Home , , , , , , , , , , , , , , , , , , � Israel Serang Suriah dari Tiga Arah. Amerika pun "GAGAL" jadi Polisi Dunia

Israel Serang Suriah dari Tiga Arah. Amerika pun "GAGAL" jadi Polisi Dunia














Dr. Ismail Salami, pengamat politik menandaskan, Rezim Zionis Israel menerapkan strategi tiga arah untuk meruntuhkan pemerintahan Bashar al-Assad serta menghancurkan Suriah.

Ismail Salami di sebuah artikelnya yang dimuat situs, Global Research menulis, sebuah gelombang politik keliru telah mengancam Suriah di mana Damaskus mendapat serangan dari berbagai arah oleh Rezim Zionis Israel. Konspirasi ini telah keluar dari kontrol.

Haim Saban, orang berpengaruh di media AS dan Israel menjelaskan bagaimana Tel Aviv dan kroninya berupaya keras menggulingkan Bashar al-Assad.

Ia menambahkan, menurut keterangan Haim Saban, Israel melancarkan serangan dari tiga arah untuk menggulingkan Assad dan menghancurkan Suriah. Pertama, memberikan bantuan finansial kepada kubu politik termasuk kepada kelompok bersenjata dan teroris Wahabi di Suriah. Kedua, membentuk pusat-pusat pengendali dan komando seperti di Washington dan Doga serta menyusun strategi. Ketiga mengontrol media untuk mencegah laporan netral dan sesuai dengan realita di media Barat dan Arab terkait Suriah.

Terkait peran Saban, Ismail Salami menyatakan, di tahun 2002 warga zionis ini  dengan memanfaatkan pengaruhnya mendirikan Pusat Riset Timur Tengah Saban di lembaga Brookings di Washington. Lembaga ini masih di bawah lobi kuat Zionis di AS, AIPAC.

Menurut Salami di sebuah konferensi pers di Palestina pendudukan menandaskan, tiga kanal untuk mensukseskan pengaruh kebijakan luar negeri AS adalah mengucurkan bantuan finansial kepada partai politik, membentuk pusat komando dan mengontrol media massa. (IRIB Indonesia/MF/Senin, 2012 Juni 11 13:57)

Menelisik Kegagalan Amerika Mengubah NATO Menjadi Polisi Dunia



KTT NATO Ke-25 di Chicago, Amerika berakhir tanpa mencapai kesepakatan atas agenda yang telah ditetapkan. Padahal, sebelum pertemuan ini dimulai, Anders Fogh Rasmussen, Sekjen NATO menegaskan akan meraih kesepakatan yang positif, tapi deklarasi pertemuan Chicago ini menunjukan bahwa pertemuan ini tidak mampu meraih tujuan yang diinginkan. Bahkan pencapaian di pertemuan Chicago ini dilihat sebagai kemunduran dibandingkan pertemuan sebelumnya di Lisbon.

Agenda pembicaraan pertemuan NATO di Amerika ini adalah "NATO dan masa depan kerjasama keamanan dengan Afghanistan. Sekalipun dalam deklarasi akhir pertemuan Chicago menegaskan pengambilan langkah-langkah positif demi menyelesaikan masalah Afghanistan, tapi pada kenyataannya hal ini justru menciptakan friksi yang lebih besar antaranggota NATO sendiri. Tetap tinggal di Afghanistan atau meninggalkan negara ini merupakan masalah terbesar yang dihadapi para kepala negara anggota NATO. Sebagai contoh, Amerika bersikeras untuk tetap tinggal di Afghanistan hingga akhir tahun 2014, tapi Francois Hollande, Presiden Perancis menegaskan negaranya akan segera menarik pasukan Perancis dari Afghanistan.

Presiden Perancis menyebut penarikan mundur segera pasukan Perancis dari Afghanistan merupakan slogan utamanya dalam pemilu presiden sebelumnya yang membuatnya berhasil mengalahkan saingannya Nicolas Sarkozy. Menurut Hollande, ia tidak dapat melanggar janjinya kepada rakyat Perancis yang telah memilihnya. Oleh karena itu, ia harus melaksanakan janji yang telah disampaikan kepada rakyat. Sesuai dengan janjinya, Perancis akan menarik pasukannya dari Afghanistan selambat-lambatnya hingga akhir tahun ini, lebih cepat dari penentuan yang ditetapkan di pertemuan Lisbon, Portugal.

Afghanistan merupakan pengalaman pertama pasukan NATO di luar dari teritorial Eropa. Sekalipun peristiwa 11 September 2001 dijadikan alasan untuk mengirim pasukan ke negara ini, tapi sejak lama Amerika berusaha menjadikan NATO sebagai polisi dunia. Keinginan itu ada hanya beberapa tahun berselang setelah keruntuhan Uni Soviet. Demi membenarkan kehadiran pasukannya di mana saja, AS memunculkan pengiriman pasukan NATO ke seluruh penjuru dunia. Di sini, Afghanistan menjadi percobaan pertama. NATO melihat kelompok Taliban semakin lemah dan keinginan warga Afghanistan mengakhiri peperangan selama tiga dekade, membuat pengiriman pasukan ke sana menjadi tugas yang membanggakan. Tapi hanya beberapa bulan dari penempatan pasukan NATO di pegunungan bersalju Afghanistan, baru diketahui bahwa perang tidak mudah seperti yang dibayangkan.

Selama 11 tahun lalu, sejumlah kepala negara Barat yang bersikeras mengirimkan pasukan ke Afghanistan, mulai mendulang kegagalan dalam pemilu. Karena ketidakpuasan rakyat akan perang semakin menjadi-jadi ketika krisis ekonomi menimpa negara mereka. Pemerintah semakin sulit menjamin kebutuhan rakyat akibat bujet besar-besaran yang dialokasikan untuk perang Afghanistan. Dengan demikian, perang Afghanistan menjadi faktor yang membuat partai-partai oposisi penentang perang memenangkan pemilu presiden di negaranya. Contoh terbaru ketika rakyat Perancis memilih capres yang secara transparan menegaskan beberapa bulan lagi akan menarik pasukan Perancis dari Afghanistan.

Ketika menyaksikan Nicolas Sarkozy harus merelakan kekuasaannya diserahkan kepada Francois Hollande, para pemimpin NATO mulai khawatir masa depan mereka seperti Sarkozy. Di Amerika sendiri, popularitas Barack Obama menjadi anjlok akibat berusaha meningkatkan aktivitas perang di Afghanistan. Pertemuan Chicago menunjukkan NATO secara serius mulai berpikir untuk keluar dari Afghanistan. Pertemuan itu sudah bukan lagi membicarakan "tinggal atau keluar", tapi yang ada "bagaimana cara keluar" dari Afghanistan. Ini menjadi pembicaraan utama NATO selama dua tahun mendatang, bagaimana keluar dari Afghanistan secara terhormat.

Pengumuman proses penyerahan kontrol keamanan rakyat dan kota-kota Afghanistan kepada pasukan Afghanistan sendiri hingga akhir bulan Mei 2013 dan tetap memainkan peran pendukung hingga akhir tahun 2014 yang dicantumkan dalam deklarasi KTT NATO Ke-25 pada dasarnya upaya NATO untuk keluar secara terhormat dari Afghanistan. Sementara sebelum dimulainya KTT NATO Chicago ini, pengumuman partisipasi Presiden Pakistan, Asif Ali Zardari dalam pertemuan ini sangat menarik perhatian kalangan politik. Kehadiran presiden Pakistan membuka kemungkinan negara ini menyepakati pembukaan rute logistik NATO.

Namun di akhir KTT NATO semakin jelas friksi antara anggota NATO masih terus berlanjut. Sementara Pakistan sendiri belum mendapat jaminan soal tidak berulangnya serangan udara Amerika ke negara ini, sehingga Islamabad tidak ingin membuka rute hubungan NATO itu. Presiden Zardari kepada kepala-kepala negara NATO di Chicago mengatakan, "Hingga saat ini tidak ada nota kesepahaman yang ditandatangani untuk membuka rute Pakistan kepada pasukan NATO." Sedang kepada wartawan ia berkata, "Saya telah memerintahkan para diplomat Pakistan untuk mencari kesepakatan soal pembukaan rute yang menghubungkan negara ini ke Afghanistan."

Negara-negara anggota NATO sejak awal invasi militer ke Afghanistan tahun 2001 mengirimkan persenjataan dan pasukan mereka lewat jalur Pakistan ke Afghanistan. Tapi jalur ini telah ditutup sejak tahun kemarin. Dengan alasan memerangi anggota kelompok Taliban yang bersembunyi di Pakistan, berkali-kali NATO melanggar zona udara dan darat negara ini yang mengakibatkan jatuh korban dari penduduk sipil. Kasus terbaru adalah serangan jet-jet tempur NATO ke pos pemeriksaan perbatasan Salala yang mengakibatkan tewasnya 24 tentara Pakistan.

Sebagai bentuk protesnya, Islamabad sejak bulan November 2011 hingga kini menutup jalur tersebut. Sejak ditutupnya jalur darat Pakistan itu, pasukan NATO memasok kebutuhannya lewat jalur utara, dari negara-negara seperti Rusia, Kazakhstan, Uzbekistan dan Tajikistan. Masalahnya, panjang jalur utara yang harus dilalui lima kali jalur Pakistan. Dana pengiriman barang dari Karachi ke Afghanistan setiap kilometernya hanya 30 sen, sedangkan pengiriman yagn sama bila melewati jalur utara mencapai 3 dolar. Secara umum, anggaran transit barang yang dibutuhkan NATO lewat jalur utara mencapai 104 juta dolar, sementara bila lewat Pakistan dana yang harus dikeluarkan hanya 17 juta dolar.

Sejak bulan November, ketika rute Pakistan ditutup pemerintah, NATO belum mampu memasok kebutuhan bahan bakar yang membuat kota Kabul mengalami kelangkaan bahan bakar. Tapi masalah paling penting yang dihadapi NATO adalah pengiriman senjata telah dilarang melewati jalur utara. Hal inilah yang menjadikan rute Pakistan sangat vital bagi NATO sendiri. Pakistan yang mengetahui urgensi jalur yang dilewati NATO ini menjadikannya sebagai alat untuk menekan Amerika. Dengan menutup rute selatan ini, Pakistan memperkuat posisinya dalam perimbangan politik dan keamanan Afghanistan di hadapan Amerika dan sekutunya. Mereka berharap konsesi yang lebih besar dari NATO. Untuk itulah tidak ada penandatanganan nota kesepakatan dengan NATO di Chicago, sekalipun mereka berbicara tentang kemungkinan terjadinya kesepakatan.

Patut diketahui bahwa friksi yang terjadi antara Amerika dan negara-negara sekutunya tidak hanya terbatas pada "tinggal atau keluar" dari Afghanistan, tapi pembiayaan NATO juga menjadi masalah besar. Krisis ekonomi yang melanda Amerika dan Eropa juga berimbas pada berkurangnya anggaran militer negara-negara anggota NATO. Kenyataan ini membuat negara-negara ini tidak mampu membiayai anggaran makro penugasan NATO lebih dari saham yang dimilikinya. Amerika sendiri seperti yang sudah-sudah tidak mampu menambah sahamnya di bujet NATO.

Saat ini, Amerika menyumbang lebih dari 70 persen anggaran NATO. Anders Fogh Rasmussen, Sekjen NATO mengkhawatirkan berkurangnya anggaran pertahanan negara-negara anggota NATO. Menurutnya, berkurangnya bujet pertahanan negara-negara anggota NATO secara perlahan-lahan akan menjadikan benua Eropa bak macan kertas." Sidang KTT NATO Ke-25 di Chicago, Amerika menunjukkan Amerika gagal menciptakan persatuan di lembaga ini dan mimpinya mengubah NATO sebagai polisi dunia untuk memuluskan kebijakan intervensif Washington. (IRIB Indonesia/SL/NA)

0 comments to "Israel Serang Suriah dari Tiga Arah. Amerika pun "GAGAL" jadi Polisi Dunia"

Leave a comment