Home , , , , , , , , , , , , , � Angkatan Laut Amerika "Wajib" Minta IZIN kalau mau lewat "Laut" negara Islam...wowwww!!!!!!

Angkatan Laut Amerika "Wajib" Minta IZIN kalau mau lewat "Laut" negara Islam...wowwww!!!!!!







AS Bukan Tuan di Selat Hormuz, Pasdaran Tidak Terima “Aturan Main” AS



Kemampuan pertahanan Republik Islam Iran menjadi isu yang sangat menarik untuk dibahas dalam beberapa waktu terakhir, pasca gencarnya ancaman serangan militer oleh rezim Zionis Israel. Banyak pihak yang mungkin masih meragukan kemampuan Iran dalam menghadapi  ancaman militer asing.

Masalah yang hingga kini menjadi pembahasan hangat adalah tingkat kemampuan Iran merealisasikan ancamannya untuk menutup Selat Hormuz, jika Barat mengganggu ekspor minyak mentah Tehran.

Selat Hormuz merupakan jalur utama ekspor minyak dari kawasan Teluk Persia menuju pasar global. Menurut data internasional 40 persen pasokan minyak dunia melintasi selat penting ini. Jika selat ini tertutup, maka kekacauan pasar minyak dunia dan ledakan harga minyak mentah juga tidak dapat dihindari. Namun pertanyaannya kembali pada kemampuan Iran menutup Selat Hormuz.

Iran dalam beberapa tahun terakhir telah mencapai perkembangan pesat dalam produksi perlengkapan dan senjata militer dan bahkan telah mencapai swasembada dalam produksi perangkat keras pertahanan. Republik Islam Iran telah memproduksi massal kapal selam tipe Ghadir yang didesain khusus untuk perairan Teluk Persia dan Selat Hormuz. Selain itu, kapal tempur produksi dalam negeri Jamaran juga telah masuk dalam barisan armada penjaga perairan Republik Islam. Masih banyak lagi sederet kemajuan dan keberhasilan di bidang pertahanan yang berpengaruh meningkatkan kemampuan Iran menjaga, mengontrol, atau bahkan menutup Selat Hormuz.

Terlepas dari hal tersebut, untuk membuktikan kemampuan Iran, cukup dengan fakta bahwa jika Republik Islam Iran tidak mampu menutup Selat Hormuz, maka ancaman Tehran untuk menutupnya tidak akan mempengaruhi harga minyak global.

Brigadir Jenderal Alireza Tangsiri, Penjabat Panglima Angkatan Laut Pasukan Garda Revolusi Islam Iran (Pasdaran), dalam hal ini mengatakan, setiap hari 82-83 kapal asing melintasi Selat Hormuz. Seluruh kapal yang melintasi selat ini diawasi dan juga harus melaporkan diri kepada pasukan Iran, tak terkecuali kapal induk Amerika Serikat. Pasukan Angkatan Laut Pasdaran mengontrol lalu-lalang kapal-kapal di selat ini.

Di lain pihak, Letnan Heydari, panglima satuan pelontar roket Pasdaran di Selat Hormuz, menjelaskan mekanisme kontrol pasukan Pasdaran di Selat Hormuz dan mengatakan, "Kami telah menentukan beberapa titik untuk mengidentifikasi dan melacak kapal-kapal yang ingin melintas Selat Hormuz."

"Kapal-kapal sejumlah negara enggan memberikan respon terhadap kontrol dan pengawasan maritim di banyak negara, mereka tidak dapat melakukan hal yang sama di Selat Hormuz, dan mereka memberikan respon kepada Pasdaran."

Lebih lanjut Heydari menjelaskan, "Sebagai contoh ketika konvoi kapal tempur Amerika Serikat melintasi berbagai selat dan kanal, maka wilayah tersebut akan ditutup selama 24 jam agar kapal-kapal tempur AS dapat melintas dengan tenang. Tidak ada kapal atau perahu yang boleh mendekat, apalagi untuk kapal dan perahu militer."

"Akan tetapi ketetapan tak tertulis itu tidak berlaku di Selat Hormuz, karena Republik Islam Iran tidak menerima aturan seperti itu dan Amerika Serikat juga tidak dapat berkutik kecuali harus menerima." (IRIB Indonesia/MZ)

Teluk Persia, Abadi Namanya !



Tanggal 29 April ditetapkan sebagai Hari Nasional Teluk Persia. Sepanjang sejarah, perairan di kawasan Timur Tengah itu dikenal dengan sebutan Teluk Persia atau Laut Persia. Penamaannya sebagai hari nasional disebabkan urgensi Teluk Persia bagi Iran, dan kedudukannya sebagai perairan paling penting di kawasan dan dunia.

Teluk Persia membentang dari Iran hingga Arab Saudi. Seluruh pantai utara Teluk Persia berada dalam kekuasaan Iran, sedangkan di wilayah Barat dikuasai Kuwait. Adapun di wilayah selatan dimiliki sejumlah negara Arab seperti Arab Saudi, Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab dan Oman. Lautan  ini menghubungkan Teluk Oman di timur dengan Selat Hormuz. Di bagian Barat ditandai oleh delta sungai utama Arvand Rood yang membawa airdari KarunEufrat dan Tigris. Teluk penting itu memiliki luas wilayah 241.000 km² dengan panjang mencapai 989 kilometer.

Dalam beberapa tahun terakhir sejumlah negara Arab yang terpengaruh provokasi Iranphobia yang dilancarkan Barat, melakukan berbagai propaganda politik dan media untuk mengubah nama Teluk Persia menjadi Teluk Arab. Mereka berupaya mengganti nama Teluk Persia menjadi Teluk Arab di berbagai lembaga internasional, bahkan di forum-forum akademis seperti universitas. Namun penentangan keras rakyat dan pemerintah Republik Islam Iran di tingkat politik dan media berhasil menghalau tujuan tersebut.

Sejak dahulu kala, Teluk Persia merupakan salah satu perairan dunia yang paling penting. Di masa lalu, Teluk Persia dikenal sebagai jalur utama perdagangan dunia dan jalur sutra laut. Penemuan cadangan minyak yang begitu besar di negara-negara sekitar Teluk Persia dan Laut Oman kian menambah nilai penting dan strategis kawasan tersebut. Bahkan pada tahun 1904 Halford Mackinder, pakar geografi terkemuka Inggris menyebut Teluk Persia sebagai heartland atau jantung dunia. Penamaan itu membuktikan urgensi posisi Teluk Persia sebagai urat nadi perdagangan dunia, dan jalur strategis untuk mencapai salah satu kawasan terpenting dunia yaitu Timur Tengah.

Kini, kita akan menelisik otentisitas Teluk Persia dengan meninjau sumber-sumber sejarah dan geografis Yunani, Iran, Islam, dan Barat, serta dokumen-dokumen hukum. Berbagai dokumen geografis tua Yunani menyebut nama Teluk Persia dengan nama "Laut Persia".

Para pemikir dan filsof dari Yunani hingga ilmuwan Islam menyebut nama Teluk Persia dalam karya-karya besarnya. Hecataeus, salah seorang sarjana Yunani kuno yang dikenal sebagai bapak geografi, mengunakan nama Laut Pars pada tahun 475 SM. Peta kuno yang ditulis oleh Herodotus dan Xenophon juga menyebut  Laut Pars. Ptolemeus, ahli geografi terkenal, kartografer, dan ahli matematika dari abad ke-2, menyebut Teluk Persia sebagai Sinus Persicus dalam "Geografi Dunia" yang ditulis dengan bahasa Latin.

Berdasarkan sejarawan Yunani dan ahli geografi yang hidup sebelum kelahiran Yesus Kristus, seperti Herodotus, Ketzias, Xenophon, dan Straben, orang Yunani adalah bangsa pertama yang menyebut Teluk Persia dengan nama Laut Pars dan menyebut Iran dengan nama Parseh, Persia,atau Persepolis, yaitu tanah Persia.
Nesarkhous, komandan militer Macedonia, juga turut mempopulerkan penyebutan nama Laut Pars. Ia menyeberangi Sungai Sind pada tahun 326 SM, dan berlayar di  Teluk Persia.

Menurut dokumen Iran kuno, nama Teluk Persia telah digunakan dalam perdagangan dan urusan militer oleh negara-negara kuno di dunia. Dalam sebuah prasasti batu Achaemenid pada tahun 518-505 SM disebutkan istilah Laut Persia. Prasasti itu dikaitkan dengan raja Achaemenid, Darius Agung. Teluk Persia disebut "Parsa Daraya" atau "Pars Laut" di bawah pemerintahan Akhemenid. Penyebutan nama Teluk Persia terdapat dalam buku "Batas Dunia" yang menjadi buku geografi tertua yang disusun sekitar 1.000 tahun lalu.
 
Setelah Arab menaklukkan Iran pada abad ke-7 M, mereka tidak berusaha untuk mengubah nama Laut Persia. Orang-orang Arab Muslim menyebutnya dengan nama Laut Persia. Pemikir Muslim seperti Estakhri, Massoudi, Biruni, Ibnu Hawqal, Moqaddasi, Mustofi, Nasser Khosrow, al-Taherain Mutahhar al-Muqaddasi (Bashari), Abulqasem bin Muhammad bin Huqal dan sebagainya yang mempelajari laut Persia sampai abad ke-15 ,menyebut perairan Persia dengan sebutan Laut Pars, dan Teluk Persia. Beberapa dari mereka bahkan membuat peta yang menghubungkan Samudera Hindia  dengan Teluk Persia.

Ahli geografi Arab dan Islam mengadopsi penyebutan dua nama dari dua peradaban kuno, dan menggunakannya secara bersamaan. Dengan cara ini, mereka menggunakan nama Iran "Parsa Daraya" sebagai "Laut Pars", dan menggunakan nama Yunani "Sinus Persicus" sebagai "Teluk Persia".

Abu Ali Ahmad bin Umar, yang dijuluki ibn Rasteh dalam bukunya, "Al-A'laq al-Nafsiya" menyebutkan bahwa Samudera India menghubungkan ke perairan Pars yang dikenal dengan nama Teluk Persia.

Georgi Zeidan, sejarawan Arab, mencatat bahwa Laut Pars merupakan perairan yang mengelilingi dunia Arab. Muhammad Subhi Abdulkarim menampilkan peta berbahasa Arab dalam bukunya, "Al-Ilm Khara'et" yang menunjukkan perairan bagian selatan Iran yang disebut Teluk Persia.
 
Label baru ahistoris "Teluk Arab" untuk pertama kalinya disematkan oleh seorang diplomat Inggris untuk menggantikan nama Teluk Persia. Charles Belgrave yang menjadi wakil politik kerajaan Inggris untuk kawasan Teluk Persia, setelah kembali ke London menulis buku mengenai Teluk Persia selatan yang terbit pada tahun 1966. Ketika itu untuk pertama kalinya nama Teluk Arab dipopulerkan. Belgrave mengklaim bahwa negara-negara Arab cenderung untuk mengganti nama Teluk Persia menjadi Teluk Arab.

Seiring kemenangan Revolusi Islam di Iran, negara-negara Arab semakin gencar meningkatkan provokasinya mengganti nama Teluk Persia dengan Teluk Arab. Pada saat yang sama negara-negara Barat dalam berbagai media massanya menggunakan nama Teluk Arab maupun Teluk untuk menggantikan nama Teluk Persia. Namun upaya mereka kembali kandas.

Pada dekade 1990-an, PBB mempertimbangkan protes berulangkali yang dikemukakan wakil Iran mengenai penggantian nama Teluk Persia oleh sejumlah negara, dan menegaskan untuk memperhatikan tuntutan Tehran.

Sejatinya, Teluk Persia merupakan nama kuno yang sejak dahulu kala telah dikenal hingga kini. Berbagai upaya sejumlah kalangan untuk mengubah nama Teluk Persia hanya memicu friksi di antara negara-negara kawasan.(IRIB Indonesia)

0 comments to "Angkatan Laut Amerika "Wajib" Minta IZIN kalau mau lewat "Laut" negara Islam...wowwww!!!!!!"

Leave a comment