Sejak awal diciptakan, dunia dibangun di atas landasan keadilan dan keteraturan yang menakjubkan. Alam semesta dengan seluruh bintang-gemintang dan galaksinya, semuanya itu menunjukkan adanya suatu sistem cerdas yang teratur. Sejatinya, kezaliman dan ketidakadilan bertentangan dengan prinsip keteraturan alam semesta. Karena itu, kezaliman yang terjadi di muka bumi tidak akan pernah abadi dan suatu saat nanti akan dimusnahkan untuk selamanya. Mengenai hal ini, Rasulullah Saw meramalkan datangnya seorang manusia agung yang akan menegakkan keadilan dan melawan kezaliman di akhir zaman. Beliau bersabda: "Kalaupun umur dunia hanya tersisa sehari, Allah Swt akan memanjangkan hari itu sedemikian rupa hingga seorang dari keturunanku bangkit dan memenuhi dunia dengan keadilan, setelah sebelumnya penuh dengan kezaliman".
Tanggal 15 Sya'ban adalah hari kelahiran Sang Juru Selamat, Imam Mahdi as. Penyelamat umat manusia di saat dunia diselimuti awan gelap dan ia pun bangkit laksana mentari yang bersinar terang. Dalam beberapa hadis, Sang Juru Selamat yang terakhir disebut-sebut seperti Nabi Musa as. Firaun membunuh semua perempuan yang hamil dan anak lelaki yang baru lahir guna mencegah lahirnya Nabi Musa yang akan muncul untuk menghancurkan singgahsana Firaun. Begitu halnya dengan para khalifah Abbasiah. Mereka mendengar bahwa akan lahir seorang pejuang dari keturunan Rasulullah yang akan menumbangkan pemerintahan dinasti Abbasiah. Karena itu, mereka pun berusaha mencegah lahirnya Imam Mahdi. Namun jika Allah Swt telah menghendaki, maka apapun saja bisa terjadi. Sang Juru Selamat yang terakhir pun lahir di kota Samarra tanpa diketahui oleh para pembesar Dinasti Abbasiyah.
Imam Mahdi as dilahirkan pada hari Jumat, 15 Syaban 255 Hq. Dengan kelahiran beliau, rumah Imam Hasan Askari pun dipenuhi dengan cahaya kebahagiaan. Di masa awal kelahirannya, sang bayi suci itu telah mengungkapkan kesaksiannya atas keesaan Allah Swt dan kerasulan Nabi Muhammad Saw sebagai rasul yang terakhir. Dan ketika dia dibawa ke ayahnya, dibacakanlah kutipan al-Quran, surat al-Qashash, ayat 5 yang artinya, "Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi)."
Imam Hasan Askari as memberi nama putranya itu dengan nama datuknya, Muhammad, nabi terakhir yang membawa agama paling sempurna untuk seluruh umat manusia. Aba Shaleh, Mahdi, Qaim, Muntazhar, dan Shahibuz-Zaman merupakan gelar Imam Mahdi yang paling dikenal. Ia merupakan pewaris seluruh nabi. Seluruh sifat dan kepribadian mulia mereka terhimpun dalam pribadi suci Imam Mahdi as. Ia adalah penjelmaan akhlak mulia Rasulullah Saw serta keberanian dan keutamaan Imam Ali as. Amirul Mukminin berkata, "Dia adalah orang yang paling berilmu di antara kalian". Imam Baqir as juga menuturkan, "Ilmu tentang kitabullah dan hadis Rasulullah Saw tumbuh dalam kalbu Imam Mahdi as laksana tumbuhan yang tumbuh di muka bumi dengan bentuknya yang terindah".
Kehidupan Imam Mahdi as begitu sederhana sebagaimana cara hidup para nabi. Sebagian besar waktunya ia baktikan untuk beribadah kepada Allah Swt. Ia dikenal berlaku sangat adil, penuh pengasih dan dermawan. Saat menggambarkan beliau, Rasulullah Saw bersabda, "Seorang lelaki datang kepada Imam Mahdi dan berkata kepadanya, wahai Imam berikan sesuatu kepadaku. Maka Imam pun memberikan padanya sehimpun harta sebanyak yang mampu dibawa oleh lelaki itu".
Imam Mahdi as selalu bersikap tegas terhadap para pelaku kezaliman dan menjadikan keadilan sebagai ujung utama perjuangannya. Kendati kehadiran Imam Mahdi saat ini tidak diketahui, namun kehadirannya menjadi sumber petunjuk, kebaikan dan berkah bagi alam semesta. Ia tersambung dengan kalbu para pecintanya seperti mentari yang bersinar terang dan memberi mereka kehangatan. Sebagaimana yang diperumpamakan oleh hadis, "Ia bagaikan mentari yang bersinar di balik awan. Kendati ia tak terlihat, namun penghuni bumi senantiasa memperoleh sinarnya".
Koran al-Rayu al-Am cetakan Kuwait dalam laporannya menulis, keyakinan atas munculnya Imam Mahdi as, sang penyebar keadilan, kian menambah kekuatan dan pertahanan sekelompok muslim. Menurut harian terbitan Kuwait itu, kendati kekuatan militer negara-negara muslim seperti Iran dan Lebanon tidak sebanding dengan kecanggihan alat-alat perang negara-negara Barat, namun kekuatan dan kebesaran yang diucapkan masyarakat muslim syiah jauh lebih besar ketimbang kekuatan militer yang mereka miliki. Rasa kemuliaan dan kebesaran itu muncul dari keyakinan mereka terhadap makin dekatnya masa kemunculan Imam Mahdi as, Imam yang ke-12 umat Islam Syiah. Al-Rayu al-Am menambahkan, "Keyakinan akan munculnya Sang Juru Selamat di kalangan masyarakat Syiah membuat semangat mereka senantiasa siap menghadapi segala bentuk peristiwa yang akan terjadi. Kesiapan semacam itulah yang bisa memunculkan perubahan signifikan di masa mendatang".
Munculnya Sang Juru Selamat bukan sekedar masalah lokal atau regional semata. Islam memandang munculnya Sang Juru Selamat itu sebagai persoalan universal dan mencakup seluruh umat manusia. Islam dan agama-agama samawi lainnya memberikan kabar gembira bahwa suatu hari nanti manusia akan hidup dalam suasana penuh kebahagiaan, keadilan, kebebasan, dan keamanan. Di masa itu, akan muncul Sang Juru Selamat yang akan memenuhi dunia dengan keadilan dan kasih sayang. Ia akan menempatkan orang-orang saleh sebagai pemimpin dunia. Ia juga akan mengadili dan menghukum seluruh pelaku kezaliman dan mengembalikan hak-hak kalangan yang selama ini ditindas. Penegakan keadilan dan pemberantasan kezaliman yang diperjuangkan oleh Imam Mahdi merupakan bukti bahwa kezaliman pasti hancur dan alam semesta akan terus bergerak menuju masa depan yang cemerlang.
Sejatinya, manusia senantiasa merindukan keadilan dan sunnatullah niscaya akan memenuhi keinginan itu. Di mata Islam, masa yang dipenuhi dengan kezaliman hanya berlaku sementara dan umat manusia pada akhirnya akan menuju pada keadilan dan perdamaian abadi. Dengan kata lain, dengan munculnya Imam Mahdi as, masa kegelapan niscaya berakhir dan masa kecemerlangan pun dimulai. Peradaban manusia di era Imam Mahdi as akan benar-benar lepas dari jeratan kezaliman dan manusia akan merasakan arti kebebasan yang sebenarnya. Keadilan yang ditegakkan Imam Mahdi as pun akan menyebar ke seluruh penjuru dunia. Imam Shadiq as berkata, "Demi Allah, Imam Mahdi as akan menyebarkan keadilan hingga masuk ke sudut-sudut terakhir rumah penduduk laksana hawa panas dan dingin yang menembus rumah-rumah kita". Dengan demikian, keyakinan pada Sang Juru Selamat di akhir zaman yang merupakan impian manusia sejak di masa lalu, merupakan penentu nasib manusia di masa depan dan dampaknya akan meresap di seluruh sendi-sendi kehidupan. Begitu indahnya gambaran keadilan Sang Juru Selamat hingga akhirnya manusia menyadari bahwa dunia bertahan hanya karena untuk mencapai tujuan mulia itu.
Kedatangan Imam Mahdi as sebagai Juru Selamat di akhir zaman merupakan kabar gembira bahwa keadilan dan perdamaian akan menguasai dunia. Karena itu umat manusia mesti mempersiapkan dirinya untuk menyambut datangnya era keadilan. Dan sudah semestinya, nilai-nilai moral harus ditegakkan, perang dan kezaliman mesti dicegah hingga kesempatan bagi munculnya Sang Juru Selamat benar-benar tersiapkan. Pasca kedatangan Imam Mahdi as, umat manusia pun bisa merasakan manisnya keadilan dan semuanya akan bisa mengambil manfaat dari berkah dan kekayaan bumi yang selama ini tersimpan.
Di era pemerintahan Imam Mahdi as, keamanan akan berlaku di seluruh dunia. Islam menilai, keamanan sejati hanya terwujud dengan keimanan dan menjauhi segala bentuk syirik. Allah Swt dalam surat al-An'am ayat 82 berfirman, "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." Terkait masalah ini, Imam Mahdi as berkata,"Aku adalah sumber keamanan dan ketenangan bagi penghuni bumi." (IRIB Indonesia/Selasa, 2012 Juli 03 10:56)
Stand Indonesia di Pameran Mahdawiyat Iran
|
Menurut Kantor Berita ABNA, satu stand bersama dengan Malaysia, Indonesia turut berpartisipasi dalam Pameran Internasional yang bertajuk, The International Exhibition of Safiran_e Aftab yang terselenggara di Qom Iran. Menurut Mahyuddin, Lc salah seorang pengelola stand Indonesia, pameran Internasional tersebut merupakan salah satu agenda dari Pekan Mahdawiyat yang telah menjadi agenda rutin Universitas Internasional Al Mustafa Qom untuk memeriahkan peringatan kelahiran Imam Mahdi afs.
Pameran yang terselenggara dari 2-6 Juli di areal Masjid Jamkaran Qom Republik Islam Iran tersebut diikuti kurang lebih 60 negara. Tiap stand menampilkan dokumentasi kesemarakan perayaan Nisfu Sya'ban di masing-masing negara. Di stand Indonesia ditampilkan dokumentasi perayaan Nisfu Sya'ban di Bogor dan Seminar Mahdawiyat di Makassar dan beberapa kegiatan lain yang bertemakan peringatan Nisfu Sya'ban dan Mahdawiyat yang pernah terselenggara di beberapa kota di Indonesia dalam bentuk film pendek dan foto-foto kegiatan. Di stand tersebut juga dipajang beberapa karya ilmiah dan skripsi mahasiswa Indonesia yang bertemakan wacana Mahdawiyat, termasuk buku-buku yang terbit di Indonesia baik terjemahan maupun tulisan karya penulis Indonesia, semisal, buku Kebangkitan Imam Mahdi, Imam Mahdi dalam Pandangan Ahlus Sunnah wal Jama'ah, Do'a Menyambut Kedatangan Imam Mahdi dan lain-lain.
Mahyuddin, Lc mahasiswa Universitas al Mustafa asal Makassar tersebut lebih lanjut menyatakan, "Pameran yang diikuti banyak negara tersebut bertujuan untuk saling memperkenalkan budaya negara masing-masing khususnya dalam penyelenggaraan peringatan kelahiran Imam Mahdi afs pada malam Nisfu Sya'ban." Pameran Internasional yang terselenggara atas kerjasama Universitas Al Mustafa dengan Yayasan Pengelola Masjid Jamkaran tersebut dihari pertamanya dikunjungi ratusan orang. Tampak setiap penjaga stand sibuk melayani pertanyaan pengunjung yang ingin mengenal lebih dekat negara dan kondisi kaum muslim di negara tersebut. (http://www.abna.ir/data.asp?lang=12&id=326660)
Pameran yang terselenggara dari 2-6 Juli di areal Masjid Jamkaran Qom Republik Islam Iran tersebut diikuti kurang lebih 60 negara. Tiap stand menampilkan dokumentasi kesemarakan perayaan Nisfu Sya'ban di masing-masing negara. Di stand Indonesia ditampilkan dokumentasi perayaan Nisfu Sya'ban di Bogor dan Seminar Mahdawiyat di Makassar dan beberapa kegiatan lain yang bertemakan peringatan Nisfu Sya'ban dan Mahdawiyat yang pernah terselenggara di beberapa kota di Indonesia dalam bentuk film pendek dan foto-foto kegiatan. Di stand tersebut juga dipajang beberapa karya ilmiah dan skripsi mahasiswa Indonesia yang bertemakan wacana Mahdawiyat, termasuk buku-buku yang terbit di Indonesia baik terjemahan maupun tulisan karya penulis Indonesia, semisal, buku Kebangkitan Imam Mahdi, Imam Mahdi dalam Pandangan Ahlus Sunnah wal Jama'ah, Do'a Menyambut Kedatangan Imam Mahdi dan lain-lain.
Mahyuddin, Lc mahasiswa Universitas al Mustafa asal Makassar tersebut lebih lanjut menyatakan, "Pameran yang diikuti banyak negara tersebut bertujuan untuk saling memperkenalkan budaya negara masing-masing khususnya dalam penyelenggaraan peringatan kelahiran Imam Mahdi afs pada malam Nisfu Sya'ban." Pameran Internasional yang terselenggara atas kerjasama Universitas Al Mustafa dengan Yayasan Pengelola Masjid Jamkaran tersebut dihari pertamanya dikunjungi ratusan orang. Tampak setiap penjaga stand sibuk melayani pertanyaan pengunjung yang ingin mengenal lebih dekat negara dan kondisi kaum muslim di negara tersebut. (http://www.abna.ir/data.asp?lang=12&id=326660)
Menurut WAHABI/salafiyah/ulama klasik :
Hukum Perayaan Malam Nisyfu Sya'ban
Sabtu, 09-Agustus-2008, Penulis: Buletin Al Atsari
|
---|
Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman (yang artinya) :
"Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan nikmat-Ku dan telah Kuridhai Islam sebagai agama bagimu ". (QS. Al Maidah : 3). Dan Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam pernah pernah bersabda (yang artinya): "Barang siapa mengada-adakan satu perkara (dalam agama) yang sebelumnya belum pernah ada, maka ia tertolak ". (HR. Bukhari Muslim) dalam riwayat Muslim (yang artinya): "Barang siapa mengerjakan perbuatan yang tidak kami perintahkan (dalam agama) maka ia tertolak". Masih banyak lagi hadits-hadits yang senada dengan hadits ini, yang semuanya menunjukan dengan jelas, bahwasanya Allah telah menyempurnakan agama ini untuk umat-Nya. Dia telah mencukupkan nikmat-Nya bagi mereka. Dia tidak mewafatkan nabi Muhammad Shalallahu’alaihi Wassallam kecuali setelah beliau menyelesaikan tugas penyampaian risalahnya kepada umat dan menjelaskan kepada mereka seluruh syariat Allah, baik melalui ucapan maupun pengamalan. Beliau menjelaskan segala sesuatu yang akan diada-adakan oleh sekelompok manusia sepeninggalnya dan dinisbahkan kepada ajaran Islam baik berupa ucapan ataupun perbuatan, semuanya bid'ah yang tertolak, meskipun niatnya baik. Para sahabat dan ulama mengetahui hal ini, maka mereka mengingkari perbuatan-perbuatan bid'ah dan memperingatkan kita dari padanya. Hal ini disebutkan oleh mereka yang mengarang tentang pengagungan sunnah dan pengingkaran bid'ah seperti Ibnu Wadhah dan Abi Syamah dan lainnya. Diantara bid'ah yang biasa dilakukan oleh banyak orang adalah bid'ah mengadakan upacara peringatan malam nisyfu sya'ban dan mengkhususkan hari tersebut dengan puasa tertentu. Padahal tidak ada satupun dalil yang dapat dijadikan sandaran, memang ada beberapa hadits yang menegaskan keutamaan malam tersebut akan tetapi hadits-hadits tersebut dhaif sehingga tidak dapat dijadikan landasan. Adapun hadits-hadits yang menegaskan keutamaan shalat pada hari tersebut adalah maudhu' (palsu). A1 Hafidz ibnu Rajab dalam bukunya "Lathaiful Ma'arif ' mengatakan bahwa perayaan malam nisfu sya'ban adalah bid'ah dan hadits-¬hadits yang menerangkan keutamaannya adalah lemah. Imam Abu Bakar At Turthusi berkata dalam bukunya `alhawadits walbida' : "Diriwayatkan dari wadhoh dari Zaid bin Aslam berkata :"kami belun pernah melihat seorangpun dari sesepuh ahli fiqih kami yang menghadiri perayaan nisyfu sya'ban, tidak mengindahan hadits makhul (dhaif) dan tidak pula memandang adanya keutamaan pada malam tersebut terhadap malam¬-malam lainnya". Dikatakan kepada Ibnu Maliikah bahwasanya Ziad Annumari berkata: "Pahala yang didapat (dari ibadah ) pada malam nisyfu sya'ban menyamai pahala lailatul qadar. bnu Maliikah menjawab : Seandainya saya mendengar ucapannya sedang ditangan saya ada tongkat, pasti saya pukul dia. Ziad adalah seorang penceramah. Al Allamah Syaukani menulis dalam bukunya, fawaidul majmuah, sebagai berikut : Hadits : "Wahai Ali barang siapa melakukan shalat pada malam nisyfu sya'ban sebanyak seratus rakaat : ia membaca setiap rakaat Al Fatihah dan Qulhuwallahuahad sebanyak sepuluh kali, pasti Allah memenuhi segala .... dan seterusnya. Hadits ini adalah maudhu', pada lafadz-lafadznya menerangkan tentang pahala yang akan diterima oleh pelakunya adalah tidak diragukan kelemahannya bagi orang berakal, sedangkan sanadnya majhul (tidak dikenal). Hadits ini diriwayatkan dari jalan kedua dan ketiga, kesemuanya maudhu ' dan perawi¬-perawinya majhul. Dalam kitab "Al-Mukhtashar" Syaukani melanjutkan : "Hadits yang menerangkan shalat nisfu sya'ban adalah batil" . Ibnu Hibban meriwayatkan hadits dari Ali : "...Jika datang malam nisfu sya'ban bershalat malamlah dan berpusalah pada siang harinya". Inipun adalah hadits yang dhaif. Dalam buku Al-Ala'i diriwayatkan : "Seratus rakaat dengan tulus ikhlas pada malam nisfu sya'ban adalah pahalanya sepuluh kali lipat". Hadits riwayat Ad-Dailamy, hadits ini tidak maudhu; tetapi mayoritas perawinya pada jalan yang ketiga majhul dan dho'if. Imam Syaukani berkata : "Hadits yang menerangkan bahwa dua belas raka' at dengan tulus ikhlas pahalanya adalah tiga puluh kali lipat, maudhu'. Dan hadits empat belas raka'at ....dst adalah maudhu". Para fuqoha' banyak yang tertipu oleh hadits-¬hadits maudhu' diatas seperti pengarang Ihya' Ulumuddin dan sebagian ahli tafsir. Telah diriwayatkan bahwa sholat pada malam itu yakni malam nisfu sya'ban yang telah tersebar ke seluruh pelosok dunia semuanya adalah bathil (tidak benar) dan haditsnya adalah maudhu'. Al-Hafidh Al-Iraqy berkata : "Hadits yang menerangkan tentang sholat nisfu sya'ban maudhu' dan pembohongan atas diri Rasulullallah Shalallahu’alaihi Wassallam. Dalam kitab Al-Majmu', Imam Nawawi berkata :"Shalat yang sering kita kenal dengan shalat ragha'ib berjumlah dua belas raka'at dikerjakan antara maghrib dan isya' pada malam jum'at pertama bulan rajab, dan sholat seratus raka'at pada malam nisfu sya'ban, dua sholat ini adalah bid'ah dan mungkar. Tak boleh seorangpun terpedaya oleh kedua hadits tersebut hanya karena telah disebutkan didalam kitab Qutul Qulub dan Ihya' Ulumuddin, sebab pada dasarnya hadits-haduts tersebut bathil (tidak boleh diamalkan). Kita tidak boleh cepat mempercayai orang-orang yang menyamarkan hukum bagi kedua hadits yaitu dari kalangan a'immah yang kemudian mengarang lembaran-¬lembaran untuk membolehkan pengamalan kedua hadits tersebut. Syaikh Imam Abu Muhammad Abdurrahman bin Isma' il Al-Maqdisy telah mengarang suatu buku yang berharga; beliau menolak (menganggap bathil) kedua hadits diatas. Dalam penjelasan diatas tadi, seperti ayat-ayat Al-Qur'an dan beberapa hadits serta pendapat para ulama jelaslah bagi pencari kebenaran (haq) bahwa peringatan malam nisfu sya' ban dengan pengkhususan sholat atau lainnya, dan pengkhususan siang harinya degan puasa itu semua adalah bid’ah dan mungkar tidak ada dasar sandarannya didalam syari'at Islam ini, bahkan hanya merupakan perkara yang diada-adakan dalam Islam setelah masa hidupnya para shahabat. Marilah kita hayati ayat Al-Qur'an dibawah ini (yang artinya): "Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan Ku-Ridhoi Islam sebagai agamamu". Dan banyak lagi ayat-ayat lain yang semakna dengan ayat diatas. Selanjutnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): "Barang siapa mengada-adakan satu perkara (dalam agama) yang sebelumnya belum pernah ada, maka ia tertolak". (HR. Bukhari Muslim). Dalam hadits lain beliau bersabda (yang artinya): "Janganlah kamu sekalian mengkhususkan malam jum 'at dari pada malam-malam lainnya dengan suatu sholat, dan janganlah kamu sekalian mengkhususkan siang harinya untuk berpuasa dari pada hari-hari lainnya, kecuali jika sebelum hari itu telah berpuasa" (HR. Muslim). Seandainya pengkhususan suatu malam dengan ibadah tertentu itu dibolehkan oleh Allah, maka bukankah malam jum'at itu lebih baik dari pada malam-malam lainnya, karena hari jum'at adalah hari yang terbaik yang disinari oleh matahari ? Hal ini berdasarkan hadits-hadits Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam yang shohih. Tatkala Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam telah melarang untuk mengkhususkan sholat pada malam hari itu ini menunjukkan malam yang lainnya lebih tidak boleh lagi. Kecuali jika ada dalil yang shohih yang mengkhususkannya. Manakala malam lailatul Qadar dan malam¬-malam bulan puasa itu disyari'atkan supaya sholat dan bersungguh-sungguh dengan ibadah tertentu, Nabi mengingatkan dan menganjurkan kepada ummatnya agar supaya melaksanakan¬nya, beliaupun juga mengerjakannya. Sebagaimana disebutkan didalam hadits yang shohih (yang artinya): "Barang siapa melakukan sholat pada malam bulan ramadhan dengan penuh rasa iman dan mengharap pahala niscaya Allah akan mengampuni dosanya yang telah lewat. Dan barangsiapa yang melakukan sholat pada malam lailatul Qadar dengan penuh rasa iman niscaya Allah akan mengampuni dosa yang telah lewat" (Muttafaqun 'alahi). Jika seandainya malam nisfu sya'ban, malam jum'at pertama pada bulan rajab, serta malam isra' mi'raj diperintahkan untuk dikhususkan dengan upacara atau ibadah tertentu, pastilah Rasululah Shalallahu’alaihi Wassallam menjelaskan kepada ummatnya atau menjalankannya sendiri. Jika memang hal ini pernah terjadi, niscaya telah disampaikan oleh para shahabat kepada kita, mereka tidak akan menyembunyikannya, karena mereka adalah sebaik-baik manusia clan yang paling banyak memberi nasehat setelah Rasululah Shalallahu’alaihi Wassallam. Dari pendapat-pendapat ulama tadi anda dapat menyimpulkan bahwa tidak ada ketentuan apapun dari Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam ataupun dari para sahabat tentang keutamaan malam malam nisfu sya'ban dan malam jum'at pertama pada bulan Rajab. Dari sini kita tahu bahwa memperingati perayaan kedua malam tersebut adalah bidah yang diada-adakan dalam Islam, begitu pula pengkhususan dengan ibadah tertentu adalah bid'ah mungkar; sama halnya dengan malam 27 Rajab yang banyak diyakini orang sebagai malam Isra dan Mi'raj, begitu juga tidak boleh dirayakan dengan upacara-upacara ritual, berdasarkan dalil-dalil yang disebutkan tadi. (Diringkas/ disadur dari kitab Tahdzir minul bida' karya Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Oleh An Nafi'ah dan redaksi/sumber:http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=330). Lahirnya Sang Mentari, Imam Mahdi as
Bulan Syaban telah tiba, bulan penuh berkah ini juga menjadi saksi dari kelahiran sang juru selamat dunia, Imam Mahdi as. Manusia suci ini lahir di hari Jum'at, pertengahan bulan Syaban tahun 255 H di kota Samarra, Irak. Ayah beliau Imam Hasan Askari as dan ibunya bernama Nargies. Keturunan suci Rasulullah ini dipenuhi berbagai keajaiban, mulai dari proses kelahiran hingga masa ghaibnya.
Kelahiran manusia suci ini sangat menakjubkan di mana sang ibunda tidak tampak tanda-tanda kehamilan. Rahasia hal ini cukup jelas karena khalifah Bani Abbasiyah mengetahui dari berbagai riwayat Rasulullah Saw dan para Imam bahwa Imam Hasan Askari akan memiliki seorang putra yang mengikis sendi-sendi pemerintahan zalim. Sosok yang akan menumbangkan pemerintahan arogan dan zalim serta memenuhi dunia dengan keadilan.
Oleh karena itu, mata-mata Bani Abbasiyah diperintahkan mengawasi penuh setiap gerak-gerik keluarga suci ini dengan harapan mampu mencegah kelahiran bayi yang dijanjikan oleh Allah Swt tersebut. Dengan demikian tak heran jika proses kehamilan hingga kelahiran Imam Mahdi tidak biasa dan masyarakat tidak menyadarinya. Sejatinya apa yang terjadi dengan Imam Mahdi di proses kelahirannya merupakan pengulangan dari kelahiran Nabi Musa as. Musuh-musuh Imam Mahdi juga kembali mengulang strategi Firaun.
Firaun Mesir melakukan tindakan sadis dan biadab dengan mengawasi para wanita yang tengah hamil dan membunuh setiap bayi laki-laki. Tindakan Firaun tersebut tak lebih ditujukan untuk menghancurkan Musa yang nantinya diprediksikan akan meruntuhkan pemerintahan sang Firaun. Namun di sini, Firaun tidak memahami kekuasaan Allah Swt, Sang Pencipta Alam Semesta. Allah menjaga Musa dari pembantaian dan menyelamatkannya. Prosesnya pun tak berbeda dengan kehamilan ibunda Imam Mahdi. Nabi Musa dilahirkan secara rahasia. Sementara itu, penguasa Bani Abbasiyah pun berencana membunuh Imam Mahdi. Untuk mensukseskan ambisinya ini mereka tak segan-segan mengerahkan mata-mata dan pasukan untuk mengawasi penuh Imam Hasan Askari beserta keluarganya. Namun kekuasaan Allah membuyarkan angan-angan mereka.
Saat ini Imam Mahdi telah berusia 1178 tahun. Sebagian orang mungkin tidak mempercayai hal ini, bahwa ada seseorang yang berusia hingga sedemikan lama. Namun jika kita merujuk pada kekuasaan Allah yang tidak terbatas serta Tuhanlah yang menguasai usia manusia, maka hal ini sepenuhnya dapat diterima. Ini bukan suatu mukjizat atau sesuatu yang luar biasa. Karena baik menurut rasio atau sains, Allah Swt mampu memberikan usia manusia 60 tahun menjadi 200 tahun atau lebih.
Sementara itu, menurut sains usia manusia tergantung dengan kondisi lingkungan di mana mereka hidup. Jika seseorang hidup dalam kondisi yang tepat maka ia akan berusia cukup panjang. Uniknya lagi saat ini para ilmuwan berusaha mempersiapkan kondisi seperti ini bagi manusia serta membuat usia mereka bertambah beberapa kali lipat dengan teknologi genetik.
Selain itu, sepanjang sejarah kita menemukan manusia yang berusia panjang. Berbagai ayat suci al-Quran menceritakan usia panjang sejumlah umat terdahulu. Dengan bersandar pada ayat tersebut, maka kondisi Imam Mahdi yang berusia panjang pun secara ilmiah mampu dibuktikan. Ayat-ayat tersebut seperti ayat yang berkenaan dengan Nabi Nuh as. Allah Swt di surat al-Ankabut ayat 14 berfirman,"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim."
Saat menceritakan kehidupan Nabi Yunus as, Allah Swt di surat As-Saffat berfirman,"Niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit." Ayat ini membuktikan bahwa Allah Swt mampu mempertahankan hidup manusia sekalipun di tempat yang tidak terdapat sarana kehidupan, seperti di perut ikan. Selain itu, umat terdahulu rata-rata berumur panjang. Dengan demikian wajar jika Allah Swt Yang Maha Mampu dan Perkasa dapat melindungi khalifah serta penggantinya di bumi dari incaran kematian yang datangnya dari penguasa zalim Bani Abbasiyah. Untuk merealisasikan hikmahnya, Allah Swt juga memberikan usia panjang kepada Imam Mahdi as.
Tak dapat diragukan bahwa tujuan dari pengutusan para Nabi dan pemimpin Ilahi adalah membimbing dan memberi hidayah kepada manusia. Namun demikan hidayah ini akan sukses jika masyarakat telah memiliki kesiapan untuk menerimanya. Jika sebuah masyarakat tidak memiliki kesiapan tersebut maka misi para Nabi pun tidak terlalu berhasil. Pembatasan ekstra ketat terhadap Imam Hadi as dan Imam Hasan Askari as membuat beliau tidak leluasa menyampaikan misinya.
Oleh karena itu, hikmah Ilahi mengharuskan Imam keduabelas (Imam Mahdi as) harus ghaib dari masyarakat hingga umat memiliki kesiapan untuk menerima beliau. Kini muncul pertanyaan, apa fungisnya Imam selama masa ghaib ? Apa faedah yang dapat diraih masyarakat dari seorang Imam yang ghaib ? Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama-tama harus dipahami bahwa arti dari keghaiban Imam Mahdi bukan berarti beliau berubah menjadi ruh yang tidak kasatmata atau sesuatu yang misteri. Namun sebaliknya Imam Mahdi hidup secara normal, tidak ada perubahan dalam fisik beliau menjadi sesuatu yang lain.
Imam Mahdi as hidup secara normal di tengah-tengah masyarakat, namun beliau tidak dikenal. Beliau tidak hidup di satu tempat tertentu, Imam Mahdi hidup di berbagai belahan dunia. Di saat Rasulullah Saw ditanya mengenai usia panjang Imam Mahdi as, beliau menjawab,"Saya bersumpah atas nama Allah Swt yang mengutusku sebagai Nabi, di masa keghaiban Mahdi, umat manusia dapat memanfaatkan keberadaannya dan menikmati cahaya keimamahannya sama seperti matahari ketika berada di balik awan."
Manfaat matahari tidak terbatas ketika sinarnya lansung menyinari bumi. Ketika sang menteri berada di balik awan pun masih memberikan manfaat besar bagi kehidupan alam seperti produksi panas, pertumbuhan tumbuh-tumbuhan serta produk energi untuk menggerakkan mata rantai kehidupan. Oleh karena itu, pancaran religius keberadaan Imam Mahdi meski berada di balik keghaiban memiliki berbagai dampak yang dapat dirasakan. Salah satunya adalah harapan atas kemunculan sang juru selamat yang menjadi motor penggerak bagi manusia untuk meraih masa depan yang gemilang.
Keyakinan akan konsep juru selamat di akhir zaman mampu menjadi faktor pencegah perbuatan merusak hingga munculnya Imam Mahdi.Harapan dan penantian (intizar) kemunculan Imam Mahdi selain memberikan spirit bagi manusia juga mempersiapkan jalan masa depan juga memberi manusia kekuatan stabil dan spirit ini diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya hingga masa kemunculan Imam Mahdi. Hal inilah yang membuat manusia memiliki semangat kuat untuk menentang kezaliman sepanjang masa.
Sejatinya, penantian berarti tidak puas akan kondisi yang ada. Manusia menanti kebaikan menguasai dunia. Ketika manusia memiliki keyakinan seperti ini. Penantian adalah sebuah kondisi psikologis yang memunculkan persiapan terhadap sesuatu yang dinantikan dan lawan kata dari hal itu adalah putus asa. Setiap kali penantian meningkat, maka persiapan semakin banyak. Tidakkah Anda merasakan jika menanti seseorang yang akan datang, maka akan bertambah pula persiapan Anda ketika kedatangan seseorang itu semakin dekat.
Dari sisi ini, setiap kali tingkatan penantian mengalami perbedaan maka terjadi pula perbedaan kecintaan terhadap orang yang Anda nantikan. Manakala kecintaan semakin besar maka bertambah besar pula persiapan menyambut kedatangan orang yang dicintai. Perpisahan dengan sang kekasih membuatnya sedih. Sampai-sampai orang yang menanti melupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan penjagaan dirinya, dia tidak lagi merasakan apa yang menimpa dirinya dari rasa sakit ataupun tekanan yang menyayat.
Seorang mukmin yang menanti pemimpinnya, manakala penantiannya semakin besar maka semakin besar pula upaya dirinya untuk mempersiapkan baik dengan berbuat warak, berupaya sungguh-sungguh, melakukan pembenahan diri, menghindari akhlak-akhlak yang buruk, menghiasi dengan akhlak-akhlak yang terpuji sehingga ia berhasil menjumpai pemimpinnya, menyaksikan keindahannya di masa kegaibannya. Sebagaimana hal ini terjadi pada sejumlah besar orang saleh. Karena itu, para imam maksum memerintahkan para pengikut mereka, sesuai dengan yang tercantum dalam riwayat-riwayat, untuk melakukan upaya pembenahan diri dan melaksanakan segala bentuk ketaatan.
Henry Corbin, guru besar filsafat di Universitas Sorbonne Perancis dan orientalis terkenal asal Perancis mengatakan,"Menurut saya mazhab Syiah merupakan satu-satunya mazhab yang tetap menjaga interaksi hidayah antara Tuhan dan makhluk serta senantiasa menghidupkan imamah." Ia pun melakukan riset di antara Yahud dan Kristen serta menyebut imamah (hidayah Ilahi) merupakan kekhususan mazhab Syiah. "Yahudi berkeyakinan bahwa kenabian yang menjadi jembatan antara Tuhan dan alam semesta terputus dengan berakhirnya kenabian Musa as. Adapun umat Kristen meyakini al-Masih sebagai nabi terakhir. Sementara di antara umat Islam terdapat berbagai kelompok. AhlulSunnah meyakini setelah berakhirnya kenabian Muhammad Saw maka terputus pulalah hubungan antara pencipta dan makhluk. Hanya mazhab Syiahlah yang selain meyakini Muhammad sebagai nabi terakhir, masih mengakui pula wilayah (hidayah Ilahi) tidak terputus dan untuk selamanya terus terpancar," tandas Corbin.(IRIB Indonesia)
Muslim Bali HidupkanMalam Nifsu Sya'ban
Rabu, 04 Juli 2012, 20:00 WIB
Dok Republika
Membaca Alquran (ilustrasi)
REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Umat Muslim di Pulau Bali menyambut datangnya malam Nifsu Sya'ban dengan membaca Surat Yasin bersama-sama. Kegiatan ini digelar di beberapa lokasi di Pulau Dewata, satu antaranya di Masjid Al Ikhlas, Monang-Maning Denpasar, yang dipimpin Imam Masjid, H Nur Zainuddin.
Nur Zaenuddin menjelaskan, kegiatan malam Nisfu Sya'ban merupakan bagian dari upaya mempersiapkan diri menyambut datangnya bulan Ramadhan. Kegiatan membaca Surat Yasin bersama adalah agar umat Muslim diperkuat imannya, dipanjangkan umur, serta dimurahkan rizki dalam rangka ibadah kepada Allah.
"Kalau kita sudah siap menyambut kedatangan bulan Ramadhan, insya Allah kegiatan puasa kita akan dimudahkan oleh Allah," katanya.
Kegiatan menyambut malam Nifsu Sya'ban di Masjid Al Ikhlas, secara rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Kegiatan serupa juga digelar di beberapa masjid di Denpasar, seperti di Masjid Baiturrahman, yang terletak di Desa Wanasari, Kecamatan Denpasar Utara.
Sedang di daerah lainnya, kegiatan sama dilakukan di masjid utama di Kabupaten Jembrana, Kabupaten Buleleng maupun Karangasem. Menurut Nur Zaenuddin, datangnya bulan Sya'ban, umat Islam dianjurkan untuk memohon maaf atas segala kesalahan yang dilakukan, terutama kepada orang tua dan keluarga yang usianya lebih tua.
"Dengan demikian umat Islam bisa lebih siap menghadapi pelaksanaan puasa Ramadhan," tuntasnya.
Redaktur: Karta Raharja Ucu
Reporter: Ahmad Baraas
Imam Mahdi af dan Masyarakat Ideal
Manusia secara naluri mempunyai kecenderungan pada kesempurnaan seperti mencari keadilan, kebenaran dan kebaikan. Dengan adanya kecenderungan tersebut, manusia sepanjang sejarah berusaha merealisasikan kebenaran, keadilan dan nilai-nilai akhlak. Para nabi dan wali merupakan penggagas dan pendahulu misi-misi suci tersebut. Upaya dan perjuangan mereka semenjak awal berupaya memberikan petunjuk kepada manusia ke arah kebaikan dan keadilan hingga dunia ini terlepas dari kezaliman dan arogansi.
Meski para nabi berupaya menyebarkan kepercayaan kepada Allah Swt dan keadilan, namun sejarah membuktikan bahwa upaya itu tidak memberikan hasil yang sempurna dan komprehensif. Sebab, ada sejumlah pihak yang menjadi kendala bagi misi para nabi. Karena itulah realiasi keadilan secara merata dan perlawanan terhadap segala kezaliman dan penindasan dihadapkan pada kendala serius dan jauh dari harapan setiap manusia. Untuk itu, penantian pada kemunculan juru selamat yang akan merealisasikan tujuan-tujuan agung tersebut, merupakan sisi persamaan yang dimiliki oleh semua agama.
Islam yang merupakan agama terakhir dan paling sempurna, menjelaskan struktur masyarakat ideal bagi seluruh umat manusia. Menurut pandangan Islam, seorang keturunan dari Rasulullah Saw akan muncul di muka bumi pada akhir zaman. Sosok inilah yang akan memerangi kebatilan dan ketidakadilan di dunia serta merealisasikan masyarakat ideal. Pemerintah global Islam yang dipimpin oleh Imam Mahdi af mempunyai kriteria-kriteria khusus yang tidak dimiliki sistem lainnya. Pemerintah Imam Mahdi as akan muncul berdasarkan ajaran-ajaran wahyu dan norma ilahi. Adapun nilai-nilai materi yang dibangun berdasarkan individualisme dan materialisme disingkirkan dari pemerintahan Imam Mahdi as.
Aliran-aliran materialis berkeyakinan bahwa peradaban dan pemerintah tidak memperdulikan nilai-nilai spritiual dan agama. Sebaliknya, Islam dengan ajaran-ajarannya yang jelas, memaparkan berbagai tauladan di tengah masyarakat. Menurut pandangan agama suci ini, undang-undang, keadilan, kemuliaan, interaksi sosial dan ekonomi berlandaskan pada ketauhidan dan tercerminkan dalam keindahan. Dalam sistem manajemen Islam, perluasan keadilan dan perlawanan terhadap diskriminasi menjadi prioritas utama agama ini.
Allah Swt dalam surat an-Nahl ayat 90 berfirman, "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." Ayat tersebut menggambarkan pondasi-pondasi penting sosial seperti keadilan dan kemuliaan dengan arti sebenarnya yang akan terealisasi dalam pemerintahan Imam Mahdi af. Dalam pemerintahan Imam Mahdi as digambarkan bahwa persahabatan, saling tolong-menolong dan kemuliaan sangat kokoh, bahkan setiap individu di tengah masyarakat berperilaku bak sebuah keluarga.
Akan tetapi sangat disayangkan, masyarakat saat ini dihadapkan pada hubungan sosial tidak sehat dan destruktif yang bertumpu pada kekhawatiran dan ketidakpercayaan antarmanusia. Kefasadan sosial hingga ketidakamanan di dalam keluarga menunjukkan bahwa peradaban dunia saat ini telah gagal membangun spirit manusia dalam merealisasikan ketenangan diri. Realita tersebut menggambarkan bahwa hubungan sosial manusia tidak dapat terwujud tanpa landasan spritual. Sederet problema di dunia semakin mencerminkan pentingnya kahadiran sosok juru selamat yang menyelamatkan dunia dari berbagai tekanan.
Imam Shadiq as berkata, " Di akhir zaman, kemuliaan-kemuliaan akhlak dan nilai kemanusiaan akan menjadi landasan pemerintah global Islam." Imam Bagir as berkata, "Saat Imam Mahdi af muncul, hanya persahabatan, persatuan dan kerjasama yang mengemuka." Dalam pemerintahan Imam Mahdi as, kekhawatiran dan ketidakpercayaan antarmanusia akan pudar, sedangkan kepercayaan dan keamanan semakin kokoh. Lebih dari itu, radikalisme dan kebejatan moral terus berkurang, dan hukum pun berlaku. Orang-orang kaya juga tidak menzalimi kelompok lemah. Di pemerintahan Imam Mahdi as juga digambarkan bahwa setiap orang saling menghormati serta saling memberi nasehat dan jalan keluar. Disebutkan pula, harta, nyawa dan harga diri berada dalam kondisi aman. Semua manusia juga merasa tenang dan nyaman. Itulah gambaran ideal pemerintah Imam Mahdi as.
Di antara kriteria lain pemerintah Imam Mahdi af adalah memperhatikan kedewasaan akal dan perluasan ilmu. Dalam ajaran Islam, akal dan pemikiran mempunyai tempat yang luar biasa. Pada prinsipnya, agama tidak dapat dipahami dengan baik tanpa peran akal. Dengan ungkapan lain, manusia melalui daya pikirnya, mengenal esensi agama. Akal merupakan petunjuk manusia ke arah perbuatan baik dan memperingatkan hal-hal yang berbahaya. Untuk itu, al-Quran sangat menganjurkan setiap manusia supaya berpikir dan merenung. Dalam pemerintah Imam Mahdi as, akal berada di samping penyembahan kepada Allah Swt, akhlak dan takwa. Akal yang sehat merupakan petunjuk kebaikan dan norma-norma.
Hal yang tak dapat dipungkiri, sains dan teknologi yang merupakan hasil inovasi akal manusia tidak akan dihadapkan pada bencana bagi manusia bila dibarengi dengan akal yang sehat. Dalam pemerintahan Imam Mahdi as, kepintaran manusia yang berada dalam hidayah ilahi, dapat mencapai pada kesempurnaan. Dalam kalimat mutiara Imam Shadiq as disebutkan, ilmu mempunyai 27 pintu. Sebelum kemunculan Imam Mahdi as, manusia dapat membuka dua ilmu. Saat Imam Mahdi as muncul, 25 pintu lainnya akan terbuka. Salah satu fenomena yang akan mengemuka saat Imam Mahdi af muncul adalah perkembangan ilmu berkali-lipat yang dibarengi dengan kesempurnaan spiritual, sehingga teknologi dan kemajuan tidak berada di tangan orang-orang yang tidak berhak. Kedewasaan akal yang dibarengi dengan pendidikan akhlak, akan membentuk masyarakat yang ideal.
Berbagai hadis dan riwayat menyebutkan bahwa masyarakat ideal di masa Imam Mahdi af menjadi sarana kedewasaan dan kesejahteraan materi. Tak diragukan lagi, ketika hubungan antarmanusia berlandaskan pada keadilan dan kemuliaan, berbagai kenikmatan dan anugerah ilahi akan melimpah di tengah masyarakat dan berbagai problema sosial dan ekonomi akan pudar. Dalam kondisi seperti ini, sumber daya alam begitu melimpah, dan manusiapun mampu mengoptimalkannya dengan baik.
Rasulullah Saw bersabda, "Di masa ummatku, akan bangkit Imam Mahdi af. Saat itu, masyarakat akan mendapatkan kenikmatan yang tidak pernah didapatkan pada masa sebelumnya. Alam pun tidak menyembunyikan kekayaannya." Sesuatu yang akan terjadi di masyarakat Imam Mahdi af merupakan janji Allah Swt yang disebutkan berulangkali dalam al-Quran. Dalam al-Quran dijanjikan bahwa setiap manusia yang beriman baik laki maupun perempuan, ketika melakukan amal saleh, maka Allah Swt akan mempersembahkan kehidupan bahagia dan layak. Dalam pemerintah Imam Mahdi as, kita akan menyaksikan kehidupan yang sehat. Ketidakamanan dan ketidaktenangan di dunia ini berubah menjadi kehidupan yang nyaman dan tenang. Membayangkan masa kemunculan Imam Mahdi dan pemerintahannya saja dapat menenteramkan hati manusia. (IRIB Indonesia)
Keutamaan Malam Nisfu Syaban
menurut ISLAM SUNNI
Sya’ban diambil kosa kata bahasa Arab yang berasal dari kata syi’ab yang artinya jalan di atas gunung. Umat Islam kemudian memanfaatkan bulan Sya’ban sebagai waktu untuk menemukan banyak jalan, demi mencapai kebaikan.
Sya’ban adalah bulan kedelapan dalam kalender Islam .Dinamakan Sya’ban, karena orang-orang Arab pada bulan-bulan tersebut yatasya’abun/berpencar untuk mencari sumber mata air. Dikatakan juga karena mereka tasya’ub/berpisah-pisah di gua-gua. Dan dikatakan juga sebagai bulan Sya’ban karena bulan ini muncul/sya’aba di antara dua bulan Rajab dan Ramadhan.
Peringatan Nisfu Sya’ban tidak hanya dilakukan di Indonesia saja. Al-Azhar sebagai yayasan pendidikan tertua di Mesir bahkan di seluruh dunia selalu memperingati malam yang sangat mulia ini.
Karena bulan Sya’ban terletak di antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan, karena diapit oleh dua bulan mulia ini, maka Sya’ban seringkali dilupakan. Padahal semestinya tidaklah demikian. Dalam bulan Sya’ban terdapat berbagai keutamaan yang menyangkut peningkatan kualitas kehidupan umat Islam, baik sebagai individu maupun dalam lingkup kemasyarakatan.
Rasulullah SAW bersabda,
ذاكَ شهر تغفل الناس فِيه عنه ، بين رجب ورمضان ، وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين، وأحب أن يرفع عملي وأنا صائم — حديث صحيح رواه أبو داود النسائي
”Bulan Sya’ban adalah bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadan. Bulan Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal-amal. Karenanya, aku menginginkan pada saat diangkatnya amalku, aku dalam keadaan sedang berpuasa.” (HR Abu Dawud dan Nasa’i)
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan pengakuan Aisyah, bahwa Rasulullah SAW tidak pernah berpuasa (sunnah) lebih banyak daripada ketika bulan Sya’ban. Periwayatan ini kemudian mendasari kemuliaan bulan Sya’ban di antar bulan Rajab dan Ramadhan.
Karenanya, pada bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak berdzikir dan meminta ampunan serta pertolongan dari Allah SWT, walaupun dalam kesehariannya umat Islam juga telah berusaha untuk banyak berdzikir dan meminta pertolongan dari Allah SWT.
Dari sinilah umat Islam, berusaha memuliakan bulan Sya’ban dengan mengadakan shodaqoh dan menjalin silaturrahim. Umat Islam di Nusantara biasanya menyambut keistimewaan bulan Sya’ban dengan mempererat silaturrahim melalui pengiriman oleh-oleh yang berupa makanan kepada para anak yatim piatu, orang2 yg membutuhkan, kerabat, sanak famili dan kolega kerja mereka. Tradisi ini menyimbolkan persaudaraan dan mempererat ikatan silaturrahim kepada sesama Muslim.
Kegiatan Nifsu Sya’ban menurut sebagian Ulama, yaitu antara lain:
1. Sholat fardlu Maghrib
2. Membaca Surah Yassin 3 kali 3. Membaca doa Nifsu Sya’ban 4. Menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dengan memperbanyak dzikir, shalawat, doa dan istighfar.
Adapun apa yang sering dilakukan oleh sebagian umat Islam, yaitu Salat Malam Nisfu Sya’ban sebanyak 100 rakaat, Hadistnya oleh sebagian ahli hadist dianggap sahih, namun sebagian menganggap dhaif.
Namun demikian dalam urusan shalat sunnah, kata Nabi SAW, boleh kita tambahi jumlahnya dan boleh kita kurangi sesuai kemampuan kita.
Tentang keutamaan sya’ban :
Rasulullah saw bersabda,:
“Allah mengawasi dan memandang hamba hamba Nya di malam nisfu sya’ban, lalu mengampuni dosa dosa mereka semuanya kecuali musyrik dan orang yg pemarah pada sesama muslimin” (Shahih Ibn Hibban hadits no.5755)
”Bulan Sya’ban adalah bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadan. Bulan Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal-amal. Karenanya, aku menginginkan pada saat diangkatnya amalku, aku dalam keadaan sedang berpuasa.” (HR Abu Dawud dan Nasa’i)
Imam Ghazali mengistilahkan malam Nisfu Sya’ban:
sebagai malam yang penuh dengan syafaat (pertolongan). Menurut al-Ghazali, pada malam ke-13 bulan Sya’ban Allah SWT memberikan seperti tiga syafaat kepada hambanya. Sedangkan pada malam ke-14, seluruh syafaat itu diberikan secara penuh. Dengan demikian, pada malam ke-15, umat Islam dapat memiliki banyak sekali kebaikan sebagai penutup catatan amalnya selama satu tahun. Karepa pada malam ke-15 bulan Sya’ban nanti, catatan perbuatan manusia penghuni bumi akan dinaikkan ke hadapan Allah SWT.
Diriwayatkan dari Siti A’isyah ra berkata, :
“Suatu malam rasulullah salat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah usai salat beliau berkata: “Hai A’isyah engkau tidak dapat bagian?”. Lalu aku menjawab: “Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama”. Lalu beliau bertanya: “Tahukah engkau, malam apa sekarang ini”. “Rasulullah yang lebih tahu”, jawabku. “Malam ini adalah malam nisfu Sya’ban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki” (H.R. Baihaqi) .
Diriwayatkan dari Siti Aisyah ra bercerita:
bahwa pada suatu malam ia kehilangan Rasulullah SAW. Ia lalu mencari dan akhirnya menemukan beliau di Baqi’ sedang menengadahkan wajahnya ke langit. Beliau berkata: “Sesungguhnya Allah Azza Wajalla turun ke langit dunia pada malam nishfu Sya’ban dan mengampuni (dosa) yang banyaknya melebihi jumlah bulu domba Bani Kalb.” (HR Turmudzi, Ahmad dan Ibnu Majah)
Diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy’ari RA :
bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah pada malam nishfu Sya’ban mengawasi seluruh mahluk-Nya dan mengampuni semuanya kecuali orang musyrik atau orang yang bermusuhan.” (HR Ibnu Majah)
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib KW :
bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jika malam nishfu Sya’ban tiba, maka salatlah di malam hari, dan berpuasalah di siang harinya, karena sesungguhnya pada malam itu, setelah matahari terbenam, Allah turun ke langit dunia dan berkata, Adakah yang beristighfar kepada Ku, lalu Aku mengampuninya, Adakah yang memohon rezeki, lalu Aku memberinya rezeki , adakah yang tertimpa bala’, lalu Aku menyelamatkannya, demikian seterusnya hingga terbitnya fajar.” (HR Ibnu Majah).
Syaikh‘Abdul Qadir al-Jailaniy berkata:
“Malam Nishfu Sya’ban adalah malam yang paling mulia setelah Lailatul Qodr.” (Kalaam Habiib ‘Alwiy bin Syahaab)
Berkata Imam Syafii rahimahullah :
“Doa mustajab adalah pada 5 malam, yaitu malam jumat, malam idul Adha, malam Idul Fitri, malam pertama bulan rajab, dan malam nisfu sya’ban” (Sunan Al Kubra Imam Baihaqiy juz 3 hal 319).
Dikutip dari buku al-Fawaaidul Mukhtaaroh Diceritakan bahwa Ibnu Abiy as-Shoif al-Yamaniy berkata:
“Sesungguhnya bulan Sya’ban adalah bulan sholawat kepada Nabi saw, karena ayat Innallaaha wa malaaikatahuu yushalluuna ‘alan Nabiy … diturunkan pada bulan itu. (Ma Dza Fiy Sya’ban?)
Dikutip dari buku al-Fawaaidul Mukhtaaroh Diceritakan bahwa Ibnu Abiy as-Shoif al-Yamaniy berkata, :
“Sesungguhnya bulan Sya’ban adalah bulan sholawat kepada Nabi saw, karena ayat Innallooha wa malaaikatahuu yusholluuna ‘alan Nabiy … diturunkan pada bulan itu. (Ma Dza Fiy Sya’ban?)
KESIMPULAN
Kita sebagai umat Islam sangat dianjurkan untuk meramaikan malam Nisfu Sya’ban dengan cara memperbanyak ibadah, shalat sunnah, memperbanyak bacaan zikir, memperbanyak baca’an shalawat, membaca al-Qur’an, bersedekah, berdo’a dan mengerjakan amal-amal salih lainnya.
Karena dengan hal ini dapat juga menjadi latihan untuk umat Islam agar terbiasa setiap harinya melakukan hal2 yg disebutkan di atas. Agar keimanan dan ketaqwaan semakin meningkat.
Rasulullah saw bersabda: “sungguh sebesar besarnya dosa muslimin dg muslim lainnya adalah pertanyaan yg membuat hal yg halal dilakukan menjadi haram, karena sebab pertanyaannya” (Shahih Muslim)
Keutamaan Malam Nishfu Sya’banmenurut ISLAM SYI'AH
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Ketika Muhammad Al-Baqir (sa) ditanyai tentang keutamaan malam Nishfu Sya’ban, beliau berkata: ‘malam Nishfu Sya’ban adalah malam yang paling utama sesudah malam Al-Qadar; pada malam ini Allah menganugerahkan karunia-Nya dan mengampuni mereka dengan anugerah-Nya, maka bersungguh-sungguhlah kamu dalam mendekatkan diri kepada Allah pada malam ini. Karena malam ini adalah malam Allah bersumpah pada diri-Nya untuk tidak menolak permohonan orang yang memohon selama ia tidak memohon kemaksiatan kepada-Nya, dan Allah menjadikan malam ini malam kami Ahlul bait sebagaimana Dia menjadikan malam Al-Qadar adalah malam Nabi kita. Karena itulah, hendaknya kamu bersungguh-sungguh dalam berdoa dan memuji Allah swt’.”
Di antara keagungan dan keberkahan malam Nishfu Sya’ban adalah malam kelahiran Imam Mahdi (aj), yaitu waktu dini hari tahun 255 H. (Mafâtih Al-Jinân, bab 2, pasal 2)
Malam Nishfu Sya’ban
Ayah Ali bin Fadhal berkata: Aku pernah bertanya kepada Imam Ali Ar-Ridha (sa) tentang malam Nishfu Sya’ban, beliau berkata: “Malam Nishfu Sya’ban adalah malam Allah membebaskan hamba-Nya dari api neraka dan mengampuni dosa-dosa.” Aku bertanya lagi: Apakah sebaiknya memperbanyak shalat sunnah di dalamnya lebih dari malam-malan yang lain? Beliau berkata: “Di dalamnya tidak ada sesuatu yang harus menjadi beban, tetapi jika kamu ingin melakukan sesuatu, maka hendaknya melakukan shalat Ja’far Ath-Thayyar (shalat tasbih). Dan Perbanyaklah di dalamnya zikir kepada Allah azza wa jalla, istighfar dan doa. Karena ayahku berkata: ‘Doa di dalamnya mustajabah.” (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah: 45)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Ali bin Abi Thalib (sa) benar-benar mengosongkan dirinya pada empat malam dalam satu tahun: Malam pertama bulan Rajab, malam Idul Adhha, malam Idul Fitri, dan malam nishfu Sya’ban.”
Hadis ini bersumber dari Ahmad bin Idris dari Muhammad bin Yahya, dari Abu Ja’far Ahmad bin Abdullah dari ayahnya, dari Wahhab bin Wahhab, dari Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa). (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah: 46)
Shalat sunnah
Aisyah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: Pada malam ini (malam nishfu Sya’ban) kekasihku Jibril datang kepadaku dan berkata: wahai Muhammad, perintahkan pada umatmu: jika telah datang malam nishfu Sya’ban, hendaknya salah seorang dari mereka melakukan shalat sepuluh rakaat, setiap rakaat membaca surat Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlash (10 kali). Kemudian sujud sambil membaca:
اللهم لك سجد سوادي و جناني و بياضي يا عظيم كل عظيم اغفر ذنبي العظيم و إنه لا يغفر غيرك يا عظيم
Ya Allah, kepada-Mu sujud jiwa dan ragaku, wahai Yang Maha Agung dari semua yang agung, ampuni dosaku yang besar, karena tidak ada yang dapat mengampuninya selain-Mu wahai Yang Maha Agung.
Jika ia telah melakukannya, Allah menghapus tujuh puluh dua ribu keburukannya, mencatat baginya tujuh puluh dua ribu kebaikan, dan menghapus tujuh puluh ribu keburukan kedua orang tuanya.” (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah: 65)
Amalan dan doa-doa malam Nishfu Sya’ban dilengkapi transliterasi arab-latin dan terjemahan, download di sini
Doa Rasulullah saw di Malam Nishfu Sya’ban
Malam Nishfu Sya’ban adalah malam yang paling utama sesudah malam Al-Qadar. Di dalamnya Allah swt membagikan rejeki kepada hamba-hamba-Nya, memberikan karunia kepada mereka, dan mengampuni dosa-dosa mereka. Berikut ini di antara doa Rasulullah saw di malam Nishfu Sya’ban:
بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على محمد وآل محمد
اَللًّهُمَّ اقْسِمْ مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ رِضْوَانَكَ، وَمِنَ الْيَقِينِ مَا يَهُونُ عَلَيْنَا بِهِ مُصِيبَاتُ الدُّنْيَا. اَللًّهُمَّ اَمْتِعْنَا بِاَسْمَاعِنَا وَاَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا ما اَحْيَيْتَنَا، وَاجْعَلْهُ الْوارِثَ مِنَّا، واجْعَلْ ثأرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا، وَانْصُرنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا، وَلاَ تَجْعَلْ مُصيبَتَنَا في دينِنَا، وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيا اَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا، بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Bismillâhir Rahmânir Rahîm
Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa âli Muhammad
Allâmmaqsim min khasyyatika mâ yahûlu baynanâ wa bayna ma’shiyatika, wa min thâ’atika mâ tuballighunâ bihi ridhwânaka, wa minal yaqîni mâ yahûnu ‘alaynâ bihi mushîbâtud dun-yâ.
Allâhumma amti’nâ biasmâ’inâ wa abshârinâ wa quwwatinâ mâ ahyaytanâ. Waj’alhu wâritsa minnâ. Waj’al tsarina ‘alâ man zhalamanâ, wanshurnâ ‘alâ man ‘âdânâ, wa lâ taj’al mushîbatanâ fî dîninâ, wa lâ taj’alid dun-yâ akbara hamminâ, wa lâ mablagha ‘ilminâ, wa lâ tusallith ‘alaynâ mallâ yarhamunâ, birahmatika yâ Arhamar râhimîn.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Rasulullah dan keluarganya
Ya Allah, karuniakan kepada kami
rasa takut kepada-Mu, rasa takut yang menghalangi dari maksiat pada-Mu ketaatan pada-Mu, ketaatan yang menyampaikan kami pada ridha-Mu
dan keyakinan yang dengannya musibah dunia tidak menghinakan kami
Ya Allah
Karuniakan kepada kami dengan pendengaran kami, pandangan kami dan kekuatan kami, kenikmatan yang Kau izinkan dalam hidup kami.
Jadikan semua itu pewaris dari kami
Jadikan tuntutan kami terhadap orang-orang yang menzalimi kami
Bantulah kami terhadap orang-orang yang memusuhi kami
Jangan jadikan bagi kami musibah dalam agama kami
Jangan jadikan dunia sebagai cita-cita utama kami dan menjadi tujuan ilmu kami
Jangan biarkan kami dikuasai oleh orang yang tidak menyayangi kami, dengan rahmat-Mu wahai Yang Maha Pengasih dari semua yang mengasihi. (Mafatihul Jinan, bab 2, pasal 2)
Amalan dan doa-doa malam Nishfu Sya’ban dilengkapi transliterasi arab-latin dan terjemahan, download di sini
sumber:http://tokoku99.com/product-islami/artikel-islami/551-doa-rasulullah-saw-di-malam-nishfu-syaban.html
Amalan Malam Nishfu Sya’ban
Pertama: Mandi sunnah, manfaatnya agar dosa-dosa kita diringankan oleh Allah swt.
Kedua: Menghidupkan malam ini dengan shalawat, doa dan istighfar. Ketiga: Ziarah atau membaca doa ziarah kepada Imam Husein cucu Rasulullah saw. Ziarah ini merupakan amalan yang paling utama pada malam Nishfu Sya’ban, dan menjadi penyebab dosa-dosa diampuni.
Dalam suatu hadis disebutkan:
“Barangsiapa yang ingin berjabatan tangan dengan ruh para Nabi, maka hendaknya berziarah kepada Al-Husein (sa) malam ini. Ziarah yang paling singkat mengucapkan salam kepadanya, yaitu: اَلسَّلامُ عَلَيْكَ يا اَبا عَبْدِ اللهِ، السَّلامُ عَلَيْكَ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاتُهُ
Assalâmu’alaika yâ Abâ ‘Abdillâh, assalâmu’aika wa rahmatullâhi wa barakâtuh.
Salam atasmu wahai Aba Abdillah, semoga rahmat dan keberkahan Allah tercurahkan padamu.
Keempat: Membaca shalawat yang dibaca setiap matahari tergelincir.
Kelima: Membaca doa Kumail. Keenam: Membaca zikir berikut, masing-masing (100 kali), agar Allah mengampuni dosa-dosa yang lalu dan memperkenankan hajat-hajat dunia dan akhirat:
Subhânallâh
Alhamdulillâh Lailâha illallâh Allâhu Akbar
Ketujuh: Melakukan shalat dua rakaat setelah Isya’. Rakaat pertama membaca surat Fatihah dan surat Al-Kafirun (sekali), rakaat kedua membaca Fatihah dan surat Al-Ikhlash (sekali). Kemudian setelah salam membaca zikir berikut masing-masing (33 kali):
Subhânallâh
Alhamdulillâh Allâhu Akbar
Kemudian membaca doa keempat, lihat di bagian doa-doa di malam Nishfu Sya’ban.
Kemudian sujud sambil membaca zikir berikut:
Yâ Rabbi (20 kali)
Yâ Allâh (7 kali) Lâ hawla wa lâ quwwata illâ billâh (7 kali) Mâ syâa Allâh (10 kali) Lâ quwwata illâ billâh (10 kali)
Kemudian membaca shalawat kepada Nabi dan keluarganya, lalu sampaikan hajat yang diinginkan, niscaya Allah memenuhinya dengan kemulian dan karunia-Nya.
Kedelapan: Membaca doa pada dini hari, doa kelima, lihat di bagian doa-doa pada malam Nishfu Sya’ban.
Selengkapnya, berikut keutamaan malam Nishfu Sya’ban, silahkan klik disini:
http://islampraktis.wordpress.com
Wassalam
Syamsuri Rifai |