Home , , , , , , , , , , , , , , , , , , , � Menggugat Hizbuztahrir !!!!! : Siapa Sebenarnya Penjahat di Suriah, Pemerintah Assad atau Oposisi? Kalau Hizbuztahrir mau "adil", kenapa tidak demo juga buat rakyat Bahrain dan Yaman ?????

Menggugat Hizbuztahrir !!!!! : Siapa Sebenarnya Penjahat di Suriah, Pemerintah Assad atau Oposisi? Kalau Hizbuztahrir mau "adil", kenapa tidak demo juga buat rakyat Bahrain dan Yaman ?????

HTI: Tumbangkan Thaghut Basyar Al Asad, Tegakkan Khilafah

HTI Press. Untuk memberikan dukungan politik kepada rakyat Suriah, HTI menggelar aksiSolidaritas untuk Umat Islam Suriah,”Tumbangkan Thaghut Basyar Al Asad, Tegakkan Khilafah”, Ahad (4/3) di Jakarta. Lebih dari 5000 massa HTI berkumpul di depan Patung Kuda Monas, Jalan Medan Jakarta, lalu berjalan kaki menuju ke Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat dan berputar lagi kembali ke depan Patung Kuda Monas.
Hujan sangat deras tidak menyurutkan semangat peserta aksi, baik laki-laki atau perempuan, yang tua hingga anak-anak. Dukungan kuat terhadap rakyat Suriah tidak membuat mereka ragu untuk melangkah menghalau derasnya hujan.
Pekikkan Takbir membahana disepanjang jalan, seruan-seruan kecaman terhadap kebiadaban rezim Bashar Asad. “Bashar Asad Go to Hell!” seru para peserta aksi mengecam rezim diktator Suriah yang telah membantai sekitar 7000 rakyatnya sendiri.
Harist Abu Ulya, orator, menambah semangat peserta yang tengah basah kuyup itu dengan menyatakan bahwa hujan adalah salah satu waktu yang mustajab untuk diterimanya doa. “Mari kita berdoa saat mustajab seperti ini, agar rezim Bashar Asad dihinakan oleh Allah,” seru Abu Ulya dan disambut pekikan takbir peserta.
Di sela-sela aksi, Ketua DPP HTI Dr Rahmat Kurnia menyerukan pada rakyat Suriah agar jangan berharap pada Dewan Keamanan PBB apalagi Amerika. “Kami berharap rakyat Suriah terus berjuang, berfikirlah  out of box, jangan meminta bantuan kepada PBB dan Amerika, atau pun Eropa, kembalilah pada Islam tegakkanlah kembali Khilafah inilah yang akan menyelamatkan mereka dan kaum Muslim seluruh dunia khususnya di Indonesia siap bersama mereka.”
Selain di Jakarta, HTI pun menggelar aksi serupa di Medan, Yogyakarta, Surabaya, Banjarmasin, Makassar, Kendari, dan lainnya.[] fatih mujahid

Terapkan Perjuangan Rasulullah

MINGGU, 4 MARET 2012 | 12:32 WITADIBACA: 178
hizbut.jpg
web
HTI
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) melakukan aksi di depan Masjid Raya Sabilal Muhatadin, Minggu (4/3). Dengan membawa spanduk dan bendera, mereka berorasi, agar kembali kepada perjuangan Rasulullah SAW.

Humas HTI Kalsel, Hidayatul Akbar mengatakan aksi yang dilakukan merupakan sebagai seruan kepada rezim kufur agar segera turun, selain itu juga melakukan seruan kepada kaum muslimin dan ulama bagaimana menerapkan metode perubahan dengan perjuangan Rasulullah, yakni dengan khilafah sesuai syariat Rasulullah SAW. 
Hidayatullah menerangkan jika meminta bantuan militer kepada kepada PBB, Amerika dan negara lainnya tidak sesuai dengan tuntutan Islam itu sendiri. Yang harus ada adalah negara Islam dengan aturan Islam tersendiri.

"Militer harus menolong agama Allah dan berjuang menegakkan hukum Islam," ujarnya.

Sesuai janji Rasulullah ujarnya, periode terdiri dari masa kenabian, masa khulafaur rasyidin, pemimpin dzalim, diktator, saat ini sudah memasuki masa diktator. Namun, terangnya, masa itu akan berakhir dan akan tumbuh kembali muslim, satu akidah, Al Quran, kiblat, syariah.

"Aksi dilakukan di beberapa kota, seperti Jakarta, Medan, Surabaya, Yogyakarta, Kendari, dan Makasar," ujarnya, Minggu (4/3). 

Siapa Sebenarnya Penjahat di Suriah, Pemerintah Assad atau Oposisi?


Berbagai laporan mengkonfirmasikan peran luas rezim Zionis Israel dalam instabilitas di Suriah sejak Maret 2011. Dalam hal ini, Menteri Luar Negeri Israel, Avigdor Lieberman mengatakan, "Israel siap untuk mengirim bantuan kepada kelompok-kelompok pemberontak di Suriah."

Juru bicara Menlu Zionis, Tzachi Moshe mengatakan, "Israel dapat menyalurkan bantuan kepada kelompok-kelompok bersenjata di Suriah melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa atau lembaga-lembaga internasional lain."

Para perusuh dan kelompok teroris bersenjata Suriah beraksi sejak Maret 2011 dengan dukungan sejumlah negara Barat, Arab, dan Israel. Hingga kini ribuan orang tewas termasuk aparat keamanan negara ini.

Kesiapan Israel untuk menyalurkan bantuan lebih banyak kepada kelompok teroris Suriah dikemukakan di saat sebuah kelompok yang menamakan diri (Dewan Transisi Nasional Suriah), telah menyatakan kesiapannya untuk menjalin hubungan persahabatan dengan Israel jika pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad terguling.

Isaac Hertzog, seorang anggota parlemen dari Partai Buruh, juga mendesak Tel Aviv menyalurkan dukungan dan bantuan lebih banyak kepada kelompok-kelompok pemberontak Suriah. Hertzog juga mengungkap hubungan Israel dengan seorang pemimpin oposisi Burhan Ghalyoun dan menegaskan bahwa sejumlah tokoh oposisi Dewan Transisi Nasional Suriah bahkan menyatakan untuk berdamai dengan rezim Zionis. Nama-nama tokoh oposisi yang menginginkan perdamaian dengan Israel itu menurut Hertzog, tidak mungkin dipublikasikan karena alasan keamanan.

Publikasi berita tentang hubungan kelompok oposisi dengan rezim yang bahkan memusuhi dan menjajah sebagian wilayah Suriah itu, semakin mengungkap esensi dan identitas kelompok oposisi Suriah yang menjadi boneka pihak-pihak asing.

Seorang pengamat hubungan strategis Suriah, Salim Harba, juga mengungkap dimensi lain dari makar rezim Zionis Israel dan negara-negara Barat. Ditambahkannya bahwa oknum-oknum teroris dari negara-negara Teluk Persia, Irak, Lebanon, Afghanistan, Turki, dan Perancis, yang dibekuk dalam operasi militer Suriah di wilayah Baba Amr, mereka semua diatur oleh Barat dan Israel.

Harba menegaskan bahwa dibentuk kantor khusus di Qatar yang mengurusi operasi kelompok-kelompok teroris di Suriah yang koordinasinya ditangani langsung para agen-agen Dinas Rahasia Amerika Serikat (CIA) dan Israel (Mossad).

Di sisi lain, Qatar juga menandatangani kontrak pembelian senjata dengan perusahaan-perusahaan senjata Amerika Serikat dan Israel untuk melengkapi senjata para perusuh di Suriah. 

Masalah-masalah tersebut mengindikasikan fakta bahwa Suriah saat ini memang menghadapi gelombang makar dari Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel, yang juga dibantu oleh negara-negara Arab.

Upaya Israel mengobarkan instabilitas di Suriah dan bahkan menyulut perang sipil di negeri itu adalah dalam rangka menyimpangkan perhatian rakyat dan pejabat Suriah dari penjajahan rezim Zionis atas wilayah-wilayah Suriah serta untuk mematenkan aksi ilegal mereka itu.

Namun pelaksanaan referendum amandemen konstitusi yang diprakarsai pemerintah Damaskus telah menjadi garis pembeda pihak-pihak yang terlibat dalam instabilitas di Suriah. Jika sebelumnya masyarakat dunia membentur keambiguan dalam menyikapi krisis Suriah. Maka pasca referendum, terungkap jelas identitas para perusuh dan apa tujuan mereka.

Hampir 60 persen dari warga yang berhak memilih ikut ambil bagian dalam referendum Ahad (26/2), dengan 7.490.319 orang (89,4 persen) mendukung dan 753.208 orang (9 persen) menolak.

Referendum tersebut merupakan bukti dukungan rakyat terhadap pemerintah Assad dan tekad mereka untuk menjaga kedaulatan dan persatuan negara. Yang jelas, dua acuan itu bertentangan dengan apa yang dituju oleh kelompok-kelompok perusuh melalui berbagai aksi brutal mereka. Lalu siapa penjahat sebenarnya? Bagaimana menurut Anda? (IRIB Indonesia/MZ)




Strategi “Sumbu Saudi-Zionis” untuk mengacaukan Suriah

Oleh Mohammad omar

15 Juni 2011 melihat unjuk rasa pro-pemerintah besar-besaran di Damaskus. Para demonstran membentangkan bendera Suriah sepanjang 2,4 km , mengutuk campur tangan asing dalam urusan negara mereka dan menyerukan persatuan nasional di bawah kepemimpinan Bashar al-Assad ...
Media Swedia tidak memperhatikan sama sekali demonstarasi atau manifestasi pro-pemerintah di Suriah. Sebaliknya mereka telah mencoba untuk menggambarkan pemberontakan bersenjata berdarah di negara itu sebagai "gerakan pro-demokrasi".

Di kota Jisr al-Shaghour setidaknya 120 tentara Suriah tewas oleh kelompok bersenjata dari Wahabi fanatik. Polisi dan pos-pos keamanan diserang. Kelompok-kelompok ini mempertimbangkan bentuk demokrasi menjadi sesat dan murtad. Masalah mereka dengan pemerintah Suriah tidak ada hubungannya dengan "kurangnya demokrasi", tetapi dengan keinginan untuk melaksanakan visi dan misi Saudi yang didukung ideologi Wahhabi, yang mereka anggap sebagai interpretasi Islam.
Warga sipil yang terjebak dalam baku tembak telah melarikan diri ke perbatasan Turki. Penderitaan mereka telah disebabkan, bukan oleh pemerintah Suriah, tetapi oleh para pemberontak Wahabi yang meneror dengan kekerasan. Bagi mereka penderitaan orang yang tidak bersalah tidak ada artinya. Wahabisme menyerupai Zionisme yang menganggap hanya Wahhabi menjadi manusia dan "yang lain" sebagai binatang.

Wahhabi menyebut diri mereka "Salafi" karena mereka mengaku pengikut "Salaf", generasi saleh awal umat Islam, namun klaim ini tidak memiliki substansi apa pun, karena Wahabisme adalah sebuah sekte baru yang didirikan pada abad ke-18 oleh seorang ulama bernama Muhammad bin Abdul -Wahhab, dan dengan demikian tidak ada hubungannya dengan salaf kecuali nama. Sangat penting untuk membedakan antara Salafisme, sebuah ideologi modern, dan salaf.

Beberapa kuburan massal telah ditemukan di Suriah berisi mayat tentara dan polisi, yang dibunuh dengan darah dingin oleh kelompok perlawanan Wahhabi. Sama seperti kelompok Wahabi terkenal di Irak mereka anggap orang bekerja untuk pemerintah non-Wahhabi menjadi murtad.
Kerusuhan di Suriah jelas diatur dari luar negeri. Arab Saudi, rezim Wahabi dan sekutunya Amerika Serikat, telah bertahun-tahun mendukung kelompok-kelompok Wahhabi di Suriah dalam upaya untuk mengacaukan negara dan penyebaran pengaruh Saudi di wilayah tersebut. Shiaphobia, kebencian irasional dan buta terhadap Syiah, adalah komponen utama dari propaganda Wahabi.

Salah satu tujuan dari Shiaphobia adalah untuk mengutuk Iran dalam rangka untuk mengekang pengaruh mereka dan memajukan kepentingan blok Zionis, yang pemain utamanya adalah Arab Saudi dan Israhell. Strategi Saudi-Israhell adalah untuk menggambarkan pemberontakan bersenjata di Suriah dalam satu dari dua cara tergantung pada penonton. Untuk masyarakat Barat itu adalah perjuangan antara "demokrasi dan kediktatoran" dan kepada masyarakat Sunni itu adalah perjuangan antara "Sunni" dan yang disebut rezim "Alawi-Syiah". Apa yang mereka tidak memberitahu penonton Sunni adalah bahwa tidak Syiah saja, tetapi juga semua Sunni non-Wahhabi, dianggap sesat dan murtad oleh kaum Wahhabi.

Bagian dari narasi "Sunni melawan Syiah" adalah rumor konyol bahwa Republik Islam Iran memberikan peralatan dan dukungan logistik kepada pemerintah Suriah untuk memadamkan kerusuhan. Tidak ada bukti yang dapat disajikan selain wawancara yang tidak kritis dengan bias yang disebut "saksi mata". Meskipun tidak ada bukti keterlibatan Iran di sisi pemerintah, ada banyak bukti keterlibatan Amerika, Saudi dan Israel di sisi kelompok Wahabi bersenjata.

Tabloid terbesar kedua di Swedia, Expressen Zionis, baru-baru ini menerbitkan sebuah artikel yang sama sekali tak berdasar yang mengklaim bahwa pasukan khusus Iran membantu "diktator" Suriah. ("Iransk elitstyrka hjälper diktatorn", Expressen, 28/5 2011). Dan ini bukan kasus yang unik. Kedua televisi negara Swedia dan radio pemerintah telah bermain ke tangan skema Saudi Zionis.

Sumbu Saudi Zionis ingin sekali mempercepat laju pemberontakan untuk mencegah reformasi demokrasi oleh pemerintah Suriah. Target, nyata langsung dari pemberontakan adalah perlawanan Islam dan Arab menentang Zionisme. Apa yang terjadi di Suriah tidak memiliki hubungan dengan pemberontakan yang disebut " Arab Spring". Suriah bukanlah sekutu Amerika Serikat dan merupakan pendukung perlawanan. Bashar al-Assad adalah pemimpin populer. Sumbu Saudi Zionis menginginkan rezim Wahhabi di Suriah yang akan memutuskan hubungan dengan Iran dan berdamai dengan Israel.

Turki membuat kesalahan besar jika mengabaikan ancaman Wahabi atau mencoba untuk menggunakan kelompok-kelompok ini untuk keuntungan duniawi. Sebuah Wahhabisasi masyarakat Suriah akhirnya akan meluas ke Turki dan mengancam keamanan internal. Gerakan-gerakan Islam Turki adalah seimbang, tercerahkan dan progresif dengan elemen yang kuat dari sufisme, dan dengan demikian memiliki lebih banyak kesamaan dengan budaya Islam Iran dibandingkan dengan ekstremisme Wahabi. Bahkan secara tradisional, Sunni dan Syiah berbagi musuh yang sama tentang Wahhabisme. Kaum Sunni harus menyadari ini sebelum terlambat. Erdogans melakukan kunjungan ke Makaml Suci Imam Ali di Najaf merupakan langkah ke arah yang benar.

Perjuangan di Suriah tidak antara pasukan pro-demokrasi dan anti-demokratis, tetapi antara sumbu Saudi-Israhell dan pasukan anti-Zionis. Tentu saja, beberapa demonstran mungkin berpikir bahwa apa yang mereka lakukan adalah demi demokrasi, tetapi sebenarnya tindakan mereka hanya akan melayani kepentingan Wahabisme dan Zionisme, yang merupakan dua ideologi yang sama, bekerja sama untuk menghentikan gerakan kebangkitan Islam.

Kita tidak bisa menerima pernyataan Wahhabi ketika mereka mengklaim pemerintah Suriah adalah tidak Islami. Bagi mereka, hanya Wahhabi adalah Muslim. Itu berarti bahwa pemerintahan non-Wahhabi, terlepas dari kebijakan, adalah tidak Islami.
Penggambaran Saudi-Israhell dari situasi di Suriah sebagai konflik sektarian antara Syiah-Alawi dan Sunni juga mudah diberhentikan. Pemerintah Suriah bukan Alawi maupun Sunni, ini adalah pemerintah nasional Suriah dengan perwakilan dari Syiah dan Sunni, serta komunitas Kristen.

Seperti telah saya menyinggung salah satu tujuan istilah yang lebih implisit dan panjang sumbu Saudi-Zionis - terutama dari sudut pandang Zionis - adalah untuk menghancurkan semua gerakan kebangkitan Islam dan menggantinya dengan isu sektarian dan fanatik kelompok Wahhabi yang akan mendiskreditkan politik Islam dan membuka jalan bagi sekularisme. Penyebaran Wahhabisme, sebuah sekte yang dibenci oleh Muslim, akan membuat para elit intelektual mencari alternatif sekuler. Karena Islam dan gerakan Islam merupakan ancaman terhadap Zionisme dan hegemoni Israhell dengan demikian gerakan-gerakan ini harus dirusak, dan cara terbaik untuk melakukannya adalah dari dalam, melalui Wahhabisme.

Munafik Arab Saudi berpura-pura menjadi "pembela Sunni". Ironisnya, masalah ini adalah bahwa Sunni jauh lebih bebas untuk mengekspresikan keyakinan mereka di Iran daripada di Arab Saudi, di mana Wahhabisme yang hanya diperbolehkan , Sunni tradisional dicap sebagai "inovator", "murtad" dan "penyembah kuburan ". Non-Wahhabi Sunni, yang merupakan mayoritas dunia, sama sekali tidak memiliki kebebasan beragama di Arab Saudi, dan bahkan dianiaya (founded on facebook/6/3/2012)

Tak Ingin Seperti Libya, Cina Kirim Utusan ke Suriah



Pemerintah Cina pada Senin (5/3) mengatakan akan mengirim utusan ke Suriah dalam upaya untuk membantu meredakan krisis di negara Arab itu.

Kementerian Luar Negeri Cina menyatakan bahwa Li Huaxin, mantan duta besar negara itu untuk Suriah, akan berkunjung ke sana selama dua hari mulai Selasa (6/3) untuk mempromosikan proposal Beijing, sebagai dasar solusi untuk kekerasan.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Liu Weimin seraya mengumumkan kunjungan Li Huaxin, juga memperingatkan tentang pertempuran yang telah menyeret warga Suriah mengungsi ke Lebanon.

"Saat ini, situasi di Suriah terus memanas dan menjadi lebih serius. Sementara masyarakat internasional berbeda pandangan tentang cara untuk meredam krisis Suriah secepat mungkin," kata Liu seperti dilansir Reuters.

"Meskipun kondisi sangat rumit dan situasi tetap tegang, Cina masih pada prinsipnya bahwa solusi politik adalah jalan keluar atas krisis Suriah," tegas Liu.

Perjalanan utusan itu tampaknya inisiatif terbaru Beijing untuk melawan tuduhan Barat dan Arab bahwa Cina dan Rusia bersekongkol memperluas kekerasan di Suriah.

"Cina meyakini bahwa berdasarkan perkembangan terakhir dan perubahan di Suriah, perlu bagi kami untuk lebih menjelaskan kebijakan dan proposal Beijing," ujar Liu mengacu pada kunjungan Li Huaxin.

Pada akhir pekan, Cina merilis sebuah proposal yang memperingatkan kekuatan lain untuk tidak menggunakan misi kemanusiaan sebagai jalan untuk mengganggu Suriah serta mendesak pemerintah Presiden Bashar al-Assad dan oposisi untuk segera berhenti berperang.

Cina menekankan tidak ingin membuka jalan untuk aksi seperti di Libya dengan dalih bantuan kemanusiaan internasional di Suriah.

"Cina tidak menyetujui campur tangan bersenjata atau mendorong untuk perubahan rezim di Suriah. Beijing percaya bahwa penggunaan atau ancaman sanksi tidak membantu untuk mengatasi masalah itu dengan tepat," kata pernyataan Cina pada akhir pekan. (IRIB Indonesia/RM/RA)

McCain Serukan Serangan Udara ke Suriah




Senator senior Amerika Serikat John McCain menyerukan pemerintah Amerika untuk memimpin serangan udara terhadap Suriah, Press TV melaporkan pada Senin (5/3).

"Menyediakan bantuan militer kepada Angkatan Pembebasan Suriah dan kelompok oposisi lainnya adalah penting. Satu-satunya cara realistis untuk melakukannya adalah dengan kekuatan udara asing," kata McCain dalam pidato di Senat.

Namun, dia menekankan bahwa upaya tersebut harus melibatkan partisipasi negara-negara lain, terutama beberapa rezim Arab yang didukung AS di di Timur Tengah. "Kami harus meminta keterlibatan aktif mitra utama Arab, seperti Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Yordania, Qatar dan sekutu di Uni Eropa, NATO dan Turki," tambah McCain.

Senator Arizona ini mengklaim bahwa setiap usaha seperti itu perlu untuk mengambil alih sistem pertahanan udara Suriah. "Kita satu-satunya yang bisa melakukan itu," katanya. (IRIB Indonesia/RM/RA)

Referendum Konstitusi Baru di Suriah



Partisipasi hampir 60 persen rakyat Suriah dan pemberian suara mendukung oleh sekitar 90 persen dari pertisipan dalam amandemen konstitusi baru menunjukkan bahwa mayoritas rakyat Suriah menginginkan reformasi damai di negaranya dan menentang segala bentuk kekerasan untuk mengadakan perubahan.

Amandemen konstitusi di Suriah mendapat sambutan luas rakyat negara ini. Berdasarkan pernyataan Kementerian Dalam Negeri Suriah, lebih dari 57 persen warga Suriah yang memiliki hak memberikan suara dalam referendum konstitusi baru turut berpartisipasi dalam reformasi besar ini, di mana hampir 90 persen dari mereka memberikan suara positif terhadap amandemen Undang-undang Dasar Suriah.

Amandemen konstitusi merupakan fase baru di Suriah pasca empat dekade pemerintahan partai tunggal di negara ini. Keberhasilan Presiden Bashar Assad mengamandemen UUD Suriah merupakan langkah maju dalam upaya merealisasikan reformasi. Konstitusi baru Suriah memiliki 157 pasal. Konstitusi ini disusun oleh sebuah komite yang tebentuk dari pakar hukum, politik, dan sejumlah oposisi pemerintah Suriah. Komite ini terdiri dari 29 anggota dan dibentuk sebagai tindak lanjut dari instruksi Presiden Bashar Assad pada bulan November tahun lalu. Pasca empat bulan dari pembentukan komite tersebut, tersusunlah konstitusi baru Suriah.

Amandemen konstitusi merupakan salah satu langkah Presiden Bashar Assad untuk menjawab protes di Suriah. Selain kebijakan itu, Damaskus juga mengambil keputusan-keputusan lain, seperti pencabutan kondisi darurat, penyusunan aturan baru kepartaian, undang-undang pemilu dan media, serta pembubaran pengadilan tinggi keamanan. Konstitusi ini akan menentukan masa depan sistem politik dan kedaulatan rakyat di Suriah serta mengakui sistem multipartai. Selain itu, undang-undang baru ini juga menegaskan bahwa Presiden Suriah harus beragama Islam dan ajaran Islam dinyatakan sebagai sumber utama untuk perundang-undangan. Menurut data, 85 persen penduduk Suriah beragama Islam dan 10 persennya Kristen.

Keputusan Presiden Bashar Assad mengamandemen konstitusi dengan referendum membuktikan keseriusannya dalam menjawab tuntutan rakyat. Dalam konstitusi baru Suriah disebutkan bahwa presiden akan menjabat selama tujuh tahun serta diizinkan menjabat selama dua periode secara berturut-turut. Dalam konstitusi baru ini disebutkan pula bahwa Presiden Suriah harus beragama Islam dan syariat Islam dijadikan sebagai sumber dasar dalam perundang-undangan. Kandidat Presiden Suriah tidak boleh memiliki latar belakang kriminal dan harus mendapat rekomendasi secara tertulis dari 35 anggota parlemen Suriah terkait pencalonannya dalam pemilu kepresidenan. Pasal 8 UUD Suriah sebelumnya hanya merekomendasi partai tunggal "Partai Baath", namun dalam konstitusi baru, pasal tersebut dihapus dan diganti dengan adanya multipartai.

Langkah-langkah baru Presiden Bashar Assad dalam kerangka memenuhi janjinya untuk merealisasikan reformasi yang mendasar di sektor politik. Kebijakan baru ini menyebabkan kegeraman bagi para oposisi Damaskus dan pendukungnya dari negara-negara regional dan trans-regional, sehingga mereka semakin meningkatkan tekanannya dengan cara menciptakan instabilitas dan menyulut perang saudara di Suriah.

Pemerintah Qatar dalam sikap intervensif terbarunya, kembali menuntut pengiriman senjata kepada para oposisi Damaskus. Orang-orang yang hingga kini disebut-sebut media Barat sebagai oposisi Presiden Bashar Assad, telah mendapat dukungan politik, dana, dan senjata dari negara-negara Eropa dan Amerika Serikat serta sekutunya di kawasan seperti Turki, Arab Saudi dan Qatar. Media-media Barat selalu membesar-besarkan oposisi Suriah dan menebar konspirasi untuk mempengaruhi masyarakat internasional mendukung mereka menggulingkan Presiden Bashar Assad, padahal mayoritas rakyat Suriah mendukung pemerintah Damaskus. Hal ini membuktikan kebencian AS dan Uni Eropa serta sejumlah rezim-rezim sekutunya terhadap Suriah sebagai poros Muqawama.

AS, Barat dan sekutunya di kawasan mengklaim sebagai penegak demokrasi dan kebebasan, namun apa yang mereka lakukan justru sebaliknya. Penegakan demokrasi hanya dijadikan dalih untuk menggulingkan pemerintah Damaskus, karena Suriah adalah basis Muqawama untuk melawan Zionis Israel. Sementara, mereka menutup mata dan bungkam serta tidak mempermasalahkan negara-negara Arab lain yang benar-benar tidak menegakkan demokrasi, bahkan partai dan parlemen tidak ada dalam negara-negara itu.

Apakah Qatar dan Arab Saudi yang selalu mengklaim sebagai pembela kebebasan dan demokrasi di Suriah memiliki partai atau pemerintah kepartaian? Apakah rakyat Qatar dan Saudi hingga kini pernah mempunyai pengalaman melaksanakan pemilu parlemen yang demokratis, meski hanya sekali? Mengapa Amerika dan Barat yang mengklaim dirinya sebagai penuntut kebebasan tidak menunjukkan reaksi apa pun terhadap kebrutalan rezim Al Saud terhadap oposisi pemerintah Riyadh yang menggelar demonstrasi damai? Mengapa mereka justru mendukung pilpres sandiwara di Yaman, di mana hanya terdapat kandidat tunggal, dan bahkan menilainya sebagai simbol demokrasi?

Anehnya, mereka justru tidak siap untuk mengakui referendum konstitusi baru Suriah, di mana referendum itu digelar berdasarkan tolok ukur demokrasi. Mengapa Amerika dan Barat tidak membiarkan proses reformasi di Suriah berjalan lancar dan negara ini kembali stabil sebagaimana tuntutan rakyatnya, dan justru membantu rezim-rezim sekutunya di kawasan untuk mengacaukan situasi negara Arab ini?

Bersamaan munculnya kebangkitan rakyat di Timur Tengah, pemerintah Suriah menghadapi demonstrasi dan berbagai aksi protes. Setelah tumbangnya diktator Hosni Mubarak dan Zine el-Abidine ben Ali, Barat dan sekutunya di kawasan berupaya menebus kekalahannya di Mesir dan Tunisia. Oleh karena itu, Suriah sebagai poros Muqawama untuk melawan Israel menjadi target mereka.

Intervensi asing dalam menyulut kerusuhan di Suriah dan sikap membelot segelintir pasukan keamanan negara ini telah mengganggu langkah Presiden Bashar Assad untuk memenuhi janjinya guna melakukan reformasi. AS dan Barat dengan menunggangi gelombang kebangkitan Islam, berupaya memanfaatkan situasi ini untuk menebus kekalahannya di Timur Tengah dan memperluas dominasinya demi menjamin keamanan rezim Zionis Israel.

Krisis internal Suriah mempunyai perbedaan mendasar dibandingkan dengan transformasi di Tunisia, Mesir dan Libya. Di negara-negara seperti Tunisia dan Mesir, tidak terdapat lembaga dan partai yang dapat menjadi alternatif lain bagi rakyat kedua negara itu, bahkan kebangkitan rakyat di negara-negara tersebut adalah murni dan tidak bergantung dengan pengaruh kekuatan asing. Sementara, krisis internal Suriah akibat adanya intervensi asing dan tidak murni gerakan rakyat. Dewan Nasional Oposisi Suriah diorganisir oleh sejumlah negara regional dan trans-regional untuk mengintervensi urusan internal Damaskus.

Liga Arab, AS dan Barat secara terang-terangan menyatakan urgensitas mundurnya Presiden Bashar Assad dan banyak senator AS yang mendorong masyarakat intenasional untuk mengintervensi Suriah. Di sisi lain, Liga Arab juga mendukung pengiriman unit-unit militer Saudi dan negara-negara anggota Dewan Kerjasama Teluk Persia (P-GCC) ke Bahrain untuk mendukung rezim Al Khalifa membantai para demonstran damai. Jika AS, Barat dan sekutunya ingin melakukan intervensi militer di Suriah, mengapa di Yaman tidak? Di Yaman, mereka berupaya mencari solusi damai untuk menyelesaikan krisis di negara ini. Tetapi mereka menginginkan sebaliknya di Suriah.

Sebelum diktator Zine el-Abidine ben Ali dan Hosni Mubarak tumbang, Amerika dan Barat mati-matian mempertahankan keduanya. Kebijakan-kebijakan ganda AS dan Barat terkait transformasi di Timur Tengah tampak sangat jelas. Beberapa waktu lalu, Zibigniew Brezezinski, Penasehat Keamanan Nasional Amerika pada masa Jimmy Carter, menilai kebijakan Washington terhadap Suriah dan Bahrain sebagai kebijakan yang munafik, memalukan dan telah menghilangkan pondasi kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Kerusuhan di Suriah adalah hasil skenario sebelumnya yang disusun Barat dan dibarengi dengan bantuan dana serta dukungan rezim-rezim otoriter regional, di mana Arab Saudi sebagai pemimpinnya.

Konferensi Friends of Syria di Tunisia yang di gelar oleh musuh-musuh Damaskus dua hari sebelum pelaksanaan referendum konstitusi, dan sanksi Uni Eropa terhadap Bank Sentral Suriah, serta pemblokiran kekayaan negara ini, menunjukkan upaya AS dan Barat untuk menekan Damaskus supaya menuruti ambisi mereka.

Hasil referendum konstitusi Suriah bagi Barat dan negara-negara otoriter Arab tidaklah penting, namun yang terpenting bagi mereka adalah keluarnya Suriah dari poros Muqawama melawan rezim Zionis Israel.

Partisipasi hampir 60 persen rakyat Suriah dan pemberian suara mendukung oleh sekitar 90 persen dari pertisipan referendum konstitusi baru menunjukkan bahwa mayoritas rakyat Suriah menginginkan reformasi damai di negaranya dan menentang segala bentuk kekerasan untuk mengadakan perubahan. Namun, Uni Eropa dan sejumlah negara Arab berusaha menghalangi suara mereka supaya tidak sampai terdengar masyarakat internasional. (IRIB Indonesia/RA/NA)

Teroris berbaju tentara Suriah :


Konspirasi Baru Aliansi Saudi-Qatar Hantam Suriah



Di saat pemerintah Damaskus secara bertahap berhasil mengendalikan stabilitas di Suriah, sejumlah negara asing justru melancarkan manuver baru untuk mengobarkan kerusuhan lebih luas di negara Arab itu. 

Setelah gagal melakukan berbagai cara dari arena diplomatis di Liga Arab dan PBB hingga dukungan finansial dan militer terhadap oposisi bersenjata di Suriah, Arab Saudi dan Qatar semakin kompak melancarkan konspirasi babak baru untuk menggulingkan pemerintahan Assad.

Untuk melicinkan tujuan tersebut, Amir Qatar, Sheikh Hamad Bin Khalifa Al-Thani bertemu dengan sejawatnya dari Saudi, Raja Abdullah bin Abdul Aziz Senin (5/3) di Riyadh. Kedua pemimpin negara Arab itu menekankan peningkatan sanksi lebih keras terhadap Suriah yang merugikan rakyat negara itu. Setelah gagal melakukan berbagai cara, kini Riyadh dan Doha berupaya menyulut perang saudara di Suriah.

Televisi OTV Lebanon  memberitakan terbongkarnya kasus baru pengiriman senjata selundupan menuju Suriah yang melibatkan aliansi dua negara Arab itu. Setelah setahun aktivitas kelompok-kelompok bersenjata dan berbagai kasus penyelundupan senjata ke Suriah dari perbatasan Lebanon, Yordania, dan Turki, pada hari Senin (5/3) kembali terungkap kasus baru upaya penyelundupan senjata dengan tujuan Suriah.

Sebelumnya, Militer Suriah berhasil menangkap lebih dari 137 perwira intelijen dan instruktur asing. Pasukan keamanan Suriah menangkap sekitar 700 orang di Baba Amr, Homs. Televisi al-Manar, Lebanon mengutip sumber-sumber diplomatik Barat dan Eropa melaporkan lebih dari 137 mereka yang ditangkap militer Suriah adalah para perwira intelijen dan instruktur dari berbagai negara.

Selama beberapa bulan terakhir, Arab Saudi dan Qatar menjadi pusat konspirasi menyerang Suriah. Tidak hanya itu, kedua negara Arab itu juga sebelumnya terbukti melakukan intervensi besar-besaran di Yaman, Bahrain dan Libya.

Gencarnya dukungan finansial dan militer pemerintahan Riyadh dan Doha terhadap milisi bersenjata di Suriah memuluskan jalan bagi CIA dan Mossad menyulut kekacauan lebih parah di Suriah.

Di level diplomasi internasional, Arab Saudi dan Qatar berupaya menyeret masalah dalam negeri Suriah menjadi problem internasional. Riyadh dan Doha berupaya menarik dukungan Cina dan Rusia supaya mengamini kebijakannya menggulingkan pemerintahan legal di Suriah, dan kemudian menempatkan kabinet boneka demi kepentingan Israel dan Barat.

Manuver Arab Saudi dan Qatar atas Suriah menunjukkan wajah brutal kebijakan luar negeri negara Arab itu terhadap tetangga sebahasanya sendiri di kawasan. Padahal, krisis Suriah merupakan masalah dalam negeri yang hanya bisa diselesaikan melalui diplomasi internal tanpa campur tangan kekuatan asing yang justru memperkeruh masalah. (IRIB Indonesia/PH)



Wahabi dan Salafi Meresahkan Masyarakat Mesir



Serikat Pasukan Ahlul Bait Mesir yang dipimpin al-Taher al-Hashemi dalam statemennya menyatakan, "Kelompok salafi dan wahabi, khususnya Qaradawi, sedang berusaha memecah belah umat Islam."

Fars News (4/3) melaporkan, al-Hashemi mengatakan, "Kelompok salafi yang dipimpin oleh Yusuf Qaradawi, Ketua Ulama Islam Sedunia, di Qatar tengah merusak kerukunan dan persatuan umat Islam."

Lembaga Syiah Mesir itu menyingung standar ganda Syeikh Qaradawi dalam menyikapi krisis Suriah dan Bahrain dan menilainya sebagai faktor utama munculnya benturan-benturan antarmazhab di Mesir, dunia, Islam dan Arab.

Al-Taher al-Hashemi  dalam statemennya mengatakan, "Kelompok wahabi dan salafi sangat meresahkan dalam masyarakat Mesir dan mereka menyulut fitnah. Aksi-aksi tersebut termasuk program intelijen yang dilancarkan oleh musuh-musuh Islam." (IRIB Indonesia/MZ)

Media Harus Mendorong Masyarakat untuk Beramal



Anggota Dewan Ilmiah Riset Budaya dan Pemikiran Islam, Hujjatul Islam Saeed Davoudi menyatakan, "Setiap orang dapat beramal sekadar kemampuannya dalam hidupnya dan berbuat kebajikan untuk masyarakat."

Fars News (4/3) melaporkan, Davoudi mengatakan bahwa salah satu hal yang paling menonjal dalam akhlak Islam adalah masalah amal kebajikan. Menyinggung ayat al-Quran yang tentang amal infak, Davoudi mengatakan, "Di awal surat al-Dahr disinggung masalah ihsan dan pengorbanan oleh Ahlul Bait as dan ayat
«إِنَّ الْأَبْرَارَ یَشْرَبُونَ مِن کَأْسٍ کَانَ مِزَاجُهَا کَافُورًا»
Menunjukkan posisi khusus ihsan dalam ajaran agama."

Davoudi juga mengatakan, "Sirah Rasulullah Saw dan umat Islam di masa beliau dan di masa lain, salah satu kriteria identitas umat Islam adalah masalah ihsan dan kebajikan. Oleh karena itu, wakaf dan infak dalam pembangunan masjid dan sekolah adalah salah satu di antara berbagai cara masyarakat Muslim untuk menyebarkan amal ihsan dan kebajikan."

Menyinggung penekanan agama Islam dalam masalah ihsan dan infak, Davoudi menegaskan, "Jika ada orang non-Muslim, menelaah ajaran agama Islam, maka dia akan menemukan betapa ihsan dan kebajikan mendapat tempat yang sangat istimewa. Sebaliknya, kekikiran sangat tercela dalam Islam."

Masalah penting berikutnya adalah perluasan ihsan dalam masyarakat. Dalam hal ini, media dapat berperan proaktif karena jika manfaat ihsan dijelaskan dengan baik, maka masyarakat akan bersemangat untuk beramal. (IRIB Indonesia/MZ)

Militer Suriah Tangkap 137 Intelijen dan Instruktur Asing


Militer Suriah berhasil menangkap lebih dari 137 perwira intelijen dan instruktur asing.

Pasukan keamanan Suriah mampu menangkap sekitar 700 orang di Baba Amr, Homs. Demikian dilaporkan al-Alam Ahad (4/3).

Televisi al-Manar, Lebanon mengutip sumber-sumber diplomatik Barat dan Eropa melaporkan lebih dari 137 mereka yang ditangkap militer Suriah adalah para perwira intelijen dan instruktur dari berbagai negara.

Militer Suriah baru-baru ini juga mampu menembus wilayah Baba Amr dan membersihkan kawasan ini dari anasir pasukan pemberontak.

Instabilitas Suriah meletus sejak pertengahan Maret 2011 dan berbagai kelompok teroris dengan dukungan sejumlah negara Arab dan Barat memanfaatkan krisis ini untuk menggulingkan pemerintah Damaskus. (IRIB Indonesia/MF)





Terdesak, Kelompok Pemberontak Menyingkir dari Hims


Pemerintah Suriah sampai saat ini masih direpotkan oleh kelompok pemberontak yang dipersenjatai oleh Negara-negara Arab yang menghendaki tergulingnya rezim Bashar Asad.




Terdesak, Kelompok Pemberontak Menyingkir dari HimsMenurut Kantor Berita ABNA, akibat mendukung dan membantu gerakan anti Israel, rakyat Suriah dan rezim Bashar Asad terpaksa menghadapi berbagai aneka konspirasi dari fraksi Barat dan Arab. Setiap kali mereka berhasil melewati sebuah konspirasi, muncul tipu daya musuh yang lebih dasyhat lagi. Pemerintah Suriah sampai saat ini masih direpotkan oleh kelompok pemberontak yang dipersenjatai oleh Negara-negara Arab yang menghendaki tergulingnya rezim Bashar Asad. 

Berikut kejadian-kejadian penting di Suriah yang penting untuk diketahui:

Kelompok Pemberontak Lari dari Ḥimṣ

Ketika pasukan keamanan Suriah berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Ḥimṣ, pihak pemberontak segera mengumumkan pengunduran diri mereka dari kawasan tersebut, dan menyangkal bahwa mereka melarikan diri.

Sumber berita mengabarkan pasukan keamanan Suriah berhasil mendesak kelompok pemberontak yang akhirnya melarikan diri ke kawasan lain setelah sebagian besar kawasan Baba Umar dan Ḥimṣ dikuasai pasukan keamanan Suriah.

Namun Kolonel Riyadh Al-As'ad, selaku pimpinan pemberontak yang menyebut kelompok mereka sebagai tentara pembebasan Suriah tetap berupaya memberikan motivasi kepada anggota mereka bahwa hanya mengundurkan diri untuk sementara. Sementara pasukan keamanan Suriah mengklaim kelompok pemberontak telah kekurangan senjata dan telah tampak ada sinyal hendak menyerah. 
Pasukan keamanan Suriah dengan kembali mengusai Hims menyatakan bahwa Hims telah aman dari aksi teror kelompok pemberontak. Beberapa dari anggota kelompok pemberontak berhasil ditangkap hidup-hidup oleh pasukan keamanan Suriah. Kelompok pemberontak yang tertangkap mengakui senjata dan perlengkapan militer mereka didapatkan dari AS dan Israel.

Tentara Perancis ditangkap di Ḥimṣ.

Beberapa orang tentara Perancis yang memasuki Ḥimṣ dengan tujuan untuk membantu kelompok pemberontak berhasil ditangkap pasukan keamanan Suriah.

Menurut beberapa sumber berita, penangkapan beberapa orang tentara Perancis tersebut telah mengkhawatirkan Paris. TV Voltaire Perancis pun melaporkan jumlah yang ditawan sebanyak 18 orang.

Konspirasi AS untuk Menyerang Suriah 

Media AS menurunkan berita, bahwa Kementerian Pertahanan AS menyatakan adanya kemungkinan untuk melancarkan agresi militer ke Suriah. Dalam satu wawancara dengan CNN, sumber berita tersebut menambahkan, "Rencana penyerangan tersebut sudah sedemkian siap dan tinggal menunggu perintah dari Gedung Putih."





Konferensi Tunisia Dukung Revolusi Bahrain






Sekelompok aktivis Tunisia yang menyebut diri mereka "Friends of Bahrain" telah menggelar konferensi di Tunis untuk mendukung revolusi yang sedang berlangsung di negara Teluk Persia itu.

Sejumlah aktivis Bahrain pada Sabtu (3/3) juga menghadiri konferensi dengan tema "Revolusi Bahrain dari Perspektif Tunisia."

"Semua bangsa Arab memiliki hak untuk menentukan nasib mereka sendiri," kata aktivis Bahrain, Hussain Yousif. Ditambahkannya, "Revolusi Bahrain merupakan aspek penting dari kebangkitan dunia Arab. HAM harus berlaku untuk semua orang."

Tokoh oposisi Bahrain itu mengecam kebungkaman media-media Arab dan kelambanan mereka dalam merespon perkembangan di Bahrain.

Sebuah film dokumenter berjudul "The Forgotten Flower of the Arab Spring" dipresentasikan selama konferensi. Film itu menampilkan berbagai peristiwa sejak awal revolusi Bahrain pada Januari 2011.

Film tersebut juga menunjukkan sikap represif dan kekerasan rezim Al Khalifa terhadap aksi protes damai. (IRIB Indonesia/RM/RA)

Mencermati Pemilu Sandiwara di Yaman



Pekan lalu, Yaman yang dilanda kerusuhan dan demo rakyat menuntut pengunduran diri dan proses hukum bagi daktator Ali Abdullah Saleh menggelar pilpres setelah Saleh setuju dengan prakarsa yang digagas P-GCC untuk lengser dengan imbalan kekebalan hukum. Di masa pemerintahan transisi, Abd Rabbuh Mansour Hadi, wakil Saleh ditunjuk untuk menjalankan roda pemerintahan. Kini di saat pemilu digelar, hanya terdapat kandidat tunggal. Ia adalah Mansour Hadi sendiri. Pemilu ini sebenarnya hanya sebuah pentas sandiwara yang disutradarai negara-negara regional dan trans regional yang mengintervensi negara ini. Adapun aktornya adalah Mansour Hadi.

Pemilu sandiwara ini layak untuk dicermati. Selain hanya terdapat kandidat tunggal, juga rakyat tidak memiliki hak untuk menolak. Di kertas suara hanya terdapat satu pilihan "Ya" dan tidak terdapat kata "Tidak". Dengan demikian tak heran jika Mansour Hadi memperoleh 99,8 persen suara. Di sisi lain, para sutradara asing pemilu ini juga tidak berminat mengajukan calon lain meski dari kandidat yang loyal kepada mereka.

Bersamaan dengan ketegangan dan krisis di Yaman, antusias warga di pilpres yang digelar Selasa 21/2 ternyata minim. Mayoritas pemilih di pilpres kali ini terdiri dari militer dan dinas keamanan pusat Yaman. Warga Yaman mengatakan, tuntutan mereka di pilpres yang digelar hari ini berdasarkan prakarsa P-GCC tidak ditampung. Di sisi lain, sejumlah warga menggelar aksi demo dan menyerang tempat pemungutan suara (TPS) serta merobek kartu suara.

Warga kota Taizz di selatan Yaman juga menggelar aksi serupa dan menuntut boikot terhadap pilpres yang digelar hari ini. Para demonstran menyuarakan penentangannya atas kandidat tunggal, Abd Rabbu Mansour Hadi. Sementara 13 kelompok al-Houthi di Propinsi Sa'dah, Utara Yaman juga menggelar pertemuan mengajak warga memboikot pilpres. Al-Houthi menilai pilpres kali ini sebagai sarana menerapkan kebijakan Amerika Serikat di Yaman serta menginjak-injak darah para syuhada revolusioner. Kubu ini menekankan, pemilu hari ini adalah sandiwara AS, pelecehan serta pengkhianatan terhadap rakyat Yaman.

Sementara itu, pasukan keamanan pemerintah gencar melakukan penumpasan warga yang tengah protes atas pemilu kalu ini. Di Aden, pasukan keamanan menewaskan dan menciderai puluhan warga. Pilpres ini sama sekali tidak mencerminkan demokrasi. Proses ini tak lebih hanya sandiwara serta pengesahan Mansour Hadi sebagai pengganti Saleh sesuai dengan skenario garapan Arab Saudi dan Amerika Serikat. Buktinya adalah, dalam kondisi pemilu seperti ini Washington mengaku puas dengan proses pemilu di Yaman. Amerika Serikat, memuji pemilihan presiden di Yaman sebagai pemungutan suara "yang sangat kuat dan positif" oleh rakyat Yaman dalam proses peralihan kekuasaan yang disepakati oleh pemimpin mereka.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Victoria Nuland menyampaikan ucapan selamat kepada rakyat Yaman karena "berhasil melaksanakan" pemilihan umum. Ia menyoroti banyaknya pemilih yang datang, terutama dari kalangan perempuan dan pemuda. Nuland menandaskan,"Kami menganggapnya sebagai referendum yang sangat kuat dan positif oleh rakyat Yaman dalam proses peralihan yang telah disepakati para pemimpin mereka. Itu adalah pemilihan umum yang jelas demokratis." Statemen ini sangat transparan membuktikan intervensi AS di pemilu Yaman, padahal jelas-jelas pemilu ini tidak menunjukkan demokrasi sejati, meski demokrasi yang diusung AS sendiri.

Pemilu ini tak lebih sekedar konspirasi untuk merusak revolusi rakyat Yaman. Konspirasi ini didalangi oleh perwira tinggi Yaman, pasukan yang berafiliasi dengan Riyadh, kedubes Arab Saudi dan AS di Sanaa untuk mempertahankan anasir-anasir rezim Saleh. Bertepatan dengan digelarnya pilpres di Yaman, John O. Brennan, penasehat Presiden AS di bidang keamanan nasional dan anti terorisme berkunjung ke Sanaa. Dalam kesempatan tersebut, Brennan bahkan merilis statemen yang mengklaim Mansour Hadi mitra utama Washington di perang anti terorisme dan al-Qaeda. Kehadiran Brennan bertepatan dengan digelarnya pemilu sandiwara di Yaman menunjukkan dengan jelas bahwa pemilu ini tak lebih sebuah konspirasi yang disusun sebelumnya untuk mencegah kedaulatan rakyat negara ini dalam menentukan nasibnya sendiri.

Pemilu sandiwara Yaman dengan kandidat tunggal skenario AS digelar di saat Washington mengklaim sebagai pembela demokrasi. Klaim ini juga menjadi agenda propaganda media mereka khususnya untuk negara-negara Timur Tengah. Namun dalam prakteknya, demokrasi yang digembar-gemborkan AS hanya sesuai dengan kepentingan Gedung Putih. Apalagi di Timur Tengah. Klaim demokrasi AS hanya didengungkan Washington untuk mempertahankan Rezim Zionis Israel dan hegemoni politik di kawasan.

Sikap dualisme AS soal demokrasi sangat kentara di Suriah dan Yaman. AS, Israel, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Qatar menekan Bashar Assad di Suriah dengan dalih pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) serta mengabaikan demokrasi. Tekanan dan ancaman terhadap pemerintah Assad sampai pada tahap mereka mengorganisir kelompok bersenjata untuk memusuhi Damaskus. Senator John McCain secara transparan meminta pengiriman senjata modern kepada kubu anti Assad. Barat berusaha mengulang skenario intervensi militer di Libya untuk diterapkan di Suriah. Namun mereka lupa bahwa kondisi di Suriah berbeda dengan Libya, Assad mendapat dukungan mayoritas rakyatnya berbeda dengan Muammar Gaddafi.

Para pengklaim demokrasi ala AS di Suriah menempuh berbagai cara-cara brutal mulai perang hingga perusakan struktur ekonomi, politik dan militer di negara ini. Aksi mereka ini mendapat dukungan penuh dari dua negara Arab, Arab Saudi dan Qatar yang rela memberikan bantuan finansial dan politik. Kedua negara ini juga aktif menekan Assad dengan berbagai cara, mulai dari Liga Arab hingga PBB. Menangguhkan keanggotaan Suriah di Liga Arab serta resolusi di PBB anti Suriah juga ulah kedua negara Arab ini yang menjadi kepanjangan tangan Amerika Serikat di kawasan.

Namun di Yaman, sikap AS serta anggota P-GCC berbeda dengan di Suriah. Rakyat Yaman sejak satu tahun lalu menggelar aksi demo damai menuntut pengunduran diri Ali Abdullah Saleh. Aksi ini mendapat jawaban kejam dari pasukan keamanan Yaman. Timah panas pun menerjang para demonstran sehingga mengakibatkan jatuhnya puluhan bahkan ratusan korban. AS dan P-GCC  berusaha mempertahankan kekuasaan Saleh dengan berbagai cara. Seiring dengan tumbangnya diktator Mesir, Tunisia dan Libya, maka berlanjutnya kekuasaan Saleh sepertinya tak mungkin. Oleh karena itu, Barat dan P-GCC mulai merancang strategi baru untuk mencari pengganti Saleh.

AS dan Arab Saudi lebih mengkhawatirkan aksi demo rakyat Yaman di bading dengan kebangkitan Islam di negara Arab lainnya. Bagi AS, pemerintahan Saleh merupakan nilai plus tersendiri bagi Gedung Putih, bukan hanya karena Sanaa senantiasa mengiringi kebijakan mereka, namun juga Saleh menjadi wakil Gedung Putih menumpas gerakan anti Amerika. Arab Saudi juga sangat mengkhawatirkan aksi protes rakyat Yaman. Arab Saudi sangat tertekan dan terancam dengan meletusnya kebangkitan Islam di dekat perbatasannya, baik di Bahrain maupun di Yaman. Kekhawatiran Riyadh ini dapat disaksikan dari sikap mereka yang tak tanggung-tanggung mengirim pasukannya ke Bahrain untuk menumpas aksi demo rakyat Manama serta membombardir kawasan Syiah di Yaman. Dengan dukungan penuh AS, Arab Saudi berusaha keras memadamkan aksi demo di Yaman.

Pemerintah AS dan rezim di kawasan dalam menghadapi aksi demo anti diktator despotik rakyat Yaman menunjukkan bahwa mereka tidak ragu-ragu memanfaatkan demokrasi demi kepentingannya. Oleh karena itu mereka mendalangi pilpres sandiwara di Yaman. Aksi AS ini mengingatkan kita pada perkataan mantan Menteri Luar Negeri AS, Condoleezza Rice. Rice di tahun 2006 saat mereaksi kemenangan Hamas di pemilu yang digelar secara transparan dan bebas serta di bawah pengawasan tim pemantau internasional mengatakan,"Kami memiliki dua kategori bagi demokrasi, ada demokrasi baik dan ada demokrasi buruk. Demokrasi baik adalah demokrasi yang kami dukung dan benarkan."

Artinya jika sebuah negara menegakkan demokrasi pro AS maka itu berarti dalam pandangan Washington demokrasi benar. Namun jika ada negara yang mengembangkan demokrasi namun tidak selaras dengan kebijakan dan kepentingan AS, meski proses ini telah memenuhi seluruh kriteria demokrasi itu sendiri, namun dalam pandangan Washington, demokrasi seperti ini adalah demokrasi buruk. Contohnya, pemerintahan diktator terguling Hosni Mubarak di Mesir dan Zine El Abidine Ben Ali di Tunisia adalah demokrasi yang baik. Namun pemerintahan Republik Islam Iran yang sangat demokratis karena bertentangan dengan kepentingan AS maka manjadi demokrasi buruk dan ancaman bagi keamanan kawasan.

Sekali lagi, apa yang terjadi di Yaman kembali membongkar klaim palsu para pendukung demokrasi. Pemilu sandiwara di Yaman tak lebih upaya untuk meredam aksi demo rakyat dan melegalisasi kepemimpinan Mansour Hadi. Padahal hingga saat ini, pos-pos penting di militer masih dikuasai antek-antek Ali Abdullah Saleh. Di sisi lain, saat pelantikan dan sumpah jabatan Mansour Hadi, Ali Abdullah Saleh kembali ke Yaman untuk menunjukkan kepada rakyat bahwa dirinya masih memegang kendali politik di negara ini. Harus diakui strategi Barat dan Arab ini akan pasti mempengaruhi kebangkitan rakyat di negara ini. Dan dampak minimalnya adalah lambannya hasil yang akan diperoleh oleh perjuangan rakyat Yaman. Namun yang pasti hal ini tidak akan mengendorkan semangat rakyat negara ini untuk terus berjuang. Sekali lagi, gelombang kebangkitan Islam tidak akan surut dan rakyat Yaman pun tidak akan berhenti berjuang hingga seluruh akar anasir Ali Abdullah Saleh tercabut.(IRIB Indonesia)


Qatar: Negara Kerdil yang Akan Terhempas




Koran Le Monde menulis, Qatar sebagai negara kecil dan kerdil yang terbentuk secara isidentil dalam perjalanan sejarah, kini terjun dalam transformasi di berbagai negara dan menghadapi dampak kotra produktif akibat politik-politik muluknya.

Fars News (4/3) melaporkan, Le Monde dalam artikel yang ditulis oleh Benjamin Barthe menyebutkan, Syeikh Hamad bin Khalifa al-Thani, Emir Qatar, yang kini negaranya telah merambah kancah bursa investasi di Eropa, masih belum puas di bidang penanaman modal. Akan tetapi di bawah bayang-bayang politik muluk-muluknya itu, Qatar lambat atau cepat akan kembali terhempas ke posisinya semula.

Qatar yang kecil, 85 persen pendudukanya bukan asli pribumi, tengah menggulirkan politik intervensif di semua sektor dan bahkan di kancah transformasi negara-negara Arab. Seperti pengiriman pesawat dan pasukan ke Libya dan juga tuduhan terhadap Suriah. Dengan lengan medianya yaitu Aljazeera, tengah menempuh jalur kebijakan yang tidak jelas.

Emir Qatar telah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel pada era 90-an dan pada tahun 2003, ia membuka pintu negaranya untuk pasukan AS, dan menjadi jalur lalu-lintas operasi militer Amerika Serikat ke Afghanistan dan Irak.

Barthe berpendapat bahwa bersamaan dengan transformasi penting di dunia Arab, Qatar menggunakan kesempatan itu untuk tampil dan mengisi kekosongan di kancah politik negara-negara Arab. Syeikh Hamad yang tidak tertarik pada demokrasi, menaruh perhatian besar untuk tampil dalam sejarah regional dengan bantuan propaganda Aljazeera.

Intervensi Qatar telah menimbulkan kemarahan di dunia Arab. Sebagai contoh kunjungan Emir Qatar ke Tunisia memantik penentangan luas warga karena mereka menilai Syeikh Hamad sebagai antek-antek Amerika SErikat dalam makar Timur Tengah Baru. Emir Qatar juga ditolak oleh sejawatnya asal Mauritania dalam kunjungannya ke negara itu.

Koran itu menyebutkan, "Untuk menampilkan diri sebagai pahlawan demokrasi, Emir Qatar mengumumkan pelaksanaan pemilu parlemen pada tahun 2013… hasil kontra produktif dari aksi-aksi Emir Qatar itu akan dirasakan oleh seluruh anggota keluarga besar al-Thani."




Sunni dan Syiah Semuanya Pecinta Ahlul Bait



Mufti Tripoli Lebanon, Malik al-Syi'ar, dalam pidatonya pada peringatan Pekan Imam Husein (as) di Beirut mengatakan, "Dialog Syiah-Sunnah harus sedemikian aktif hingga berujung pada kesepahaman."

Fars News (4/3) melaporkan, al-Syi'ar mengatakan, "Masa depan umat islam tidak akan terealisasi kecuali dengan persatuan Syiah dan Sunni."

Ia mengimbau semua pihak untuk mengaktifkan dialog Syiah dan Sunni dan mengatakan, "Dialog harus dilakukan di berbagai tingkat, baik di kalangan ulama, pejabat, maupun masyarakat."

Al-Syi'ar juga menegaskan bahwa ahlussunnah tidak boleh disalahkan atas mengalirnya darah Imam Husein as dan menandaskan, "Harus terjadi sebuah gerakan islami yang akan mengesampingkan sejarah yang menyebabkan perpecahan. Menurutnya, semua umat Islam adalah pecinta Muhammad Saw dan Ahlul Bait as. (IRIB Indonesia/MZ)

Penganut Agama Langit Non-Islam Harus Menjadi Muslim



Direktur Lembaga Maarif Wahyu dan Logika, Hujjatul Islam Ali Nasiri menyatakan, "Berdasarkan ajaran al-Quran, Islam adalah agama yang sempurna dan komprehensif, adapun agama-agama sebelumnya, hanya memiliki sebagian dari kebenaran dan oleh karena itu harus ditinggalkan untuk menuju Islam."

Fars News (4/3) melaporkan, Nasiri ketika ditanya tentang perspektif al-Quran terhadap pluralisme mengatakan, "Banyak pendapat tentang pluralisme yang salah satunya adalah pandangan kelompok mulhid bahwa tidak ada satu agama yang dapat menyelamatkan manusia dan pandangan tersebut tidak diterima oleh para cendikiawan."

Ditambahkannya, "Kelompok lain berpendapat bahwa semua agama baik itu agama langit atau non-wahyu, sama-sama benar dan masing-masing sempurna. Menganut agama manapun maka manusia akan menemukan hasilnya."

Menurut Nasiri pandangan tersebut sangat radikal dan termasuk pandangan kelompok plural ekstrim karena menilai semua agama berada di siratul mustaqim.

Kelompok ketiga, tegas Nasiri, berpendapat bahwa keselamatan dan kebenaran telah terbagi di masing-masing agama. Jika manusia ingin selamat, maka ia harus membekali diri dengan sebagian prinsip dari masing-masing agama. Orang-orang yang berpendapat seperti ini adalah Mahatma Gandhi yang mengatakan, "Saya adalah seorang Sikh, Hindu, dan Muslim."

Adapun kelompok keempat berpendapat bahwa kebenaran hanya ada di satu agama dan agama lainnya batil secara mutlak. "Saya menilai pandangan tersebut eksklusif. Saya tidak mengira bahwa prinsip-prinsip agama dapat bersikap seperti itu terhadap agama non-wahyu."

Kelompok kelima dalam pluralisme berpendapat bahwa kebenaran secara utuh terdapat dalam satu agama yaitu Islam sebagai agama yang sempurna dan komprehensif. Adapun terkait agama lain, masing-masing tidak dapat dinilai setara.

Nasiri lebih lanjut menjelaskan, "Berdasarkan ajaran al-Quran, kita harus membedakan antara agama langit dan non-wahyu. Sebagai contoh, budhisme dan konfusius tidak termasuk agama langit, melainkan harus digolongkan sebagai aliran akhlak."

"Al-Quran membenarkan agama Yahudi dan Kristen, oleh karena itu para penganutnya disebut sebagai ahlul kitab. Ketika al-Quran menyatakan Islam sebagai agama sempurna dan komprehensif dan agama langit lain juga memiliki sebagian kebenaran, ini berarti para penganutnya harus segera beriman kepada Islam." (IRIB Indonesia/MZ)

Mazhab Teologi Asyariyah Dalam Sorotan



Asy'ariyah atau Asya`irah adalah sebutan bagi para pengikut Abu Al-Hasan Ali bin Ismail Asy`ari. Tolak Ukur utama dalam meneliti proses terbentuknya Asya`irah adalah kinerja mazhab Mu`tazilah. Dijadikannya perubahan sebagai landasan penyingkapan hakikat oleh Mu`tazilah dan perselisihan mereka dengan para fukaha dan ahli hadis, memicu penentangan terhadap Mu`tazilah. Hingga akhirnya, dengan adanya provokasi dari pihak Mutawakkil, kelompok Mu`tazilah dikucilkan dan kemudian lahirlah kelompok moderat, yaitu Asya`irah.

Asya`irah menjadikan dalil rasional (`aqli) sebagai sarana pembuktian ajaran akidah konvensional. Di penghujung abad keenam, ada tiga tokoh yang memilih metode ini, yaitu Abu al-Hasan Asy`ari di Baghdad, Thahawi (wafat 331 H) di Mesir, dan Abu Manshur Maturidi (wafat 333 H) di Samarqand. Kendati terdapat perbedaan antara mereka, namun mereka sepakat untuk sama-sama menentang Mu`tazilah.

Abu al-Hasan Asy`ari lahir di Bashrah tahun 260 H. Garis keturunannya sampai kepada Abu Musa Asy`ari, salah seorang sahabat terkenal. Beliau adalah murid Abu Ali Jubba'i. Beliau mempelajari ilmu kalam (teologi) dari Mu`tazilah dan banyak menimba ilmu dari para fukaha dan ahli hadis. Setelah mengkaji hasil pelajaran terdahulunya, beliau lalu mengkritisi dan menolak sebagian keyakinan dirinya yang diambil dari Mu`tazilah. Di antara keyakinan terdahulunya adalah al-Quran itu makhluk, kemustahilan melihat Allah, dan menghindari penisbatan keburukan kepada Allah. Kitabal-Ibanah mengandung kritik-kritik Asy`ari terhadap Mu`tazilah. Dalam kitab itu, ia menyebut Mu`tazilah sebagai kelompok penakwil al-Quran dan menyatakan kecenderungannya kepada al-Quran, sunah, dan metode Ahmad bin Hanbal. Ibnu `Asakir menyebut judul 98 kitab yang ditulis Asy`ari hingga tahun 32 H. Empat karyanya yang terkenal adalah:

1. Al-Luma` fi Al-Rad `ala Ahl al-Zaigh wa al-Bida`.

2. Al-Ibanah fi Ushul al-Diyanah.

3. Istihsan al-Khaudh fi `Ilm al-Kalam.

4. Maqalat al-Islamiyyin wa Ikhtilaf al-Mushallin.

Tiga kitab pertama seputar ilmu kalam dan kitab keempat tentang pengenalan mazhab-mazhab. Judul yang dipilih untuk kitab keempat menunjukkan sikap moderat dan toleransi Asy`ari.

Pandangan-pandangan Asy`ari
Asy`ari memilih metode `aqli-naqli (kombinasi akal dan riwayat) sebagai metode yang moderat. Misalnya, dalam bab tauhid, ia meyakini penambahan sifat atas zat Allah. Sikap moderat ini tampak dalam pandangan-pandangannya. Secara umum, Asya`irah membuktikan keberadaan Tuhan dengan tiga cara: naqli, `aqli, dan qalbi (hati) yang mirip dengan metode sufi Imam Ghazali dan Fakhruddin Razi. Berdasarkan pendapat Fakhruddin Razi, ada dua argumen filosofis, yaitu Burhan Imkan al-Ajsam (argumentasi kemungkinan keberadaan materi) dan Imkan al-A`radh(kemungkinan sifat), serta dua argumen teologis, yaitu Burhan Huduts al-Ajsam (argumentasi barunya materi) dan Huduts al-A`radh (barunya sifat), yang semua ini digunakan Asya`irah untuk membuktikan keberadaan Tuhan. Terkait pengenalan Tuhan, sebagian Mu`tazilah (seperti Juwaini dan Ghazali) berpendapat bahwa hal ini tidak mungkin, sementara sebagian yang lain (seperti Baqillani) berpandangan sebaliknya.

Sifat-sifat Allah: Sifat-sifat Allah ada tiga bagian, yaitu salbi (negatif), tsubuti (tetap), dan ikhbari,yaitu seperti sifat manusia (misalnya, memiliki mata dan tangan). Asy`ari berpendapat bahwa bagian yang ketiga harus diyakini secara bila kaif (tanpa cara dan bagaimana), sebab substansi sifat-sifat ini tidak jelas bagi kita.

Determinasi (Jabr) dan Ikhtiar: Dalam masalah ini, demi menjaga sisi qadha dan qadar Allah serta ikhtiar manusia, Asya`irah mengemukakan pandangan kasb (usaha) yang merupakan istilah al-Quran. Penafsiran mereka tentang kasb adalah sebagai berikut: Kemampuan (qudrah) ada dua macam, yaitu qadim/lama (yang merupakan milik Allah dan berperan dalam penciptaan perbuatan) dan hadits/baru (yang merupakan milik hamba). Satu-satunya fungsi kemampuan hadits adalah bahwa hamba merasakan kebebasan dalam dirinya. Oleh karena itu, makna kasb al-fi`l adalah berbarengannya penciptaan perbuatan dengan penciptaan kemampuan hadits pada diri manusia. Tentunya, Asy`ari menyebut kasb sendiri sebagai ciptaan Allah. Beliau berpendapat bahwa orang yang melakukan kasb adalah tempat Allah mewujudkan perbuatan-Nya dan orang itu berperan sebagai sarana perbuatan Allah.

Baik dan buruknya perbuatan (husn wa qubh): Asy`ari menyebut tiga makna baik dan buruknya perbuatan dan memilih makna ketiga sebagai makna yang benar. Tiga makna itu adalah:

1. Kesempurnaan dan kekurangan.

2. Mengandung maslahat atau madharat.

3. Layak dipuji atau dicela. Menurutnya, tidak ada perbuatan yang layak dipuji atau dicela secara mandiri. Hanya lantaran perintah dan larangan dari syariat-lah suatu perbuatan layak dipuji atau dicela.

Kosmologi: Meliputi dua masalah:

a) Struktur semesta: Asya`irah condong kepada teori atomisme (jauhar fard). Melalui teori ini, Asya`irah mendapat peluang untuk membuktikan bahwa dunia itu hadits (baru) dan Allah sebagai satu-satunya Zat yang qadim (dahulu).

b) Mortalitas semesta: Asya`irah berpendapat bahwa semesta itu mortal. Mereka menyebut `aradh (sifat) mortal dan jauhar (esensi) imortal. Tujuan dari pandangan ini adalah pembuktian sifat qadim Allah dan peran abadi-Nya dalam segala perkara semesta.

Antropologi: Meliputi dua pandangan:

a) Hakikat manusia adalah jauhar (esensi) jasmani (Juwaini).

b) Hakikat manusia adalah esensi ruhani (Baqalani).

Tokoh-tokoh Asya`irah: Di antaranya adalah: Abu Bakar Baqillani (penulis al-Tamhid), Imam Ghazali, Imam al-Haramain Juwaini, Fakhrurrazi, Baidhawi, dan Sayyid Syarif Jurjani.

Mazhab kalam ini memiliki peran penting di tengah kaum Muslimin, kendati di masa Asy`ari sendiri tidak begitu mendapat perhatian khalayak. Pada hakikatnya, Asy`ari dikucilkan lantaran penentangan dan perselisihan sengitnya dengan ahlul hadits (para pendukung hadis). Namun belakangan, khususnya setelah era Imam al-Haramain Juwaini dan dukungan dinasti Saljuqi di masa Khaje Nidham al-Mulk Thusi terhadap mazhab ini, Asya`irah menjadi mazhab kalam yang dominan di tengah Ahlussunnah. Hingga sekarang pun, sebagian besar kaum Muslimin Ahlussunah di seluruh dunia, khususnya yang bermazhab Syafi`i dan Hanafi, merujuk dan mengacu kepada Asya`irah dalam masalah-masalah akidah. (IRIB Indonesia/Taqrib/SL)

Ahmadinejad: Memperjuangkan Keadilan, Pesan Bangsa Iran bagi Dunia



Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad menyatakan, perjuangan menegakkan hak dan keadilan hingga mencapai kemenangan final merupakan pesan bangsa Iran dan India.

"Resistensi melawan arogansi dunia dan upaya memenangkan kebenaran atas kebatilan merupakan pesan nyata Tehran dan New Delhi kepada dunia serta solusi untuk meningkatkan level hubungan bilateral kedua negara," ungkap Ahmadinejad Ahad malam (4/3) saat menerima Menteri Energi India, Faruq Abdullah.

Ahmadinejad dalam kesempatan tersebut menilai Tehran dan New Delhi memiliki visi, kepentingan dan musuh kolektif. "Kedua pihak harus berusaha memanfaatkan kapasitas yang dimilikinya untuk meningkatkan kerjasama dan hubungan bilateral, regional dan internasional," ungkap Ahmadinejad.

"Musuh dengan berbagai dalih menjatuhkan sejumlah sanksi dan tekanan terhadap bangsa Iran dan kini mereka berusaha mencegah kemajuan bangsa India dengan menciptakan instabilitas di kawasan dan mengobarkan friksi kesukuan di negara ini," tambah presiden Iran.

Menurutnya, Iran tidak memberlakukan pembatasan untuk meningkatkan hubungan bilateralnya dengan India.

Di sisi lain, Faruq Abdullah dalam kesempatan tersebut menilai peran Iran dan India dalam menciptakan perdamaian dan kesejahteraan di kawasan cukup signifikan. "Pemerintah India mengharapkan peningkatan kerjasama dengan Iran di berbagai sektor termasuk ekonomi, perdagangan dan budaya," tandas Faruq Abdullah.

Menteri Energi India seraya mengisyaratkan konspirasi arogan dunia terhadap Republik Islam Iran serta teror ilmuwan negara ini menambahkan, tindakan tak manusiawi ini tidak akan menyurutkan tekad bangsa Iran untuk menggapai tujuan dan kemajuan.

Faruq Abdullah juga menyatakan dukungannya atas sikap Iran terkait transformasi di Suriah. "India juga seperti Iran menghormati kedaulatan dan independensi negara lain serta meyakini asas untuk tidak mengintervensi negara lain," ungkap Faruq Abdullah. (IRIB Indonesia/MF)

Iran Kembali Berhasil Produksi Massal Obat Anti Kanker, Paclitaxel



Republik Islam Iran kembali menunjukkan kemampuannya di bidang medis dan farmasi dengan memproduksi secara massal paclitaxel, obat anti kanker.

Paclitaxel adalah sejenis obat suntik untuk mengobati berbagai jenis kanker termasuk kanker payudara, rahim, paru-paru dan kulit. Saat ini jenis obat ini termasuk dalam list obat impor di Departemen Kesehatan Iran. Mengingat harganya yang mahal karena impor maka para pasien dan keluarganya kerap kesulitan untuk membelinya.

Dengan diproduksinya secara massal paclitaxel di Iran maka selain harganya dapat ditekan dan negara pun akan mendapat pemasukan dengan ekspor obat ini ke negara kawasan.

Obat ini untuk pertama kalinya di produksi di Timur Tengah dan ditangani oleh Perusahahaan Farmasi Sobhanoncology  milik Komite Eksekutif Instruktur Imam Khomeini. Perusahaan ini juga termasuk anak perusahaan al-Borz.

Obat ini akan mulai diproduksi secara massal Senin setelah satu bulan lalu Iran juga berhasil memproduksi obat anti kanker lainnya, liposomal doxorubicin. Obat juga memiliki kualitas tak kalah dengan obat impor serta mampu menghemat anggaran negara. (IRIB Indonesia/MF)




Generalisasi dan Stereotip Syiah


Mari kita mengulangi kembali salah satu subbab pelajaran dasar logika: generalisasi. Karena mungkin saja kita pernah mengucapkan atau mendengar seseorang mengatakan untuk tidak melakukan generalisasi. Kita akan mengulang sedikit saja agar saya dan Anda tidak salah dalam melakukan penilaian terhadap kelompok atau orang lain.
Sebagai salah satu proses penalaran induksi (khusus-umum), generalisasi merupakan proses penalaran yang berawal dari sejumlah fenomena individual menuju kesimpulan umum.Fenomena yang dialami kita setarakan dengan seluruh fenomena sejenis. Jadi, kesimpulan dari satu peristiwa yang terjadi kita berlakukan juga kepada peristiwa lain yang belum terjadi. Karena itulah, proses seperti ini sebenarnya tidak sampai pada kebenaran absolut, tetapi hanya sebuah kemungkinan.
Ketika berbicara mengenai generalisasi, maka yang dimaksud adalah generalisasi tidak sempurna, yaitu generalisasi yang didasarkan beberapa fenomena untuk menyimpulkan fenomena sejenis yang belum diselidiki. Untuk menguji apakan sebuah generalisasi yang dihasilkan cukup kuat, kita harus mengevaluasi bukti-bukti yang ada, di antaranya:
  1. Meski tidak ada ukuran yang pasti, tapi apakah benar jumlah sampel yang dimiliki cukup untuk membuktikan kebenaran? Karena untuk menentukan faktor dominan, apalagi sebuah keyakinan, tidak cukup didasarkan kepada beberapa orang saja.
  2. Meski tidak menjamin kebenaran absolut, apakah sampel yang digunakan cukup bervariasi? Sampel yang semakin bervariasi akan semakin memperkuat kemungkinan kebenarannya; misalkan variasi pengaruh kehidupan dan lingkungan, latar belakang pendidikan, kultur, usia, negara, dan sebagainya.
Selain dua hal di atas, ada beberapa hal lain yang patut diperhatikan seperti pengecualian dan konsistensi dalam menyimpulkan generalisasi.[1] Jika kita tidak memperhatikan banyak faktor maka dapat menghasilkan generalisasi yang salah. Misalkan, pelaku pemboman itu orang Arab, berjanggut, beragama Islam, lantas kita simpulkan bahwa (semua) orang Arab, berjanggut, Islam adalah teroris. Atau tersangka korupsi bermazhab suni, lantas kita simpulkan bahwa orang bermazhab suni koruptor.

Source: Shia Memes
Generalisasi yang salah ini tidak hanya terjadi pada Islam secara umum tapi juga Syiah. Satu, dua, tiga orang Syiah yang melakukan caci maki terhadap sahabat tidak bisa kita generalisasi bahwa mencaci maki sahabat adalah ajaran apalagi akidah Syiah. Satu, dua pendapat ulama Syiah tidak bisa dijadikan ukuran bahwa itu adalah ajaran Syiah, karena sebuah fatwa bukanlah ijmak. Satu, dua hadis lemah yang ada di dalam kitab Syiah tidak bisa dijadikan sandaran atas keyakinan Syiah.
Anjuran untuk tidak melakukan generalisasi terhadap Syiah sudah pernah dilontarkan oleh kristolog masyhur Ahmad Deedat. Beliau mengatakan, jika kita melihat satu orang suni melakukan kesalahan, kita hanya mengatakan bahwa orang itu tidak islami. Tapi jika satu orang Syiah melakukan kesalahan, kita malah menyalahkan seluruh komunitas Syiah yang jumlahnya jutaan.[2]
Pesan yang sama juga pernah disampaikan Habib Rizieq Shihab. Dia mengatakan bahwa kita tidak boleh menggeneralisasi semua Syiah itu kafir dan sesat, karena mereka bermacam-macam. Begitu pula, dia mengatakan agar orang Syiah awam tidak melakukan caci-maki terhadap sahabat, sebab orang suni yang tidak paham akan menggeneralisasi bahwa Syiah memang seperti itu. Katanya, “Orang awam mudah menggeneralisasi.”[3]
Kebanyakan generalisasi yang muncul adalah generalisasi empiris, yakni generalisasi yang tidak disertai penjelasan. Apalagi orang yang menerimanya tidak berusaha mencari penjelasan mengapanya. Generalisasi mengenai Syiah sebagai kelompok sesat yang berakidahkan caci maki terhadap sahabat akan terus berjalan bertahun dan berabad lamanya. Tanpa ada penjelasan dan mencari penjelasan. Hasilnya adalah stereotip.
Stereotip adalah konsepsi yang ada di benak mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang subjektif dan tidak tepat. Stereotip ini membuat seseorang malas berpikir, mempertanyakan, atau menganalisa. Anda melihat seseorang memakai kemeja putih-celana hitam-membawa map, maka kita simpulkan (melalui stereotip) bahwa dia sedang mencari kerja. Melihat orang memakai jubah dan peci maka disimpulkan bahwa dia bagian dari kelompok garis keras. Jika berkaitan dengan Syiah, tanpa perlu pikir panjang maka segera muncul konsepsi “sesat! kafir!”
Sampai di situ orang akan enggan untuk mencari tahu apakah konsepsinya benar atau tidak. Dia sudah merasa puas dengan apa yang pernah diterimanya dari seseorang yang—melalui stereotip—terlihat seperti pakar agama. Sebagai contoh, seorang syekh salafi mengatakan bahwa lebih baik merokok dan minum khamar daripada berdebat dengan orang Syiah.[4] Semua itu muncul karena stereotip bahwa Syiah kafir, sesat, dan pembicaraannya adalah kebohongan. Padahal untuk membuktikannya diperlukan dialog, bukan menutup mata.





Imran Hosein: Perang terhadap Iran


Oleh: Imran N. Hosein
Kita akan menghadapi masa paling berbahaya dalam sejarah manusia dan dunia. Kita akan membicarakan mengenai implikasi serangan Zionis Israel terhadap Iran, yang tidak hanya akan terjadi tapi juga tidak lama lagi. Kita melihat bahwa Israel akan menyerang Iran karena ZionisIsrael ingin menguasai dan memerintah dunia secara penuh; karena sekutu Yahudi-Kristen-Zionis Eropa ingin memberikan jalan bagi Israel untuk menguasai dunia.
Itu sebabnya kita yakin perang ini akan terjadi. Itu sebabnya mereka ingin menyerang Iran. Israel “memiliki hak” untuk membangkitkan perang yang tidak adil kepada orang lain, begitu juga perang terhadap Iran. Tetapi ada hal lain, yaitu mereka yang menabuh semangat perang di dunia Arab dan mengharapkan perang terhadap Iran terjadi. Mereka menabuh drum perang yang tidak adil.
Jika perang benar-benar terjadi, mereka juga melakukan dosa yang sama karena mendukung terjadinya perang. Celakalah kalian! Celakalah bagi kalian (negara Arab) yang menginginkan perang terhadap Iran. Jika kalian mendukung serangan terhadap Iran, berarti kalian mendukung perang yang tidak adil. Kalian menjadi bagian dari perbuatan zalim, dan Allahtidak akan memberi petunjuk kepada orang zalim.
Salah satu alasan mengapa banyak (negara) Arab ingin menabuh drum peperangan dan mengharapkan perang terhadap Iran adalah karena Iran Syiah. Mereka menganggap Syiah kelompok kafir. Mereka membolehkan perang terhadap kelompok kafir. Bagaimana mereka sampai pada kesimpulan bahwa Syiah kelompok kafir? Jika Syiah kelompok kafir, maka harus ada konsensus tentang hal ini. Nyatanya tidak ada konsensus yang dicapai tentang hal ini selama 1.400 tahun.
Karena itulah kami mengatakan terlalu terlambat pada akhir zaman ini untuk menghasilkan argumen bahwa Syiah adalah kelompok kafir. Dominasi (Arab) melawan Syiah dan serangan yang akan dilancarkan terhadap Iran, menjadi keinginan (Zionis) yang hakikatnya bertujuan memerangi Islam melalui penciptaan perang saudara suni-Syiah di dunia Islam. Perang saudara suni-Syiah akan menjadi sangat bermanfaat bagi Israel.
  • Pertama, perang saudara suni-Syiah akan menciptakan buruknya Islam di mata dunia di saat Islam menjadi pusat perhatian dunia.
  • Kedua, perang saudara suni-Syiah akan memecahkan perhatian muslim dan non-muslimdari rencana Zionis untuk menguasai dunia.
  • Ketiga, kaum muslim yang saling berperang tentu saja akan menghilangkan kekuatan yang dimiliki, dan tentu saja sangat bermanfaat bagi Israel.
Perang terhadap Iran akan sangat berpengaruh terhadap perekonomian dunia. Pertama, harga minyak. Tidak hanya karena Iran menjadi salah satu penyumbang minyak terbesar tapi juga karena lokasi Iran yang strategis di Teluk Arab… Tidak sulit bagi Iran untuk memblokade selat Hormuz. Jadi kita tidak bisa mencegah harga minyak melambung tinggi sekali serangan terhadap Iran terjadi. Pemerintah Amerika tahu akan hal ini dan itu sebabnya mereka tidak ingin serangan terjadi. Karena pemerintah Amerika, Fed, dan para bankir tahu jika hal itu terjadi maka dolar dan perekonomian AS akan runtuh. Orang-orang kaya akan bangkrut dan akan terjadi kerusuhan masal di sana. Karena itulah perang terhadap Iran akan menjadi bencana bagi ekonomi, finansial, dan moneter.
Perang terhadap Iran juga bisa berlanjut dengan terjadinya perang terhadap Pakistan. Tujuannya adalah untuk mengeluarkan Pakistan dari kelompok negara nuklir. Inilah saatnya bagi muslim seluruh dunia, termasuk muslim Iran, untuk menyadari bahwa rekan paling strategis Israel saat ini, setelah AS, adalah India, dengan Arab Saudi di belakangnya. Sehingga tidak hanya India akan terlibat dalam serangan tersebut, tapi juga serangan terhadap Pakistan akan menjadikan India menguasai wilayah atas nama Israel.
For more details:

Catatan: Syekh Imran N. Hosein adalah ulama suni Hanafi asal Trinidad keturunan India. Dia sempat belajar di Aleemiyah Institute Karachi, Universitas Al-Azhar, dan hubungan internasional di Swiss. Pemuatan tulisan ini tidak selalu berarti bahwa pemilik blog 100% setuju dengan pandangan di atas.



Prediksi Revolusi Arab dan Peran Al Jazeera


Berikut ini adalah cuplikan pembicaraan seorang ulama suni Hanafi asal Trinidad, Syekh Imran N. Hosein, dalam sebuah acara produksi One Islam. Tema yang dibicarakan pada tahun 2003 tersebut adalah Beyond September 11th: What the future holds for the muslims? Dalam pembahasannya, Imran Hosein mengungkapkan prediksi tentang kemungkinan akan terjadinya revolusi di Timur Tengah; yang ternyata cukup terbukti pada akhir tahun 2010.
Namun beliau mengatakan bahwa di balik peristiwa itu tetap tersembunyi sebuah bagian dari rencana Zionis Israel. Sebelum menguasai Timur Tengah melalui peperangan, Israel harus dan sudah menguasai ladang minyak Saudi, Irak, dan Kuwait; tapi Syekh Imran Hosein mengatakan bahwa dia belum melihat Israel menyentuh minyak Iran. Selain itu, Israel juga memanfaatkanAl Jazeera untuk memancing kemarahan rakyat Arab. Tahun lalu dalam sebuah wawancara, Ali Abdullah Saleh (Yaman) menyalahkan Al Jazeera atas apa yang terjadi di dunia Arab.[1]
Bagaimana pun juga, pembicaraannya merupakan sebuah prediksi hasil dari analisisnya. Beliau mengatakan bahwa negara pertama yang akan runtuh dalam revolusi Arab adalah Yordania, karena mayoritas penduduknya adalah rakyat Palestina; meski ternyata yang terjadi adalah Tunisia. Saya akan mengutip pembicaraannya dari menit 30:00-43:00.

Israel memiliki kemampuan PhD. dalam melakukan penipuan karena dajal ada di belakangnya sebagai mastermind. Israel tidak ingin melancarkan perang besar-besaran ketika dunia melihatnya secara jelas sebagai negara agresor. Itu bukan penipuan. Israel harus melancarkan perang besar-besaran dengan menciptakan kesan bahwa ia hanya mempertahankan negara. Seorang muslim yang saya tahu memiliki kemampuan menembus penipuan itu adalah Malcolm X. Dialah orang yang saya tahu memiliki kemampuan untuk melihat dan menyadari benar strategi penipuan. Bacalah (tentang) Malcolm X.
Bagaimana cara Israel melancarkan perang besar-besaran ini namun tidak dikenal jelas oleh manusia sebagai (negara) agresor? Tentu ia harus memiliki strategi yang baik. Strateginya adalah… Ariel Sharon dengan tetap memakai sepatu pergi ke Masjidilaksa bersama ribuan tentara Israel menjaganya. Dengan pengetahuan dan perhitungan yang baik dalam menciptakan provokasi, hal itu tentu akan menciptakan respon kemarahan. Kebangkitan api intifidah yang muncul ini harus tetap dijaga dengan terus melancarkan gempuran ke rakyat Palestina sehingga menciptakan kemarahan yang semakin besar. Semua ini rencana dan strategi yang tidak terjadi tiba-tiba.
Ketika Israel melancarkan penindasan barbar terhadap rakyat Palestina, Anda harus mempunyai sebuah stasiun televisi yang Anda tanam di antara mereka dan akan meliput semua yang tidak diliput oleh stasiun televisi Mesir dan Yordania, maka Anda menciptakan stasiun televisi yang diberi nama Al-Jazeera. Banyak orang Arab percaya bahwa Al-Jazeera adalah stasiun televisi milik mereka. “Inilah satu-satunya tempat di dunia untuk mendapatkan informasi otentik, Aljazeera.”
Jadi sekarang Al-Jazeera digunakan untuk menggambarkan semua kekejaman. Seluruh duniaArab hanya perlu menyaksikan Aljazeera dan mereka tahu apa yang terjadi. Hal ini akan membuat rakyat Arab semakin marah. Tebak siapa yang sekarang mulai ketakutan? Pemerintahan pro-Amerika yang memiliki kerja sama damai dengan Israel. Merekalah yang mulai ketakutan karena rakyat semakin marah. Mubarak di Mesir, dan juga Arab Saudi, Abdullah di Yordania, dan Kuwait, dll. Israel harus menjaga temperatur rakyat di dunia Arab…
Mereka memiliki metodologi terbaik tentang bagaimana menarik massa ke jalan-jalan. Inilah yang akan terjadi. Target massa yang turun ke jalan ini adalah rezim pro-Amerika di dunia Arab. Tujuannya adalah untuk menjatuhkan satu atau lebih rezim ini melalui demonstrasi besar-besaran… Pemerintahan pro-Amerika itu akan digantikan dengan pemerintahan yang mengklaim dirinya sebagai pemerintahan islami.
Televisi seluruh dunia mulai bekerja dan CNN akan memimpin. Media di seluruh dunia akan dimanfaatkan untuk menggambarkan skenario yang memiliki efek domino, di mana pemerintahan dunia Islam, menurut mereka, akan runtuh. ‘Seluruh Islam sekarang bangkit’ dan umat muslim yang hanya melihat satu sisi akan mempercayainya. Seluruh Islam akan mulai bangkit dan seluruh pemerintahan ini akan tersapu bersih dan pemerintahan otentik yang mewakili rakyat akan muncul.
Oleh karena itu, leher orang-orang Yahudi akan dipenggal. Semua ini akan menciptakan momen paling berbahaya dalam seluruh sejarah kehidupan dunia Yahudi–tentu media akan menggambarkannya. Jika kita diam saja, kita semua juga akan dipenggal oleh muslim fanatiktersebut. Ketika semua ini terjadi maka akan menjadi drama Hollywood. Mereka pasti membenci saya karena mengungkap rahasia mereka. Dalam skenario seperti ini, Israel akan melakukan sesuatu. “Jika kita duduk dan diam saja, negara Israel akan hancur dan seluruh Yahudi akan dipenggal. Apa yang bisa kita lakukan?”
Mereka menyebutnya preemptive strike (serangan pendahuluan). Tapi sebenarnya bukan serangan pendahuluan—tapi justru akan menjadi penampilan paling mempesona dari penerapan agung sebuah negara teknologi militer yang akan mengalahkan negara Paman Sam. Sebuah perang yang tidak pernah dilihat dan dilakukan negara Paman Sam—inilah perang yang akan Israel lancarkan. Apakah mereka miliki teknologi? Saya percaya mereka memiliki teknologi yang tidak dimiliki Paman Sam. Ini akan menjadi bak serangan petir.
Israel harus menampilkan kekuatan negara dan militer yang luar biasa melebihi apapun di dunia ini untuk memberi kesan kepada umat manusia keabsahan mandat bahwa saatnya Israel menjadi negara penguasa baru di dunia. Sebelum Fahd dapat berkedip, Israel telah menguasai ladang minyak Saudi, Irak, dan Kuwait. Amerika Serikat dan Inggris Raya tentu akan menciptakan sedikit kegaduhan, tapi apakah mereka akan mengirimkan pasukan? Tentu saja tidak. Dewan Keamanan PBB yang sekarang dimanfaatkan oleh dunia, khususnya Eropa dan Jepang; mereka akan meminta PBB untuk berbuat sesuatu terhadap hal ini. Tindakan kolektif ini—untuk memaksa Israel mundur, karena jika Israel tidak mundur, Eropa dan Jepang akan terdesak.
Jika Anda meragukan saya dan metode analisis saya, tidak masalah. Tinggal tunggu saja.
sumber:www.ejajufri.wordpress.com


Pesan Imam Ali: Gunakan Mata Ukhrawi Dalam Menilai Segala Sesuatu



رُوِيَ عَنْ عَليٍّ عليه السلام قال:
مَا خَيْرٌ بِخَيْرٍ بَعْدَهُ النَّارُ وَ مَا شَرٌّ بِشَرٍّ بَعْدَهُ الْجَنَّةُ وَ كُلُّ نَعِيمٍ دُونَ الْجَنَّةِ فَهُوَ مَحْقُورٌ وَ كُلُّ بَلَاءٍ دُونَ النَّارِ عَافِيَةٌ.[*]

Diriwayatkan Imam Ali as berkata: "Kebaikan yang setelahnya adalah api negara, bukan kebaikan, keburukan yang setelahnya adalah sorga bukan keburukan, segala nikmat menjadi tidak berarti di hadapan sorga, dan setiap bencana di hadapan neraka adalah afiat."

Ayatullah Mojtaba Tehrani dalam menjelaskan hadis dari Imam Ali as itu mengatakan, "Parameter kita dalam menilai kebaikan dan keburukan di dunia ini secara materi. Akan tetapi Imam Ali as ingin menjelaskan kepada kita bahwa cara tersebut keliru. Jika ternyata di balik seluruh kebaikan di dunia ini terdapat neraka jahannam, maka tidak satu pun dari hal itu yang baik. Karena sesungguhnya semua itu buruk. Apapun bentuknya, dan sumber dari seluruh kebaikan duniawi adalah uang, kekuasaan, dan semacamnya. Akan tetapi ketika tidak melalui jalur syar'i maka neraka jahannam sedang menanti. Oleh karena itu jangan bersenang hati."

"Begitu juga sebaliknya, jika di balik keburukan duniawi ada sorga maka hal sebenarnya bukan keburukan. Maksunya adalah jika ada kesulitan yang dinilai sebagai keburukan di dunia ini, perhatikan apa hasil dari hal tersebut? Jika hasilnya adalah sorga, maka sesungguhnya hal itu bukan keburukan. Jika kalian memasuki jalur syar'i akan tetapi dari sisi duniawi dan materi adalah keburukan, kalian harus melihat batinnya, jika batinnya baik maka hal itu bukan keburukan, karena sorga menanti."

"Riwayat ini ingin menekankan bahwa penilaian kita berdasarkan materi. Kita tidak akan mampu membedakan kebaikan dan keburukan dengan mata duniawi. Sesuatu yang baik bisa jadi sesungguhnya buruk. Dengan demikian ada kebaikan dan keburukan duniawi dan ada juga kebaikan dan keburukan ukhrawi. Orang yang tidak memiliki pandangan ukhrawi maka dia tidak akan dapat mengetahui kebaikan dan keburukan yang hakiki. Ketika kalian menjalan syariat, dan dalam prosesnya kalian menghadapi keburukan duniawi, kalian yakin bahwa itu bukan keburukan melainkan kebaikan. Begitu juga sebaliknya."

"Setelah itu Imam Ali as melakukan perbandingan bahwa setiap nikmat duniawi tidak ada artinya dibandingkan nikat ukhrawi. Begitu juga sebaliknya. Kesulitan apapun di dunia tidak ada artinya jika dibandingkan dengan siksa neraka."

"Oleh karena itu pandangan dan perbandingan kita keliru, karena kita menilai kebaikan dan keburukan secara materi. Oleh karena itu kita harus mengubah kacamata kita."
[*]. نهج البلاغه، حکمت 387، صفحه 544








0 comments to "Menggugat Hizbuztahrir !!!!! : Siapa Sebenarnya Penjahat di Suriah, Pemerintah Assad atau Oposisi? Kalau Hizbuztahrir mau "adil", kenapa tidak demo juga buat rakyat Bahrain dan Yaman ?????"

Leave a comment