SBY: Tingkatkan Kesetiakawanan dengan Umat Islam Palestina dan Rohingya
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyerukan umat Islam di Indonesia meningkatkan kesetiakawanan sosial dan kepedulian terhadap umat Islam di Palestina dan Rohingya di Myanmar yang saat ini tengah mengalami perikehidupan yang berat.
Kepala Negara mengungkapkan hal itu saat memberikan sambutan dalam acara peringatan Nuzulul Quran tingkat nasional di Istana Negara, Selasa malam.
"Mari kita tingkatkan sikap sosial kesetiakawanan kita, dan kepedulian kemanusiaan kepada kaum Muslimin yang sedang menjalani kehidupan yang berat di Palestina dan Rohingya di Myanmar dengan itu kita akan menjadi bangsa yang maju, terhormat dan bermartabat," kata Presiden.
Presiden Yudhoyono juga menyerukan umat Islam untuk kembali kepada Alquran yang utuh, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dan menjauhkan diri dari kejahatan dan kemungkaran.
Al-Quran tidak hanya berisi akidah, hikmah dan petunjuk antara yang hak dan batil, tetapi juga luasnya ilmu iptek, kata Presiden.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden juga kembali menyatakan perlunya untuk mengembangkan lima hal yang ia sampaikan sebelumnya dalam buka puasa bersama dengan kalangan pers. Kelima hal tersebut, pertama, perlunya mengembangkan daya pikir dan daya nalar. Kedua, pengembangan nilai-nilai demokrasi.
Ketiga mengembangkan nilai kerukunan, kebersamaan dan toleransi. Keempat patriotisme dan nasionalisme yang positif. Kelima kepatuhan kepada pranata hukum.
Sementara itu, Menteri Agama Suryadharma Ali dalam sambutannya mengatakan, semangat al-Quran harus memiliki nilai-nilai dalam kehidupan umat.
"Dalam ekspresi keimanan, perlu didukung secara penuh oleh semua komponen bangsa yang semakin maju, modern dan bermartabat," katanya.
Dalam acara tersebut, Presiden Yudhoyono yang hadir tanpa Ibu Negara Ani Yudhoyono, didampingi oleh Wakil Presiden Boediono beserta istrinya Herawati Boediono.
Sedangkan Rektor Universitas Islam negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, Imam Suprayogo menjadi penceramah dalam acara tersebut dengan tema al-Quran membangun peradaban. (IRIB Indonesia / Antara / SL)
Tiga Muslimah Myanmar Menceritakan
Kisah Pedih Mereka
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Raihana, Arafa, dan Hamidah, tiga Muslimah dari Myanmar yang melarikan diri menghindari brutalitas di negara mereka dan berlindung ke Bangladesh. Mereka menceritakan kisah mereka menyelamatkan diri dari kematian pasti di negara mereka.
Fars News mengutip al-Arabiya (7/8) menyebutkan, ketiga Muslimah itu sekarang bersama anak-anak mereka berlindung di Bangladesh dan berada dalam kondisi yang sangat sulit.
Gelombang baru brutalitas yang dilakukan oleh para penganut Budha terhadap umat Muslim Myanmar selama satu setengah bulan terakhir di wilayah Arakan, menurut berbagai sumber telah merenggut nyawa ribuan orang.
Raihana, 25 tahun, kepada kantor berita Anatoli Turki mengatakan bahwa dalam upayanya melarikan diri ke Bangladesh, dia bersama anak perempuannya yang baru berusia satu tahun, terpaksa memakan dedaunan dan ilalang agar bertahan hidup.
Perserikatan Bangsa Bangsa dan berbagai lembaga HAM membenarkan bahwa etnis Muslim Rohingya, Myanmar, telah selama bertahun-tahun menghadapi kezaliman dan kejahatan sistematik oleh pemerintah Myanmar.
Seorang pengungsi Muslimah lainnya bernama Arafah, 27 tahun, mengatakan bahwa dia telah melintasi perjalanan yang sangat sulit dan berbahaya dari Myanmar hingga Bangladesh bersama dua anak perempuannya Jannat (delapan tahun) dan Khurshid (empat tahun).
Arafah menambahkan bahwa setelah suaminya ditangkap oleh pasukan keamanan Myanmar, dia dan anak-anaknya terpaksa melarikan diri karena menurutnya, pasukan keamanan membakar hidup-hidup warga Muslim dan mereka mencegah warga Muslim pergi ke Masjid.
Adapun Hamidah mengatakan, setelah suami dan anak lelakinya ditangkap oleh pasukan keamanan, dan rumah mereka dibakar, da terpaksa melarikan diri ke Bangladesh.( http://www.abna.ir/data.asp?lang=12&id=335149 )
Fars News mengutip al-Arabiya (7/8) menyebutkan, ketiga Muslimah itu sekarang bersama anak-anak mereka berlindung di Bangladesh dan berada dalam kondisi yang sangat sulit.
Gelombang baru brutalitas yang dilakukan oleh para penganut Budha terhadap umat Muslim Myanmar selama satu setengah bulan terakhir di wilayah Arakan, menurut berbagai sumber telah merenggut nyawa ribuan orang.
Raihana, 25 tahun, kepada kantor berita Anatoli Turki mengatakan bahwa dalam upayanya melarikan diri ke Bangladesh, dia bersama anak perempuannya yang baru berusia satu tahun, terpaksa memakan dedaunan dan ilalang agar bertahan hidup.
Perserikatan Bangsa Bangsa dan berbagai lembaga HAM membenarkan bahwa etnis Muslim Rohingya, Myanmar, telah selama bertahun-tahun menghadapi kezaliman dan kejahatan sistematik oleh pemerintah Myanmar.
Seorang pengungsi Muslimah lainnya bernama Arafah, 27 tahun, mengatakan bahwa dia telah melintasi perjalanan yang sangat sulit dan berbahaya dari Myanmar hingga Bangladesh bersama dua anak perempuannya Jannat (delapan tahun) dan Khurshid (empat tahun).
Arafah menambahkan bahwa setelah suaminya ditangkap oleh pasukan keamanan Myanmar, dia dan anak-anaknya terpaksa melarikan diri karena menurutnya, pasukan keamanan membakar hidup-hidup warga Muslim dan mereka mencegah warga Muslim pergi ke Masjid.
Adapun Hamidah mengatakan, setelah suami dan anak lelakinya ditangkap oleh pasukan keamanan, dan rumah mereka dibakar, da terpaksa melarikan diri ke Bangladesh.( http://www.abna.ir/data.asp?lang=12&id=335149 )
Derita Muslim Rohingya Myanmar Tak Pernah Surut
|
Bachtiar Abdullah
Menurut Kantor Berita ABNA, ada banyak kisah pilu di Myanmar, tapi yang paling menyedihkan adalah lakon warga muslim Ronhingya. Ada banyak kisah kesengsaraan di Myanmar, tapi di antara yang terburuk adalah kisah Rohingya-Muslim asal Bangladesh yang tinggal bagian barat negara bagian Rakhine, Myanmar Barat.
Aneka etnis tinggal di Myanmar. Pemerintah mengakui ada 135 etnis minoritas, tapi etnis Rohingya tidak masuk dalam daftar “ras nasional” yang diakui pemerintahan jenderal Ne Win pada 1982.
Berbagai perlakuan brutal dilakukan terhadap suku-suku minoritas oleh militer yang lebih dari setengah abad mengenggam keuasaan di Myanmar. Front pertempuran terbuka meletus di utara, timur dan barat laut Myanmar. Etnis Shan, Karen, Mon, Chin dan Kachin memiliki pasukan bersenjata mereka sendiri, selama beberapa dasa warsa. Yang ketakutan ya warga negara biasa yang bukan gerilyawan anti pemerintahan militer.
Gencatan senjata telah dilakukan dengan berbagai suku tadi. Namun pertempuran masih berlanjut di Myanmar timur laut, sampai suku Kachin menyetujui transaksi kontroversial dengan menjual gas dan minyak Shwe serta pembangunan bendung raksasa Myisone dengan China.
Pemerintah militer sudah sedikit berubah menuju transformasi menjadikan Myanmar sebagai negara demokrasi. Sistem politik dan ekonomi semakin terbuka. Pembatasan penulisan di media sudah makin longgar. Hanya etnis Rohingya yang tidak merasakan perubahan dari keterbukaan Myanmar kini. Rohingya masih tetap terpinggir, melarat dan terlunta-lunta.
Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi pekan lalu untuk memukimkan para penyusup di Bangladesh. Rezim Thein Sein mengklaim etnis Rohingya adalah pendatang haram di Myanmar, meskipun sejarah mencatat etnis "Rooyinga" sudah masuk Burma sejak 1799.
Bentrok Budha Arakan–Muslim Rohingya meletus pada 1942, sesaat setelah Inggris minggir dari Myanmar dan Jepang mulai masuk Arakan. Rakhine sebagai negara bagian belum dikenal. Bentrok membagi wilayah Arakan dengan pengelompokan etnis. Arakan selatan Budha, Arakan Utara etnis Rohingya Muslim.
Pada 1978 Ne Win melancarkan Operasi Naga Min (Raja Naga) dengan memeriksa kartu tanda penduduk sepanjang perbatasan untuk membersihkan penduduk haram. Sebanyak 250.000 orang Rohingya kabur ke Bangladesh. PBB segera turun tangan membantu para pengungsi Rohingya kembali ke Myanmar.
Hantaman lain buat orang Rohingya pada 1982, ketika pemerintah Ne Win memberlakukan UU Kewarganegaraan. Sekitar 800.000 orang Rohingya ditolak permohonan kewarganegaraannya oleh pemerintah Myanmar, sehingga sejak saat itu mereka terombang-ambing tanpa kewarganegaraan.
Pada 1991 dan 1992, 250 ribu gelombang pengungsi Rohingya membanjiri Bangladesh menyusul tindakan kekerasan di Myanmar. Pemerintah Bangladesh hanya memberikan semacam KTP menetap sementara kepada mereka meskipun sudah tinggal selama lebih dari satu dasawarsa di sana.
Di Bangladesh, mereka jadi obyek pemerasan, kekerasan atau kerja paksa. Bahkan mereka dilarang menikah secara resmi, memiliki tanah, melakukan perjalanan ke luar desa atau mendaftarkan anaknya di pendidikan formal.
Terhimpit oleh keadaan yang memilukan, gelombang manusia perahu Rohingya malah berlayar ke Laut Andaman menuju Malaysia atau negara-negara ASEAN lain untuk mencari penghidupan yang lebih baik.
Di Provinsi Ranong, Thailand, tiga tahun silam, pemerintah malah mendorong perahu orang-orang Rohingya agar meninggalkan kerajaan dan kembali ke laut. Sungguh mengenaskan.
Petugas PBB Tomas Quintana telah bertemu orang Rohingya di Rakhine dan mendengar kisah pilu mereka. “Muslim Rohingya pasti dari Myanmar. Mereka telah tinggal di Myanmar dengan kelompok etnis lain selama berabad-abad," tulis Quintana. "Pemerintah baru menghadapi banyak masalah dan kompleks, tapi penyebab diinjak-injaknya etnis Rohingya harus menjadi prioritas."
Warga muslim Rohingya telah membanjiri Bangladesh dalam 30 tahun terakhir. Mereka ditolak hak kewarganegaraan dan hak-hak lainnya di Burma. Tak salah jika PBB dan kelompok-kelompok HAM menyebut Rohingya sebagai salah satu minoritas paling teraniaya di dunia.
Harapan etnis Rohingya kepada tokoh pemenang hadiah Nobel Aung Saan Suu Kyi sungguh sangat tinggi untuk menyelesaikan masalah konflik etnis dan sektarian ini. Namun sampai sekarang, meskipun imbauan kepada Suu Kyi terus bergema, anak pahlawan nasional Myanmar ini tetap diam seribu bahasa.(http://www.abna.ir/data.asp?lang=12&id=335142)
Aneka etnis tinggal di Myanmar. Pemerintah mengakui ada 135 etnis minoritas, tapi etnis Rohingya tidak masuk dalam daftar “ras nasional” yang diakui pemerintahan jenderal Ne Win pada 1982.
Berbagai perlakuan brutal dilakukan terhadap suku-suku minoritas oleh militer yang lebih dari setengah abad mengenggam keuasaan di Myanmar. Front pertempuran terbuka meletus di utara, timur dan barat laut Myanmar. Etnis Shan, Karen, Mon, Chin dan Kachin memiliki pasukan bersenjata mereka sendiri, selama beberapa dasa warsa. Yang ketakutan ya warga negara biasa yang bukan gerilyawan anti pemerintahan militer.
Gencatan senjata telah dilakukan dengan berbagai suku tadi. Namun pertempuran masih berlanjut di Myanmar timur laut, sampai suku Kachin menyetujui transaksi kontroversial dengan menjual gas dan minyak Shwe serta pembangunan bendung raksasa Myisone dengan China.
Pemerintah militer sudah sedikit berubah menuju transformasi menjadikan Myanmar sebagai negara demokrasi. Sistem politik dan ekonomi semakin terbuka. Pembatasan penulisan di media sudah makin longgar. Hanya etnis Rohingya yang tidak merasakan perubahan dari keterbukaan Myanmar kini. Rohingya masih tetap terpinggir, melarat dan terlunta-lunta.
Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi pekan lalu untuk memukimkan para penyusup di Bangladesh. Rezim Thein Sein mengklaim etnis Rohingya adalah pendatang haram di Myanmar, meskipun sejarah mencatat etnis "Rooyinga" sudah masuk Burma sejak 1799.
Bentrok Budha Arakan–Muslim Rohingya meletus pada 1942, sesaat setelah Inggris minggir dari Myanmar dan Jepang mulai masuk Arakan. Rakhine sebagai negara bagian belum dikenal. Bentrok membagi wilayah Arakan dengan pengelompokan etnis. Arakan selatan Budha, Arakan Utara etnis Rohingya Muslim.
Pada 1978 Ne Win melancarkan Operasi Naga Min (Raja Naga) dengan memeriksa kartu tanda penduduk sepanjang perbatasan untuk membersihkan penduduk haram. Sebanyak 250.000 orang Rohingya kabur ke Bangladesh. PBB segera turun tangan membantu para pengungsi Rohingya kembali ke Myanmar.
Hantaman lain buat orang Rohingya pada 1982, ketika pemerintah Ne Win memberlakukan UU Kewarganegaraan. Sekitar 800.000 orang Rohingya ditolak permohonan kewarganegaraannya oleh pemerintah Myanmar, sehingga sejak saat itu mereka terombang-ambing tanpa kewarganegaraan.
Pada 1991 dan 1992, 250 ribu gelombang pengungsi Rohingya membanjiri Bangladesh menyusul tindakan kekerasan di Myanmar. Pemerintah Bangladesh hanya memberikan semacam KTP menetap sementara kepada mereka meskipun sudah tinggal selama lebih dari satu dasawarsa di sana.
Di Bangladesh, mereka jadi obyek pemerasan, kekerasan atau kerja paksa. Bahkan mereka dilarang menikah secara resmi, memiliki tanah, melakukan perjalanan ke luar desa atau mendaftarkan anaknya di pendidikan formal.
Terhimpit oleh keadaan yang memilukan, gelombang manusia perahu Rohingya malah berlayar ke Laut Andaman menuju Malaysia atau negara-negara ASEAN lain untuk mencari penghidupan yang lebih baik.
Di Provinsi Ranong, Thailand, tiga tahun silam, pemerintah malah mendorong perahu orang-orang Rohingya agar meninggalkan kerajaan dan kembali ke laut. Sungguh mengenaskan.
Petugas PBB Tomas Quintana telah bertemu orang Rohingya di Rakhine dan mendengar kisah pilu mereka. “Muslim Rohingya pasti dari Myanmar. Mereka telah tinggal di Myanmar dengan kelompok etnis lain selama berabad-abad," tulis Quintana. "Pemerintah baru menghadapi banyak masalah dan kompleks, tapi penyebab diinjak-injaknya etnis Rohingya harus menjadi prioritas."
Warga muslim Rohingya telah membanjiri Bangladesh dalam 30 tahun terakhir. Mereka ditolak hak kewarganegaraan dan hak-hak lainnya di Burma. Tak salah jika PBB dan kelompok-kelompok HAM menyebut Rohingya sebagai salah satu minoritas paling teraniaya di dunia.
Harapan etnis Rohingya kepada tokoh pemenang hadiah Nobel Aung Saan Suu Kyi sungguh sangat tinggi untuk menyelesaikan masalah konflik etnis dan sektarian ini. Namun sampai sekarang, meskipun imbauan kepada Suu Kyi terus bergema, anak pahlawan nasional Myanmar ini tetap diam seribu bahasa.(http://www.abna.ir/data.asp?lang=12&id=335142)
Taliban Merusak dan Membakar Sekolah Agama
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Gubernur Provinsi Nurestan wilayah timur Afghanistan Ahad (5/8) menyampaikan kelompok Taliban telah menyerang sekolah agama di Vaigal dengan membakarnya.
"Sekolah agama tersebut, malam sebelumnya telah dibakar oleh kelompok Taliban. Meskipun tidak menimbulkan korban jiwa, namun tetap banyak menimbulkan kerugian material. Kitab-kitab hadits, ratusan mushaf Al-Qur'an dan peralatan sekolah lainnya, hangus terbakar." Jelas pejabat tersebut.
Pejabat provinsi tersebut lebih lanjut menjelaskan bahwa kelompok Taliban tidak berani menghadapi langsung pemerintah sehingga memilih jalan yang paling mudah, meneror warga dengan melakukan aksi-aksi kekerasan berupa pembunuhan dan pengrusakan faslilitas umum.
"Kelompok Taliban senantiasa memperkenalkan diri sebagai pejuang-pejuang syariat, namun cara yang mereka tempuh justru menginjak-injak syariat." Lanjutnya.
Nurestan adalah diantara wilayah yang paling tidak aman di Afghanistan. Sering terjadi pembunuhan oleh kelompok teroris Taliban di wilayah tersebut. Atas pembakaran sekolah agama satu-satunya di wilayah tersebut, warga Afghanistan mengutuk keras tindakan tersebut. ( http://www.abna.ir/data.asp?lang=12&id=335022 )
"Sekolah agama tersebut, malam sebelumnya telah dibakar oleh kelompok Taliban. Meskipun tidak menimbulkan korban jiwa, namun tetap banyak menimbulkan kerugian material. Kitab-kitab hadits, ratusan mushaf Al-Qur'an dan peralatan sekolah lainnya, hangus terbakar." Jelas pejabat tersebut.
Pejabat provinsi tersebut lebih lanjut menjelaskan bahwa kelompok Taliban tidak berani menghadapi langsung pemerintah sehingga memilih jalan yang paling mudah, meneror warga dengan melakukan aksi-aksi kekerasan berupa pembunuhan dan pengrusakan faslilitas umum.
"Kelompok Taliban senantiasa memperkenalkan diri sebagai pejuang-pejuang syariat, namun cara yang mereka tempuh justru menginjak-injak syariat." Lanjutnya.
Nurestan adalah diantara wilayah yang paling tidak aman di Afghanistan. Sering terjadi pembunuhan oleh kelompok teroris Taliban di wilayah tersebut. Atas pembakaran sekolah agama satu-satunya di wilayah tersebut, warga Afghanistan mengutuk keras tindakan tersebut. ( http://www.abna.ir/data.asp?lang=12&id=335022 )
Raja Saudi Undang Ahmadinejad Hadiri KTT Mekah
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Kepala Humas Presiden Iran, Mohammad Sheikhan mengatakan, Arab Saudi telah mengundang Presiden Mahmoud Ahmadinejad untuk menghadiri sidang darurat pemimpin negara-negara Islam di Mekah.
Sheikhan, Sabtu (4/8) kepada IRNA, mengatakan Dubes Saudi di Tehran telah menyerahkan undangan resmi kepada Presiden Iran.
Seraya menjelaskan bahwa hingga kini belum diambil keputusan final untuk menghadiri pertemuan tersebut, Sheikhan menambahkan berbagai dimensi kehadiran di sidang itu sedang dipelajari.
Sidang darurat pemimpin negara-negara Islam akan digelar di kota suci Mekah atas prakarsa Raja Abdullah. (http://www.abna.ir/data.asp?lang=12&id=334917)
Sheikhan, Sabtu (4/8) kepada IRNA, mengatakan Dubes Saudi di Tehran telah menyerahkan undangan resmi kepada Presiden Iran.
Seraya menjelaskan bahwa hingga kini belum diambil keputusan final untuk menghadiri pertemuan tersebut, Sheikhan menambahkan berbagai dimensi kehadiran di sidang itu sedang dipelajari.
Sidang darurat pemimpin negara-negara Islam akan digelar di kota suci Mekah atas prakarsa Raja Abdullah. (http://www.abna.ir/data.asp?lang=12&id=334917)
Rezim Bahrain Telah Menghina Ulama
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Pemimpin Syura Ulama Bahrain di dalam khutbah Juma'tnya mengkritik tindakan keras rezim terhadap warga sipil dengan mengatakan, "Masalah ini berawal dari kekhawatiran dan ketakutan rezim Al Khalifah terhadap kekuatan rakyat, ini disebabkan rezim tidak lagi mempunyai harga di kalangan rakyat."
Mengenai penghinaan terhadap ulama, Ayatullah Isa Qasim mengatakan, "Tindakan menghentikan mobil dua ulama Bahrain di jalan adalah sebuah bentuk penghinaan kepada mereka. Merampas surban dari kepala kedua ulama tersebut adalah tindakan biadab, tindakan mencaci dan mengancam kedua-dua ibu bapak mereka adalah satu penghinaan yang dilakukan oleh rezim terhadap Syeikh Ibrahim Sada dan Syiekh Muhammad Shahabi."
Beliau mengecam tindakan biadab tersebut dengan menyatakan, "Syeikh Ibrahim Safa adalah pemimpin Hauzah al-Ghadir dan Syeikh Muhammad Jawad Shahabi adalah pemimpin Hawzah Imam Baqir yang juga merupakan ulama besar Bahrain."
Pemimpin Syura Ulama Bahrain tersebut menambahkan, "Operasi ini menggambarkan penistaan dan penghinaan terhadap agama, mazhab dan keharmonian kaum di tangan kerajaan rezim Al Khalifah yang merupakan kezaliman secara terang-terangan."
Beliau menekankan, "Tindakan ini merupakan aib politik dan tidak ada kaitan dengan agama serta mazhab penduduk. Malah merupakan embrio pencetus fitnah perselisihan umar di kalangan saudara Syiah dan Ahlusunnah."
Khatib Shalat Jumaat di masjid Imam Sodiq, Manama ini menegaskan, "Jikalau rezim berkhayal bahwa tindakan dan kaedah menyakitkan ini boleh menghina mazhab Syiah dan mengejeknya sehingga dapat mencetuskan perpecahan bersama Ahlusunnah, hendaklah mereka sadar bahwa aksi seperti ini sia-sia belaka sekalipun kezaliman ini dilakukan secara tersembunyi."
Tambah beliau lagi, "Kami menegaskan, peristiwa-peristiwa yang terjadi, gangguan dan perpecahan kaum dicetuskan oleh rezim Bahrain dan saudara-saudara Ahlussunnah tidak bersalah dalam hal ini."
Ayatullah Syeikh Isa Qasim turut menyatakan aksi-aksi tidak berlandaskan agama ini tidak sepatutnya menjadi isu pertikaian mazhab.(http://www.abna.ir/data.asp?lang=12&id=334915)
Mengenai penghinaan terhadap ulama, Ayatullah Isa Qasim mengatakan, "Tindakan menghentikan mobil dua ulama Bahrain di jalan adalah sebuah bentuk penghinaan kepada mereka. Merampas surban dari kepala kedua ulama tersebut adalah tindakan biadab, tindakan mencaci dan mengancam kedua-dua ibu bapak mereka adalah satu penghinaan yang dilakukan oleh rezim terhadap Syeikh Ibrahim Sada dan Syiekh Muhammad Shahabi."
Beliau mengecam tindakan biadab tersebut dengan menyatakan, "Syeikh Ibrahim Safa adalah pemimpin Hauzah al-Ghadir dan Syeikh Muhammad Jawad Shahabi adalah pemimpin Hawzah Imam Baqir yang juga merupakan ulama besar Bahrain."
Pemimpin Syura Ulama Bahrain tersebut menambahkan, "Operasi ini menggambarkan penistaan dan penghinaan terhadap agama, mazhab dan keharmonian kaum di tangan kerajaan rezim Al Khalifah yang merupakan kezaliman secara terang-terangan."
Beliau menekankan, "Tindakan ini merupakan aib politik dan tidak ada kaitan dengan agama serta mazhab penduduk. Malah merupakan embrio pencetus fitnah perselisihan umar di kalangan saudara Syiah dan Ahlusunnah."
Khatib Shalat Jumaat di masjid Imam Sodiq, Manama ini menegaskan, "Jikalau rezim berkhayal bahwa tindakan dan kaedah menyakitkan ini boleh menghina mazhab Syiah dan mengejeknya sehingga dapat mencetuskan perpecahan bersama Ahlusunnah, hendaklah mereka sadar bahwa aksi seperti ini sia-sia belaka sekalipun kezaliman ini dilakukan secara tersembunyi."
Tambah beliau lagi, "Kami menegaskan, peristiwa-peristiwa yang terjadi, gangguan dan perpecahan kaum dicetuskan oleh rezim Bahrain dan saudara-saudara Ahlussunnah tidak bersalah dalam hal ini."
Ayatullah Syeikh Isa Qasim turut menyatakan aksi-aksi tidak berlandaskan agama ini tidak sepatutnya menjadi isu pertikaian mazhab.(http://www.abna.ir/data.asp?lang=12&id=334915)
Di Barisan Militer Israel Ada 12 Ribu
Tentara Muslim Arab
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Di barisan tentara militer Israel ada 12 ribu warga Arab Muslim. 1120 personel pasukan dari Mesir yang tinggal di Israel sementara sisanya Arab Palestina yang tinggal di pemukiman yang dibangun Israel.
Studi yang dibuat oleh Pusat Studi Strategi dan Politik “Java” milik Bar Eilan menilai bawha pemuda-pemuda Mesir yang bekerja di militer Israel adalah personel paling loyal dan bersungguh-sungguh. Mereka memperoleh gaji bulanan sebesar 4000 hingga 4500 Syekel.
Membaca sepintas berita ini mungkin bisa dikatakan, keberadaan ribuan laki-laki Arab yang membawa senjata dan menembakkannya kepada saudara-sauara mereka sendiri dari bansga Arab dengan imbalan uang bukanlah hal yang mengejutkan. Sebab fenomena menjadi agen, mata-mata, pengais rizki dengan menjual nasionalisme ada di seluruh dunia, dan Arab bukan pengecualian.
Namun jika dianalisis dengan seksama, dapat disimpulkan bahwa pemuda Arab tidak akan diterima bekerja di militer Israel kecuali jika dia sudah meyakini eksistensi Israel sebagai hakikat yang tidak mungkin digoyahkan.
Kesepakatan Camp David yang diteken antara Mesir dan Israel, juga kesepakatan Wadi Arabah antara Jordania dan Israel ikut berperan dalam memperkokoh keyakinan itu. Keyakinan itu makin kuat setelah sebagian orang Palestina sendiri terlibat dalam kesepakatan Oslo dan melakukan kerjasama dengan Israel.
Pemuda-pemuda Arab merasakan perlu untuk melanjutkan bekerja di militer Israel sebagai bentuk kelanjutan kerjasama koordinasi keamanan yang sudah diteken oleh Otoritas Palestina dan Israel.
Pemuda Arab yang setuju membawa senjata Israel menjadi pasukannya tidak ragu-ragu melakukan tindakan kotor yang orang yahudi sendiri segan melakukannya. Mereka tidak akan ragu-ragu menembaki anak bangsa sendiri dan menangkapnya.
Ia telah menjadi Yahudi hawa nafsunya, sudah meyakini legalitas eksistensi yahudi di negeri Palestina. Ia akan berbuat kasar kepada setiap orang Arab yang tidak setuju dengan rencananya. Ia meyakini bahwa Arab itu teroris, terbelakang dan bodoh.
Mungkin ada warga Arab tidak percaya dengan bualan dan cerita manipulative buatan Yahudi. Namun warga Arab itu akan malu melihat elit Fatah ikut dalam konferensi Hertezelia zionis Israel dan ketika menyaksikan PM Otoritas Palestina di Ramallah duduk paling depan di konferensi zionis tersebut di samping Simon Peres, presiden Israel.
Studi yang dibuat oleh Pusat Studi Strategi dan Politik “Java” milik Bar Eilan menilai bawha pemuda-pemuda Mesir yang bekerja di militer Israel adalah personel paling loyal dan bersungguh-sungguh. Mereka memperoleh gaji bulanan sebesar 4000 hingga 4500 Syekel.
Membaca sepintas berita ini mungkin bisa dikatakan, keberadaan ribuan laki-laki Arab yang membawa senjata dan menembakkannya kepada saudara-sauara mereka sendiri dari bansga Arab dengan imbalan uang bukanlah hal yang mengejutkan. Sebab fenomena menjadi agen, mata-mata, pengais rizki dengan menjual nasionalisme ada di seluruh dunia, dan Arab bukan pengecualian.
Namun jika dianalisis dengan seksama, dapat disimpulkan bahwa pemuda Arab tidak akan diterima bekerja di militer Israel kecuali jika dia sudah meyakini eksistensi Israel sebagai hakikat yang tidak mungkin digoyahkan.
Kesepakatan Camp David yang diteken antara Mesir dan Israel, juga kesepakatan Wadi Arabah antara Jordania dan Israel ikut berperan dalam memperkokoh keyakinan itu. Keyakinan itu makin kuat setelah sebagian orang Palestina sendiri terlibat dalam kesepakatan Oslo dan melakukan kerjasama dengan Israel.
Pemuda-pemuda Arab merasakan perlu untuk melanjutkan bekerja di militer Israel sebagai bentuk kelanjutan kerjasama koordinasi keamanan yang sudah diteken oleh Otoritas Palestina dan Israel.
Pemuda Arab yang setuju membawa senjata Israel menjadi pasukannya tidak ragu-ragu melakukan tindakan kotor yang orang yahudi sendiri segan melakukannya. Mereka tidak akan ragu-ragu menembaki anak bangsa sendiri dan menangkapnya.
Ia telah menjadi Yahudi hawa nafsunya, sudah meyakini legalitas eksistensi yahudi di negeri Palestina. Ia akan berbuat kasar kepada setiap orang Arab yang tidak setuju dengan rencananya. Ia meyakini bahwa Arab itu teroris, terbelakang dan bodoh.
Mungkin ada warga Arab tidak percaya dengan bualan dan cerita manipulative buatan Yahudi. Namun warga Arab itu akan malu melihat elit Fatah ikut dalam konferensi Hertezelia zionis Israel dan ketika menyaksikan PM Otoritas Palestina di Ramallah duduk paling depan di konferensi zionis tersebut di samping Simon Peres, presiden Israel.
Teroris Suriah Tega Menggantung Anak Kecil
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Siapakah para pemberontak di Suriah? Sebuah pertanyaan yang masih membayangi benak kita ketika harus menilai siapa yang benar dan yang salah.
Mereka adalah para teroris yang tega membunuh menggantung seorang bocah Syiah sebelumnya membantai semua anggota keluarganya terlebih dahulu.
Fars News mengutip laporan Iraq al-Qanoon (6/8) menyebutkan, para aktivis HAM Irak menyatakan bahwa kelompok-kelompok teroris Suriah menggantung seorang bocah dari sebuah keluarga Syiah asal Irak.
Keluarga anak tersebut tinggal di wilayah dekat Zainabiyah di Rif, Damaskus. Sekelompok teroris menyerang rumah mereka dan setelah membunuh semua anggota keluarga, mereka juga tega menggantung anak paling kecil di keluarga tersebut.
Di sisi lain, Mohammad al-Arifi, seorang syeikh Wahabi Saudi meminta kelompok-kelompok bersenjata untuk terus menebar instabilitas dan keonaran akan tetapi jangan sampai foto-foto serangan mereka terhadap militer dan warga sipil Suriah terpublikasikan. Hal itu dikemukakan Syeikh al-Arifi dalam laman Twitternya.(http://www.abna.ir/data.asp?lang=12&id=334914)
Mereka adalah para teroris yang tega membunuh menggantung seorang bocah Syiah sebelumnya membantai semua anggota keluarganya terlebih dahulu.
Fars News mengutip laporan Iraq al-Qanoon (6/8) menyebutkan, para aktivis HAM Irak menyatakan bahwa kelompok-kelompok teroris Suriah menggantung seorang bocah dari sebuah keluarga Syiah asal Irak.
Keluarga anak tersebut tinggal di wilayah dekat Zainabiyah di Rif, Damaskus. Sekelompok teroris menyerang rumah mereka dan setelah membunuh semua anggota keluarga, mereka juga tega menggantung anak paling kecil di keluarga tersebut.
Di sisi lain, Mohammad al-Arifi, seorang syeikh Wahabi Saudi meminta kelompok-kelompok bersenjata untuk terus menebar instabilitas dan keonaran akan tetapi jangan sampai foto-foto serangan mereka terhadap militer dan warga sipil Suriah terpublikasikan. Hal itu dikemukakan Syeikh al-Arifi dalam laman Twitternya.(http://www.abna.ir/data.asp?lang=12&id=334914)
Serangan ke Semenanjung Sinai dan Keuntungan Israel
Serangan terbaru ke pos militer di perbatasan Mesir dan Rezim Zionis Israel, selain dapat mempengaruhi proses pembukaan jalur penyeberangan Rafah yang menghubungkan Mesir dan Jalur Gaza juga akan berdampak lain khususnya bagi Israel. Israel akan memanfaatkan serangan ini untuk meningkatkan kehadiran pasukannya di perbatasan Mesir.
Minggu (05/08) malam pelaku serangan dengan mengendarai dua kendaraan mendekati pos perbatasan dekat Kerem Shalom dan melepaskan tembakan. Insiden itu terjadi selepas maghrib saat para penjaga perbatasan sedang berbuka puasa. 16 aparat keamanan tewas dan sedikitnya empat lainnya luka-luka.
Diberitakan pula bahwa pelaku serangan setelah membantai penjaga perbatasan berusaha melarikan diri ke Palestina penudukan (Israel) dengan mengendarai dua kendaraan lapis baja namun mereka gagal. Insiden ini terhitung peristiwa keamanan paling berdarah di perbatasan Mesir-Israel selama 33 tahun terakhir sejak ditandatanganinya perjanjian damai Camp David oleh kedua pihak.
Hingga kini identitas pelaku serangan masih belum diketahui, namun Kantor Berita Mesir MENA mengatakan, kelompok orang bersenjata itu datang dari Gaza ke Sinai melalui terowongan, namun Hamas membantah gagasan bahwa militan dari dalam wilayahnya terlibat dalam serangan tersebut. "Badan-badan keamanan nasional dalam keadaan siaga 100 persen untuk menjaga keamanan bersama antara Jalur Gaza dan Mesir," kata Jamal al Jarrah, kepala pasukan keamanan Hamas, di situs kementerian dalam negeri.
Menyusul tudingan tersebut Perdana Menteri pilihan rakyat Palestina, Ismail Haniyah, pada Senin (6/8) balik menuding bahwa Israel adalah dalang di balik serangan ke pos perbatasan di semenanjung Sinai yang menewaskan 16 penjaga.
"Israel bertanggung jawab, satu atau dengan lain cara, atas serangan tersebut untuk membuat kepemimpinan Mesir malu dan menciptakan masalah baru di perbatasan dalam rangka menggagalkan upaya untuk mengakhiri serangan (Israel) di jalur Gaza," ungkap Haniya.
Hal ini diungkapkannya setelah melakukan pertemuan darurat dengan pemerintahan Hamas Senin malam terkait insiden di perbatasan Mesir-Israel tersebut. Ia juga menambahkan, "Tidak ada satupun orang Palestina yang ingin membunuh siapapun di Mesir. Setiap serangan terhadap keamanan Mesir juga merupakan serangan bagi keamanan Palestina."
Janji Mursi
Presiden Mursi berjanji untuk menerapkan proses hukum terhadap pelaku serangan di Semenanjung Sinai yang menyebabkan tewasnya 16 penjaga perbatasan. Sebagai reaksi Mesir akan awasi total kawasan itu.
Televisi nasional Mesir dan pihak berwenang Israel mengecam serangan yang dilakukan ekstremis Islam. Meskipun demikian kelompok Hamas yang berkuasa di Jalur Gaza membantah bahwa milisi Palestina bertanggung jawab atas serangan itu.
Dengan serangan teror terhadap pos penjaga perbatasan Mesir di Sinai, ekstremis melanggar garis merah. Demikian dijelaskan militer di Kairo. "Reaksi untuk itu tidak perlu ditunggu terlalu lama."
Tentara Mesir juga berjanji membalas dendam kematian 16 penjaga perbatasan dalam serangan hari sebelumnya di dekat pos perbatasan dengan Israel. Pernyataan mereka disiarkan kantor berita MENA, "Kami bersumpah atas nama Tuhan akan membalaskan dendam mereka."
Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (SCAF), sebelumnya menyatakan, "Mesir tidak akan perlu menunggu lama sebelum mereka melihat reaksi serangan teroris ini." "Siapa pun penghubung kelompok-kelompok yang telah menyerang pasukan kita di Sinai dalam beberapa bulan terakhir, akan membayar mahal, baik di Mesir atau di luar negeri," katanya.
Presiden Muhammad Mursi, pada Minggu malam bersumpah akan meningkatkan kehadiran pasukan keamanan Mesir dan merebut kembali kendali Sinai setelah orang-orang bersenjata menyerang pos perbatasan dengan Israel, yang menewaskan 16 penjaga perbatasan.
Pengaruh Bagi Pemerintah Baru Mesir
Insiden berdarah ini dan lokasinya yang sangat sensitif khususnya di perbatasan Mesir dan Palestina pendudukan sangat menganggu bagi pemerintah baru negara ini yang tengah gencar-gencarnya berusaha mencitrakan kemampuannya mengelola pemerintahan.
Hal ini terlihat dengan sikap Presiden Mursi yang langsung menggelar rapat darurat dengan para komandan militer dan pasukan keamanan. Ia menekankan tekadnya untuk mengontrol penuh gurun Sinai dan wilayah perbatasan Mesir dengan Israel.
Di sisi lain, Israel setelah peristiwa ini meminta tindakan tegas pemerintah Kairo untuk memulihkan keamanan.
Secara global salah satu kesulitan yang terus melilit Mesir pasca tumbangnya diktator Hosni Mubarak, eskalasi instabilitas di berbagai wilayah negara ini, khususnya gurun Sinai yang berbatasan dengan Palestina pendudukan serta Jalur Gaza.
Siapa Yang Diuntungkan dari Insiden Ini ?
Pejabat dan media Mesir menuding kelompok ekstrim Jalur Gaza sebagai pelaku serangan ini.
Selama beberapa tahun terakhir muncul berbagai laporan mengenai kian luasnya aktivitas kelompok ekstrim di Jalur Gaza. Anehnya kelompok Islam esktrim ini terlibat perselisiha dan bentrokan dengan Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) sebagai salah satu pilar utama muqawama di Gaza. Kelopok ekstrim ini meski menamakan dirinya kelompok jihad,namun mereka tidak memiliki kinerja jelas serta terarah dalam memerangi Rezim Zionis Israel.
Terlepas dari klaim Mesir terkait keterlibatan anasir Islam ekstrim di Gaza dengan insiden ini dan sejauh mana kebenaran klaim tersebut, yang jelas serangan hari Ahad lalu dari sisi strategi sebuah operasi tidak dapat diterima, karena serangan tersebut membabi buta. Tentunya sangat menggelikan jika kita tuding kelompok muqawama yang memiliki pengalaman luas melawan agresi Israel melakukan tindakan konyol seperti ini.
Kelompok muqawama Palestina seperti Hamas dan Jihad Islam senantiasa menjawab setiap agresi Israel. Tak hanya itu, kelompok muqawama juga bersedia bertanggung jawab atas setiap serangan yang mereka lakukan ke Israel. Hamas yang berkuasa di Gaza pun langsung mengutuk aksi brutal di gurun Sinai. Hamas juga menyatakan rasa solidaritasnya terhadap pemerintah dan bangsa Mesir atas tewasnya 16 prajurit penjaga perbatasan. Di sisi lain, Hamas menegaskan ketidak terlibatannya atas serangan itu dan menekankan akan berusaha keras membantu menangkap para pelaku.
Dampak langsung dari insiden di gurun Sinai ini adalah ditutupnya jalur penyeberangan Rafah yang menghubungkan Mesir dan Jalur Gaza untuk waktu yang tak jelas. Padahal beberapa hari lalu, saat Haniyah melawat Mesir telah melakukan kesepakatan dengan pemerintah Kairo untuk menambah jam pembukaan Rafah serta volume lalu lalang di jalur penyeberangan ini bagi bangsa Palestina.
Mengingat hal ini, maka sepertinya pihak yang paling diuntungkan dari insiden hari Ahad di semenanjung Sinai adalah Rezim Zionis Israel. Tel Aviv selama ini sangat mengkhawatirkan kedekatan Kairo dengan kelompok Palestina khususnya di Jalur Gaza akan mengangkat pamor dan bobot kelompok muqawama. (IRIB Indonesia/MF)
Menurut Kantor Berita ABNA, Pemerintah AS mengizinkan warga negaranya mulai mengumpulkan sumbangan untuk kubu oposisi Suriah. Ini merupakan pembuka jalan untuk membantu langsung para pemberontak.
The Syrian Support Group (SSG), sebuah organisasi berbasis di Washington yang dekat dengan para pemberontak, mendapat izin dari Kementerian Keuangan memulai menggalang dana bagi kubu oposisi.
Gerakan SSG ini diizinkan untuk membantu pemberontak dalam aspek finansial, komunikasi, logistik, atau kalau ditolak pemerintah Suriah, ya sekalian diboikot sesuai dengan sanksi AS terhadap Suriah, tulis koran Inggris Daily Telegraph kemarin (6/8).
Namun izin khusus itu tidak membolehkan SGS memberi bantuan langsung dalam bentuk persenjataan. SSG tak membatasi jumlah uang yang dikumpulkan sejak izin dikeluarkan Kementerian Keuangan akhir Juli lalu.
Di antara aktivitas-aktivitas lain SSG adalah aktif melobi agar intervensi yang dikomandani AS bisa menetapkan zona larangan terbang dan perusakan sistem pertahanan udara Suriah. Pekan lalu, AS meluncurkan program “bukan persenjataan” bagi para pemberontak Suriah dan berhasil menggalang dana US$12 juta, sehingga total bantuan kemanusiaan AS mencapai US$76 juta.
Pemerintah Obama hingga kini masih menolak mendukung pemberontak dengan persenjataan. Langkah lain AS yang penting lainnya adalah bahwa Presiden Obama telah menandatangani perintah yang membolehkan CIA dan badan-badan intelijen lainnya untuk mendukung pasukan oposisi Suriah menggulingkan rezim Bashar al-Assad.
AS juga meminta komunitas internasional membantu pemberontak Suriah dengan kerangka kerja yang disebut kelompok Pertemanan Suriah, dengan negara-negara anggotanya membantu kubu oposisi Suriah dengan cukup signifikan.
Bantuan AS ini tentu sama sekali bukan gratis demi demokrasi di Suriah. Sifat standar ganda AS selalu diterapkan di mana saja, demi hegemoni. Energi berbasis fosil yang dimiliki Suriah tentu menjadi incaran AS. Waspadai juga gerakan pemain baru yang lapar energy: China. [mdr/http://www.abna.ir/data.asp?lang=12&id=335143]
The Syrian Support Group (SSG), sebuah organisasi berbasis di Washington yang dekat dengan para pemberontak, mendapat izin dari Kementerian Keuangan memulai menggalang dana bagi kubu oposisi.
Gerakan SSG ini diizinkan untuk membantu pemberontak dalam aspek finansial, komunikasi, logistik, atau kalau ditolak pemerintah Suriah, ya sekalian diboikot sesuai dengan sanksi AS terhadap Suriah, tulis koran Inggris Daily Telegraph kemarin (6/8).
Namun izin khusus itu tidak membolehkan SGS memberi bantuan langsung dalam bentuk persenjataan. SSG tak membatasi jumlah uang yang dikumpulkan sejak izin dikeluarkan Kementerian Keuangan akhir Juli lalu.
Di antara aktivitas-aktivitas lain SSG adalah aktif melobi agar intervensi yang dikomandani AS bisa menetapkan zona larangan terbang dan perusakan sistem pertahanan udara Suriah. Pekan lalu, AS meluncurkan program “bukan persenjataan” bagi para pemberontak Suriah dan berhasil menggalang dana US$12 juta, sehingga total bantuan kemanusiaan AS mencapai US$76 juta.
Pemerintah Obama hingga kini masih menolak mendukung pemberontak dengan persenjataan. Langkah lain AS yang penting lainnya adalah bahwa Presiden Obama telah menandatangani perintah yang membolehkan CIA dan badan-badan intelijen lainnya untuk mendukung pasukan oposisi Suriah menggulingkan rezim Bashar al-Assad.
AS juga meminta komunitas internasional membantu pemberontak Suriah dengan kerangka kerja yang disebut kelompok Pertemanan Suriah, dengan negara-negara anggotanya membantu kubu oposisi Suriah dengan cukup signifikan.
Bantuan AS ini tentu sama sekali bukan gratis demi demokrasi di Suriah. Sifat standar ganda AS selalu diterapkan di mana saja, demi hegemoni. Energi berbasis fosil yang dimiliki Suriah tentu menjadi incaran AS. Waspadai juga gerakan pemain baru yang lapar energy: China. [mdr/http://www.abna.ir/data.asp?lang=12&id=335143]
Terbongkarnya Kudeta, di Balik Pemecatan PM Suriah
Perkembangan terbaru di Suriah yang berujung pada pemecatan Perdana Menteri Riyadh Hijab, berakar dari penggagalan sebuah kudeta yang dirancang dinas intelijen Barat dengan bantuan sejumlah negara regional. Rencana itu melibatkan sejumlah pejabat Suriah.
Fars News melaporkan, berita pemecatan Hijab tersebar Senin (6/8) namun sejumlah sumber menyebutkan bahwa kabar pencopotan Hijab itu telah disampaikan kepada yang bersangkutan Ahad petang (5/8) setelah buka puasa.
Media Barat termasuk Reuters langsung menggunakan kesempatan tersebut untuk memelintir fakta dan mengkonfirmasikan bahwa Riyadh dan keluarganya telah membelot dan lari ke Yordania. Media massa Nasional Suriah membantah klaim tersebut dan menyatakan bahwa Riyadh dan keluarganya masih berada di Damaskus.
Adapun terkait sebab-sebab pemecatan Riyadh, sebuah sumber keamanan Suriah kepada Fars News mengatakan, "Menyusul operasi pembersihan Damaskus oleh militer Suriah, perhatian kelompok-kelompok teroris dan para pendukungnya tertuju pada kota Aleppo. Kota tersebut akan menjadi titik awal serangan massif untuk menggulingkan pemerintahan Assad dengan suplai logistik secara meluas."
"Bagi kelompok-kelompok teroris dan pendukungnya, penguasaan kota Aleppo sangat vital, namun militer Suriah mampu tampil kokoh dalam pertempuran di kota tersebut. Kelompok teroris menderita kerugian besar di wilayah Salahuddin dan militer Suriah berhasil menguasai jalan penghubung ke Turki. Oleh karena itu, suplai logistik mereka terputus," tambahnya.
"Setelah gagal di Aleppo, dinas-dinas rahasia Barat dengan bantuan sejumlah negara regional menggulirkan proyek kudeta yang telah lama mereka persiapkan," tuturnya.
Namun di sisi lain, dinas intelijen Suriah juga telah mengendus gerakan-gerakan mencurigakan dalam pemerintahan dan setelah menyelidiki lebih dalam, jejak upaya kudeta terungkap dan sejumlah oknumnya langsung dibekuk.
"Setelah rencana kudeta itu terungkap dan oknum-oknumnya terindentifikasi, diambil langkah-langkah cepat termasuk pemecatan sejumlah tokoh dalam pemerintahan yang terlibat dalam skenario tersebut," jelas sumber yang berbicara secara anonim karena alasan keamanan ini.
Hingga kini pemerintah Suriah belum memberikan keterangan resmi dalam hal ini. Posisi perdana menteri masih kosong dan Omar Ghalawanji ditunjuk untuk sementara memegang kendali pemerintahan. (IRIB Indonesia/MZ)
Masjid di Amerika Serikat Terbakar
|
Menurut Kantor Berita ABNA, untuk kedua kalinya dalam waktu sekitar sebulan, sebuah masjid di Joplin, Missouri, Amerika Serikat terbakar pada hari Senin (6/8), dan hangus total.
Petugas pemadam kebakaran dengan cepat menuju lokasi kebakaran, tapi api dengan cepat menyebar dan membakar seluruh bagian masjid. Tidak ada korban cedera dalam insiden tersebut.
Pejabat keamanan lokal telah memulai investigasi.
Sebab-sebab kebakaran hingga kini masih tidak diketahui, akan tetapi kemungkinan insiden kebakaran tersebut adalah akibat ulah anarkisme.
Juru bicara walikota Jasper, Sharon Rhine mengatakan, "Seluruh kamera keamanan di masjid itu terbakar dan kita tidak mengetahui apakah kebakaran ini disengaja atau tidak."
Disebutkan bahwa FBI telah turun tangan menyelidiki sebab-sebab kebakaran.
Berdasarkan laporan terbaru, para warga Muslim menunaikan shalat Ashar di sekitar puing-puing masjid tersebut sebagai bentuk solidaritas di antara mereka.
Seorang warga Muslim yang rutin menunaikan shalat berjamaah di masjid tersebut kepada CNN mengatakan, "Masalah ini (kebakaran) tidak menghambat kami dalam beribadah. Kami hanya mencari tempat untuk menunaikan kewajiban kami."
FBI baru-baru ini mengumumkan hadiah 15.000 USD bagi orang yang memberikan informasi untuk penangkapan seorang pria yang diduga melakukan pembakaran pada 4 Juli pada atap di atap masjid yang sama. Kamera keamanan merekam seorang pria melemparkan benda terbakar ke atap masjid tersebut.(http://www.abna.ir/data.asp?lang=12&id=335147)
Petugas pemadam kebakaran dengan cepat menuju lokasi kebakaran, tapi api dengan cepat menyebar dan membakar seluruh bagian masjid. Tidak ada korban cedera dalam insiden tersebut.
Pejabat keamanan lokal telah memulai investigasi.
Sebab-sebab kebakaran hingga kini masih tidak diketahui, akan tetapi kemungkinan insiden kebakaran tersebut adalah akibat ulah anarkisme.
Juru bicara walikota Jasper, Sharon Rhine mengatakan, "Seluruh kamera keamanan di masjid itu terbakar dan kita tidak mengetahui apakah kebakaran ini disengaja atau tidak."
Disebutkan bahwa FBI telah turun tangan menyelidiki sebab-sebab kebakaran.
Berdasarkan laporan terbaru, para warga Muslim menunaikan shalat Ashar di sekitar puing-puing masjid tersebut sebagai bentuk solidaritas di antara mereka.
Seorang warga Muslim yang rutin menunaikan shalat berjamaah di masjid tersebut kepada CNN mengatakan, "Masalah ini (kebakaran) tidak menghambat kami dalam beribadah. Kami hanya mencari tempat untuk menunaikan kewajiban kami."
FBI baru-baru ini mengumumkan hadiah 15.000 USD bagi orang yang memberikan informasi untuk penangkapan seorang pria yang diduga melakukan pembakaran pada 4 Juli pada atap di atap masjid yang sama. Kamera keamanan merekam seorang pria melemparkan benda terbakar ke atap masjid tersebut.(http://www.abna.ir/data.asp?lang=12&id=335147)
Lima Tahun Blokade Gaza
Oleh: Dina Y. Sulaeman*
Perdamaian yang dicanangkan di atas kezaliman, tidak akan abadi. Perdamaian yang tidak didasarkan pada keimanan dan keadilan, tidak akan abadi.
(Ahmadinejad)[1]
Juni 2012, lima tahun berlalu sejak Israel memblokade Gaza. Selama lima tahun terakhir, wilayah seluas 365 km persegi itu telah menjadi penjara raksasa. Sekitar 1,6 juta penduduknya terisolir, tidak mendapatkan akses keluar-masuk secara bebas; tidak mendapatkan suplai makanan, obat, bahan bakar; tidak bisa menjual produksi mereka guna mendapatkan penghasilan. Orang-orang sakit banyak yang syahid di pos-pos penjagaan Israel, karena tidak mendapatkan izin untuk pergi ke wilayah lain demi mendapatkan pengobatan. Kehidupan mereka sangat bergantung pada suplai bantuan internasional.
Namun sesungguhnya sejarah penderitaan Gaza tidaklah bermula lima tahun lalu, melainkan jauh sebelumnya. Pada 29 November 1947 PBB mengeluarkanResolusi 181 berisi rencana pembagian wilayah Palestina (UN Partition Plan), yang mengalokasikan 56.5% wilayah Palestina untuk pendirian negara Yahudi, 43% untuk negara Arab, dan Jerusalem menjadi wilayah internasional. Wilayah 43% yang disisakan untuk bangsa Palestina itu pun terbagi di dua wilayah yang berjauhan, yaitu Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Dengan berbekal resolusi itu, Israel melakukan ‘pembersihan etnis’ di bawah nama operasi ‘Plan Dalet ‘.
Orang-orang Palestina yang hidup di wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh PBB menjadi ‘jatah’ Israel, diusir, dan kalau melawan, dibunuh secara brutal. Pada pertemuan kabinet Israel yang dipimpin Ben Gurion tanggal 18 Agustus 1948, dilaporkan bahwa 286 desa telah ‘dibersihkan’ dan tiga juta dunum lahan (setara dengan 3 milyar meter persegi) ditinggalkan oleh orang-orang Palestina yang memilikinya. Selama enam bulan berikutnya, Haganah (organisasi teror Israel) telah mengusir 452.780 orang-orang Palestina dari kawasan-kawasan yang menjadi ‘jatah’ Israel dan sebanyak 347.220 orang lainnya diusir dari kawasan di sekitar garis batas ‘jatah’ wilayah Israel. Operasi-operasi militer itu juga menyertakan berbagai pembunuhan massal, di antaranya di desa Deir Yassin, dan berita mengenai teror ini membuat banyak orang Palestina ketakutan sehingga segera mengungsi sebelum didatangi pasukan Zionis.
Para pengungsi Palestina melalui musim dingin di tenda-tenda yang disediakan oleh para sularelawan; hampir semua lokasi pengungsian ini akhirnya menjadi tempat tinggal permanen mereka sampai hari ini. Tenda-tenda itu kemudian digantikan oleh gubuk-gubuk dari tanah liat. Satu-satunya harapan bagi para pengungsi saat itu adalah Resolusi PBB nomor 194 (11 Desember 1948) yang menjanjikan bahwa mereka akan segera dipulangkan ke rumah masing-masing; resolusi itu adalah salah satu dari sekian banyak janji yang dibuat oleh masyarakat internasional untuk bangsa Palestina, yang tidak pernah dilaksanakan hingga hari ini.
Berikutnya, setelah Perang 6 Hari melawan negara-negara Arab (yang akhirnya dimenangkan Israel karena pengkhianatan para pemimpin Arab sendiri), Israel bahkan menduduki keseluruhan wilayah Palestina, plus Golan (yang semula milik Suriah) dan Sinai (yang semula milik Mesir). Namun bangsa Palestina tak pernah berhenti melawan. Di saat-saat terjepit, Israel setuju untuk mengadakan perundingan dengan pejuang Palestina. Lagi-lagi, Palestina kalah oleh pengkhianatan. Perjanjian Oslo I tahun 1994, adalah buktinya. Poin utama isi perjanjian ini adalah Israel menyetujui pembentukan pemerintahan otonomi (Otoritas Palestina); wilayah ‘pemerintahan’ yang diberikan hanya Gaza dan Jericho, dan secara bertahap dalam lima tahun Israel akan menarik mundur tentaranya dari Tepi Barat. Sebagai imbalannya, Otoritas Palestina (saat itu langsung diketuai oleh Yaser Arafat yang juga ketua PLO) bersedia mengakui kedaulatan Israel dan menjaga keamanan orang-orang Israel dari serangan ‘teroris’.
Di sini, kata-kata Ahmadinejad menunjukkan buktinya, perdamaian yang dicanangkan di atas kezaliman, tidak akan abadi. Secara sekilas saja, sudah dapat dilihat ketidakadilan dalam perjanjian ini. Melalui perjanjian ini, PLO yang menempatkan diri sebagai wakil bangsa Palestina seolah-olah telah ‘membeli’ posisi Otoritas Palestina dengan sepotong wilayah (Gaza dan Jericho hanya 2% dari seluruh wilayah Palestina yang ditetapkan oleh Resolusi PBB 181/UN Partition Plan). Bahkan, dalam perjanjian ini, Otoritas Palestina telah dijadikan perpanjangan tangan Israel dalam menekan kelompok-kelompok pejuang Palestina (Hamas, Jihad Islam, dll) yang dalam perjanjian itu disebut sebagai ‘teroris’. Janji Israel untuk menarik mundur tentaranya juga tidak ditepati, bahkan aksi-aksi kekerasan dan pembangunan pemukiman Israel terus dilanjutkan di wilayah Palestina.
Inilah yang pernah ditulis oleh Amira Hass, ‘sejarah tidak dimulai dari roket Qassam’. Banyak pihak yang menyalahkan Hamas sebagai penyulut kekerasan di Gaza. Mereka mengatakan, “Kalau Hamas tidak melemparkan roket ke Israel, tentulah Israel tidak perlu memblokade Gaza!” Orang-orang yang berpendapat demikian telah melupakan sejarah, betapa jauh sebelum Hamas melakukan pembalasan dengan roket Qassam, Israel telah melakukan berbagai kejahatan kemanusiaan terhadap bangsa Palestina.
Hamas memang tidak pernah mau menyerah. Hamas sebagai organisasi perjuangan utama di Gaza, tidak hanya melakukan perjuangan bersenjata, namun juga membangun basis politik di tengah masyarakat. Mereka bergabung dengan rakyat, membangun infrastruktur dan perekonomian penduduk. Akhirnya, dalam pemilu 2006, yang disebut Carter Foundation sebagai ‘pemilu paling demokratis yang pernah diamatinya’, Hamas berhasil menang dan Ismail Haniyah menjadi Perdana Menteri. Berbagai usaha dilakukan Israel (melalui tangan Fatah) untuk menggulingkan pemerintahan Haniyah, namun gagal. Sejak Juni 2007, Gaza diblokade ketat oleh Israel dan Gaza pun menjadi penjara terbesar di dunia. Blokade yang sebenarnya hanya melanjutkan (dengan lebih brutal) blokade dan brutalitas yang sudah dilakukan Israel jauh sebelumnya. Bahkan, pada 27 Desember 2008, Israel dengan dukungan persenjataan tercanggih yang disuplai AS, melancarkan invasi ke Gaza dalam operasi militer “Menuang Timah” (Cast Lead Operation). Tujuan utama Israel adalah menumbangkan Hamas. Namun, meski 1200 warga Gaza syahid dan ribuan lainnya terluka Hamas tetap tegak dan meneruskan perjuangannya.
Lalu, apa yang sudah dilakukan dunia internasional? Hingga hari ini, masih berupa retorika dan, meskipun terbatas, upaya-upaya bantuan kemanusiaan. Pada peringatan 5 tahun blokade Gaza, 14 Juni lalu, lebih dari 50 organisasi internasional, antara lain Save the Children, Oxfam, WHO, Amnesty International, dan Médecins du Monde mengeluarkan pernyataan bersama menuntut dihentikannya blokade Gaza. Valerie Amos, Wakil Sekjen PBB untuk urusan kemanusiaan, juga angkat bicara, dan menyebut aksi blokade ini bertentangan dengan HAM. Aksi kemanusiaan memang diperlukan mengingat urgennya masalah pangan dan kesehatan di Gaza. Namun, tanpa aksi politik, jelas semua itu tidak cukup untuk menghentikan penderitaan rakyat Palestina.
Inilah yang ditanyakan oleh Pemimpin Iran, Ayatullah Khamenei dalam surat terbukanya, “Kini pertanyaan yang saya ajukan kepada para ulama dan para rohaniawan di dunia Arab, juga kepada para pemimpin di negeri manapun, bukankah kini telah tiba saatnya bagi Islam dan umat Muslim untuk merasakan adanya ancaman? Bukankah kini telah tiba saatnya bagi kalian untuk melaksanakan kewajiban mencegah kemungkaran dan menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim?”[2]
—————
*alumnus Magister Hubungan Internasional Unpad dan Research Associate of Global Future Institute
[1] diucapkan di Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah, 11 Mei 2006
[2] disampaikan menyusul tragedi pembantaian Gaza tahun 2008-2009
Noktah Hitam AS di Hiroshima
Pada 6 Agustus 1945, untuk pertama kalinya bom atom di dunia diledakkan di atas ribuan kepala warga Hiroshima Jepang. Peristiwa ini menjadi tragedi bersejarah terbesar yang dilakukan AS, yang kini mengklaim sebagai pengusung perdamaian dan hak asasi manusia.
Pada pukul 2.30 dini hari, 6 Agustus1945, jet pembom B-29 terbang dari pangkalan militer AS Tinian di kepulauan Marian, samudera Pasifik. Jet tempur ini mengangkut 4,5 ton bom dengan sandilittle boy. Pada pukul 8.15, bom tersebut membombardir 300.000 warga Hiroshima. Setelah menjatuhkan bom atom tersebut, sang pilot memotret dari kejauhan dan kembali ke pangkalan militernya. Tepat 43 detik setelah bom tersebut dijatuhkan, bom tersebut meledak di ketinggian 600 meter dan langsung membumihanguskan pusat kota Hiroshima.
Setelah bom tersebut meledak, tiga dampak desktruktifnya mulai terlihat jelas. Pertama, energi panas yang tersebar menyelimuti kota Hiroshima dan sekitarnya dalam radius satu kilometer menjadi bak bara api. Kemudian terjadi pemanasan hingga jutaan derajat yang berlangsung dalam hitungan detik. Dalam radius satu kilometer segala sesuatu menjadi abu. Sedang pada radius empat kilometer, bangunan dan manusia terpanggang api. Pada radius delapan kilometer, manusia dan bangunan mengalami luka bakar serius dan kebakaran parah.
Setelah itu, muncul gelombang ledakan dengan kecepatan 1.000 kilometer perjam pada radius dua kilometer yang menerbangkan segala sesuatu. Dari 90 ribu bangunan di kota Hiroshima, 62 ribu bangunan hancur lebur. Tiba giliran dampak negatif ketiga dari ledakan bom yang terjadi pada tahun 1945. Dampak itu hingga kini masih belum terkuak secara detail. Dampak buruk radiasi radio aktif dari bom atom menyebabkan kanker dan berbagai penyakit pembuluh darah.
Bom atom yang membumihanguskan kota Hiroshima memiliki kekuatan setara dengan ledakan 13 ton TNT. Ledakan bom tersebut menewaskan 80 ribu warga Hiroshima dan menciderai 70 ribu orang lainnya yang kebanyakan akhirnya tewas setelah bertahan hidup beberapa hari. Selain itu, ledakan bom tersebut menyebabkan penderitaan ribuan warga Jepang yang harus merasakan derita penyakit kanker dan penyakit lainnya akibat radiasi atom yang mematikan.
Sebagian korban yang selamat menderita penyakit akut yang harus dirasakannya selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Belum lagi, beberapa tahun setelah terjadinya tragedi ini ribuan anak cacat terlahir di Hiroshima dan harus merasakan penderitaan sepanjang hidupnya.
Belum puas membumihanguskan kota Hiroshima, tiga hari kemudian pesawat tempur sekutu yang dipimpin AS menjatuhkan bom yang diberinama Fat Man (pria gemuk) di kota Nagasaki. Tragedi mengerikan di Hiroshima terulang lagi di Nagasaki. Peristiwa tersebut menewaskan 70 ribu orang dan menciderai puluhan ribu warga tak berdosa. Tidak hanya itu dampak radiasi dari ledakan bom ini menyebabkan penderitaan bertahun-tahun warga Nagasaki yang menjadi korban. Perang Dunia Kedua berakhir setelah menelan korban jiwa sekitar 50 juta orang. Pada perang ini, Jepang kehilangan 2,1 juta warganya. Tragedi pemboman Hiroshima dan Nagasaki menjadi puncak tragedi dan kejahatan perang ini.
Harry Truman, Presiden Amerika Serikat kala itu menyadari benar dampak buruk dari penggunaan bom atom, namun ia tetap mengeluarkan instruksi penggunaan bom ini demi mewujudkan ambisi mengalahkan Jepang. Pemerintah AS menggunakan senjata pemusnah massal ini 22 hari setelah sukses mengujinya. Bom yang membumihanguskan Hiroshima dan Nagasaki itu dibuat dalam kerangka proyek Manhattan.
AS membuat bom pemusnah massal tersebut dengan dalih khawatir atas Jerman yang telah memulai program pengembangan senjata atom. Sebelum ledakan bom di Hiroshima dan Nagasaki, pada tanggal 13 Juli 1945, AS menguji coba senjata berbahaya tersebut di padang Trinity, Alamogordo, New Mexico. Dilaporkan Harry Truman sebelum kematian Franklin Roosevelt tidak mengetahui proyek itu. Bahkan, ketika itu Truman juga belum menyadari daya perusak dahsyat dari bom ini. Pasca pemboman Hiroshima dan Nagasaki, Truman menyatakan bahwa Jepang harus takluk kepada kemauan dan persyaratan yang dibuat AS, jika tidak ingin hancur total dan menderita kerugian besar.
Setiap tahun, tanggal enam Agustus di Hiroshima dan sembilan Agustus di Nagasaki digelar upacara duka memperingati tragedi besar di kedua kota tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, peringatan ini menjadi upacara internasional dan pejabat dari banyak negara turut memperingati tragedi yang ditampilkan oleh penggunaan senjata atom itu.
Setelah 67 tahun berlalu dari tragedi Hiroshima dan Nagasaki, pemerintah AS bukan hanya tak menyesali kejahatan kemanusiaan yang dilakukannya dan memohon maaf kepada rakyat Jepang dan publik dunia, tapi lebih dari itu, Washington tidak mengizinkan dan mengancam bangsa lain yang berniat menggunakan teknologi nuklir untuk tujuan damai.
Hingga kini, para pelaku kejahatan kemanusiaan Hiroshima dan Nagasaki tidak pernah diadili. AS sebagai negara yang pernah menciptakan tragedi ini bahkan menjadikan kepemilikannya atas senjata nuklir sebagai poin istimewa dalam konstelasi internasional. Pasca perang dunia kedua, hubungan internasional dibangun berdasarkan kekuatan nuklir. Ironisnya, para pemilik senjata nuklir memperoleh keistimewaan di Dewan Keamanan PBB. Tentu saja hal tersebut tidak bisa menjadi prinsip untuk mewujudkan keamanan dan perdamaian dunia. Selain itu, manusia merdeka di dunia ini tidak akan bersedia menerima prinsip itu.
Lembaran sejarah 67 tahun terakhir menunjukkan bahwa para pemilik senjata nuklir tidak pernah menghadiahkan keamanan bagi dunia. Mereka bahkan menjadi sumber seluruh instabilitas di dunia selama lebih dari lima dekade. Dengan alasan ini, perlucutan senjata nuklir merupakan langkah penting untuk mengubah sistem dunia yang tidak adil dan mewujudkan keamanan internasional.
Tidak diragukan lagi, tekad luhur ini tidak akan terwujud dengan memelas kepada negara adidaya. Masyarakat dunia harus bergerak menggalang solidaritas dan menggunakan seluruh kekuatan global dengan tekad baja serta keseriusan yang tinggi untuk menekan negara-negara besar agar melucuti senjata nuklirnya. Pengalaman menunjukkan bahwa menyerahkan agenda perlucutan senjata nuklir kepada negara-negara adidaya tidak akan pernah berhasil.
Ancaman pemilik senjata nuklir tidak hanya terbatas pada penggunaan senjata pemusnah massal tersebut. Berbagai kejahatan besar dan tragedi dalam beberapa dekade terakhir sepenuhnya dilakukan dengan dukungan senjata nuklir, meski senjata ini tidak digunakan secara langsung. Faktanya, tanpa memiliki senjata nuklir, AS tak akan berani menyerang negara lain dan mendudukinya. Tragedi Hiroshima dan Nagasaki telah menjatuhkan korban puluhan ribu orang. Namun, dalam beberapa dekade ini, AS yang didukung senjata nuklir telah melakukan berbagai kejahatan besar yang menyebabkan ratusan ribu orang tewas dan cidera di Irak dan Afghanistan. Pembantaian massal ini sejatinya merupakan bentuk riil pemusnahan bangsa-bangsa oleh AS, dengan dan tanpa senjata nuklir.(IRIB Indonesia/PH)
Wawancara Dubes Indonesia di Tehran
Duta Besar Republik Indonesia untuk Tehran, Dian Wirengjurit mengatakan negaranya terus membeli minyak Iran meskipun adanya sanksi sepihak yang dikenakan pada Republik Islam.
Dalam wawancara eksklusif dengan IRNA, Dubes menuturkan Jakarta sangat membutuhkan pertukaran perdagangan dengan Tehran dan akan terus melakukan kerja sama dengan Republik Islam.
Dubes menandaskan, dampak sanksi sepihak terhadap Iran tidak hanya dirasakan oleh negara ini, tapi juga secara langsung atau tidak telah mempengaruhi banyak negara. Sebagai contoh, lanjutnya, lonjakan harga minyak akibat sanksi terhadap Iran turut dirasakan oleh semua negara konsumen.
Seraya menyatakan Indonesia sedang berusaha meningkatkan level hubungan perdagangannya dengan Iran, sesuai dengan hubungan baik politik kedua negara, Dubes menambahkan, "Mungkin saja ada beberapa kendala dalam sistem perbankan untuk membayar impor minyak Iran, tapi dapat dengan mudah menciptakan sistem alternatif untuk melakukan pembayaran."
Hubungan Dagang Indonesia-Iran
Pada bagian lain, Dubes mencatat bahwa Iran memiliki kapasitas besar di berbagai bidang sains dan teknologi serta kemampuan untuk membangun infrastruktur, terutama pembuatan jalan dan instalasi air dan listrik. Ditegaskannya, Indonesia, sebagai sebuah negara berkembang, tertarik untuk memanfaatkan pengalaman berharga Iran di bidang sains dan teknologi. Kemampuan Iran di berbagai bidang akan memberi kontribusi baik bagi Indonesia.
"Indonesia juga memiliki kapasitas besar untuk mengekspor bahan-bahan mentah seperti kertas dan karet dan menempati urutan teratas negara-negara dunia dalam mengekspor bahan-bahan mentah. Potensi Indonesia dan Iran dapat menjadi pelengkap satu sama lain," ujar Dubes.
Dubes mengatakan, volume perdagangan Indonesia-Iran pada tahun lalu mencapai 1,8 miliar dolar.
Menyinggung potensi besar kedua negara untuk meningkatkan hubungan ekonomi dan transaksi perdagangan, Dubes menandaskan nilai transaksi perdagangan kedua negara saat ini tidak sesuai dengan hubungan politik yang sangat baik antara Jakarta dan Tehran. Menurutnya, kedua belah pihak perlu mengambil langkah-langkah serius dengan memanfaatkan kapasitas dan potensi yang ada untuk meningkatkan level hubungan perdagangan dan ekonomi.
Dubes lebih lanjut menegaskan bahwa ia sepanjang masa tugasnya di Tehran akan berupaya maksimal untuk merealisasikan kemajuan kerja sama ekonomi, perdagangan, dan investasi dengan Iran. Ditambahkannya, "Dalam kondisi saat ini, komoditas utama ekspor Iran ke Indonesia adalah minyak bumi, sementara ekspor Indonesia ke Iran juga lebih terkait dengan bahan-bahan mentah, kertas, karet, kopi, dan kakao."
Indonesia Dukung Program Nuklir Damai Iran
Berbicara tentang program nuklir damai Iran, Dubes menegaskan bahwa negaranya membela hak Iran untuk memanfaatkan energi nuklir untuk tujuan-tujuan damai. Dikatakannya, Indonesia juga anggota Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan semua negara anggota NPT berhak untuk mendapatkan teknologi nuklir damai.
"Sejak dekade 1960, Indonesia telah memulai aktivitasnya di bidang teknologi nuklir damai dengan membangun reaktor riset yang bertujuan membantu sektor pertanian. Negara kami karena luas wilayah dan kepadatan penduduk, membutuhkan sumber-sumber energi baru. Oleh karena itu, Indonesia juga bermaksud bergabung dengan negara-negara pemilik teknologi nuklir damai," jelasnya.
Dubes menjelaskan, teknologi nuklir adalah sebuah teknologi canggih dan rumit. Aktivitas di bidang ini harus dimulai melalui kerja sama dengan negara-negara pemilik teknologi tersebut. Untuk itu, Indonesia telah memulai kerja sama dengan Jepang dalam bidang tersebut.
Dialog, Solusi Tunggal Krisis Suriah
Menyoroti konflik di Suriah, Dubes menyayangkan pengunduran diri Kofi Annan sebagai Utusan Khusus PBB dan Liga Arab di Suriah. Dikatakannya, pengunduran diri Annan terjadi di bawah tekanan hebat politik asing dan intervensi beberapa negara Barat dan regional. Jika tidak, Annan termasuk pribadi yang sangat serius dan tanpa pamrih dan dia bukan orang yang mudah menyerah.
Menurut Dubes, beberapa pemerintah Barat dan regional dengan tujuan mengejar kepentingan-kepentingannya, telah mengubah masalah Suriah menjadi sebuah isu politik. Ditegaskannya, krisis Suriah hanya bisa diselesaikan melalui dialog antara pemerintah dan oposisi. Campur tangan asing dalam urusan negara itu hanya akan meningkatkan kekerasan.
Kondisi Warga Iran yang Ditangkap di Indonesia
Ditanya tentang kondisi warga Iran yang ditangkap di Indonesia, Dubes menjelaskan saat ini ada 47 warga Iran dengan berbagai alasan ditahan di penjara-penjara Indonesia. Ditambahkannya, mereka ditangkap terkait kasus penyelundupan narkoba, imigran gelap yang menjadikan Indonesia sebagai jalur transit menuju negara-negara tetangga, dan juga kejahatan terorganisir.
"Mereka yang terlibat kasus narkoba telah ditangkap dan dijatuhi hukuman mati, namun hukuman itu dikurangi menjadi penjara seumur hidup menyusul penjajakan para pejabat kedua negara. Hukuman ini juga masih bisa dikurangi tergantung pada perilaku tahanan," tambahnya.
Seraya menyatakan bahwa Indonesia sebagai sebuah negara berkembang menghadapi banyak masalah untuk menuju perkembangan, Dubes menambahkan, "Negara kami dengan sendirinya punya banyak masalah dan tidak ingin ditambah lagi oleh masalah-masalah dari luar seperti penyelundupan narkoba dan imigran gelap."
Ketika IRNA bertanya apakah penjajakan lebih lanjut antara pejabat terkait kedua negara akan memungkinkan pemindahan warga Iran dari penjara-penjara Indonesia ke negaranya dan menjalankan sisa hukuman di Iran atau tidak? Dubes menandaskan, "Di Indonesia, ada banyak lembaga dan otoritas yang berurusan dengan kasus tersebut. Pembicaraan dan penjajakan dengan semua pihak berwenang dan melobi mereka akan memakan waktu sangat lama."
Tantangan Dunia Islam dan Isu Syiah-Sunni
Berbicara tentang perkembangan dunia Islam dan Indonesia sebagai negara Muslim terbesar dunia, Dubes menilai tantangan utama dunia Islam saat ini adalah pengenalan yang tidak benar dan gambaran keliru tentang Islam yang dipengaruhi oleh propaganda-propaganda miring Barat. Ditambahkannya, pendekatan media-media Barat terhadap Islam sedemikian rupa sehingga Islam diperkenalkan sebagai agama kekerasan.
"Beberapa kekuatan Barat berupaya memperkenalkan Syiah dan Sunni kepada warga dunia sebagai dua front yang saling berhadap-hadapan dan memiliki perbedaan yang runcing. Padahal, realitanya tidak demikian," ujarnya.
Iran sebagai negara mayoritas Syiah dan Indonesia sebagai negara mayoritas Sunni melalui pertukaran delegasi budaya, pelajar, dan ulama, dapat menciptakan hubungan erat antara kedua bangsa Muslim serta menyampaikan pesan ini kepada dunia bahwa Islam adalah agama perdamaian, persatuan, dan persaudaraan," jelas Dubes.
Dubes berpendapat bahwa dialog antar mazhab memiliki dampak besar untuk mengurangi perbedaan pandangan. Pelaksanaan dialog-dialog seperti ini akan mewujudkan persatuan.
"Beberapa media terkadang mengangkat isu-isu marginal terkait Syiah dan Sunni dan bahkan sebagian perbedaan etnis dan keluarga juga ditampilkan sebagai perbedaan Syiah dan Sunni," sesalnya.
Dubes menambahkan, belum lama ini sebuah konflik keluarga di Indonesia dipublikasikan oleh beberapa media sebagai bentuk serangan mayoritas Sunni kepada minoritas Syiah. Padahal ini sama sekali tidak benar. Ditegaskannya, Indonesia tidak ingin hubungan baiknya dengan semua negara, khususnya negara-negara Muslim terganggu oleh pemberitaan tak berdasar terkait perbedaan Syiah dan Sunni. Indonesia senantiasa menginginkan persatuan dan persaudaraan antara mazhab-mazhab Islam. (IRIB Indonesia/RM/MF)
Model Privatisasi Iran
Selama beberapa dekade terakhir masalah privatisasi menjadi sorotan para ekonom dunia. Namun galibnya yang muncul selama ini selalu berada di pusaran dikotomi antara sentralisasi ekonomi model Sosialisme dan Liberalisme ekonomi ala Kapitalisme. tapi kini, di sejumlah negara Barat sendiri yang Liberal tetap saja sejumlah industri seperti baja, kereta api, pesawat terbang dan berbagai industri strategis lainnya berada dalam genggaman pemerintah.
Pengalaman delapan dekade ekonomi sentralistik di blok Timur menunjukkan bahwa model sentralisasi ekonomi tidak bertahan lama dan mulai ditinggalkan banyak negara dunia. Sebab model perekonomian seperti itu tidak memberikan ruang bagi kompetisi. Selain itu, intervensi pemerintah yang terlalu besar dalam masalah ekonomi menyebabkan perekonomian berbiaya tinggi.
Di luar kedua faktor itu, para ekonom memandang ekonomi sentralistik menyebabkan terjadinya jurang yang sangat besar antara kesejahteraan dan teknologi dalam sistem ekonomi. Inilah yang menyebabkan tumbangnya Uni Soviet dan Cina pun memutar haluan.
Iran memilih cara lain, tidak ke Timur maupun ke Barat. Ekonominya, bukan Kapitalisme atau Sosialisme, tapi Islam. Prinsip perekonomian Iran dijelaskan dalam UUD Iran pasal 44. Spirit pasal 44 adalah reformasi ekonomi Iran melalui peningkatan produktivitas, pembukaan lapangan kerja demi kesejahteraan rakyat, dan menjadi kekuatan perekonomian di kawasan.
Salah satu upaya yang ditempuh untuk mendorong terwujudnya tujuan tersebut adalah privatisasi. Namun model yang diterapkan di Iran berbeda dengan privatisasi ala Kapitalisme. Ayatullah Udzma Sayid Ali Khamenei mengatakan, penerapan pasal 44 UUD Iran secara benar dan tepat menutup jalan bagi Kapitalisme dalam keputusan makro Iran. Meski demikian, Rahbar mengingatkan supaya pemerintahan tidak terpengaruh pemikiran Sosialisme. Bagi Rahbar, prinsip ekonomi adalah keadilan yang sangat ditegaskan dalam ajaran Islam.
Pemimpin besar Revolusi Islam Iran dalam pertemuan Senin (6/8) dengan ribuan aktivis mahasiswa menegaskan ekonomi Iran harus berjalan berlandaskan prinsip keadilan. Ayatullah Udzma Sayid Ali Khamenei mengingatkan supaya tidak terjebak dalam Kapitalisme maupun Sosialisme. Sebab Islam memiliki model perekonomian sendiri yang berbeda dari dua kutub besar itu.
Dalam undang-Undang Dasar Republik Islam Iran, terdapat tiga faktor utama ekonomi yaitu pemerintah, koperasi dan swasta. Privatisasi di Iran dijalankan bukan mengikuti model privatisasi Kapitalisme yang melepaskan segalanya pada sektor swasta berdasarkan mekanisme pasar. Dalam Islam sebagaimana diterapkan di Iran, equilibrium terjadi melibatkan ketiga faktor yaitu rakyat, pemerintah dan swasta. Peran ketiganya diatur dalam sebuah mekanisme yang meletakkan keadilan ekonomi sebagai pijakannya.(IRIB Indonesia/PH)
syiah ya loe gan?
@Anonymous....tobat om..sbelum ajal mnjemput...jadi geli aza membacanya..kl saya pikir blog ini menawarkan "alternatif berita" yg condong kearah persatuan SUNNI & SYI'AH...lalu knapa pas Komen..."no doubt!you're a shi'i...!!!" atau arti bebasnya "Tidak ada keraguan kamu adalah Syi'ah", kemudian komen "syiah ya loe gan?"...jadi teringat omongan Syekh Ahmad Deedat, kristolog masyhur yang juga seorang ulama suni mengatakan:
“Saya katakan kenapa Anda tidak bisa menerima ikhwan Syiah sebagai mazhab kelima? Hal yang mengherankan adalah mereka mengatakan kepada Anda ingin bersatu. Mereka tidak mengatakan tentang menjadi Syiah. Mereka berteriak “Tidak ada suni atau Syiah, hanya ada satu, Islam.” Tapi kita mengatakan kepada mereka “Tidak, Anda berbeda. Anda Syiah”. Sikap seperti ini adalah penyakit dari setan yang ingin memecah belah. Bisakah Anda membayangkan, kita suni adalah 90% dari muslim dunia dan 10%-nya adalah Syiah yang ingin menjadi saudara seiman, tapi yang 90% ketakutan. Saya tidak mengerti mengapa Anda yang 90% menjadi ketakutan. Mereka (Syiah) yang seharusnya ketakutan.”(http://banjarkuumaibungasnya.blogspot.com/2012/06/sunni-dan-syiah-di-indonesia-hingga.html#ixzz2YdT04XpE)
Kemudian Kalau orang bicara yang positif tentang Republik Islam Iran, atau sekedar meluruskan berita, konotasinya langsung ke Sunni-Syiah. Heran. Mengapa kalau orang bicara yang bagus-bagus soal Jepang kok tidak dikatai membela agama Shinto ya? Kalau bicara Positif tentang KOREA, kenapa tidak dibilang membela agama BUDHA / ATHEIS, terus Said Agil Siraj Ketua PBNU yg 7 tahun kuliah di Mekah & Madinah (Arab Saudi) tidak dikatakan WAHABI,lalu ketika beliau berkunjung ke IRAN 7 hari langsung dikatakan SYI'AH...dasar pemikiran ANEH...(http://banjarkuumaibungasnya.blogspot.com/2013/05/kalau-orang-bicara-yang-positif-tentang.html#axzz2Zmg1hpeU).....terus ada penjelasan tentang HARAM...!!!!!... Menghujat Istri-istri Nabi & Para Sahabat yang di Agungkan Islam SUNNI / Ahlusunnah (WARNING...!!!!...ISLAM SUNNI, ISLAM SYI'AH dan ISLAM WAHABI) http://banjarkuumaibungasnya.blogspot.com/2013/06/haram-menghujat-istri-istri-nabi-para.html#ixzz2ZmgqZkWk
Under Creative Commons License: Attribution...kayanya @Anonymous penganut TAKFIRI (orang yang suka mengkafirkan orang lain atau bahasa kasarnya orang yang suka memecah-belah ummat manusia)