Home , , , , , , , , , , , , , , , , � Labaika Ya Rasulullah !!! Ketika Engkau dihina, Kami datang menyambut seruanmu untuk membelamu selama hayat masih dikandung badan...Labaika Ya Rasulullah..!!! : Duhai Rasulallah Duhai Rasulallah Jiwa dan darahku menjadi tebusanmu Juga ayah dan ibuku Serta keluarga dan anak-anakku Seluruh hartaku Dan segala yang dianugerahkan Tuhanku Sesungguhnya darah, jiwa, anak-anak dan hidup kami Begitu murah di hadapan kemuliaan Rasulullah Kehormatan Rasulullah dan keagungan Rasulullah Allah Mahamenyaksikan atas yang kami ucapkan Darah para Syuhada kami juga menyaksikan Luka-luka prajurit kami juga menyaksikan Rumah-rumah kami yang hancur juga menyaksikan Sepanjang hayat di kandung badan, kami takkan diam dari penghinaan atas Nabi kami Dan suara kami akan lantang menyeru: Kami datang menyambut panggilanmu wahai Rasulullah

Labaika Ya Rasulullah !!! Ketika Engkau dihina, Kami datang menyambut seruanmu untuk membelamu selama hayat masih dikandung badan...Labaika Ya Rasulullah..!!! : Duhai Rasulallah Duhai Rasulallah Jiwa dan darahku menjadi tebusanmu Juga ayah dan ibuku Serta keluarga dan anak-anakku Seluruh hartaku Dan segala yang dianugerahkan Tuhanku Sesungguhnya darah, jiwa, anak-anak dan hidup kami Begitu murah di hadapan kemuliaan Rasulullah Kehormatan Rasulullah dan keagungan Rasulullah Allah Mahamenyaksikan atas yang kami ucapkan Darah para Syuhada kami juga menyaksikan Luka-luka prajurit kami juga menyaksikan Rumah-rumah kami yang hancur juga menyaksikan Sepanjang hayat di kandung badan, kami takkan diam dari penghinaan atas Nabi kami Dan suara kami akan lantang menyeru: Kami datang menyambut panggilanmu wahai Rasulullah



يا رسول الله يا رسول الله
Duhai Rasulallah Duhai Rasulallah
فداك نفسي و دمي
Jiwa dan darahku menjadi tebusanmu
و أبي و أمي
Juga ayah dan ibuku
و أهلي و ولدي
Serta keluarga dan anak-anakku
و كل مالي
Seluruh hartaku
و ما خولني ربي
Dan segala yang dianugerahkan Tuhanku
إن دمائنا و أرواحنا و أولادنا و حياتنا
Sesungguhnya darah, jiwa, anak-anak dan hidup kami
ترخص أمام كرامة رسول الله
Begitu murah di hadapan kemuliaan Rasulullah
و عرض رسول الله شرف رسول الله
Kehormatan Rasulullah dan keagungan Rasulullah
و الله على ما نقول شهيد
Allah Mahamenyaksikan atas yang kami ucapkan
و دماء شهدائنا تشهد
Darah para Syuhada kami juga menyaksikan
و جراح جرحانا تشهد
Luka-luka prajurit kami juga menyaksikan
و بيوتنا المهدمة تشهد
Rumah-rumah kami yang hancur juga menyaksikan
ما دام فينا دم لن نسكت عن إهانة نبينا
Sepanjang hayat di kandung badan, kami takkan diam dari penghinaan atas Nabi kami
و سيبقى الصوت عاليا
Dan suara kami akan lantang menyeru:

لبـــــــيــــــــك يا رســـــــــــــــــــول الله
Kami datang menyambut panggilanmu wahai Rasulullah

Aksi protes umat Islam atas film nista Innocence of Muslim memang bisa diamati dari banyak sisi, dan tidak bisa digeneralisir begitu saja. Untuk Lebanon, aksi demo justru semakin meningkatkan kesolidan mereka. Israel pasti gentar menyaksika
n lautan manusia di Lebanon yang serempak bersumpah setia kepada Rasulullah, seperti yang terlihat di video ini. Saya jadi teringat pada kisah Perang Lebanon melawan Israel tahun 2007.
Meski menorehkan banyak luka, derita, dan kehilangan, rakyat Lebanon menyambut kemenangan ini dengan suka cita. Masyarakat Dunia Arab juga gembira. Kemenangan Hizbullah melawan agresi Israel, yang sering disebut-sebut sebagai kekuatan militer nomor satu di Timur Tengah, seolah-olah telah mengembalikan muka Dunia Arab. Sebagaimana diketahui, pada tahun 1967 Israel secara tiba-tiba melakukan serangan terhadap wilayah Mesir, Syria, Jordan. Hanya dalam waktu enam hari, ketiga negara yang menjadi representasi perlawanan bangsa Arab terhadap Israel itu, kalah telak. Namun kini, sebuah kekuatan milter yang sederhana dari segi peralatan tempur ternyata tidak bisa dikalahkan Israel, meski rezim ini sudah menghabiskan dana antara 95-115 juta dollar AS per hari selama 34 hari perang. Bukan hanya Dunia Arab, Dunia Islam secara umum pun bangkit harga dirinya dan meraih keyakinan kembali bahwa Israel bukanlah negara tak terkalahkan, sebagaimana yang selama ini menjadi mitos.

Analis militer Iran, Doktor Ala’i, menyimpulkan bahwa anggota pasukan Hizbullah memiliki tiga karakteristik penting yang menjadi kunci kemenangannya dalam perang ini. Hizbullah memiliki pasukan yang tidak takut mati dan menganggap bahwa kematian syahid adalah tujuan hidup; telah menjalani latihan militer yang sangat ketat; dan mengenali dengan baik setiap sentimeter medan perang. Kekalahan Israel sesungguhnya dimulai ketika mereka mengirimkan pasukan darat ke dalam kawasan Lebanon selatan. Medan peperangan yang berbukit-bukit, bersemak, dan berpohon-pohon, memberikan kesempatan bagi Hizbullah untuk memenangkan perang. Di televisi diperlihatkan, suatu saat suatu kawasan sudah dibombardir habis oleh pesawat Israel, dan secara teori, seharusnya semua pasukan Hizbullah yang berada di kawasan itu tewas. Namun tiba-tiba dari dalam tanah, bermunculan tentara Hizbullah dan melakukan serangan balik kepada tentara darat Israel.

Analisis politik Iran lainnya menyebut bahwa kunci kemenangan Hizbullah adalah solidnya pasukan dan rapinya jaringan komunikasi selama perang berlangsung. Hizbullah sama sekali tidak bisa ditembus oleh mata-mata Israel, yang sudah sangat terkenal kehebatannya itu. Bisa dipastikan, hal ini bersumber dari dukungan rakyat. Konon, setiap keluarga warga Lebanon selatan salah satunya pasti menjadi anggota Hizbullah, baik aktif maupun pasif. Kesolidan pasukan Hizbullah juga membuat saluran komunikasi dari panglima tertinggi hingga ke pasukan terdepan tidak bisa diputus oleh Israel. Selain itu, penghubung komunikasi antara Hizbullah dengan rakyat Lebanon, yaitu televisi Al Manar, tetap mengudara selama perang. Padahal, Israel telah membombardir banyak situs yang disangka sebagai pusat penyiaran televisi ini, termasuk stasiun televisi nasional Lebanon.

Setelah perang usai, Hizbullah pun bergerak cepat untuk membantu rakyat Lebanon korban perang. Mereka memberikan bantuan uang 12.000 dollar AS untuk tiap keluarga yang kehilangan rumah, yang digunakan untuk menyewa rumah selama setahun, sampai rumah mereka kembali dibangun. Para anggota Hizbullah yang semula angkat senjata, kini tengah sibuk bekerja membangun atau memperbaiki kembali berbagai sarana fasilitas umum yang rusak akibat perang, dan setelah itu mereka merencanakan akan membangun kembali rumah-rumah yang hancur. Selain pasukan Hizbullah, diperkirakan, ada sekitar 1000 tenaga profesional, terutama insinyur teknik, yang menjadi sukarelawan dalam program rekonstruksi yang disebut dengan Jihad Al Bina (Jihad Pembangunan) ini.

Analisis Kemenangan Hizbullah
oleh: Dina Sulaeman
Perang Lebanon telah usai. Meski menorehkan banyak luka, derita, dan kehilangan, rakyat Lebanon menyambut kemenangan ini dengan suka cita. Masyarakat Dunia Arab juga gembira. Kemenangan Hizbullah melawan agresi Israel, yang sering disebut-sebut sebagai kekuatan militer nomor satu di Timur Tengah, seolah-olah telah mengembalikan muka Dunia Arab. Sebagaimana diketahui, pada tahun 1967 Israel secara tiba-tiba melakukan serangan terhadap wilayah Mesir, Syria, Jordan. Hanya dalam waktu enam hari, ketiga negara yang menjadi representasi perlawanan bangsa Arab terhadap Israel itu, kalah telak. Namun kini, sebuah kekuatan milter yang sederhana dari segi peralatan tempur ternyata tidak bisa dikalahkan Israel, meski rezim ini sudah menghabiskan dana antara 95-115 juta dollar AS per hari selama 34 hari perang. Bukan hanya Dunia Arab, Dunia Islam secara umum pun bangkit harga dirinya dan meraih keyakinan kembali bahwa Israel bukanlah negara tak terkalahkan, sebagaimana yang selama ini menjadi mitos.
Analis militer Iran, Doktor Ala’i, menyimpulkan bahwa anggota pasukan Hizbullah memiliki tiga karakteristik penting yang menjadi kunci kemenangannya dalam perang ini. Hizbullah memiliki pasukan yang tidak takut mati dan menganggap bahwa kematian syahid adalah tujuan hidup; telah menjalani latihan militer yang sangat ketat; dan  mengenali dengan baik setiap sentimeter medan perang. Kekalahan Israel sesungguhnya dimulai ketika mereka mengirimkan pasukan darat ke dalam kawasan Lebanon selatan. Medan peperangan yang berbukit-bukit, bersemak, dan berpohon-pohon, memberikan kesempatan bagi Hizbullah untuk memenangkan perang. Di televisi diperlihatkan, suatu saat suatu kawasan sudah dibombardir habis oleh pesawat Israel, dan secara teori, seharusnya semua pasukan Hizbullah yang berada di kawasan itu tewas. Namun tiba-tiba dari dalam tanah, bermunculan tentara Hizbullah dan melakukan serangan balik kepada tentara darat Israel.
Analisis politik Iran lainnya menyebut bahwa kunci kemenangan Hizbullah adalah solidnya pasukan dan rapinya jaringan komunikasi selama perang berlangsung. Hizbullah sama sekali tidak bisa ditembus oleh mata-mata Israel, yang sudah sangat terkenal kehebatannya itu. Bisa dipastikan, hal ini bersumber dari dukungan rakyat. Konon, setiap keluarga warga Lebanon selatan salah satunya pasti menjadi anggota Hizbullah, baik aktif maupun pasif. Kesolidan pasukan Hizbullah juga membuat saluran komunikasi dari panglima tertinggi hingga ke pasukan terdepan tidak bisa diputus oleh Israel. Selain itu, penghubung komunikasi antara Hizbullah dengan rakyat Lebanon, yaitu televisi Al Manar, tetap mengudara selama perang. Padahal, Israel telah membombardir banyak situs yang disangka sebagai pusat penyiaran televisi ini, termasuk stasiun televisi nasional Lebanon.
Kini, ketika perang usai, Hizbullah masih terus menjadi berita. Pasalnya, organisasi militer ini  bergerak cepat untuk membantu rakyat Lebanon korban perang. Mereka memberikan bantuan uang 12.000 dollar AS untuk tiap keluarga yang kehilangan rumah, yang digunakan untuk menyewa rumah selama setahun, sampai rumah mereka kembali dibangun. Para anggota Hizbullah yang semula angkat senjata, kini tengah sibuk bekerja membangun atau memperbaiki kembali berbagai sarana fasilitas umum yang rusak akibat perang, dan setelah itu mereka merencanakan akan membangun kembali rumah-rumah yang hancur. Selain pasukan Hizbullah, diperkirakan, ada sekitar 1000 tenaga profesional, terutama insinyur teknik, yang menjadi sukarelawan dalam program rekonstruksi yang disebut dengan Jihad Al Bina (Jihad Pembangunan) ini.
Gerak cepat Hizbullah ini, tak urung menimbulkan kekhawatiran dari negara-negara Barat, sebagaimana dilansir Financial Times (27/8). Koran ini bahkan menyebut Perancis telah menyeru negara-negara Arab agar segera mengumpulkan dana rekonstruksi Lebanon, supaya tidak ketinggalan dari ‘kekuatan radikal’. Meskipun disanggah oleh Hizbullah, banyak pihak yang mengira, sumber dana besar yang dimiliki organisasi militer itu berasal dari Iran. John Bolton, Duta Besar AS untuk PBB seperti dikutip Associated Press (28/7), menyatakan bahwa Iran membantu Hizbullah 100 juta dolar pertahun.
Menurut pengamatan saya, angka 100 juta dolar pertahun itu sulit dipercaya. Kondisi perekonomian Iran saat ini tidaklah memungkinkan untuk mengirim bantuan dalam jumlah yang sedemikian besar kepada Hizbullah. Iran bukanlah negara kaya. Menurut Bank Dunia, pendapat per kapita Iran saat ini rata-rata 2429 dollar dolar dan berada di urutan ke-99 negara dunia.  Pemerintah negara ini masih harus berjuang menyelesaikan banyak masalah dalam negeri, terutama masalah pengangguran (11 persen) dan inflasi (yang saat ini masih di atas 10 persen). Pemerintah Iran juga masih harus menanggung subsidi yang sangat besar pada berbagai sektor ekonomi nasional.
Lalu, dari manakah sumber keuangan Hizbullah yang sedemikian besar itu? Saya menduga, sumbernya adalah mobilisasi dana kaum Syiah seluruh dunia, yang dikelola oleh para ulama mereka. Di dalam mazhab Syiah, dikenal zakat penghasilan (disebut khumus) sebesar 20 persen pertahun, yang harus langsung diserahkan kepada para ulama tertentu yang memiliki predikat marji’ (rujukan). Setahu saya, di Iran minimalnya ada sembilah ulama berstatus marji’ (antara lain, Ayatullah Khamenei, Ayatullah Lankarani, Ayatullah Behjat), di Lebanon ada satu ulama  marji’ bernama Ayatullah Muhammad Husein Fadhlullah, dan dari Irak dikenal nama Ayatullah Sistani. Bisa dibayangkan, betapa besar dana zakat dari seluruh penjuru dunia yang berada di tangan para ulama itu. Dana besar itu dimanfaatkan sesuai dengan pertimbangan para ulama tersebut. Sangat masuk akal bila Hizbullah menjadi salah satu tempat penyaluran dana itu, yang pada gilirannya dimanfatkan organisasi militer itu untuk kepentingan korban perang di Lebanon.
Terlepas dari masalah siapa yang memberi dana kepada Hizbullah, seharusnya dunia Islam tidak tinggal diam dalam melihat proses rekonstruksi di Lebanon. Sangat miris bila diingat bahwa justru Perancis yang menyerukan agar negara-negara Arab mengumpulkan bantuan (terlepas dari apa motivasi Perancis di balik seruan ini). Sebagaimana diungkapkan di awal tulisan ini, kemenangan Hizbullah telah menyelamatkan muka dunia Arab, karena itu sudah seharusnya mereka berterima kasih dengan cara membantu proses rekonstruksi. Terlebih lagi, seperti dikatakan seorang analis politik Iran, bila dunia Arab dan dunia Islam pada umumnya bersatu membantu Lebanon, secara politis, Israel akan semakin tersudut. Terakhir, mengapa ‘siapa yang membantu Hizbullah’ harus dipermasalahkan, sementara AS dibiarkan setiap tahun secara terang-terangan menyuplai 2,2 milyar dollar ke Israel?
 
(dimuat di Padang Ekspress)

26-12-2010
Pesta Kabaret di Gaza
Penulis : M Arief Pranoto-Peminat Masalah Internasional
http://www.theglobal-review.com/images/news/Bush%20and%20fiends.jpgMasih ingatkah pada Perang Gaza awal 2009-an doleoe? Saya pernah mencoba “memotret” melalui sebuah prosa, oleh sebab begitu banyak fenomena, keganjilan, dan seolah-olah tak logika dalam perang tersebut. Namun agaknya, prosa itu hilang entah dimana aku lupa menyimpannya. Iseng-iseng kutengok kembali catatan lama, alhamdulillah, sore ini kutemukan ia di pojok opini lama berjudul : Pesta Kabaret di Gaza. Tidak saya tambahi atau kurangi, sama seperti aslinya. Inilah ceritanya ...

Ya, bermula dari Kabaret. Yakni budaya dalam dinasti Amerika Serikat (AS). Tatkala Presidennya hendak turun takhta, menjadi kewajiban untuk ia menyuguhkan suatu atraksi (pesta) kepada bangsa-bangsa di dunia tentang keperkasaan dan hegemoni negaranya. Begitulah tradisinya. Sejak kapan hal itu berlangsung tidak ada catatan pasti lagi nyata.

Kabaret adalah persembahan Presiden siapa saja. Kecuali terkena impeachment atau sebab lainnya. Misalnya terbunuh di masa jabatan seperti James Garfield, Jeff Kennedy, William Mc Kinley. Atau wafat karena sakit, contohnya William Harrison, Franklin Roosevelt, Warren Harding dst.

Atraksi Kabaret biasanya berupa show of force militer ke negara lain dengan berbagai motif, modus atau alasan yang dicari-cari. Tak bisa dipungkiri. Richard Nixon menampilkan invasi militer ke Vietnam meski ternyata kalah perang; Ronald Reagan mengirimkan marinirnya ke Lebanon - kemudian Grenada di Karabia pun diserang; Jimmy Carter melalui operasi Eagle Claw yakni pembebasan sandera di Teheran, namun gagal karena Delta Force jatuh dihempas badai bersama helikopternya di gurun gersang; Bush senior menyuguhkan superior kedigdayaan ketika "mengusir" Saddam Hussein yang ingin merebut Kuwait secara sewenang-wenang. Lalu, gerangan apa suguhan Bush Jr di ujung kekuasaannya?

Ketika medan perang di Iraq telah menjadi "neraka" bagi tentaranya, manakala Afghanistan masih sulit diprediksi bagi kemenangan para serdadu AS dan sekutunya, maka pilihan Kabaretnya jatuh di Gaza  via anak emas sekaligus tuan gurunya yakni Israel Raya. Sejatinya, tangis dan duka-lara rakyat Gaza adalah akhir persembahan Bush kepada dunia sebelum ia turun takhta.

27 Desember 2008 adalah awal Gaza porak-poranda. Ketika operasi militer digelar Israel disana, Palestina yang memang sengsara dihajar konflik internal tak kunjung reda dan blokade ekonomi 18 bulan sebelumnya, maka operasi Cast Lead Zionis membuatnya semakin merana.

Berbekal doktrin Rabbi Yahudi, Mordachi Elyaho mengizinkan militer membunuh perempuan dan anak-anak. Maka laksana iblis pencabut nyawa, tentara Zionis membabi-buta. Bahwa menghancurkan orang-orang Palestina yang sudah bersalah adalah tindakan syah! Demikian dogma sang Rabbi di dada para serdadunya.

Mahmoed Abbas, sang Presiden hampir "tidak pernah" bicara. Entah kenapa. Rakyat dan penduduk yang tidak mengerti apa-apa, menjadi tumbal politik negara. Kebiadaban merupakan hak dalam perang bagi Zionis via tentaranya. Hamas dengan brigade yang awal kelahirannya cuma organisasi sosial, tunggang-langgang lari ke negara tetangga.

Israel memang bandel luar biasa. Resolusi DK-PBB 1860 (resolusi ini yang ke-69) tidak digubris, apalagi cuma seruan koalisi negara serta negeri tetangga, mungkin dianggapnya ocehan nenek ceriwis. Tidak perduli, biarpun Bolivia dan Venezuela (14/1) memutus hubungan diplomasi. Kemudian Qatar, disusul Mauritania (16/1) dan esok siapa lagi.

Tatkala terdapat "tentara lain" menghadang, mematahkan bahkan menyerang masuk ke dalam teritorial Israel Raya. Tokoh (Hamas) berteriak-teriak dari kejauhan saja. Fatah sembunyi entah kemana.Tak banyak orang paham tentang itu, tetapi tidak sedikit yang tahu. Dunia terpana seakan tak percaya, melihat fakta-fakta.

Wilayah yang ditarget Zionis seminggu selesai ternyata tidak sesuai rencana. Sudah tiga pekan diterkam Gaza terus meronta. Mentang-mentang secuil dalam peta, dikira Bush mudah merayakan pesta pora perpisahannya. Peperangan ini membawa ragam cerita.

Muncul suatu fenomena. Tiba hari ke-10 (7/1) di tengah-tengah Cast Lead  berjaya, atas dogma Rabbi tentara Zionis yang membombardir Gaza. Tiba-tiba ada beberapa kota Israel gantian diserbu roket-roket entah darimana. Mesir, Syria dan Lebanon pun dituduhnya. Bermingu sudah berhari-hari lamanya. Betapa ribuan pasukan tewas bersimbah darah. Banyak tentara gila. Asrama, gudang logistik, pusat komando, infrastruktur (lapangan terbang), pabrik dan ratusan peralatan militer terutama tank (helikopter, steel dst) babak-belur diterjang oleh peluru siapa punya. Tiga kapal perang karam. Tiga jenderal Israel luka-luka (14/1) menjadi saksi kehancuran teknologi (perang) --"tuhan"-- yang dipujanya setengah mati.

Dunia bertanya-tanya: mampukah senjata tempur Hamas menembak kapal perang hingga tumbang ke dasar lautan; beranikah brigade Al-Qassam masuk ke wilayah (maximum security), lalu menghajar tiga jenderal yang dijaga seribu pasukan?

Tak malu. Kedua faksi (Hamas dan Fatah) mengklaim kemenangan bukan hasil karyanya. Itulah Palestina. Uniq tetapi nyata.

Zionis kegerahan. Gencatan senjata sepihak oleh Israel dinyatakan (17/1). Target kemenangan diklaim atas nyawa ribuan anak-anak dan perempuan. Memilukan sekaligus memalukan.

Terdapat beberapa fakta dan data tidak nyambung (sinkron) terkuak disana. Israel mengaku menang tetapi mengapa mengawali gencatan senjata. Meminta bantuan kepada "sobat-sobat" berdalih mengawasi supply senjata ke Hamas. Ada rasa gentar serta was-was. Trio Uni Eropa (Inggris, Perancis dan Jerman) janji bersiap mengirimkan kapal perang di perairan Mediterania.

Awalnya Hamas menolak gencatan tapi akhirnya mengumumkan hal yang sama (19/1). Namun luncuran roket dan rentetan senjata terus menggema. Gencatan senjata tidak punya makna apa-apa. Mereka lupa siapa yang gencatan, siapa pula angkat senjata. 
Pekik marah serta kecewa menggelegar dimana-mana. Menggema hampir seantero dunia. Liga bangsa-bangsa dan setiap negeri serta warganya mengutuk agresi di Gaza. Konferensi antar negara digelar. Solidaritas menjalar. Demonstrasi empati Gaza menembus budaya, warna kulit, bahkan antar benua. Tak pernah diduga. Serentak umat muslim bangkit di jagad raya.

Semestinya. Tarian di Gaza berakhir jauh sebelum inagurasi Presiden Obama. Begitulah tradisi-tradisi sebelumnya: kalah - menang, segera tinggalkan medan laga! Tapi atraksi kali ini ternyata berbeda. Bahkan pasca Presiden terpilih berkalung bunga (20/1), pesta Kabaret tidak usai juga. Menyisakan ribuan mayat, reruntuhan bangunan dan korban luka-luka.

Gaza membuka propaganda AS dan sekutu yang berstandar ganda. Misalnya, alasan ada pembuatan senjata pemusnah massal lalu Iraq didudukinya. Sementara Israel memakai bom fosfor putih membantai rakyat Gaza. Ia diam saja. Musang berbulu ayam - AS ibarat maling teriak maling. Dunia mengecam keras dan mengutuknya! 

Kabaret Gaza yang mulanya sekedar pengiring George W Bush turun singgasana, justru mengubah segalanya. Apa yang diusahakan Israel bertahun-tahun hancur lebur. Para petinggi negeri Zionis kelelahan "digempur". Banyak kontroversi - juga kontradiksi, baik itu dari dalam apalagi luar negeri.

Ada usulan Israel dicoret dari peta dunia. Begitulah nasib mengulang sejarah masa lalu, dikejar Nazi kesana-kemari. Holocaust buatannya (propaganda) guna meraih simpati, bakal menghantam diri Yahudi.

Demikian pesta Kabaret di jalur Gaza, kami akhiri tulisan ini sampai disini saja. Terimakasih.

                                                                                     

                                                                                 Jakarta,  22 Januari 2009

0 comments to "Labaika Ya Rasulullah !!! Ketika Engkau dihina, Kami datang menyambut seruanmu untuk membelamu selama hayat masih dikandung badan...Labaika Ya Rasulullah..!!! : Duhai Rasulallah Duhai Rasulallah Jiwa dan darahku menjadi tebusanmu Juga ayah dan ibuku Serta keluarga dan anak-anakku Seluruh hartaku Dan segala yang dianugerahkan Tuhanku Sesungguhnya darah, jiwa, anak-anak dan hidup kami Begitu murah di hadapan kemuliaan Rasulullah Kehormatan Rasulullah dan keagungan Rasulullah Allah Mahamenyaksikan atas yang kami ucapkan Darah para Syuhada kami juga menyaksikan Luka-luka prajurit kami juga menyaksikan Rumah-rumah kami yang hancur juga menyaksikan Sepanjang hayat di kandung badan, kami takkan diam dari penghinaan atas Nabi kami Dan suara kami akan lantang menyeru: Kami datang menyambut panggilanmu wahai Rasulullah "

Leave a comment