Anda cocok jadi penyanyi ketimbang presiden
Islam Times- Mimpi SBY mendukung teroris Suriah didikan Arab Saudi dan menggusur Assad merupakan titik kritis dan aib dimuka bangsa.
Ini tebakan kasar. Tapi roda diplomasi Kedutaan Arab Saudi di
Indonesia dalam satu kuartal terakhir nampak kian mirip rel ganda kereta
api listrik di Jakarta. Di momen-momen di mana ada kejadian besar yang
bakal berdampak pada citra terhormat Arab Saudi, di situ Kedutaan
menciptakan ‘realitas’ tandingan.
Sebagaimana sudah jamak, Arab Saudi bersama dengan Qatar, AS dan Israel terus mengencangkan karet gelang tekanan kepada Suriah, bahkan negara-negara tersebut mengirim mesin pembunuh teroris Al-Qaeda dan Taliban untuk menghancurkan negara tersebut.
Dinukil oleh Islam Times dari Detiknews, Senin (7/1/2013), beberapa "ulama" yang sebagian adalah jebolan Saudi Arabia bertemu dengan SBY. Menurut Detiknews, mereka bertemu usai tertampar pidato revoluisoner Bashar Assad pada Ahad, 06/01/13 di Damaskus.
Dalam pertemuan antara Presiden SBY dengan rombongan "ulama" itu berlangsung pukul 09.00 WIB. Para ulama tersebut di antaranya adalah Syekh Muhammad Ali Ash-Shobuni (Saudi Arabia), Ahmad Mujahid Bin Muhammad Ali Ash-Shobuni (Saudi Arabia), H. Kechik (Malaysia), H. Salin Hasan Barakwan (Indonesia), Nopel Abdullah Al-Kaff (Indonesia), Abbas (Indonesia), dan Ustadz Kamal Hasan (Indonesia).
Beberapa poin hasil pertemuan itu SBY mengakui kebodohan Arab Saudi, Qatar, Turki, AS, Perancis dan Israel dan mengatakan, Bashar Assad sebaiknya segera mengundurkan diri sebagai Presiden Suriah. Demikian kata Presiden SBY sebagaimana disampaikan Jubir Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha.
Pernyataan ini disampaikannya usai pertemuan antara Presiden SBY dengan rombongan ulama dari sejumlah negara-negara Islam di Istana Bogor, Bogor, Senin (7/1/2013).
"Hendaknya Presiden Assad mengundurkan diri karena Suriah membutuhkan pemimpin lain yang lebih mencintai rakyatnya. Demikian yang disampaikan Bapak Presiden," kata Julian.
Bersamaan dengan penghentian konflik, bantuan kemanusian harus kepada warga Suriah harus tetap disalurkan. Komunitas internasional wajib menjamin bahwa tidak ada hambatan dalam pengiriman bantuan kemanusian tersebut.
"Tiga hal tadi yang dipandang presiden sangat mendesak dilakukan di Suriah. Hentikan konflik kekerasan di sana dan menggembalikan Suriah, karena kita juga berkepentingan untuk menjaga peradaban Islam yang sangat maju dan tua di sana," lanjut Julian.
SBY lupa, bahwa akibat ulah beberapa negara pencetak teroris yang sebagiannya di kirim ke Indonesia dan hari-hari ini wilayah NKRI tidak aman dan banyak warga dan anggota TNI meregang nyawa akibat teroris didikan mereka.
Mimpi SBY mendukung teroris Suriah didikan Arab Saudi dan menggusur Assad merupakan titik kritis dan aib dimuka bangsa.
Siapa rakyat Suriah dan pemimpin yang lebih dicintai yang Anda maksudkan itu Bapak Presiden? Apakah teroris asing kiriman Arab Saudi, Qatar, Turki dan AS itu adalah rakyat Suriah? Apakah para teroris didikan Arab Saudi yang berkeliaran di Indonesia menebar teror dan kebencian itu Anda anggap warga negara yang mencintai Indonesia dan mencintai presidennya?
Dan di luar semua itu, tidakkah Jakarta perlu berpikir kalau selama ini tangan-tangan asing mengencangkan gendang perlawanan kelompok-kelompok teroris bersenjata di Aceh, di Poso, di Solo dan diberbagai tempat wilayah Indonesia, dan Jakarta akhirnya terjepit di hadapan Amerika, menangis di hadapan Arab Saudi, persis seperti Suriah saat ini?
Bukankah soal ini Jakarta begitu fasih siapa mereka yang pegang gagang remote kontrol gerakan teroris-teroris itu di Indonesia? Bukankah teroris-teroris yang bergerak di wilayah Indonesia adalah elemen-elemen sama yang dikirim oleh Arab Saudi, Qatar, AS, Turki, Perancis dan Israel di Suriah?
Bukankah tahun 2005 lembaga Amerika Serikat RAND Corporation pernah membocorkan rekomendasi yang isinya Indonesia akan dipecah menjadi delapan negara kecil? Pemecahan itu demi kepentingan geopolitik dan hegemoni Amerika Serikat? Bukankah Saudi Arabia denggan mesin-mesin pembunuhnya akan mendirikan Almamlakah Assaudiyah di NKRI dan mencetak ekstrimis-esktrimis bersenjata mengatasnamakan Ahlu Sunnah?
Tapi, dengan pernyataan SBY diatas, hari-hari ini, orang-orang didikan Amerika Serikat, ektrimis-ektrimis didikan Arab Saudi masih bisa tenang dan bernafas lega. Sebab, pemerintahan Presiden Susilo masih tetap memilih "menganggap sepi" semua korban warga sipil dan TNI yang mereggang nyawa oleh teroris didikan Arab Saudi.
Mungkin sebab banyak di antaranya bercerita tentang rumor miring keluarga presiden, mungkin pula sebab membicarakan hal yang tertolak AS dan Arab Saudi sama saja ‘mengamputasi’ diri sendiri di tengah banyaknya fakta tentang korupsi dan juga banyaknya politisi, pejabat, polisi, tentara, birokrat, pegiat media dan LSM, menjalin kontak dengan kalangan diplomat Amerika Serikat dan Arab Saudi.
IRONIS!. Pak SBY, jangan sampai rakyat Indonesia mengucapkan sebaiknya Bapak mundur saja, persis harapan Bapak kepada Assad. [Islam Times/on]
Ini tebakan kasar. Tapi roda diplomasi Kedutaan Arab Saudi di Indonesia dalam satu kuartal terakhir nampak kian mirip rel ganda kereta api listrik di Jakarta. Di momen-momen di mana ada kejadian besar yang bakal berdampak pada citra terhormat Arab Saudi, di situ Kedutaan menciptakan ‘realitas’ tandingan.
Sebagaimana sudah jamak, Arab Saudi bersama dengan Qatar, AS dan Israel terus mengencangkan karet gelang tekanan kepada Suriah, bahkan negara-negara tersebut mengirim mesin pembunuh teroris Al-Qaeda dan Taliban untuk menghancurkan negara tersebut.
Dinukil oleh Islam Times dari Detiknews, Senin (7/1/2013), beberapa "ulama" yang sebagian adalah jebolan Saudi Arabia bertemu dengan SBY. Menurut Detiknews, mereka bertemu usai tertampar pidato revoluisoner Bashar Assad pada Ahad, 06/01/13 di Damaskus.
Dalam pertemuan antara Presiden SBY dengan rombongan "ulama" itu berlangsung pukul 09.00 WIB. Para ulama tersebut di antaranya adalah Syekh Muhammad Ali Ash-Shobuni (Saudi Arabia), Ahmad Mujahid Bin Muhammad Ali Ash-Shobuni (Saudi Arabia), H. Kechik (Malaysia), H. Salin Hasan Barakwan (Indonesia), Nopel Abdullah Al-Kaff (Indonesia), Abbas (Indonesia), dan Ustadz Kamal Hasan (Indonesia).
Beberapa poin hasil pertemuan itu SBY mengakui kebodohan Arab Saudi, Qatar, Turki, AS, Perancis dan Israel dan mengatakan, Bashar Assad sebaiknya segera mengundurkan diri sebagai Presiden Suriah. Demikian kata Presiden SBY sebagaimana disampaikan Jubir Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha.
Pernyataan ini disampaikannya usai pertemuan antara Presiden SBY dengan rombongan ulama dari sejumlah negara-negara Islam di Istana Bogor, Bogor, Senin (7/1/2013).
"Hendaknya Presiden Assad mengundurkan diri karena Suriah membutuhkan pemimpin lain yang lebih mencintai rakyatnya. Demikian yang disampaikan Bapak Presiden," kata Julian.
Bersamaan dengan penghentian konflik, bantuan kemanusian harus kepada warga Suriah harus tetap disalurkan. Komunitas internasional wajib menjamin bahwa tidak ada hambatan dalam pengiriman bantuan kemanusian tersebut.
"Tiga hal tadi yang dipandang presiden sangat mendesak dilakukan di Suriah. Hentikan konflik kekerasan di sana dan menggembalikan Suriah, karena kita juga berkepentingan untuk menjaga peradaban Islam yang sangat maju dan tua di sana," lanjut Julian.
SBY lupa, bahwa akibat ulah beberapa negara pencetak teroris yang sebagiannya di kirim ke Indonesia dan hari-hari ini wilayah NKRI tidak aman dan banyak warga dan anggota TNI meregang nyawa akibat teroris didikan mereka.
Mimpi SBY mendukung teroris Suriah didikan Arab Saudi dan menggusur Assad merupakan titik kritis dan aib dimuka bangsa.
Siapa rakyat Suriah dan pemimpin yang lebih dicintai yang Anda maksudkan itu Bapak Presiden? Apakah teroris asing kiriman Arab Saudi, Qatar, Turki dan AS itu adalah rakyat Suriah? Apakah para teroris didikan Arab Saudi yang berkeliaran di Indonesia menebar teror dan kebencian itu Anda anggap warga negara yang mencintai Indonesia dan mencintai presidennya?
Dan di luar semua itu, tidakkah Jakarta perlu berpikir kalau selama ini tangan-tangan asing mengencangkan gendang perlawanan kelompok-kelompok teroris bersenjata di Aceh, di Poso, di Solo dan diberbagai tempat wilayah Indonesia, dan Jakarta akhirnya terjepit di hadapan Amerika, menangis di hadapan Arab Saudi, persis seperti Suriah saat ini?
Bukankah soal ini Jakarta begitu fasih siapa mereka yang pegang gagang remote kontrol gerakan teroris-teroris itu di Indonesia? Bukankah teroris-teroris yang bergerak di wilayah Indonesia adalah elemen-elemen sama yang dikirim oleh Arab Saudi, Qatar, AS, Turki, Perancis dan Israel di Suriah?
Bukankah tahun 2005 lembaga Amerika Serikat RAND Corporation pernah membocorkan rekomendasi yang isinya Indonesia akan dipecah menjadi delapan negara kecil? Pemecahan itu demi kepentingan geopolitik dan hegemoni Amerika Serikat? Bukankah Saudi Arabia denggan mesin-mesin pembunuhnya akan mendirikan Almamlakah Assaudiyah di NKRI dan mencetak ekstrimis-esktrimis bersenjata mengatasnamakan Ahlu Sunnah?
Tapi, dengan pernyataan SBY diatas, hari-hari ini, orang-orang didikan Amerika Serikat, ektrimis-ektrimis didikan Arab Saudi masih bisa tenang dan bernafas lega. Sebab, pemerintahan Presiden Susilo masih tetap memilih "menganggap sepi" semua korban warga sipil dan TNI yang mereggang nyawa oleh teroris didikan Arab Saudi.
Mungkin sebab banyak di antaranya bercerita tentang rumor miring keluarga presiden, mungkin pula sebab membicarakan hal yang tertolak AS dan Arab Saudi sama saja ‘mengamputasi’ diri sendiri di tengah banyaknya fakta tentang korupsi dan juga banyaknya politisi, pejabat, polisi, tentara, birokrat, pegiat media dan LSM, menjalin kontak dengan kalangan diplomat Amerika Serikat dan Arab Saudi.
IRONIS!. Pak SBY, jangan sampai rakyat Indonesia mengucapkan sebaiknya Bapak mundur saja, persis harapan Bapak kepada Assad. [Islam Times/on/http://www.islamtimes.org/vdceov8wxjh8wvi.rabj.html]
Sebagaimana sudah jamak, Arab Saudi bersama dengan Qatar, AS dan Israel terus mengencangkan karet gelang tekanan kepada Suriah, bahkan negara-negara tersebut mengirim mesin pembunuh teroris Al-Qaeda dan Taliban untuk menghancurkan negara tersebut.
Dinukil oleh Islam Times dari Detiknews, Senin (7/1/2013), beberapa "ulama" yang sebagian adalah jebolan Saudi Arabia bertemu dengan SBY. Menurut Detiknews, mereka bertemu usai tertampar pidato revoluisoner Bashar Assad pada Ahad, 06/01/13 di Damaskus.
Dalam pertemuan antara Presiden SBY dengan rombongan "ulama" itu berlangsung pukul 09.00 WIB. Para ulama tersebut di antaranya adalah Syekh Muhammad Ali Ash-Shobuni (Saudi Arabia), Ahmad Mujahid Bin Muhammad Ali Ash-Shobuni (Saudi Arabia), H. Kechik (Malaysia), H. Salin Hasan Barakwan (Indonesia), Nopel Abdullah Al-Kaff (Indonesia), Abbas (Indonesia), dan Ustadz Kamal Hasan (Indonesia).
Beberapa poin hasil pertemuan itu SBY mengakui kebodohan Arab Saudi, Qatar, Turki, AS, Perancis dan Israel dan mengatakan, Bashar Assad sebaiknya segera mengundurkan diri sebagai Presiden Suriah. Demikian kata Presiden SBY sebagaimana disampaikan Jubir Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha.
Pernyataan ini disampaikannya usai pertemuan antara Presiden SBY dengan rombongan ulama dari sejumlah negara-negara Islam di Istana Bogor, Bogor, Senin (7/1/2013).
"Hendaknya Presiden Assad mengundurkan diri karena Suriah membutuhkan pemimpin lain yang lebih mencintai rakyatnya. Demikian yang disampaikan Bapak Presiden," kata Julian.
Bersamaan dengan penghentian konflik, bantuan kemanusian harus kepada warga Suriah harus tetap disalurkan. Komunitas internasional wajib menjamin bahwa tidak ada hambatan dalam pengiriman bantuan kemanusian tersebut.
"Tiga hal tadi yang dipandang presiden sangat mendesak dilakukan di Suriah. Hentikan konflik kekerasan di sana dan menggembalikan Suriah, karena kita juga berkepentingan untuk menjaga peradaban Islam yang sangat maju dan tua di sana," lanjut Julian.
SBY lupa, bahwa akibat ulah beberapa negara pencetak teroris yang sebagiannya di kirim ke Indonesia dan hari-hari ini wilayah NKRI tidak aman dan banyak warga dan anggota TNI meregang nyawa akibat teroris didikan mereka.
Mimpi SBY mendukung teroris Suriah didikan Arab Saudi dan menggusur Assad merupakan titik kritis dan aib dimuka bangsa.
Siapa rakyat Suriah dan pemimpin yang lebih dicintai yang Anda maksudkan itu Bapak Presiden? Apakah teroris asing kiriman Arab Saudi, Qatar, Turki dan AS itu adalah rakyat Suriah? Apakah para teroris didikan Arab Saudi yang berkeliaran di Indonesia menebar teror dan kebencian itu Anda anggap warga negara yang mencintai Indonesia dan mencintai presidennya?
Dan di luar semua itu, tidakkah Jakarta perlu berpikir kalau selama ini tangan-tangan asing mengencangkan gendang perlawanan kelompok-kelompok teroris bersenjata di Aceh, di Poso, di Solo dan diberbagai tempat wilayah Indonesia, dan Jakarta akhirnya terjepit di hadapan Amerika, menangis di hadapan Arab Saudi, persis seperti Suriah saat ini?
Bukankah soal ini Jakarta begitu fasih siapa mereka yang pegang gagang remote kontrol gerakan teroris-teroris itu di Indonesia? Bukankah teroris-teroris yang bergerak di wilayah Indonesia adalah elemen-elemen sama yang dikirim oleh Arab Saudi, Qatar, AS, Turki, Perancis dan Israel di Suriah?
Bukankah tahun 2005 lembaga Amerika Serikat RAND Corporation pernah membocorkan rekomendasi yang isinya Indonesia akan dipecah menjadi delapan negara kecil? Pemecahan itu demi kepentingan geopolitik dan hegemoni Amerika Serikat? Bukankah Saudi Arabia denggan mesin-mesin pembunuhnya akan mendirikan Almamlakah Assaudiyah di NKRI dan mencetak ekstrimis-esktrimis bersenjata mengatasnamakan Ahlu Sunnah?
Tapi, dengan pernyataan SBY diatas, hari-hari ini, orang-orang didikan Amerika Serikat, ektrimis-ektrimis didikan Arab Saudi masih bisa tenang dan bernafas lega. Sebab, pemerintahan Presiden Susilo masih tetap memilih "menganggap sepi" semua korban warga sipil dan TNI yang mereggang nyawa oleh teroris didikan Arab Saudi.
Mungkin sebab banyak di antaranya bercerita tentang rumor miring keluarga presiden, mungkin pula sebab membicarakan hal yang tertolak AS dan Arab Saudi sama saja ‘mengamputasi’ diri sendiri di tengah banyaknya fakta tentang korupsi dan juga banyaknya politisi, pejabat, polisi, tentara, birokrat, pegiat media dan LSM, menjalin kontak dengan kalangan diplomat Amerika Serikat dan Arab Saudi.
IRONIS!. Pak SBY, jangan sampai rakyat Indonesia mengucapkan sebaiknya Bapak mundur saja, persis harapan Bapak kepada Assad. [Islam Times/on]
Sebaiknya Bapak Mundur, Begitu Pak Presiden SBY?
Islam
Times- Mimpi SBY mendukung teroris Suriah didikan Arab Saudi dan
menggusur Assad merupakan titik kritis dan aib dimuka bangsa.
Anda cocok jadi penyanyi ketimbang presiden
Ini tebakan kasar. Tapi roda diplomasi Kedutaan Arab Saudi di Indonesia dalam satu kuartal terakhir nampak kian mirip rel ganda kereta api listrik di Jakarta. Di momen-momen di mana ada kejadian besar yang bakal berdampak pada citra terhormat Arab Saudi, di situ Kedutaan menciptakan ‘realitas’ tandingan.
Sebagaimana sudah jamak, Arab Saudi bersama dengan Qatar, AS dan Israel terus mengencangkan karet gelang tekanan kepada Suriah, bahkan negara-negara tersebut mengirim mesin pembunuh teroris Al-Qaeda dan Taliban untuk menghancurkan negara tersebut.
Dinukil oleh Islam Times dari Detiknews, Senin (7/1/2013), beberapa "ulama" yang sebagian adalah jebolan Saudi Arabia bertemu dengan SBY. Menurut Detiknews, mereka bertemu usai tertampar pidato revoluisoner Bashar Assad pada Ahad, 06/01/13 di Damaskus.
Dalam pertemuan antara Presiden SBY dengan rombongan "ulama" itu berlangsung pukul 09.00 WIB. Para ulama tersebut di antaranya adalah Syekh Muhammad Ali Ash-Shobuni (Saudi Arabia), Ahmad Mujahid Bin Muhammad Ali Ash-Shobuni (Saudi Arabia), H. Kechik (Malaysia), H. Salin Hasan Barakwan (Indonesia), Nopel Abdullah Al-Kaff (Indonesia), Abbas (Indonesia), dan Ustadz Kamal Hasan (Indonesia).
Beberapa poin hasil pertemuan itu SBY mengakui kebodohan Arab Saudi, Qatar, Turki, AS, Perancis dan Israel dan mengatakan, Bashar Assad sebaiknya segera mengundurkan diri sebagai Presiden Suriah. Demikian kata Presiden SBY sebagaimana disampaikan Jubir Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha.
Pernyataan ini disampaikannya usai pertemuan antara Presiden SBY dengan rombongan ulama dari sejumlah negara-negara Islam di Istana Bogor, Bogor, Senin (7/1/2013).
"Hendaknya Presiden Assad mengundurkan diri karena Suriah membutuhkan pemimpin lain yang lebih mencintai rakyatnya. Demikian yang disampaikan Bapak Presiden," kata Julian.
Bersamaan dengan penghentian konflik, bantuan kemanusian harus kepada warga Suriah harus tetap disalurkan. Komunitas internasional wajib menjamin bahwa tidak ada hambatan dalam pengiriman bantuan kemanusian tersebut.
"Tiga hal tadi yang dipandang presiden sangat mendesak dilakukan di Suriah. Hentikan konflik kekerasan di sana dan menggembalikan Suriah, karena kita juga berkepentingan untuk menjaga peradaban Islam yang sangat maju dan tua di sana," lanjut Julian.
SBY lupa, bahwa akibat ulah beberapa negara pencetak teroris yang sebagiannya di kirim ke Indonesia dan hari-hari ini wilayah NKRI tidak aman dan banyak warga dan anggota TNI meregang nyawa akibat teroris didikan mereka.
Mimpi SBY mendukung teroris Suriah didikan Arab Saudi dan menggusur Assad merupakan titik kritis dan aib dimuka bangsa.
Siapa rakyat Suriah dan pemimpin yang lebih dicintai yang Anda maksudkan itu Bapak Presiden? Apakah teroris asing kiriman Arab Saudi, Qatar, Turki dan AS itu adalah rakyat Suriah? Apakah para teroris didikan Arab Saudi yang berkeliaran di Indonesia menebar teror dan kebencian itu Anda anggap warga negara yang mencintai Indonesia dan mencintai presidennya?
Dan di luar semua itu, tidakkah Jakarta perlu berpikir kalau selama ini tangan-tangan asing mengencangkan gendang perlawanan kelompok-kelompok teroris bersenjata di Aceh, di Poso, di Solo dan diberbagai tempat wilayah Indonesia, dan Jakarta akhirnya terjepit di hadapan Amerika, menangis di hadapan Arab Saudi, persis seperti Suriah saat ini?
Bukankah soal ini Jakarta begitu fasih siapa mereka yang pegang gagang remote kontrol gerakan teroris-teroris itu di Indonesia? Bukankah teroris-teroris yang bergerak di wilayah Indonesia adalah elemen-elemen sama yang dikirim oleh Arab Saudi, Qatar, AS, Turki, Perancis dan Israel di Suriah?
Bukankah tahun 2005 lembaga Amerika Serikat RAND Corporation pernah membocorkan rekomendasi yang isinya Indonesia akan dipecah menjadi delapan negara kecil? Pemecahan itu demi kepentingan geopolitik dan hegemoni Amerika Serikat? Bukankah Saudi Arabia denggan mesin-mesin pembunuhnya akan mendirikan Almamlakah Assaudiyah di NKRI dan mencetak ekstrimis-esktrimis bersenjata mengatasnamakan Ahlu Sunnah?
Tapi, dengan pernyataan SBY diatas, hari-hari ini, orang-orang didikan Amerika Serikat, ektrimis-ektrimis didikan Arab Saudi masih bisa tenang dan bernafas lega. Sebab, pemerintahan Presiden Susilo masih tetap memilih "menganggap sepi" semua korban warga sipil dan TNI yang mereggang nyawa oleh teroris didikan Arab Saudi.
Mungkin sebab banyak di antaranya bercerita tentang rumor miring keluarga presiden, mungkin pula sebab membicarakan hal yang tertolak AS dan Arab Saudi sama saja ‘mengamputasi’ diri sendiri di tengah banyaknya fakta tentang korupsi dan juga banyaknya politisi, pejabat, polisi, tentara, birokrat, pegiat media dan LSM, menjalin kontak dengan kalangan diplomat Amerika Serikat dan Arab Saudi.
IRONIS!. Pak SBY, jangan sampai rakyat Indonesia mengucapkan sebaiknya Bapak mundur saja, persis harapan Bapak kepada Assad. [Islam Times/on/http://www.islamtimes.org/vdceov8wxjh8wvi.rabj.html]
Bashar Assad: Suriah Berperang dengan Musuh dari Luar
Posted by KabarNet pada 08/01/2013
Damaskus
– KabarNet: Presiden Suriah, Bashar al-Assad pemimpin Suriah memberikan
pidato dan mengusulkan roadmap strategis baru dan pembentukan
konferensi rekonsiliasi nasional untuk mengakhiri krisis yang
berkepanjangan di negara itu. Assad juga memperingatkan intervensi asing
dan mengecam negara-negara Barat tertentu dan sekutu regional mereka
yang mendanai teroris. Menurut Assad, bahwa negara sedang berperang
dengan musuh dari luar, bukan oposisi. Assad juga mengumumkan solusi
tiga tahap solusi krisis negaranya.
Al-Alam melaporkan, Presiden Suriah
Bashar al-Assad menyampaikan pidato di hadapan para pejabat tinggi
negara dan masyarakat di Damaskus. Dan mengatakan, “Perang di Suriah
bukan terjadi antara pro pemerintah dan oposisi, melainkan perlawanan
bangsa Suriah terhadap musuh-musuhnya.”
Bashar al-Assad dalam pidatonya yang
ditayangkan secara langsung oleh Al Alam mengemukakan solusi tiga tahap
untuk krisis politik di negaranya yaitu penghentian dukungan
negara-negara asing terhadap anasir bersenjata dan perlindungan mereka,
penghentian operasi militer; sehingga pada tahap berikutnya dapat
terwujud dialog nasional yang dihadiri seluruh kelompok dan partai.
Presiden Suriah menekankan bahwa segala bentuk usulan dari pihak asing
juga harus sesuai dengan masalah-masalah tersebut.
Solusi Tiga Tahap Krisis Politik
Al-Assad menambahkan, solusi krisis harus politik, berlandaskan pada asas pemberantasan terorisme dan pokok ketiga yang sangat penting adalah solusi sosial.
Al-Assad menambahkan, solusi krisis harus politik, berlandaskan pada asas pemberantasan terorisme dan pokok ketiga yang sangat penting adalah solusi sosial.
Bashar al-Assad menegaskan, “Ada
contoh-contoh untuk solusi sosial di Suriah… kondisi di Homs dan Daraa
baik menyusul adanya solusi sosial, karena ada pihak-pihak nasionalis
dan beretika tinggi yang berinisiatif untuk menyelesaikan krisis, dan
ini membuahkan hasil penting dan nyata… orang-orang tersebut tidak
berafiliasi dengan partai apapun dan tidak memiliki acuan politik;
mereka hanya merasa memiliki tanggung jawab nasionalisme… oleh karena
itu inisiatif seperti ini sangat penting dan kita harus selalu kembali
pada akar dalam masyarakat.”
“Kami selalu mengulurkan tangan dan siap
untuk berunding dengan siapapun. Kami akan berunding dengan siapapun,
baik penentang atau pendukung, namun dengan syarat tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip bangsa… kami akan berunding dengan partai-partai
dan pihak-pihak yang tidak menjual negara mereka kepada pihak asing dan
bahkan dengan orang-orang yang telah meletakkan senjata mereka,”
katanya.
Menyinggung prinsip kokoh Suriah dalam
masalah kedaulatan dan independensi yang sesuai dengan piagam PBB dan
ketentuan internasional bahwa kedaulatan dan independensi negara tidak
boleh diganggu dengan campur tangan pihak asing, al-Assad mengatakan,
“Demi memulihkan keamanan dan stabilitas, solusi politik Suriah sebagai
berikut:
Tahap pertama
- Langkah pertama: negara-negara regional bersangkutan di kawasan dan internasional menghentikan dukungan dana dan senjata serta perlindungan kepada anasir-anasir bersenjata dan bersamaan dengan itu kelompok-kelompok bersenjata menghentikan aksi teror mereka; masalah ini akan menjamin keamanan proses kepulangan para pengungsi ke tempat tinggal mereka… setelah itu operasi anasir teroris dan militer Suriah dihentikan… namun pasukan keamanan tetap dapat bertindak jika terjadi pelanggaran terhadap keamanan negara, warga, sarana publik dan insfrastruktur atau segala bentuk pelanggaran lainnya.
- Langkah kedua: mewujudkan mekanisme khusus untuk menjamin komitmen semua pihak pada poin pertama khususnya dalam masalah kontrol wilayah perbatasan.
- Langkah ketiga: pemerintah berkuasa memulai kontak dengan seluruh partai dan delegasi masyarakat untuk berunding secara bebas guna melaksanakan konferensi dialog nasional yang melibatkan seluruh pihak di dalam negeri dan luar negeri yang menginginkan solusi krisis Suriah.
Tahap Kedua
- Langkah pertama: pemerintah berkuasa mengumumkan konferensi dialog nasional komprehensif untuk mencapai sebuah piagam nasional berlandaskan pada kedaulatan Suriah dan kesatuan seluruh wilayahnya serta penentangan terhadap campur tangan pihak asing dan perlawanan terhadap segala bentuk terorisme dan kekerasan. Piagam tersebut akan menentukan jalur politik Suriah dan menetapkan program untuk sistem peradilan, hukum, garis besar politik dan ekonomi, serta undang-undang baru terkait partai-partai, pemilu, dan lain-lain.
- Langkah kedua: piagam nasional tersebut harus direferendum.
- Langkah ketiga: dibentuk sebuah pemerintahan komprehensif yang melibatkan perwakilan dari seluruh kelompok masyarakat dan bertanggung jawab melaksanakan poin-poin dalam piagam tersebut.
- Langkah keempat: undang-undang referendum disusun dan setelah ditetapkan, pemerintah bertanggung jawab menggelar pemilu parlemen baru sesuai dengan undang-undang baru yang telah disepekati. Sebelum segala hal yang bersangkutan dengan UUD harus disebutkan kata ‘jika’, yakni jika masalah tersebut telah disepakati dalam konferensi dialog nasional.
Tahap Ketiga
- Langkah pertama: dibentuk pemerintahan baru sesuai dengan UUD yang ada.
- Langkah kedua: digelar konferensi rekonsiliasi nasional dan para oknum yang tertanggap dalam berbagai insiden diampuni sesuai dengan hak-hak sipil mereka.
- Langkah ketiga: rekonstruksi seluruh infrastruktur dimulai dan kerugian yang diderita warga akibat instabilitas harus diganti.”
Lebih lanjut Bashar Assad menekankan,
terkait grasi dan ampunan terhadap para oknum yang tertahan, harus
disebutkan bahwa pemerintah dapat merelakan haknya akan tetapi
pemerintah tidak dapat merelakan hak individu masyarakatnya. “Akan
tetapi saya berpendapat bahwa jika kita sampai pada tahap ini, maka
ampunan tersebut harus ditetapkan oleh individu yang berhak bukan
pemerintah, karena dengan terwujudnya masalah ini kita dapat mencapai
rekonsiliasi nasional dan semua orang dapat saling memaafkan.”
Presiden Suriah menambahkan, “Ini adalah
poin-poin solusi untuk krisis politik dan sekedar garis besarnya… oleh
karena itu pemerintah Suriah berkewajiban untuk memaparkan perinciannya
dan dalam beberapa hari mendatang, program ini akan disampaikan sebagai
sebuah solusi lengkap. Setelah itu seluruh tahapnya akan dilaksanakan
sesuai poin yang ditetapkan.”
Makar untuk Menumpas Muqawama dan Suriah
Pada bagian lain pidatonya Assad mengatakan, “Pihak-pihak yang sedang dihadapi Suriah adalah para agen-agen spionase yang berusaha menghancurkan Suriah dengan pemikiran ala al-Qaeda.” Seraya mengkritik upaya sejumlah kekuatan untuk memecah-belah dan melemahkan Suriah, al-Assad menekankan bahwa tujuan aksi-aksi mereka adalah untuk menumpas muqawama dan mendepak Suriah keluar dari ring perimbangan kekuatan regional.
Pada bagian lain pidatonya Assad mengatakan, “Pihak-pihak yang sedang dihadapi Suriah adalah para agen-agen spionase yang berusaha menghancurkan Suriah dengan pemikiran ala al-Qaeda.” Seraya mengkritik upaya sejumlah kekuatan untuk memecah-belah dan melemahkan Suriah, al-Assad menekankan bahwa tujuan aksi-aksi mereka adalah untuk menumpas muqawama dan mendepak Suriah keluar dari ring perimbangan kekuatan regional.
Terkait derita dan masalah yang sedang
dihadapi rakyat Suriah, al-Assad menegaskan, “Tanpa sebuah gerakan
nasional komprehensif untuk menyelamatkan bangsa dari serangan hebat
dalam sejarah kawasan ini, maka Suriah tidak akan mampu keluar dari
krisis dan penderitaan ini.”
“Gerakan nasional ini menjadi
satu-satunya penyembuh luka dalam yang dirasakan masyarakat dan jalan
tunggal yang dapat menjaga Suriah dan memperkokohnya kembali dari sisi
politik, serta mengembalikan posisi sosial, budaya dan etikanya; oleh
karena itu setiap warga bertanggung jawab dalam hal ini.
Suriah Berperang dengan Musuh Bukan Oposisi
Bashar al-Assad menjelaskan, banyak orang yang terjerumus dalam jebakan yang telah disiapkan untuk mereka dan beranggapan bahwa kelompok oposisi sedang berperang dengan pemerintah untuk merebut kekuasaan; oleh karena itu mereka menjaga jarak, bungkam dan menyatakan netral.”
Bashar al-Assad menjelaskan, banyak orang yang terjerumus dalam jebakan yang telah disiapkan untuk mereka dan beranggapan bahwa kelompok oposisi sedang berperang dengan pemerintah untuk merebut kekuasaan; oleh karena itu mereka menjaga jarak, bungkam dan menyatakan netral.”
Seraya menekankan pentingnya kesadaran
seluruh rakyat Suriah terhadap nasib negaranya, al-Assad mengatakan,
“Perang sesungguhnya adalah antara bangsa dan musuh-musuhnya serta
antara masyarakat dan para pembunuh, juga antara warga dana orang-orang
yang berusaha menjauhkan seluruh warga negara ini dari roti, air dan
nafkah mereka.”
Revolusi Milik Rakyat Bukan Oknum-Oknum yang Dikirim dari Luar Negeri
Bashar al-Assad menegaskan, “Pada awalnya
mereka mengklaim revolusi, oleh karena itu warga melawan mereka dan
pada akhirnya mereka tidak diterima warga. Setelah gagal menggalang
dukungan masyarakat dengan uang dan senjata, mereka melirik tahap kedua
yang berarti melepas kedok ‘damai’ mereka dan secara terang-terangan
menampakkan senjata yang sebelumnya digunakan secara sembunyi-sembunyi.”
Bashar al-Assad menegaskan, “Kemudian
mereka berusaha untuk menduduki kota-kota dengan melancarkan serangan
brutal sehingga dapat menghancurkan kota-kota bak gerombolan serigala.
Akan tetapi warga melawan dan oleh karena itu (anasir bersenjata) mereka
memutuskan untuk membalas dendam kepada warga tanpa tebang-pilih, di
mana pun mereka menginjakkan kaki.”
“Mereka (anasir bersenjata)
menyebut aksi-aksinya revolusioneris, padahal tidak ada kaitan baik
dekat maupun jauh dengan revolusi. Revolusi membutuhkan keberadaan
tokoh-tokoh cendikiawan… revolusi berangkat dari pemikiran…. Siapa
pemikir dan cendikiawan mereka… apakah ada orang yang mengenalnya!!
Revolusi memerlukan pemimpin; siapa yang mengenal pemimpin revolusi
(rekayasa) ini. Revolusi berlandsarkan pada pengetahuan dan pemikiran
dan bukan pada kebodohan… revolusi adalah demi memajukan negara bukan
memukul mundur negara hingga beberapa abad ke belakang.”
“Revolusi dilakukan oleh rakyat,
bukan oknum-oknum yang dikirim dari luar untuk melakukan revolusi
terhadap sebuah bangsa… revolusi berlandaskan pada
kepentingan-kepentingan sebuah bangsa dan bukan menentangnya… Revolusi
dan revolusioneris seperti ini (oknum bersenjata), adalah gerombolan
para kriminal.”
Lebih lanjut Bashar al-Assad menandaskan
bahwa di balik seluruh serangan ini terdapat akvitas kelompok takfiri
yang mengorganisir para anasir bersenjata untuk melancarkan operasi bom
bunuh diri dan pembunuhan warga sipil. “Kelompok takfiri, mengirim
anasir-anasir bersenjata ke front terdepan dan mendukung mereka dari
belakang. Pemikiran takfiri yang muncul di Suriah bersifat impor oleh
karena itu pemikiran dan anasir-anasirnya datang dari luar negeri…
kelompok takfiri mengontrol aksi-aksi teror dan setelah mereka kalah,
sekarang mereka berada di belakang medan serta melancarkan penculikan,
perampukan dan perusakan.”
“Kita sedang berperang dengan orang-orang
seperti ini… anasir-anasir yang sebagian besarnya bukan warga negara
Suriah dan memiliki pemikiran menyimpang yang mengklaim sedang berjihad,
dan sedang melancarkan aksi-aksi yang sama sekali tidak ada kaitannya
dengan jihad dan Islam.”
Suriah Sedang Berperang dengan Al-Qaeda Barat
“Fakta yang telah diterima adalah bahwa
sebagian besar orang yang sedang kami hadapi adalah para teroris yang
memiliki basis pemikiran al-Qaeda, dan Anda semua mengetahui bagaimana
Barat selama tiga dekade terakhir sedang mengendalikan jenis terorisme
ini di Afghanistan dengan uang dari negara-negara Arab.”
“Setelah misi para teroris ini berakhir
dan Uni Soviet runtuh dan keluar dari Afghanistan, mereka (para teroris)
semakin tidak terkendali dan sedang merusak negara-negara Arab dan
bahkan Barat. Berbagai peristiwa di Suriah menjadi peluang bagi kekuatan
Barat untuk merelokasi para teroris al-Qaeda ke Suriah sehingga mereka
dapat terbebas dari para teroris tersebut dan sekaligus melemahkan
Suriah.”
Mengalahkan Teroris Tidak Mustahil
“Salah satu lembaga yang fokus membahas
fenomena terorisme, sekitar satu bulan lalu melaporkan bahwa terorisme
di Timur Tengah dan Asia Timur menurun… laporan ini benar karena
sebagian besar teroris dari negara-negara tersebut dan bahkan dari Barat
berdatangan ke Suriah.”
“Masuknya terorisme ke setiap masyarakat
sangat berbahaya, akan tetapi mengalahkan fenomena tersebut tidak
mustahil dengan tekad dan keberanian. Terorisme harus dilawan dan
penyusupannya dalam masyarakat harus diantisipasi.”
Situasi Perang Suriah Melawan Agresi Asing
“Militer Suriah sekarang tidak hanya
sedang berhadapan dengan para kriminal dan kelompok bersenjata saja,
melainkan kami sekarang sedang berhadapan dengan situasi perang yang
sesungguhnya… kami sekarang menghadapi amukan agresi asing… akan tetapi
perang ini lebih berbahaya, besar dan lebih destruktif dari
perang-perang klasik; karena dalam perang ini (musuh asing) tidak
menggunakan peralatan perangnya melainkan menggunakan kelompok-kelompok
Suriah dan anasir-anasir asing.”
“Reformasi dan perubahan tanpa
keamanan sama seperti keamanan tanpa reformasi… dua masalah ini tidak
akan membuahkan hasil tanpa realiasi keduanya. Apakah
ketika seseorang melawan ketika diserang dia disebut sedang membela diri
atau sedang memilih opsi keamanan… mengapa ketika sebuah pemerintahan
membela rakyat dan bangsanya, dilabel sedang memilih opsi keamanan?”
“Perlindungan terhadap negara
adalah sebuah kewajiban dan bukan masalah yang dapat dirundingkan…
perlindungan terhadap bangsa adalah sah menurut undang-undang dasar.
Oleh karena itu, klaim bahwa pemerintah sedang menggulirkan opsi
keamanan tidak benar, dan para pejabat tinggi Suriah tidak pernah
berbicara tentang opsi keamanan.”
“Kami tidak memilih perang,
melainkan perang telah memaksa Suriah; ketika kami sedang berusaha
melindungi negara, tidak ada orang yang berakal yang mengatakan bahwa
kami sedang memilih opsi keamanan… kesepakatan kami untuk menempuh jalur
politik bukan berarti kami tidak sedang membela diri… akan tetapi
kesepakatan tersebut membuktikan keberadaan rekan politik yang ingin
berunding.”
Barat Menutup Jalan Perundingan untuk Suriah
“Barat adalah faktor utama perpecahan,
disintegrasi dan bentrokan sektarian, serta telah menutup semua jalan
perundingan. Sejumlah pihak hanya berbicara tentang mekanisme politik
dan sebaikan lain hanya menekankan pemberantasan terorisme; statemen
seperti ini tidak akurat karena mekanisme harus kokmprehensif dan
mencakup berbagai poros. Setiap mekanisme dari satu pihak baik individu
atau negara, harus berasaskan perpektif Suriah; artinya tidak ada
mekanisme yang dapat menggeser apa yang kami tetapkan sebagai solusi
krisis.”
“Dengan kata lain, setiap usulan harus
membantu upaya Suriah untuk menyelesaikan krisis dan tidak
menggantikannya. Oleh karena itu setiap usulan dari asing harus bersifat
mendukung, karena tidak ada alasan bagi kami untuk menghabiskan waktu
membahas makanisme dari luar negeri yang tidak sesuai dengan koridor.”
Di akhir pidatonya, Assad menegaskan,
“Dalam pelaksanakan mekanisme politik itu kami tidak memerlukan bantuan
asing karena Suriah memiliki kemampuan yang memadai dalam aktivitas
politiknya dan jika ada pihak aisng yang jujur hendak membantu Suriah
maka harus memfokuskan pada upaya penghentian pengiriman anasir
bersenjata, uang dan senjata ke Suriah.”
Pasca Pidato Bashar al-Assad
Warga Suriah menggelar unjuk rasa besar mendukung Presiden Bashar al-Assad dan menyatakan puas dengan pidato Assad serta roadmap untuk mengakhiri krisis yang sedang berlangsung di negara Arab tersebut. Mereka meneriakkan slogan-slogan mendukung Assad, dan mengatakan bahwa solusi krisis di Suriah jangan sampai melibatkan campur tangan asing, melindungi hak-hak rakyat Suriah secara menyeluruh dan rakyat sendiri yang memutuskan masa depan negara. “Saya mendukung dialog. Kekerasan harus segera dihentikan. Mereka yang ingin mengakhiri pertumpahan darah harus mendengarkan apa yang dikatakan presiden,” kata seorang warga Suriah. [KbrNet/Al-Alam/Pelita]
Warga Suriah menggelar unjuk rasa besar mendukung Presiden Bashar al-Assad dan menyatakan puas dengan pidato Assad serta roadmap untuk mengakhiri krisis yang sedang berlangsung di negara Arab tersebut. Mereka meneriakkan slogan-slogan mendukung Assad, dan mengatakan bahwa solusi krisis di Suriah jangan sampai melibatkan campur tangan asing, melindungi hak-hak rakyat Suriah secara menyeluruh dan rakyat sendiri yang memutuskan masa depan negara. “Saya mendukung dialog. Kekerasan harus segera dihentikan. Mereka yang ingin mengakhiri pertumpahan darah harus mendengarkan apa yang dikatakan presiden,” kata seorang warga Suriah. [KbrNet/Al-Alam/Pelita]
0 comments to "IRONIS!. Pak SBY, jangan sampai rakyat Indonesia mengucapkan sebaiknya Bapak mundur saja, persis harapan Bapak kepada Assad...!!!!!"