerika Serikat, dan pasukan kita dan sekutu yang bertugas [di kawasan]. Ancaman dan dampak instabilitas proliferasi nuklir dan juga ancaman yang diakibatkan oleh proliferasi bahan-bahan dan teknologi nuklir yang berpotensi membantu terwujudnya program-program persenjataan biologi dan kimia yang ada saat ini dan di masa mendatang, merupakan di antara kekhawatiran kami," klaim Clapper.

Laporan IC juga menyebutkan bahwa sudah menjadi tradisi penangkalan dan diplomasi membuat banyak negara terhalang dari pencapaian senjata biologi, kimia, atau nuklir.

Adapun terkait nuklir Iran, Clapper menyebutkan bahwa berdasarkan analisa IC, Iran membuka opsi pengembangan senjata nuklir yang sebagian dari program ini dilakukan melalui pengembangan berbagai kapasitas di bidang nuklir sehingga memposisikan negara ini di tempat yang lebih baik jika [suatu saat] memutuskan untuk memproduksi senjata tersebut. Meski tidak diketahui apakah Iran pada akhirnya "akan memproduksi senjata nuklir itu atau tidak".

Kemajuan teknologi Iran khususnya di bidang pengayaan uranium, semakin memperkuat analisa kami dalam hal ini bahwa Iran memiliki kapasitas ilmiah, teknologi, dan industri untuk memproduksi senjata nuklir, dan bahwa masalah ini sangat erat kaitannya dengan kecenderungan politik. Kemajuan itu membantu IC dalam berpendapat bahwa Iran "jika mau" dapat memproduksi uranium yang diperkaya di tingkat tinggi yang digunakan untuk memproduksi senjata destruksi massal.

Rudal Balistik Iran

Di bagian lain, laporan IC juga menyinggung bahwa Iran saat ini menjadi inventor terbesar di bidang rudal balistik di Timur Tengah dan tengah mengembangkan ukuran, kapasitas, dan kompleksitas unit-unit rudal balistiknya, yang sebagian besarnya dapat dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir.

Berbagai terobosan Iran di bidang rudal balistik, pencapaian, dan produksi di dalam negeri rudal-rudal jelajah anti-kapal (ASCM), semakin meningkatkan kapasitasnya dalam unjuk kekuatan. Tehran menilai rudal-rudal konvensionalnya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari strategi pertahanannya—jika diperlukan untuk serangan balas dendam—untuk menarget pasukan-pasukan di kawasan termasuk pasukan Amerika Serikat.

Meski sebenarnya hanya pengulangan klaim-klaim infaktual, namun di satu sisi laporan IC itu merupakan pengakuan resmi Amerika Serikat terhadap keberhasilan dan kekuatan Iran sebagai negara yang setelah lebih dari tiga dekade menghadapi sanksi, tekanan, represi, embargo, dan boikot dari Amerika Serikat, ternyata mampu bangkit di atas kedua kakinya sendiri.(IRIB Indonesia/MZ/SL/NA)

Otonomi Libya Timur, Barat Mengulang Skenario Sudan Selatan



Pada hari Selasa (6/3) digelar pertemuan yang dihadiri sekitar 3.000 orang yang terdiri dari pemimpin suku, politisi, komandan milisi dan militer Libya dan tokoh masyarakat di kota Benghazi. Pertemuan penting itu mengumumkan bahwa wilayah kaya minyak Cyrenaica sebagai daerah otonom. Cyrenaica merupakan wilayah kaya minyak yang membentang dari pusat kota Sirte hingga ke perbatasan Mesir di sebelah timur.

Keputusan otonomi wilayah timur dan pembentukan dewan interim Cyrenaica memicu kekhawatiran munculnya disintegrasi Libya pasca tumbangkan rezim Muammar Gaddafi. Dewan Interim Cyrenaica dibentuk di bawah pimpinan Sheikh Ahmed al-Zubair Senussi, keponakan Raja Idris, mantan raja Libya yang terguling dalam kudeta 1969 yang dipimpin Gaddafi.

Ketua Dewan Transisi Nasional (NTC), Mustafa Abdel Jalil menilai keputusan terbaru otonomi Cyrenaica merupakan buah dari konspirasi negara-negara Arab dan skenario Barat. Pada konferensi pers di Tripoli, Selasa (6/3), pemerintah sementara Libya menyebut beberapa negara Arab mendukung dan mendanai para pemimpin suku, yang mendeklarasikan wilayah otonomi di timur negara itu.

Keputusan otonomi Cyrenaica bersamaan dengan seruan para politisi dan pemimpin suku Libya untuk mengembalikan Libya ke sistem pemerintahan federal.
Namun, usulan tersebut ditolak politisi papan atas NTC.

Presiden Interim Libya, Mustafa Abdel Jalil, dan Perdana Menteri Abdel Rahim al-Kiband, serta sejumlah pejabat senior lainnya di Tripoli menolak sistem federal dan menegaskan sistem desentralisasi. Sebelumnya, sistem federal pernah diterapkan selama 10 tahun di Libya pasca kemerdekaan tahun 1951.

Para analis politik menilai usulan federalisasi Libya merupakan bagian dari agenda Washington untuk memecah belah negara kaya minyak di wilayah Afrika Utara itu. Sebelumnya, skenario Gedung Putih itu berhasil dijalankan di Sudan. Pada tahun 1995 terjadi kesepakatan antara pemerintahan Khartoum dan pemberontak di wilayah selatan mengenai otonomi daerah kaya minyak di selatan selama enam bulan.

Kesepakatan yang disutradarai Washington itu menjadi sarana empuk untuk mewujudkan ambisi Gedung Putih memecah belah Sudan. Akhirnya, melalui sebuah referendum, wilayah Sudan selatan memisahkan diri dari pemerintahan Khortoum dan menjadi negara baru pada tahun 2011. Kini skenario itu sedang diterapkan di Libya.

Libya merupakan negara kecil yang memiliki cadangan minyak dan gas yang melimpah ruah. Emas hitam di negara Afrika itu menjadi incaran Barat terutama AS. Sejatinya, Libya yang terpecah-belah akan memudahkan negara-negara imperialis menguasai sumber daya alam negara itu. (IRIB Indonesia/PH)

Mansour Hadi Naik, 200 Militer Yaman Dibantai al-Qaeda




Seorang komandan militer Yaman mengkonfirmasikan tewasnya sejumlah anasir kelompok teroris al-Qaeda di wilayah selatan negara ini.

Komandan yang tidak bersedia disebutkan identitasnya tersebut hari Kamis (8/3) menandaskan, setelah pembantaian massal terbaru sekitar 200 militer Yaman di Provinsi Abyan oleh al-Qaeda, militer negara ini menyerang pos-pos militer ini di dekat kota Jaar dan sedikitnya menewaskan delapan anggota al-Qaeda. Demikian dilaporkan Associated Press dari Yaman.

Ia juga menandaskan, operasi kali ini juga berhasil menciderai 12 anggota al-Qaeda lainnya.

Serangan al-Qaeda Ahad lalu ke markas militer di wilayah Abyan, sedikitnya 185 militer Yaman tewas. Bentrokan antara militer Yaman dan al-Qaeda berlangsung di saat Abdul Rabbu Mansour Hadi baru diangkat sebagai presiden Yaman menggantikan Ali Abdullah Saleh.

Kerusuhan dan bentrokan di Yaman kian menghebat pasca dimulainya skenario pemilu dan pengangkatan Mansour Hadi sebagai presiden negara ini berdasarkan prakarsa asing. (IRIB Indonesia/MF)

Enam Kekuatan Besar Dunia Rilis Statemen Lunak Terhadap Iran



Enam kekuatan besar dunia yang tergabung dalam Kelompok 5+1 di sidang Dewan Gubernur IAEA membahas isu program nuklir Republik Islam Iran. Di akhir perundingannya kelompok ini merilis statemen yang menuntut penyelesaian kasus nuklir Iran melalui jalur diplomatik.

"Iran telah melaporlan situs nuklirnya yang diduga IAEA tengah memproduksi senjata pemusnah massal," ungkap Kelompok 5+1 di akhir sidangnya Kamis (6/3) seperti dilaporkan Koran Jerusalem Post dan dinuklir Fars News.
Dirjen IAEA, Yukiya Amano saat diwawancarai CNN menandaskan bahwa Seluruh reaktor nuklir Republik Islam Iran yang diinvestigasi IAEA sesuai dengan traktat yang ada dan ditujukan untuk kepentingan sipil.

Namun demikian tanpa memberikan bukti yang terpercaya, tetap Amano mengklaim,"Kami memiliki bukti dan informasi bahwa aktivitas nuklir Iran telah memasuki tahap produksi bahan peledak nuklir."

Menurut sumber ini, di statemen bersama yang dirilis di sidang Dewan Gubernur IAEA, Kelompok 5+1 menyesalkan eskalasi aktivitas Iran di bidang pengayaan uranium. "Kami mengarap Iran menjalankan penuh komitmennya dan membuka peluang bagi tim investigasi untuk mengunjungi situs Parchin," tambah statamen tersebut.

Statemen ini dirilis setelah perundingan alot dan friksi tajam di antara anggota Kelompok 5+1 menyikapi masalah nuklir Iran. Statemen tersebut juga menuntut upaya jalur diplomatik untuk menyelesaikan kasus ini. (IRIB Indonesia/MF)

Amano: Instalasi Nuklir Iran Tidak Menyimpang



Dirjen Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Yukiya Amano dalam wawancaranya dengan televisi CNN menekankan, seluruh instalasi nuklir Iran yang diinvestigasi lembaga ini sepenuhnya bertujuan damai.

"Seluruh reaktor nuklir Republik Islam Iran yang diinvestigasi IAEA sesuai dengan traktat yang ada dan ditujukan untuk kepentingan sipil," ungkap Amano kepada CNN dan dilaporkan Fars News.

Tanpa memberikan bukti yang terpercaya, Amano mengklaim, kami memiliki bukti dan informasi bahwa aktivitas nuklir Iran telah memasuki tahap produksi bahan peledak nuklir.

"Iran tidak membeberkan seluruh informasinya kepada kami. Ini adalah kesimpulan pribadi saya... Kami mengharap Iran bekerjasama serius dengan kami dan hingga saat ini Tehran masih harus menjawab senjumlah masalah," klaim Amano.

Amano juga mengatakan, Iran melaporkan sejumlah reaktor nuklirnya kepada IAEA dan aktivitas reaktor nuklir tersebut sesuai dengan traktat yang ada. Ditambahkannya, terkait instalasi tersebut dan aktivitasnya, kami katakan bahwa sepenuhnya bertujuan damai.

Namun demikian ia kembali mengklaim, Iran mungkin saja memiliki reaktor nuklir lainnya yang tidak diberitahukan kepada kami.

Dirjen IAEA ini beberapa waktu lalu di laporannya terkait program nuklir Iran yang terlihat nyata di bawah represi Amerika Serikat  menyatakan kekhawatirannya soal kemungkinan program nuklir Iran mengarah ke militer. Namun demikian ia tidak memberikan satu bukti pun terkait klaimnya tersebut. Hal ini telah membangkitkan kegeraman sejumlah negara termasuk Cina dan Rusia sebagai dua anggota tetap Dewan Keamanan PBB. (IRIB Indonesia/MF)

Ulama Bahrain Serukan Partisipasi Luas Masyarakat dalam Pawai Akbar Anti-Rezim



Ulama Syiah Bahrain menyeru seluruh lapisan masyarakat negara ini untuk berpartisipasi dalam pawai akbar yang akan digelar Jumat (9/3) di seluruh wilayah negara ini.

Ayatullah Syeikh Muhammad Sanad, seorang ulama Syiah Bahrain yang juga guru di hauzah ilmiah Najaf, Irak, dalam statemennya Kamis (8/3), mengimbau seluruh masyarakat berpartisipasi dalam pawai akbar dalam memprotes pemerintah Manama.  

Ayatullah Sanad menambahkan, "Protes di jalan-jalan menentang rezim adalah hal yang perlu dan semua orang harus berpartisipasi dalam aksi protes tersebut".

Guru besar hawzah ilmiah Najaf itu menekankan, "Revolusi sampai penggulingan rezim oleh rakyat akan terus berlanjut, setiap kelompok dapat menyampaikan protesnya berdasarkan program-programnya, akan tetapi harus ditekankan bahwa agar jangan sampai terjadi perselisihan di antara kelompok oposisi".

Hujjatul Islam Syeikh Muhammad Habib al-Miqdad, guru hauzah ilmiah dan ketua komunitas al-Zahra Bahrain, yang sekarang mendekam di dalam penjara rezim al-Khalifa, juga menekankan partisipasi luar rakyat pada pawai akbar tersebut. (IRIB Indonesia/MZ)

AFP Akui Keberadaan Teroris Asing dan Arab di Suriah



Jurnalis AFP mengakui keberadaan para teroris asing dan Arab di negara yang sedang berkecamuk itu, dalam rangka membantu kelompok-kelompok pemberontak menggulingkan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.

Fars News (8/3) melaporkan, pengakuan jurnalis AFP itu mengemuka setelah ia berada di Homs, Suriah, selama sepekan. 

Di sisi lain, seorang pemimpin kelompok pemberontak di Suriah juga mengkonfirmasikan tewasnya lima warga Libya di Baba Amr, yang ikut mengangkat senjata melawan pasukan militer Suriah.

Akan tetapi AFP tidak menyebutkan jumlah para teroris asing dan Arab yang menyusup ke Suriah dan beraksi di berbagai propinsi negara itu. Kantor berita Perancis itu hanya menyinggung kerjasama kelompok pemberontak dalam negeri Suriah dengan oknum-oknum teroris asing.

Seorang anggota dewan pengawas Arab untuk Suriah yang dikirim oleh Liga Arab, dalam wawancaranya dengan AFP menyatakan, sekelompok teroris asing dan Arab mengangkat senjata melawan pemerintahan Suriah yang sebagian di antara mereka datang dari Pakistan, Afghanistan, Lebanon, Irak, Libya, Yaman, dan Sudan. (IRIB Indonesia/MZ)

Berbeda dengan sebagian besar lembaga internasional dalam menyikapi ancaman serangan ke Iran dan krisis di Suriah, Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS) menegaskan bahwa sangat kecil kemungkinan serangan militer terhadap instalasi nuklir Iran dalam waktu dekat.

Fars News (8/3) mengutip laporan koran Independent menyebutkan, Direktur IISS, John Chipman, dalam laporan tahunannya menyangkut analisa kekuatan militer dunia menilai serangan militer ke Iran, nyaris tidak mungkin terjadi. 

Analisa Chipman bertentangan dengan pernyataan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Leon Panetta.

Dalam pidatonya di Komite Hubungan Publik Amerika-Israel (AIPAC) Selasa (6/3), mengklaim bahwa tidak ada ancaman yang lebih besar daripada Iran yang bersenjata nuklir di kawasan [Timur Tengah]. Ditegaskannya bahwa tidak ada politik pencegahan dalam hal ini dan Amerika Serikat serius untuk mencegah Iran menggapai senjata destruksi massal. 

Chipman dalam pernyataannya menyinggung pertemuan Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu, dan mengatakan, "Dalam pertemuan itu, Netanyahu telah mendapat banyak jaminan dari Amerika Serikat untuk menghentikan serangan terhadap Iran." (IRIB Indonesia/MZ)

Putin: Solusi Militer Tidak Berguna Khususnya untuk Timur Tengah



Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyinggung politik luar negeri negaranya di masa mendatang tidak akan mengalami perubahan ekstrim dan menekankan bahwa solusi militer tidak akan pernah menyelesaikan masalah khususnya terkait kawasan sensitif seperti Timur Tengah.

Fars News (8/3) melaporkan, Putin dalam konferensi persnya mengatakan, "Menurut saya, masalah Suriah tidak boleh diselesaikan dengan cara-cara militer, karena langkah tersebut tidak akan berhasil."

Dikatakannya, "Saya berpendapat bahwa cara-cara militer tidak akan menyelesaikan masalah apa pun, khususnya di kawasan vital seperti Timur Tengah, bahkan lebih ditekankan untuk menghindari langkah berbahaya itu."

"Masalah kemungkinan pemberian suaka politik kepada Bashar Assad, sama sekali tidak dalam agenda kerja pemerintah Rusia dan kami bahkan sama sekali tidak membahas masalah seperti ini," tutur Putin.

Putin juga mengingatkan bahwa politik luar negeri Rusia tidak akan mengalami perubahan fundamental setelah ia kembali menjabat sebagai presiden.

Seraya membenarkan bahwa setiap orang memiliki pendapat yang berbeda-beda, Putin mengatakan, "Akan tetapi dalam masalah-masalah kunci, kami semua sepakat dan saya pikir dengan dimulainya masa tugas saya sebagai presiden, tidak akan ada perubahan mendasar dalam politik luar negeri Rusia." (IRIB Indonesia/MZ)

Isu Mazhab di Syria: Bonus Buat Israel



Dina Y. Sulaeman*

Menganalisis Syria, buat sebagian orang, termasuk saya, terasa agak sensitif. Aroma mazhab menguar dengan kental, sehingga seolah-olah publik dipecah dua. Pendukung Syria diidentikkan dengan orang-orang Syiah, seolah-olah Bashar Assad adalah penganut Syiah yang taat dan harus dibela habis-habisan. Padahal, faktanya Assad adalah pemimpin yang sekuler. Dia penganut Syiah Alawi, mazhab yang berbeda jauh dengan Syiah ala Iran yang sangat patuh pada garis komando ulama.  Jadi, Assad bukanlah pendukung Wilayatul Faqih (pemerintahan ulama di Iran). Fakta bahwa Syria berhubungan baik dengan Iran lebih ke faktor geopolitik, bukan mazhab. Sebaliknya, orang-orang Sunni lebih cenderung percaya pada pemberitaan betapa kejamnya Bashar Assad yang tega membunuhi rakyat sendiri, terutama membunuhi para aktivis Islam non-Syiah. Bahkan ada yang menilai Assad itu lebih kejam dari Israel.

Pertanyaan saya, mengapa kaum muslimin tidak keluar dari pengotak-kotakan seperti ini? Konflik di Syria sangat jelas, bukan konflik antarmazhab. Lalu mengapa publik harus berpihak pada salah satu pihak dengan landasan mazhab? Situasi perpecahan seperti inilah yang justru menjadi bonus buat Barat. Mereka ingin menggulingkan Assad demi kepentingan mereka. Namun, kekuatan propaganda mereka telah memberi keuntungan lain: semakin terpecahnya umat Islam. Alih-alih berdiri di barisan yang sama untuk menentang satu musuh bersama: aliansi AS-Israel-NATO, umat Islam malah saling tuduh.

Saya ingin mengutip satu dari sekian banyak analisis yang ditulis pengamat Barat anti-perang. Mereka ini dengan jernih berusaha mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi di Syria, lepas dari urusan agama. Prof. Michel Chossudovsky adalah salah seorang pengamat politik Timur Tengah yang aktif menulis tentang Syria. Motivasinya sederhana saja: mencegah perang, karena perang hanya akan merugikan warga dunia pada umumnya. Perang hanya menguntungkan segelintir elit politik dan para industrialis perang (penyedia senjata, juragan minyak, dll).

Dalam tulisannya ‘Syria: NATO's Next Humanitarian War', Chossudovsky mengkompilasi data-data yang dia dapatkan dari sumber-sumber Barat sendiri, yang membuktikan bahwa kerusuhan di Syria (yang disebut media Barat sebagai ‘gerakan protes damai') adalah sebuah rekyasa yang dilaksanakan sejak lama oleh aliansi AS-NATO- Israel (apa tujuannya, bisa dibaca di tulisan saya sebelumnya "Syria: Prahara di Negeri Pengungsi"). Menurut Chossudovsky,  aksi ‘protes' di Syria tidak lahir dari perpecahan politik internal sebagaimana dideskripsikan oleh media mainstream media. Memang benar, Syria bukan negara surga di mana semua rakyatnya berada di satu kubu. Namun, kekuatan oposisi tidaklah mengakar luas di tengah rakyat sampai-sampai mampu memicu kerusuhan besar-besaran. Sejak awalnya, ini adalah hasil dari sebuah operasi rahasia intelijen AS dan NATO yang bertujuan untuk memicu kekacauan sosial dan mendestabilisasi Syria.

Chossudovsy menulis, sejak pertengahan Maret 2011, kelompok-kelompok Islamis bersenjata yang secara rahasia didukung oleh intel Barat dan Israel, mulai melakukan serangan-serangan terorisme, menembaki gedung-gedung pemerintahan, polisi, dan masyarakat sipil. Hal inilah yang kemudian juga diakui oleh Clinton dalam wawancaranya dengan BBC: Al Qaeda berada di balik serangan-serangan itu; dan ini menunjukkan absurditas kondisi di Syria, bahkan AS bersedia bekerjasama dengan Al Qaeda demi melengserkan Assad. Chossudovsky menyandarkan bukti dari pernyataannya ini pada laporan dari the Arab League Observer Mission. Selain itu, pemberitaan-pemberitaan dari media massa Barat sendiri menyinggung tentang kehadiran M16 (Dinas Rahasia Inggris) dan CIA di Syria. Misalnya Daily Star melaporkan bahwa AS, Inggris, dan Turki mensuplai para pemberontak dengan senjata, dan menyatakan bahwa ‘Syria mendukung Hizbullah dan hal ini mengancam Timur Tengah." Harian ini juga melaporkan bahwa Menteri Pertahanan Inggris mengkonfirmasi bahwa Inggris tengah menyusun rencana rahasia untuk memberlakukan no-fly-zone di Syria, namun perlu dukungan dari PBB. Tapi bila dukungan PBB tidak juga didapat, akan ada kondisi yang memaksa NATO bertindak. Daily Star juga mengutip narasumbernya yang memprediksi bahwa bahwa pertempuran di Syria akan lebih besar dan lebih berdarah daripada Libya.

Kini mari kita lihat sekilas apa yang ditulis jurnalis independen, Thierry Meyssan, yang sebelumnya aktif meliput langsung ke berbagai kawasan konflik dan memberikan laporan yang berbeda dengan media mainstream (misalnya, kisruh pemilu Iran tahun 2009, Meyssan melaporkan langsung situasinya dari Tehran dan menunjukkan berbagai kebohongan media mainstream, begitu pula konflik di Libya). Dalam laporan panjang di websitenya(www.voltairenet.com) , Meyssan menganalisis berbagai kebohongan yang dilakukan media mainstream.

Meyssan antara lain melaporkan bahwa dengan dukungan Rusia, tentara nasional Syria akhirnya menyerbu Homs pada 9 Februari, setelah semua upaya mediasi dengan pasukan pemberontak (yang menamakan diri Free Syrian Army/FSA)  gagal dilakukan. FSA akhirnya kalah dan mundur ke wilayah Emirat seluas 40 hektar yang langsung dikepung oleh tentara nasional, sampai akhirnya wilayah itu pun berhasil direbut tentara nasional pada tanggal 1 Maret. Namun ada yang tidak diberitakan media mainstream tentang kejadian di Emirat: pasukan FSA membantai orang-orang Kristen di dua desa, saat para mereka berupaya melarikan diri ke Lebanon. Alih-alih memberitakan realitas keji di Emirat, media mainstream malah terus menyebarluaskan kisah-kisah tentang kekejaman pasukan Assad kepada rakyatnya. Dan sebagaimana yang dulu terjadi dalam kasus Iran dan Libya, media-media yang bekerjasama bahu-membahu dalam propaganda ini adalah Aljazeera (Qatar), Al-Arabiya (Saudi Arabia), France24 (France), BBC (UK) and CNN (USA). Meyssan menyebut kesemuanya berada di bawah koordinasi dengan jurnalis Israeli.

Lalu, ada laporan lagi yang cukup membuat heboh dunia maya akhir-akhir ini, yaitu terbongkarnya video palsu soal kerusuhan di Syria, dilakukan oleh Danny Abdul Dayem (22 tahun, warga Suriah-Inggris). Dia bekerja sama Anderson Cooper dari CNN Amerika. Parahnya, video palsu yang menggunakan efek suara-suara bom dan letusan senjata, seolah-olah para aktivis sedang dibantai tentara nasional Syria itu, disebarluaskan juga oleh media mainstream.

Ada satu fakta menarik yang dilaporkan Meyssan dalam salah satu tulisannya, yaitu ternyata pemimpin FSA (=Pasukan Pembebasan Syria) adalah Aldel Hakim Belhaj. Siapa Belhaj? Dia adalah pemimpin Al Qaeda legendaris di Libya, menjabat sebagai Gubernur Militer di Tripoli.  Temuan Meyssan ini sejalan dengan penemuan Chossudovsky (dan kemudian juga diakui terang-terangan oleh Menlu AS, Clinton, bahwa Al Qaeda berada di tengah-tengah para pemberontak Syria).

Ada banyak lagi kejanggalan yang bisa ditemukan dalam konflik Syria, yang tidak perlu berkaitan dengan agama dan mazhab. Intinya, konflik Syria adalah sebuah rekayasa dari AS, NATO, dan Israel. Terlalu naif bila ada yang mengatakan bahwa mereka sedang berusaha menggulingkan Assad untuk membantu rakyat Syria yang tertindas. Ini adalah cerita lama yang berulang. Assad tidak pro Israel, mendukung Hizbullah dan Hamas, dan berbaik-baik dengan Iran. Semua faktor ini menjadi penghalang bagi ambisi Israel untuk menguasai Timur Tengah. Saat ini umat Islam menghadapi musuh yang sama dengan Assad, yaitu Israel. Sayang sekali, umat Islam justru sibuk saling tuduh dan tidak mau satu suara; hanya karena termakan propaganda media Barat. Bukan hanya rakyat awam. Sebagian pemimpin negara-negara Islam pun ramai-ramai mendukung Barat untuk menggulingkan Assad. Dan Israel pun tertawa, karena upayanya menggulingkan Assad berbuah bonus: perpecahan di kalangan muslim.

Terakhir, apa untungnya buat kita orang Indonesia mengamati kasus Syria? Silahkan membaca berbagai analisis yang menyebutkan bahwa skenario disintegrasi di Syria (dan Libya) sesungguhnya sedikit demi sedikit sedang diimplementasikan di Indonesia. Kecerdasan untuk melihat siapa musuh, siapa kawan, akan sangat bermanfaat bila kita tidak ingin negeri kita sendiri kelak hancur lebur seperti Syria atau Libya. (IRIB Indonesia)

*alumnus Magister Hubungan Internasional Univ. Padjadjaran

Ayatullah Javadi Amoli: Israel Harus Segera Enyah dari Palestina



Ayatullah Javadi Amoli menyatakan, "Israel sekarang tidak dapat menyatakan bahwa ini [Palestina] adalah tanah air para pendahulu mereka, dan mereka harus enyah dari bumi Palestina."

Hawzah News (7/3) melaporkan, hal itu dikemukakan Ayatullah Amoli sebelum memulai pelajaran tafsir al-Qurannya. Ditegaskannya bahwa para penguasa rezim Zionis tidak dapat berkata bahwa karena nenek moyang mereka yaitu Nabi Ibrahim dan Ishak as hidup di bumi Palestina, maka mereka dapat kembali ke wilayah Palestina dan mengusir para pribumi."

Beliau lebih lanjut menjelaskan bahwa ini sama seperti jika para nenek moyang kita merupakan penganut Zoroaster, mengklaim Iran dan mengusir warganya karena sebelumnya mereka hidup di bumi ini.

Ditujukan kepada Israel, Ayatullah Amoli mengatakan, "Kalian para penjajah harus segera hengkang dari Palestina karena kalian datang dari luar dan memaksa warga Muslim Palestina." (IRIB Indonesia/MZ)

Ulama Bahrain Serukan Partisipasi Luas Masyarakat dalam Pawai Akbar Anti-Rezim



Ulama Syiah Bahrain menyeru seluruh lapisan masyarakat negara ini untuk berpartisipasi dalam pawai akbar yang akan digelar Jumat (9/3) di seluruh wilayah negara ini.

Ayatullah Syeikh Muhammad Sanad, seorang ulama Syiah Bahrain yang juga guru di hauzah ilmiah Najaf, Irak, dalam statemennya Kamis (8/3), mengimbau seluruh masyarakat berpartisipasi dalam pawai akbar dalam memprotes pemerintah Manama.  

Ayatullah Sanad menambahkan, "Protes di jalan-jalan menentang rezim adalah hal yang perlu dan semua orang harus berpartisipasi dalam aksi protes tersebut".

Guru besar hawzah ilmiah Najaf itu menekankan, "Revolusi sampai penggulingan rezim oleh rakyat akan terus berlanjut, setiap kelompok dapat menyampaikan protesnya berdasarkan program-programnya, akan tetapi harus ditekankan bahwa agar jangan sampai terjadi perselisihan di antara kelompok oposisi".

Hujjatul Islam Syeikh Muhammad Habib al-Miqdad, guru hauzah ilmiah dan ketua komunitas al-Zahra Bahrain, yang sekarang mendekam di dalam penjara rezim al-Khalifa, juga menekankan partisipasi luar rakyat pada pawai akbar tersebut. (IRIB Indonesia/MZ)


1 comments to "Buat apa peduli sama Palestina, Yaman, Bahrain, Tunisia, Mesir, Iran, Suriah....?????!!!!!!!!!!"

  1. Muslimina says:

    bentar lagi syi'ah suriah bakalan habis

Leave a comment